“Maksud kedatanganku ke sini untuk mengantarkan undangan. Aku harap kau hadir nanti. Oke?” Marvin menepuk-nepuk pundak Fabrizio dengan sangat akrab.
“Wow! Calon CEO perusahaan besar?” Pria yang sekilas mirip wajah Harry Potter itu pun berdecak penuh kagum. “Dari watak dan kecerdasan, kau mirip dengan sang pangeran terbuang itu, Marvin Rock!”“Dari dulu kau sering bilang itu padaku, Fabrie!” Tidak mau dipuji, Marvin melengos beberapa saat.“Semua karya tulis dari beliau, yang tersisa, semua sudah aku pelajari. Dan aku juga banyak mempelajari siapa beliau sebenarnya dari berbagai macam sumber dan literasi. Dari apa yang aku dapatkan, kau sangat mirip dengan beliau, bahkan wajah dan fisik. Terutama, akhlak dan keberanianmu, Marvin Rock!”Meski apa yang diucapkan oleh Fabrizio memang tampak sangat berlebihan, Marvin menanggapinya dengan santai dan tidak besar kepala, apalagi sampai membusungkan dada.Melihat sikap Marvin yang selalu rendah ha“Serius manuksrip itu memang karya dari sang pangeran terbuang?” tanya Marvin.“Untuk apa aku berbohong padamu? Meskipun banyak sejarawan meragukannya, tapi aku yakin bahwa manuskrip itu asli hasil tangan dari sang pangeran terbuang.”Kemudian Fabrizio menerangkan kepada Marvin soal artefak di Gold Galery Group seharga delapan ribu dollar. “Saat ini aku masih belum punya uang segitu, Marvin, aku sangat tertarik untuk memilikinya karena itu merupakan hasil tangan dari sang pangeran terbuang juga. Sejarawan mengatakan bahwa pemberinya bertugas sebagai penasehat kerajaan namun mereka belum bisa memastikan di era kapan si penasehat tersebut membuatnya. Dan aku berkesimpulan bahwa penasehat yang dimaksud adalah ya sang Pangeran Glory I yang terbuang.”Mendengar kesaksian dari Fabrizio yang begitu meyakinkan, Marvin tercengang takjub. Dia menghembuskan napas panjang dan berkata, “Aku sudah membelinya dan sekarang benda itu berada di mobil. Pablo Gaugin dengan so
Suatu hari di Villa Winston.Sudah ada Derick, Russel, Charlie, Elena, Vionna, Viotta, Gennifer, serta setengah lusin Winston lainnya. Mereka semua sengaja berkumpul hanya untuk menyidang Marvin terkait The Violet Glory dan ingin tahu apa maksud omongan Leo Picasso soal Naga Glory.Charlie mengerutkan alis dan berkata heran, “Kami tidak mengerti jalan ceritanya. Hanya saja, kami tidak bisa mengelak dari semua fakta yang kami lihat waktu itu. Kau begitu dihormati oleh sang maestro, bahkan sampai dipanggil dengan sebutan Tuan Naga Glory.”Dipaksa mengakui kebolehan Marvin, Vionna pun akhirnya harus memaksakan sebuah senyuman yang terbit di bibirnya. “Kau belum sempat menceritakan kepada kami tentang kedekatanmu dengan Leo Picasso, Marvin.”Viotta tersenyum riang dan berkata, “Kemarin itu, kau langsung diajak pergi oleh Leo Picasso. Ke mana kalian pergi padahal acara belum juga selesai?”Terus dicecar berbagai macam pertanyaan, Marvin tidak
Karena cukup banyak melakukan aktivitas yang padat dan melelahkan, Marvin dan Gennifer memutuskan untuk berlibur di waktu liburan tengah tahun ini. Mereka berdua akan menikmati hari dan malam di sebuah hotel yang berada di sisi Pantai Lembayung, Hotel South.Setibanya di sana, Marvin langsung check-in untuk dua hari dua malam. Dia sengaja memilih sebuah kamar di mana jendelanya menghadap air laut, kamar VIP, dengan harga dua ribu lima ratus dollar per harinya. Sebuah harga yang cukup standar jika dinilai berdasarkan kualitas.Di dalam kamar, Marvin melepaskan semua pakaiannya kecuali hanya tersisi celana dalam berwarna abu. Jika sudah demikian, maka semua ototnya akan tampak mulai dari atas sampai bawah, betis seperti betis pemain bola, lengannya seperti lengan petinju, dan telapak tangannya agak kasar seperti pekerja bangunan.Marvin Rock meregangkan otot-ototnya lalu melakukan pemanasan sebentar. Sembari menghadapkan pandangnnya ke arah jendela, dia meng
Ketika meraba perut istrinya, Marvin mulai merasakan sesuatu yang beda pada istrinya. Merasakan itu, Marvin pun tersenyum bahagia, hingga matanya nyaris berkaca-kaca. “Sudah masuk satu bulan?” tanyanya dengan wajah berbinar.“Ya, kata dokter begitu. Marvin, karena aku sedang mengandung, sebaiknya kau jangan terlalu kuat melakukan goncangan, karena dikhawatirkan akan menganggu kandunganku.”Marvin melepaskan pelukan tersebut lalu langsung mundur beberapa langkah. Tiba-tiba wajahnya menampilkan sebuah penyesalan. “Astaga! Aku lupa kalau kau sedang mengisi, sayang. Apa aku telah salah?”Gennifer membalik badannya, ketika melihat wajah suaminya agak tertekuk dan merasa bersalah, dia langsung maju dan menatap suaminya dengan pandangan meyakinkan. “Tidak ada yang salah kok. Gerakan kita tadi masih wajar.”“Tidak, sayang. Aku terlalu sering kuat memberikan dorongan. Aku khawatir akan terjadi apa-apa dengan kandunganmu.”“Serius, tidak apa-apa. L
Malam harinya di Hotel South. Ketika sedang menikmati hidangan makan di restoran hotel, rupanya di sana sedang berlangsung sebuah acara Hari Puisi Nasional. Ada tiga orang penyair yang mengisi acara tersebut. Tadi, mereka membacakan beberapa puisi yang begitu menakjubkan.Saking senangnya mendengar untaian kata-kata indah itu, Marvin sampai tidak fokus menikmati makanannya.“Sayang, makan dulu,” ucap Gennifer sambil menatap heran ke suaminya.Seakan-akan tidak mendengar, telinga Marvin hanya terfokus dengan orang yang berada di depan sana. Marvin tidak bisa menahan untuk tidak gembira kala mendengar puisi. Dulu sewaktu kuliah, kalau bosan belajar sains, dia akan menyibukkan diri dengan membaca puisi.Namun, malam ini Marvin kecewa lantaran puisi-puisi yang ditampilkan adalah karya-karya terbaru. Marvin tahu bahwa dua puisi yang barusan dibacakan adalah karya kontemporer yang bahkan anak SMP saja tahu itu.Tidak puas, Marvin berharap di puisi yang ketiga bakal ada karya lama yang diangk
Di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda, Raymond Harvard gelisah di hadapan ponselnya sambil menggerutu sendiri, “Kurang ajar si Lorenzo! Orang suruhanku dari tadi sudah siap. Kenapa dia sulit sekali ditelepon? Sial!” umpatnya menyeringai marah. Kemudian berulang kali dia terus menelepon Lorenzo, menanyakan perkembangan apa yang terjadi di sana.Raymond berkeliling kamar dengan tatapan nanar. Wajahnya sangat pucat dan gelisah. Baginya, tidak ada banyak kesempatan untuk membunuh seorang Marvin. Kesempatan kali ini tidak boleh gagal.Sebelumnya, dia sudah berkoordinasi dengan Hartmut. Kata Hartmut, tiga anak buahnya akan segera melaksanakan misi jika sudah ada perintah dari Raymond. Namun, Raymond juga harus memastikan bahwa Lorenzo telah berkoordinasi dengan baik sama tiga anak buah dari Hartmut di sana.Drrttt....Panggilan dari Lorenzo.“Bagaimana?” cetus Raymond tidak sabar. “Kau sudah aku bayar cukup mahal, Lorenzo. Sengaja aku m
“Kau tidak mungkin lupa denganku, cantik,” ucap Skrtel sambil mendengus jijik.Skrtel hanya menjadikan Gennifer sebagai sandra. Namun jika Marvin nantinya melakukan perlawanan, bisa saja nyawa Gennifer ikut melayang.Tidak lama kemudian di tempat yang sama, muncul lah Marvin dengan wajah yang sangat terkejut kala melihat istrinya sudah berada dalam ancaman besar.Ketika Marvin berlari ke arah istrinya, tiba-tiba dua orang anak buah Skrtel pun langsung menyergap Marvin dari belakang dan mengapitnya dengan kencang hingga Marvin sulit bergerak.“Gennifer! Apa yang terjadi?!” pekik Marvin dari jarak sepuluh meter.Marvin dipaksa duduk, jika tidak menurut, Gennifer langsung akan mati di tempat.Skrtel menyeringai bengis. “Rupanya kalian berdua yang buat masalah padaku pas tadi sore di pantai heh? Asal kalian tahu, waktu itu kami bertiga sedang mencari-cari target kami, rupanya kalian lah target kami. Ha-ha-ha!” Skrtel makin mendekatka
Si pirang kesal, lantas dia pun menendang perut Marvin dari samping. Gig!“Uh!” Marvin mendesis menahan sakit di perutnya namun hitungan detik kemudian sakit itu langsung hilang seketika.Si pirang dan botak saling tatap dan sama-sama memasang wajah heran. Setelah mengumpulkan tenaga, mereka berdua sontak memberikan serangan bertubi-tubi tanpa ampun dengan tinjuan dan sepakan, berkali-kali.Gedebak! Gedebuk!“Aaagghrr!!!” Marvin Rock meraung seperti singa. “Hentikan! Aku tidak mau tangan dan kaki kalian hancur!”Menyaksikan Marvin tidak kalah dan menyerah, Skrtel terhenyak luar biasa. “Wajahmu hanya merah sedikit. Hidung dan bibirmu tidak mengeluarkan darah sedikit pun.”Hartmut ngamuk. “Skrtel! Apa dua anak buahmu belum makan?!”“Bos, badan mereka berdua sedikit lebih besar daripadaku dan tenaga mereka berdua tidak bisa diremehkan. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau serangan yang mereka berikan sangat kuat. Se
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.
GOAL! 1 – 3. Di menit ke delapan puluh, sang pelatih terus memutar otak agar timnya keluar dari lubang jarum kekalahan, namun upaya keras dari sang pelatih tak menuai hasil baik. Kata-kata kotor dan botol plastik pun mengarah ke dua bench pemain. Kesal sama tim sendiri dan muak melihat kemenangan tim lawan. Satu per satu penonton mulai meninggalkan stadion karena mereka yakin bahwa tim kesayangan mereka tidak bakal menang. Sungguh, hasil buruk dan mengecewakan. GOAL! 1 – 4. Ketika peluit panjang ditiupkan, saat itu pula kericuhan besar terjadi di dalam stadion maupun di luar stadion. Para penonton tidak terima atas hasil buruk pada pertandingan hari ini. Mereka mengamuk kepada tim sendiri dan juga kepada tim musuh. Jika pihak keamanan tidak sigap, pasti bakal ada korban jiwa dan banyak fasilitas stadion yang rusak. Harven mengawas ke atas, ‘Tiga bajingan itu sudah melarikan diri rupanya’. Ketik
Ini adalah pertandingan pembuka di musim yang baru dan kebetulan bermain di kandang, dan sangat kebetulan pula bertemu Iron United, musuh terberat yang selalu membayangi. Iron United menjadi tim tersukses selama lima tahun belakangan. Mereka memborong lima gelar juara liga secara beruntun dan total mereka tela mengoleksi sebanyak lima belas kali juara di Chemisland League One. Membaca data yang ada sekarang, di mana Gloriston FC sedang terpuruk dan juga Iron United sedang naik daun, dan meskipun bermain di kandang, Gloriston FC tidak dijagokan menang pada pertadingan kali ini. Banyak pengamat yang memberikan prediksi bahwa Iron United bakal menguasai permainan dan memenangkan laga walaupun dengan hasil yang tidak mencolok, menang tipis. Scott murka. “Sial!” umpatnya menyeringai. “Tiga pemain top kita dijual musim ini. Ketika ada mereka saja, klub tidak bisa juara, apalagi mereka tidak ada. Mereka merupakan pemain kunci, dua gelandang dan satu striker.”
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di