“Kau hanya mantan napi yang memalukan!” jerit Raymond emosi.
Harven Rockwell tidak bisa menahan emosi. Dia mendekati Raymond dan mencangking lehernya. “Kau dari tadi bicara tidak sopan. Kau tidak menghormati tuan rumah dan tamu undangan yang lain.”Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, orang orang di sekitar sana langsung melerai mereka. Harven naik pitam. Dari tadi dia sabar. Apalagi ketika dia kembali teringat bahwa Raymond adalah biang keladi atas fitnah terhadap kakaknya.Harven menyeringai gusar. “Kau penuduh! Gara-gara kau, kakakku dipenjara!” Harven meronta dari pelukan dan rangkulan orang-orang.Emosi penonton pun naik lagi. Acara yang mengguncang emosi, fluktuatif.Namun, tidak untuk dua keluarga besar. Derick dan besannya risau atas kekacauan yang terjadi.Russel pun gelisah dari tadi begitu menyaksikan Tuan Warren dengan sok hebatnya ngoceh seenak perutanya.Hanya bisa pasrah, Freya tak bisa berkata apa aFlashback on. Suatu ketika di Universitas Gloriston. Saat umur mereka rata rata masih delapan belas tahun.Di sekitar taman kampus, Varez sedang memungut serpihan kacamatanya yang pecah.“Kau pria culun! Sebaiknya kau di rumah main tembak tembakan bersama ayahmu,” koar salah seorang pria berambut hitam.“Kami berdua tidak habis pikir kalau kau tidak mau memberikan duit pada kami. Dan parahnya, ketika kami menyuruhmu untuk menuliskan PR kami, kau dengan hebatnya menolak,” timpal satunya yang berambut pirang.“Jika kau nurut, kau tidak akan kami bully, Idiot!” pria berambut hitam yang tadi mengambil kacamata Varez dan melemparkannya, kini malah menginjaknya lagi, hingga kacamata minus tiga itu pun makin pecah memecah.Varez didorong cukup kuat sehingga dia terjengkang ke belakang. Gedebuk! Badannya membentur pagar taman. “Aghr!” Varez meringis menahan sakit. Dia tidak berani membalas, karena jika dia memberikan perlawanan, dia akan habis se
Di kediaman keluarga Rock, malam yang tenang.Marvin menyeruput kopinya lagi, lalu berkata kepada Varez, “Kau tetap pria paling berprestasi pada saat itu. Kau nomor satu, Kawan!”Varez membuang pandangannya dan mengawasi pepohonan dari balkon ini. “Nilai studi tidak berguna jika kita tidak punya skill, pengalaman, dan uang. Aku hanya pekerja SPBU, dan mentok di kepala shift. Aku tidak bisa diandalkan.”Dengan kecil hati Varez bahkan sampai menyesali semua masa studinya. Dia pikir, percuma sekolah bertahun-tahun namun ujung-ujungnya hanya pekerja SPBU. Apa yang dia pelajari selama ini hanya sia-sia.Cukup banyak alasan kenapa Varez tidak sesukses teman teman seangkatannya, selain karena dia tidak punya uang dan orang dalam. Meskipun sangat cerdas, Varez tidak punya skill olah kata yang bagus. Dia memang hafal di luar kepala perkara teori dan rumus, tetapi ketika berhadapan dengan orang besar, dia akan kikuk dan gugup.Jika disuruh bicara d
“Jesslyn, kau bekerja di sini?” tanya Varez menatap nanar. Matanya sangat heran.Jesslyn menjawab pasti. “Ya, aku sekretaris di sini.”“Hebat. Syukurlah kalau kau sudah berhasil sekarang.”“Kau ngapain ke sini? Hm, sudahlah, aku hanya melaksanakan perintah. Ayo cepat ikut aku ke ruangan presdir!”Jesslyn berjalan di depan dan Varez mengekor di belakang. Karena perjalanan ke atas cukup lama, cukup banyak hal yang mereka bahas.“Jesslyn, bulan kemarin aku melihatmu masih di toko baju. Bagaimana bisa kau bisa bekerja di sini?” Varez masih belum hilang rasa herannya.Meskipun Jesslyn merupakan tipe wanita pemalu dan pendiam, ketika berhadapan dengan seseorang yang karakternya hampir sama, dia mau bersuara dengan jutek. “Kita jangan pernah meremehkan seseorang, siapa pun dia. Kita tidak pernah tahu nasib orang lain ke depannya nanti.”Setelah mengucapkan kalimat itu, Jesslyn pun tersadar sendiri, seolah olah dia menasehati d
Pagi ini di Gedung Serba Guna Universitas Gloriston.Saat ini, Profesor Michael sedang berpidato di atas podium dan disaksikan oleh hampir seribu peserta, yang terdiri dari mahasiswa, citivitas akademika kampus dengan semua elemennya, pemerintah, pebisnis, dan sebagian kecil dari umum.“Sesuai dengan tema yang akan kita angkat pada hari ini adalah bahan bakar PLTU pengganti batubara dan nuklir.”Mengingat regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah beberapa waktu lalu, maka dengan ini para akademisi dan ilmuwan sepakat akan mencarikan solusi bagi permasalahan tersebut. Jika adanya sebuah pelarangan, maka sudah barang tentu harus ada penggantinya.Profesor Michael meluaskan pandangannya dan berkata, “Sebagai kampus terbaik di Chemisland, kami harus memberikan sumbangsih bagi negeri, terutama terkait isu pemanasan global lantaran penggunaan bahan bakar batubara.”Meskipun isu tersebut merupakan isu global, nyatanya masyarakat dunia membebankan
Pembawa acara menyampaikan sesuatu. “Sebentar, akan ada sesi khusus.” Pria itu membawa trofi dan medal penghargaan.Universitas Gloriston setiap tahunnya memilih satu orang yang berhak mendapatkan penghargaan karena orang tersebut dinilai berjasa dalam hal ilmu pengetahun. Science Glory Awards tidak seperti penghargaan Nobel yang mesti didaftarkan terlebih dahulu, lalu mendapatkan penilaian dari juri. Namun, para ahli dari Universitas Gloriston akan menyeleksi sendiri dari berbagai macam hasil riset dan penemuan terbaru yang terkait dengan sains.Biasanya pihak kampus akan memilih sepuluh hasil riset dan penemuan yang dianggap berpengaruh selama satu dekade terakhir. Selanjutnya riset dan penemuan tersebut akan mendapatkan penilaian dari ahli Universitas Gloriston untuk dicari mana yang paling terbaik.Pembawa acara mengahadap para hadirin dan berkata semangat, “Dipersilakan kepada saudara Marvin Rock. Silakan naik ke podium!”Hampir sem
Ethelyne Wilmer berdiri. Hanya dia yang berdiri. Dia lalu memberikan standing ovation selama sepuluh detik, sehingga Marvin harus mengehentikan bicaranya.Saat ini, semua mata tertuju pada Ethelyne. Jika dengan memakan fizza di rumahnya saja bisa menjadi hot news dan tranding, bagaimana dengan tingkahnya sekarang?Dia sengaja menarik perhatian orang orang di dalam gedung, apalagi dengan memakai gaun biru itu, dia sungguh menawan. Semua mata tertuju padanya.Setelah Ethelyne duduk, barulah Marvin kembali melanjutkan, “Kami sedang membangun pabrik MR-25 dengan skala yang sangat besar!” Dengan terang-terangan Marvin membeberkannya di forum ini. “Karena tidak hanya Chemisland yang butuh, tetapi dunia!”Ada di antara peserta yang harus menarik napas dalam dalam untuk menghilangkan degupan jantungnya. Jika apa yang diomongkan Marvin tersebut benar, tentu akan ada kejutan besar nantinya.Raymond Harvard mendengus sebal. Dia mengucek matanya kare
Tindakan yang cukup anarkis tidak bisa dielakkan oleh Raymond Harvard, sampai sampai dia mendorong Marvin Rock sehingga Marvin Rock termundur dan nyaris terjengkang. Namun, Marvin Rock terlalu kuat untuk dorongan enteng seperti itu.Raymond langsung ditarik dan dipisahkan agar tidak ada adu fisik di antara keduanya. Karena Raymond merupakan orang yang paling terpandang karena hartanya, mereka yang berada di dalam gedung acara, termasuk pihak pemerintah sendiri pun, tidak berani untuk menghalangi Raymond.Sebagian besar mereka tidak mau ikut campur. Dari pada mereka terlibat dan nantinya hanya akan menyusahkan diri, mendingan mereka memilih diam. Dua bodyguard Raymond pun berlarian memasuki gedung acara, lalu segera mengamankan bosnya.“Kau licik, Marvin!” lolongnya berang. Seringai di wajahnya merupakan luapan perasaannya. Tangannya menunjuk-nunjuk. “Kau sengaja memanfaatkan banyak orang, bukan? Kau sangat curang!” cibirnya penuh emosi.Kelakuan konyol tersebut disaksikan oleh banyak o
Ethelyne tak henti mengompori. “Katanya, Keluarga Harvard adalah nomor satu. Buktikan pada kami semua!”Tak dinyana, rombongan mahasiswa yang pro dengan MR-25 pun tak tinggal diam. Karena formasi mereka yang sangat ramai, tidak ada rasa takut pada mereka. Suara mahasiswa pun menggelegar.“Kami ingin menyaksikan acara debat itu!”“Buktikan pada kami bahwa Harvard memang teratas!”Di antara rombongan itu, ada Harven Rockwell. Dia menjerit di tengah tengah kerumuman, “Jika kau tidak mau menerima tantangan itu, berarti dominasi Keluarga Harvard akan segera berakhir! Jadi, Keluarga Rock lah yang akan berkuasa!”“Ya! Mana suaramu Raymond Harvard?!”“Dasar payah! Tadi sok-sokan bicara lantang, sekarang malah melempem lesu. Makanya jangan banyak gaya!”“Ayo terima tantangan debat itu!”Kuping Raymond makin panas. Dia diminta oleh dua bodyguargnya untuk segera meninggalkan tempat acara sebelum terjadi hal hal yang tidak