“Serius manuksrip itu memang karya dari sang pangeran terbuang?” tanya Marvin.
“Untuk apa aku berbohong padamu? Meskipun banyak sejarawan meragukannya, tapi aku yakin bahwa manuskrip itu asli hasil tangan dari sang pangeran terbuang.”Kemudian Fabrizio menerangkan kepada Marvin soal artefak di Gold Galery Group seharga delapan ribu dollar. “Saat ini aku masih belum punya uang segitu, Marvin, aku sangat tertarik untuk memilikinya karena itu merupakan hasil tangan dari sang pangeran terbuang juga. Sejarawan mengatakan bahwa pemberinya bertugas sebagai penasehat kerajaan namun mereka belum bisa memastikan di era kapan si penasehat tersebut membuatnya. Dan aku berkesimpulan bahwa penasehat yang dimaksud adalah ya sang Pangeran Glory I yang terbuang.”Mendengar kesaksian dari Fabrizio yang begitu meyakinkan, Marvin tercengang takjub. Dia menghembuskan napas panjang dan berkata, “Aku sudah membelinya dan sekarang benda itu berada di mobil. Pablo Gaugin dengan soSuatu hari di Villa Winston.Sudah ada Derick, Russel, Charlie, Elena, Vionna, Viotta, Gennifer, serta setengah lusin Winston lainnya. Mereka semua sengaja berkumpul hanya untuk menyidang Marvin terkait The Violet Glory dan ingin tahu apa maksud omongan Leo Picasso soal Naga Glory.Charlie mengerutkan alis dan berkata heran, “Kami tidak mengerti jalan ceritanya. Hanya saja, kami tidak bisa mengelak dari semua fakta yang kami lihat waktu itu. Kau begitu dihormati oleh sang maestro, bahkan sampai dipanggil dengan sebutan Tuan Naga Glory.”Dipaksa mengakui kebolehan Marvin, Vionna pun akhirnya harus memaksakan sebuah senyuman yang terbit di bibirnya. “Kau belum sempat menceritakan kepada kami tentang kedekatanmu dengan Leo Picasso, Marvin.”Viotta tersenyum riang dan berkata, “Kemarin itu, kau langsung diajak pergi oleh Leo Picasso. Ke mana kalian pergi padahal acara belum juga selesai?”Terus dicecar berbagai macam pertanyaan, Marvin tidak
Karena cukup banyak melakukan aktivitas yang padat dan melelahkan, Marvin dan Gennifer memutuskan untuk berlibur di waktu liburan tengah tahun ini. Mereka berdua akan menikmati hari dan malam di sebuah hotel yang berada di sisi Pantai Lembayung, Hotel South.Setibanya di sana, Marvin langsung check-in untuk dua hari dua malam. Dia sengaja memilih sebuah kamar di mana jendelanya menghadap air laut, kamar VIP, dengan harga dua ribu lima ratus dollar per harinya. Sebuah harga yang cukup standar jika dinilai berdasarkan kualitas.Di dalam kamar, Marvin melepaskan semua pakaiannya kecuali hanya tersisi celana dalam berwarna abu. Jika sudah demikian, maka semua ototnya akan tampak mulai dari atas sampai bawah, betis seperti betis pemain bola, lengannya seperti lengan petinju, dan telapak tangannya agak kasar seperti pekerja bangunan.Marvin Rock meregangkan otot-ototnya lalu melakukan pemanasan sebentar. Sembari menghadapkan pandangnnya ke arah jendela, dia meng
Ketika meraba perut istrinya, Marvin mulai merasakan sesuatu yang beda pada istrinya. Merasakan itu, Marvin pun tersenyum bahagia, hingga matanya nyaris berkaca-kaca. “Sudah masuk satu bulan?” tanyanya dengan wajah berbinar.“Ya, kata dokter begitu. Marvin, karena aku sedang mengandung, sebaiknya kau jangan terlalu kuat melakukan goncangan, karena dikhawatirkan akan menganggu kandunganku.”Marvin melepaskan pelukan tersebut lalu langsung mundur beberapa langkah. Tiba-tiba wajahnya menampilkan sebuah penyesalan. “Astaga! Aku lupa kalau kau sedang mengisi, sayang. Apa aku telah salah?”Gennifer membalik badannya, ketika melihat wajah suaminya agak tertekuk dan merasa bersalah, dia langsung maju dan menatap suaminya dengan pandangan meyakinkan. “Tidak ada yang salah kok. Gerakan kita tadi masih wajar.”“Tidak, sayang. Aku terlalu sering kuat memberikan dorongan. Aku khawatir akan terjadi apa-apa dengan kandunganmu.”“Serius, tidak apa-apa. L
Malam harinya di Hotel South. Ketika sedang menikmati hidangan makan di restoran hotel, rupanya di sana sedang berlangsung sebuah acara Hari Puisi Nasional. Ada tiga orang penyair yang mengisi acara tersebut. Tadi, mereka membacakan beberapa puisi yang begitu menakjubkan.Saking senangnya mendengar untaian kata-kata indah itu, Marvin sampai tidak fokus menikmati makanannya.“Sayang, makan dulu,” ucap Gennifer sambil menatap heran ke suaminya.Seakan-akan tidak mendengar, telinga Marvin hanya terfokus dengan orang yang berada di depan sana. Marvin tidak bisa menahan untuk tidak gembira kala mendengar puisi. Dulu sewaktu kuliah, kalau bosan belajar sains, dia akan menyibukkan diri dengan membaca puisi.Namun, malam ini Marvin kecewa lantaran puisi-puisi yang ditampilkan adalah karya-karya terbaru. Marvin tahu bahwa dua puisi yang barusan dibacakan adalah karya kontemporer yang bahkan anak SMP saja tahu itu.Tidak puas, Marvin berharap di puisi yang ketiga bakal ada karya lama yang diangk
Di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda, Raymond Harvard gelisah di hadapan ponselnya sambil menggerutu sendiri, “Kurang ajar si Lorenzo! Orang suruhanku dari tadi sudah siap. Kenapa dia sulit sekali ditelepon? Sial!” umpatnya menyeringai marah. Kemudian berulang kali dia terus menelepon Lorenzo, menanyakan perkembangan apa yang terjadi di sana.Raymond berkeliling kamar dengan tatapan nanar. Wajahnya sangat pucat dan gelisah. Baginya, tidak ada banyak kesempatan untuk membunuh seorang Marvin. Kesempatan kali ini tidak boleh gagal.Sebelumnya, dia sudah berkoordinasi dengan Hartmut. Kata Hartmut, tiga anak buahnya akan segera melaksanakan misi jika sudah ada perintah dari Raymond. Namun, Raymond juga harus memastikan bahwa Lorenzo telah berkoordinasi dengan baik sama tiga anak buah dari Hartmut di sana.Drrttt....Panggilan dari Lorenzo.“Bagaimana?” cetus Raymond tidak sabar. “Kau sudah aku bayar cukup mahal, Lorenzo. Sengaja aku m
“Kau tidak mungkin lupa denganku, cantik,” ucap Skrtel sambil mendengus jijik.Skrtel hanya menjadikan Gennifer sebagai sandra. Namun jika Marvin nantinya melakukan perlawanan, bisa saja nyawa Gennifer ikut melayang.Tidak lama kemudian di tempat yang sama, muncul lah Marvin dengan wajah yang sangat terkejut kala melihat istrinya sudah berada dalam ancaman besar.Ketika Marvin berlari ke arah istrinya, tiba-tiba dua orang anak buah Skrtel pun langsung menyergap Marvin dari belakang dan mengapitnya dengan kencang hingga Marvin sulit bergerak.“Gennifer! Apa yang terjadi?!” pekik Marvin dari jarak sepuluh meter.Marvin dipaksa duduk, jika tidak menurut, Gennifer langsung akan mati di tempat.Skrtel menyeringai bengis. “Rupanya kalian berdua yang buat masalah padaku pas tadi sore di pantai heh? Asal kalian tahu, waktu itu kami bertiga sedang mencari-cari target kami, rupanya kalian lah target kami. Ha-ha-ha!” Skrtel makin mendekatka
Si pirang kesal, lantas dia pun menendang perut Marvin dari samping. Gig!“Uh!” Marvin mendesis menahan sakit di perutnya namun hitungan detik kemudian sakit itu langsung hilang seketika.Si pirang dan botak saling tatap dan sama-sama memasang wajah heran. Setelah mengumpulkan tenaga, mereka berdua sontak memberikan serangan bertubi-tubi tanpa ampun dengan tinjuan dan sepakan, berkali-kali.Gedebak! Gedebuk!“Aaagghrr!!!” Marvin Rock meraung seperti singa. “Hentikan! Aku tidak mau tangan dan kaki kalian hancur!”Menyaksikan Marvin tidak kalah dan menyerah, Skrtel terhenyak luar biasa. “Wajahmu hanya merah sedikit. Hidung dan bibirmu tidak mengeluarkan darah sedikit pun.”Hartmut ngamuk. “Skrtel! Apa dua anak buahmu belum makan?!”“Bos, badan mereka berdua sedikit lebih besar daripadaku dan tenaga mereka berdua tidak bisa diremehkan. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau serangan yang mereka berikan sangat kuat. Se
“Sekarang gorok lehernya!” titah Hartmut.Karena ngeri, Skrtel melempar ponselnya ke arah sekenannya, lalu membiarkan tangan kanannya menjambak rambut Gennifer.Meskipun tidak bisa melihat suasana di sana, suara Hartmut masih terdengar jelas dan dia pun bisa mendengar percakapan di antara mereka.Hartmut makin mengeraskan suaranya. “Kau berani macam-macam, Marvin! Kau sudah melumpuhkan dua anak buahku. Kau harus tahu apa konsekuensinya!” lolong Hartmut dengan nada gelisah.Marvin tak peduli. Dia terus terpancang sambil memandangi Skrtel dan istrinya yang hanya berjarak lima meter saja, makin lama, jarak mereka kian terkikis.“Jangan mendekat!” suruh Skrtel menguatkan diri. “Akan aku bunuh istrimu jika kau melawan!”Skrtel menjadi was-was sebab jika Gennifer mati di tangannya, dia juga pasti akan mati di tangan Marvin. Keringat dingin pun keluar dari tubuhnya.Melihat tadi Marvin begitu perkasa menahan dari serangan dua a