Beranda / Thriller / Martabak Setan / Part 1 : Takjil Super Enak

Share

Martabak Setan
Martabak Setan
Penulis: Naffa Aisha

Part 1 : Takjil Super Enak

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-16 14:04:23

Martabak Setan

 

Part 1 : Takjil Super Enak

 

"Martabak mini sepuluh biji ya, Mbak!" ucap Zilga dengan suara lemas, maklum lagi puasa.

 

"Maaf, Zil. Martabaknya sudah habis," jawab si mbak penjual.

 

"Loh, cepat amat habisnya? Baru juga pukul 15.00," protes Zilga dengan nada kesal karena lagi-lagi tidak kebagian martabak di hari ke-enam bulan Ramadhan ini.

 

"Barusan juga habis, Zil. Diborong Ibu-ibu mau acara bukber," jawabnya lagi.

 

"Ya sudah, besok saya pesan sepuluh biji. Ini uangnya saya bayar dimuka, ya!" Zilga meletakan uang selembar dua puluh ribu rupiah di atas meja kasir penitipan aneka takjil di kampung yang hanya berjarak dua rumah dari kediamannya.

 

"Hem, oke. Tapi kalau lewat jam 15.00 gak diambil, saya jual lagi martabaknya," jawab si mbak penjual sambil mengedipkan sebelah mata.

 

"Eh, kok gitu? Saya sudah bayar dimuka loh, jadi besok sore pas saya ke sini, tuh martabak harus masih ada!" Zilga makin sewot dengan mulut keriting sambil membalikan tubuh hendak pulang.

 

Si mbak penjual hanya cekikikan sambil menutupi mulutnya, takut aroma mulut khas orang puasa ini membius para pembeli lainnya. Zilga pun berlalu dan kembali ke rumah dengan tampang dongkol.

 

"Gila, emang seenak apa sih tuh martabak? Kok gue gak kebagian terus setiap hari," gerutu Zilga ketika menginjakan kaki di geretak panjang rumahnya.

 

"Kenapa, Zil?" tanya Saskia, kakaknya Zilga.

 

"Gak kebagian martabak mini warung takjil Ibu Nurhana lagi, Kak. Gila, ini hari ke-enam gue ke sana mau beli martabak dan jawaban si mbak penjualnya 'habis'. Nyebelin, kan?" jawab Zilga sambil merengut, bibir tipisnya terlihat mengerucut.

 

"Bulan puasa gak boleh marah-marah! Entar pahala puasanya berkurang. Beli takjil yang lain saja kenapa sih? Kan ada Bingka, Risoles, Bakwan, Samosa, Rerokok dan masih banyak lagi kue lainnya yang dijual di sana. Apa semuanya juga habis?"

 

"Gue cuma pengennya martabak, yang lain gak minat."

 

"Ehm, ya sudah beli di warung lain saja!"

 

"Maunya cuma di warung itu, soalnya kata teman-teman di sekolah. Martabaknya super enak, cuma gue doang yang di kelas belum pernah makan tuh martabak. Gue kan jadi penasaran, gitu ceritanya," jelas Zilga, gadis kelas XI SMA itu sambil ngeloyor menuju kamar.

 

Si Kakak hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang adik dan kemudian kembali ke dapur, melanjutkan acara masak-masak untuk buka puasa nanti.

 

******

 

Di sekolah, lagi-lagi Zilga hanya mendengarkan obrolan teman-temannya tentang kelezatan 'martabak mini' menu berbuka puasa kemarin sore.

 

"Sumpah, gue baru kali ini merasakan martabak seenak yang di jual di warung takjil Ibu Nurhana. Nagih guys rasanya, maknyos dah pokoknya," ujar Hilda teman sebangku Zilga.

 

"Lo udah merasakan belum, Zil? Kan, dekat tuh dari rumah elo?" tanya Ulan yang duduk di depan Zilga.

 

"Belum, sudah enam hari gue ke sana mau beli, eh ... habis melulu," jawab Zilga dengan tampang manyun.

 

"Haha, emang elo ke sana jam berapa, Zil? Gue aja jam 14.00, sudah tinggal dikit lagi aja martabaknya," ucap Hilda dengan bersemangat.

 

"Emang seenak apa sih tuh martabak hingga seisi sekolah ini selalu membicarakannya dan apa ada yang tahu rumah si pembuatnya?" Zilga menatap kedua temannya sambil bergantian.

 

"Masalah rasa, pokoknya mantap banget. Dagingnya itu, kerenyes-kerenyes gimana gitu, rasanya gurih dan bikin nagih. Kalau makan satu, pasti pengen nambah lagi dan nambah lagi. Alhasil sepuluh biji martabak cuma elo sendiri yang habiskan," ungkap Ulan dengan antusias, tubuh montoknya nampak bergetar kala mulutnya berbicara.

 

"Terus yang bikin tuh martabak siapa, apa kalian tahu?" Zilga menatap garang teman-temannya.

 

"Emang elo kenapa nanyain si tukang bikin? Mana garang lagi nanyanya," Hilda cekikikan.

 

"Gue mau minta resepnya, hehe .... " Zilga juga tertawa.

 

"Ehm, gila lo, Zil. Mana maulah dia ngasih resepnya."

 

"Eh, lagi ngomongin martabak mini di warung Nurhana ya? Yang bikinnya itu, nenek-nenek gitu soalnya kemarin gue pas ketemu waktu ke sana. Wajahnya serem, guys. Kayak nenek kembayan di film 'Upin Ipin'. Tapi martabaknya maknyos," sela Fitri yang tiba-tiba nimbrung dari kursi paling belakang.

 

"Masa sih?" Ulan menatap Fitri dengan mata menyipit.

 

"Iya, guys. Mau tahu gak, apa nama martabak mininya?" tanya Fitri antusias.

 

"Emang ada namanya?" Zilga mengerutkan dahi.

 

"Ada, dong. Namanya 'Martabak Setan' karena tuh martabak selalu mempengaruhi kita untuk selalu membelinya. Dan kalau sudah beli, dia selalu mempengaruhi untuk memakannya sampai tak tersisa. Sampai rebutan sama semua anggota keluarga juga, rela. Pokoknya nih martabak punya nilai mistis gitu. Horor deh pokoknya." Fitri berkata dengan serius sekali sambil melangkah mendekat pada tiga sekawan itu.

 

"Ih, masa sih, Fit?" Ulan jadi merinding.

 

"Iya, guys. Si Ucup saja yang kelas XII IPS berantem ama bapaknya sampai bacok-bacokan hanya karena rebutan tuh martabak. Dan akhirnya terkapar di rumah sakit, ucap Fitri lagi.

 

"Ah, yang benar, Fit? Kok sampai segitunya?" Zilga jadi ikut merinding juga.

 

"Maka dengan itu, gue gak mau beli martabak itu lagi." Fitri mengangkat bahunya. "Terus satu lagi, tetangga gue yang setiap hari suka beli martabak itu, tadi subuh mendadak meninggal. Karena apa, coba? Karena dijadikan tumbal 'martabak setan' agar selalu enak dan menjadi primadona diantara para hidangan takjil lainnya," bisik Fitri dengan suara menyeramkan.

 

"Ah, gue nggak percaya. Ngaco aja elo, Fit," cibir Ulan dengan memajukan bibir sexinya.

 

"Terserah kalian saja kalau tidak percaya. Yang jelas, kalian hati-hati saja! Jangan makan martabak itu jika ingin berumur panjang!" ancam Fitri kemudian ngeloyor keluar dari kelas.

 

"Ah, dasar tuh si Fitri super aneh. Palingan saja dianya mau borong tuh martabaknya ataupun, dia punya dendam kesumat sama si nenek penjual martabak itu." Hilda memutar bola mata sambil membetulkan jilbabnya.

 

"Udah deh, gak usah ngomongin martabak mulu! Lagi puasa nih, gue jadi lapar." Ulan nyengir.

 

"Huuu .... " Zilga mendorong pundak Ulan.

 

********

 

Jam pulang sekolah tiba, Zilga berjalan dengan tampang lesu menuju motor maticnya yang terparkir di parkiran sekolah.

 

"Zil, udah mau pulang?" sapa laki-laki yang juga mengenakan seragam seperti Zilga.

 

"Eh, kak Dimas. Iya, kak," jawab Zilga agak malu-malu, karena berhadapan dengan kakak kelas pujaannya.

 

"Ini, kak Dimas ada martabak mini buat kamu, untuk buka puasa." Dimas menyerahkan sekotak martabak ke tangan Zilga.

 

"Eh, kok repot-repot sih, Kak?" Zilga berbasa-basi dengan wajah berbinar-binar.

 

"Nggak repot kok."

 

"Emang kapan belinya, Kak?"

 

"Tadi, kak Dimas berpapasan sama nenek penjual martabak di depan pintu gerbang. Ya sudah, Kak Dimas beli deh buat Zilga."

 

"Hmmm, terima kasih ya, Kak." Pipi gadis berjilbab itu terasa memanas.

 

"Ya sudah, Zilga hati-hati ya pulangnya! Kak Dimas duluan." Dimas naik ke motor miliknya dan berlalu.

 

Dengan hati berbunga-bunga, Zilga pulang ke rumah dan meletakan sekotak martabak dari Dimas di atas meja belajar. Ia berganti pakaian, berwudhu dan menunaikan sholat Zuhur. Setelah itu, merebahkan diri di atas kasur hendak tidur siang. Tapi aroma wangi martabak seakan membius indra penciuman gadis berlesung pipi itu, mendadak rasa ingin segera mencicipi martabak itu begitu menggelora. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur dan menatap kotak martabak dengan sambil menelan ludah.

 

"Astagfirullahal'azim." Zilga cepat-cepat mengusap wajah dan memalingkan wajah. "Astaga, mungkin benar kata Fitri. Ini martabak setan namanya, aromanya saja sudah bisa mempengaruhi untuk segera disantap. Padahal jam berbuka puasa masih lama." Zilga keluar dari kamar sambil membawa bantal dan kemudian berbaring di depan tv.

 

*******

 

Sorenya, Zilga sedang bersantai di teras rumah sambil mendengarkan musik di ponselnya.

 

"Agggghhh ... Saskia, kamu kenapa, Nak? Zilga, cepatan ke sini!" teriak Mamaknya dari dalam.

 

Dengan cepat, Zilga langsung berlari masuk ke dalam rumah dan mendapati Saskia terbujur kaku di pangkuan sang Mamak.

 

"Kak Saskia kenapa, Mak?"

 

"Mamak gak tahu juga, tadi abis makan martabak kamu yang di kamar, dia langsung menjerit-jerit ketakutan dan kemudian pingsan," jelas sang Mamak dengan wajah pucat pasi.

 

"Emang Kak Saskia gak puasa?"

 

"Tadinya puasa, tapi pas ketemu martabak di kamar kamu, dia langsung membatalkan puasanya."

 

"Astaga, Kak Saskia ada-ada saja. Ayo, Mak ... Kita angkat dia ke tempat tidur!" Zilga dan Mamak mengangakat Saskia ke tempat tidur.

 

Beberapa saat kemudian, Saskia membuka perlahan matanya dan kemudian menjerit seperti orang kesurupan.

 

"Kamu kenapa, Sas?" suara Mamak terdengar parau sambil memegangi tubuh Saskia yang gemetar.

 

"Tidak! Pergi kamu Nenek setan! Jauhkan pisau itu dariku!" jerit Saskia lagi dengan wajah pucat dan gemetar ketakutan.

 

"Kak Saskia kenapa, Mak?" Zilga nampak prihatin melihat kondisi sang kakak.

 

"Kamu cepat panggil  Pak Amat, Zil! Sepertinya Kakakmu kesurupan."

 

Zilga langsung berlari ke rumah Pak Amat yang letaknya tepat berada disebelah rumah mereka.

 

Saskia menarik tangannya dari genggaman sang Mamak dan kemudian berlari ke pintu depan. Lalu berlari melewati geretak panjang menuju jalan raya dan menghantam sebuah truk besar yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

 

Gadis bertubuh tinggi itu bersimbah darah, Mamak menjerit histeris melihat anak sulungnya sudah terbujur kaku dengan darah mengalir di mana-mana.

 

Zilga menatap sang kakak yang sudah tertabrak truk itu sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, genangan air mata langsung membanjiri wajahnya.

 

"Apa Kak Saskia tertabrak truk gara-gara makan martabak itu? Ya Allah, lindungilah Kakak hamba, semoga nyawanya masih bisa terselamatkan!" Zilga membatin sambil melihat kerumunan para tetangga dan pengguna jalan lainnya yang sudah memasukan Saskia ke dalam sebuah mobil untuk segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

 

Zilga berusaha menguatkan diri, walau kini tubuhnya gemetar karena kecelakaan yang dialami kakaknya terus terngiang di kepalanya. Air mata juga terus saja membanjiri wajahnya hingga tiba di rumah sakit.

 

Bersambung ....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ilyas Putra Nani
Critanya Sngt seruu...
goodnovel comment avatar
ivluv_ur
seru bgt kk ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Martabak Setan   Part 2 : Gara-gara Martabak

    Martabak SetanPart 2 : Gara-Gara Martabak"Semoga ini cuma mimpi, hiks ...." Zilga mengusap wajahnya yang basah karena air mata dengan kedua tangan. "Awww, sakit. Ternyata ini bukan mimpi." Ia meringis kala mencubit pipinya.Zilga dan Mamak menatap sedih Saskia yang terbaring 'koma' di ruangan rumah sakit. Kata dokter kakaknya mengalami cedera di otak. Dokter sudah memberikan tindakan medis, tinggal menunggu Kuasa Allah lagi."Ini gara-gara martabak setan! Awas saja kalau kakak gue sampai meninggal, akan kuberikan perhitungan pada nenek pembuat martabak itu!" Zilga mengepalkan tangan dengan geram."Apa sih, Zil? Martabak apa? Kakakmu sedang sakit begini kamu masih pengen makan martabak?""Nggak, Mak," jawab Zilga sambil menuju keluar dari ruangan. Ponselnya b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Martabak Setan   Part 3 : Potongan Jari

    Martabak SetanPart 3 : Potongan Jari"Elo percaya Zil, kalau Fitri itu indigo?" Hilda memutar bola mata sambil mengangkat bahu."Ehm, tahu deh. Ya sudah, ayo masuk!" Zilga membalikan tubuh.Tiba-tiba saja, Ulan datang mencegat mereka dari depan kelas. "Eh, guys ... Lihat deh penampilan gue!" Ulan yang bertubuh mentok itu berputar-putar di depan Zilga dan Hilda, dengan mata merem melek."Apaan sih, Lan? Penampilan elo tetap sama kayak kemaren, tetap semok," ujar Zilga sambip menahan senyum.Hilda tergelak, "Haha, betul itu."Ulan menghentakan kaki sebal dan berkata, "Masa gak bisa bedakan sih gue yang hari ini sama gue yang kemaren?" Dia mengerling jahil sambil merem melek.Zilga mendeka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Martabak Setan   Part 4 : Nenek Setan

    Martabak SetanPart 4 : Nenek Setan"Zil, pulang aja yuk!" rengek Ulan sambil menarik ujung baju Zilga."Iya, Zil. Pulang aja yuk! Lo gak berniat masuk ke gubuk tua itu, kan?" timpal Hilda tak kalah takutnya dengan Ulan."Jadi pulang nih? Terus kita gak dapat apa-apa dong?" jawab Zilga dengan tak mengalihkan pandangan dari gubuk reot didepannya."Besok siang sepulang sekolah, baru kita ke sini lagi. Sekarang pulang saja dulu," bujuk Hilda lagi sambil memegangi tengkuknya yang merinding sejak tadi.""Please, Zil. Pulang yuk! Gue belum siap mati dan dijadikan cincangan untuk martabak setan, gue masih mau menikmati masa indahnya pacaran sama Yoga dan Adit. Gue gak mau kedua cowok ganteng itu menjadi duda sebelum menikah sama gue, hiks .... " oceh Ulan sambil meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Martabak Setan   Part 5 : Menghilangnya Rafli

    Martabak SetanPart 5 : Menghilangnya RafliSetelah pulang dari sekolah, Zilga bersama Hilda dan Ulan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Dimas. Rafli dan Adit juga ikut ke sana, mereka mengiringi ketiga gadis itu dari belakang.Tetapi, ketika sampai di ruang perawatan Dimas, mereka tidak diperbolehkan masuk karena keadaan pasien masih kritis."Makasih ya sudah menjenguk Dimas, nanti kalau keadaan Dimas sudah stabil, Tante akan sampaikan padanya kalau ada kalian ke sini," ucap Mamanya Dimas dengan wajah penuh kesedihan."Tante yang sabar, ya! Semoga Kak Dimas cepat sembuh," ujar Zilga dengan raut wajah prihatin.Setelah berbincang-bincang sebentar, Zilga d

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 6 : Pencarian Tak Berujung

    Martabak SetanPart 6 : Pencarian Tak BerujungZilga terdiam dengan pikiran yang berkecamuk, belum selesai tiga masalah, kini akan datang lagi masalah baru yaitu Ulan yang akan menjadi target selanjutnya. Kakaknya Saskia dan Kak Dimas masih terbaring kritis di rumah sakit, dan Rafli yang menghilang. Ia tak tahu kesialan apa lagi yang akan menimpa temannya bertubuh semok itu, dihembuskannya napas letih dengan hati yang tak tenang. Cobaan di bulan ramadhan tahun ini sungguh membuatnya tak habis pikir, yang kata orang-orang para setan akan dirantai untuk tak mengganggu umat manusia tapi nyatanya Si Nenek setan malah meneror masyarakat kampungnya dengan takjil pembawa petaka, martabak setan.“Zil, apa kita akan di sini sampai malam? Terus Rafli gimana? Apa yang akan gue bilang apa Mamanya jika nanya ke gue?” Hilda mengguncang bahu Zilga yang membuatnya segera t

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 7 : Jangan Tidur Malam Ini!

    Martabak SetanPart 7 : Jangan Tidur Malam ini!Setelah berdebat, akhirnya Hilda mau juga di suruh pulang. Zilga juga kembali ke rumahnya dengan tampang letih karena ia belum ada memakan apa pun sejak dari jam berbuka tadi. Di rumahnya sepi, makanan pun juga tak ada. Ia memegangi perut yang sudah berbunyi karena masuk angin. Dilepasnya jilbab putih yang menutupi kepala, hingga malam begini pun ia masih mengenakan seragam sekolah.Zilga meraih ponsel dan memikirkan apa yang akan ia lakukan sekarang, ia rindu suasana rumah dengan adanya Sang Mamak juga Saskia, kakaknya. Kini sudah berhari-hari, ia sendirian di rumah. Ia jadi terkenang Abahnya, yang kini sudah memiliki keluarga baru.Zilga jadi semakin kesal, karena Sang Abah belum juga menampakkan batang hidungnya sejak ia menelepon mengabarkan kalau Kakaknya masuk rumah sakit.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 8 : Mimpi yang Terasa Nyata

    Martabak SetanPart 8 : Mimpi yang Terasa NyataKalau chat dari Fitri benar, maka Zilga tak mau tidur malam ini. Akan tetapi, dapatkah ia menahankan mata untuk tak tidur malam ini, dengan tubuh yang sudah sangat letih begini? Gadis berpiama itu jadi resah dan bimbang. Dihelanya napas panjang sambil memikirkan solusi dari masalah yang dihadapinya sekarang.“Abah, mungkin aku harus menelepon dia dan meminta bantuan sebab hanya Abah saja yang dapat menolongku di saat kritis begini.” Zilga membatin sambil memandangi nomor kontak sang Abah.“Telepon atau jangan, ya? Bagaimana kalau beliau sudah tidur? Aghh ... gimana ini? Setidaknya aku harus mencoba dulu.” Ia memutuskan dengan sambil menekan nomor ponsel Abahnya.Panggilan pertamanya terabaikan, ia mencoba lagi mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 9 : Hampir Mati

    Martabak SetanPart 9 : Hampir Mati“Agghh!!!” Zilga menjerit histeris, tak ingin nyawanya berakhir di tangan si nenek tapi ia benar-benar sudah tersudut saat ini.Saat pisau besar itu hendak mengenai kepalanya, Zilga langsung menunduk sehingga pisau sang nenek mengenai pohon besar itu dan menancap di sana.Zilga memegangi dada, napasnya terengah-engah dengan tubuh yang gemetar karena ketakutan. Sedangkan Sang Nenek setan menatapnya geram dan berusaha menarik pisau yang tertancap di pohon itu.“Ya Allah, hamba belum mau mati .... “ Zilga membatin dan bersiap untuk pergi dari hadapan sang nenek setan.“Hey, aku takkan melepaskanmu!” Sang Nenek menarik rambut panjang Zilga.“Agghh!!!” jerit Zilga kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23

Bab terbaru

  • Martabak Setan   Extra Part 3

    Martabak SetanExtra Part 3Hari terus berlalu,suasana di Kampung Banjar berangsur membaik walau jumlah warganya sudah berkurang separuh serta penambahan lokasi TPU semakin diperluas karena banyaknya warga yang meninggal karena korban martabak setan.Zilga melewati hari-hari yang sibuk, karena ia mengikuti banyak les di sekolahnya karena menginginkan nilai yang bagus saat ujian nanti dengan harapan bisa mendapatkan beasiswa yang sudah diincarnya walau kuliahnya nanti akan di Kota dan otomatis akan bertemu dengan Devin, pemuda yang mengaku akan calon imamnya kelak. Ia tersenyum saat mengingat chat Devin kala itu, walau sekarang tiada hari dengan saling mengirimkan kabar.“Zil, ke kantin yuk!” ajak Ulan saat bel istirahat berbunyi.“Hmm ... nggak deh, Lan, gue masih kenyang,

  • Martabak Setan   Extra Part 2

    Martabak SetanExtra Part 2 : Masalah Hati 2“Lagi di mana, Yank?”Terdengar suara manja dari Mayang, pacarnya Devin yang ada di Kota tempat kuliahnya.“Lagi lebaran di rumah tetangga. Ada apa lagi sih, May? Bukannya sebelum pergi tadi kamu udah video call juga? Capek tahu gak kalau diteror melulu seperti ini,” ujar Devin dengan sambil menatap layar ponselnya, sedikit malas menatap wajah Mayang yang selalu curiga kepadanya dan terlalu berlebihan itu.“Aku ‘kan kangen sama kamu, Yank, kok jutek gitu nada bicaranya? Kamu lagi ngecengin cewek lain di belakangku, gitu? Aku ganggu kamu begitu, Yank? Tega kamu, ya. Aku begini hanya karena tak mau kehilangan kamu, dan ingin kamu cepat balik ke sini,” jawab Mayang dengan pasang wajah sedih.“Udahlah, M

  • Martabak Setan   Extra Part 1

    Martabak SetanExtra Part 1 : Masalah HatiHari lebaran pertama berlangsung menyenangkan bagiZilga, karena hari ini seluruh keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Inilah hari yang selalu ia tunggu setiap tahunnya, sebab kini mereka berkumpul di rumah Neneknya. Keluarga yang jauh pun berkumpul di sini, merayakan hari kemenangan bersama.“Assalammualaikum.” Seorang pria betubuh tegap dengan kulit gelap berdiri di depan pintu.Zilga langsung menoleh ke arah suara yang sangat ia kenal itu, ia langsung berlari menghampiri sang Abah yang selalu ia rindu kehadirannya itu.“Waalaikumsalam, Abah.” Zilga langsung menyalami pria berwajah sangar itu, lalu memeluknya. “Maaf lahir batin, ya, Bah.”“Iya, Nak, maaf lahir batin j

  • Martabak Setan   Part 30 : Hari Kemenangan

    Martabak SetanPart 30 : Hari KemenanganZilga berusaha menyimpan rasa penasarannya, agar Mamak dan Kakaknya tak merasa ada yang tak beres. Ia tak mau Saskia yang baru saja sembuh dari sakitnya kembali kepikiran akan permasalahan yang seolah takkan pernah ada habisnya. Padahal ia sudah bernapas lega sejak Nenek setan sudah memutuskan untuk bertaubat.Zilga masuk ke kamar lalu mengeluarkan ponsel, ia tak telalu jelas mendengar nama warga yang barusan meninggal, yang ia dengar bahwa yang meninggal itu adalah satu keluarga. Ternyata ada beberapa telepon dari Devin yang ia lewatkan, dua menit kemudian ponselnya kembali berdering.“Assalammualaikum, Bang,” ucap Zilga.“Waalaikumsalam. Zil, kamu udah dengar siaran berita duka di masjid barusan?” tanya Devin. 

  • Martabak Setan   Part 29 : Kakek Dharma vs Raja Iblis

    Martabak SetanPart 29 : Kakek Dharma VS Raja IblisNenek setan tertunduk, dengan kedua tangan yang bergetar, ia berusahakeras untuk melawan bisikan setan di dalam tubuhnya yang masih menghasut agar ia tetap memperjuangkan dendamnya dan membunuh siapa saja, tanpa tercuali. Akan tetapi, bayangan kekecewaan Jaka akan kesesatan yang selama ini ia lakukan membuatnya ingin berhenti dan segera bertobat lalu kembali ke jalan yang benar, walau ia tahu dosanya sudah terlalu besar dan mungkin takkan terampuni oleh Yang Maha Kuasa.“Bunuh semua orang yang telah menyakiti anakmu, Sabil! Jangan beri ampun mereka, musnahkan semuanya agar kamu menemui keabadian dan takkan pernah mati!” bisikan setan memenuhi telinga Nenek setan.“Allah maha pengampun, Sabil. Jika kamu mau bertobat dengan tulus dan sungguh-sungguh, insyallah

  • Martabak Setan   Part 28 : Nenek Setan Menangis?

    Martabak SetanPart 28 : Nenek Setan Menangis?“Hentikan ocehanmu!” Nenek setan melompat dan menyerang Kakek Dharma dengan mengerahkan segala kemampuannya.Tak sempat menghindar, tendangan keras langsung mendarat di dada Kakek Dharma. Ia langsung terlempar, dengan sambil memegangi dada. Darah segar keluar dari mulutnya, napasnya terngah-engah menahan rasa panas yang menjalar di dada juga sekujur tubuh. Ia merasa Sabila takkan bisa sadar lagi karena kini ia sudah dikuasai setan yang sudah merasuk dan mendarah daging, dan jika melawannya dengan tenaga, maka dirinya takkan menang sebab nenek pembuat martabak itu sangat kuat dengan tenaga berkali-kali lipat dari manusia awam.Fitri yang tadi bersama Zilga dan Devin tiba-tiba menghilang, dan kembali ke alam sadar. Gadis indigo itu segera bangun dari mimpinya.&

  • Martabak Setan   Part 27 : Pertempuran Sengit

    Martabak SetanPart 27 : Pertempuran SengitPagi ini, Devin dan Zilga sudah bersiap untuk turun gunung. Kakek Dharma akan turut serta bersama keduanya. Pukul 09.15, mereka memulai perjalanan yang cukup ekstrem karena kini jalanan terlihat menurun. Walau ketiganya sedang berpuasa, tapi tetap bersemangat dan kuat, demi satu tujuan yaitu menumpas kejahatan Nenek setan yang sudah banyak menghilangkan nyawa warga di Kampung Banjar.Beberapa kali mereka berhenti untuk beristirahat, namun harus tetap menahan dahaga juga lapar di tengah teriknya sinar sang surya. Keringat bercucuran membasahi dahi juga pakaian, tapi tak menyurutkan semangat untuk tetap melanjutkan perjalanan untuk turun ke bawah sana. Saat sudah sampai di bawah pun perjalanan belum finish, mereka harus menyambung perjalanan dengan motor lagi.Pukul 15.30, mereka tiba juga d

  • Martabak Setan   Part 26 : Masa Lalu Nenek Setan

    Martabak SetanPart 26 : Masa Lalu Nenek SetanSabila meletakkan dua karung sampah botol hasil memulungnya di dekat warung takjil, lalu melangkah mendekati kerumunan warga. Jantungnya semakin berdebar tak karuan, perasaan tak enak membuatnya tak sabar untuk melihat siapa yang digebuki beberapa orang di dekatnya.“Ada apa itu, Pak?” tanya Sabila kepada seseorang yang ada di sana.“Ada maling cilik,” jawab orang itu sambil berlalu.Jantung Sabila semakin berdebar kencang.“Gila tuh bocah, kecil-kecil udah mau jadi maling!”“Mana bulan puasa lagi!”“Kasihan juga sih, dia cuma maling martabak kok. Mungkin dia lapar."

  • Martabak Setan   Part 25 : Kakek Dharma

    Martabak SetanPart 25 : Kakek Dharma NamanyaZilga dan Devin terus mendaki, menyusuri terjalnya jalanan tanjakan itu. Keringat sudah bercucuran membasahi dahi juga tubuh, rasa dahaga juga terasa menyiksa tenggorokan, apalagi cuaca hari ini sangat terik. Sesekali keduanya berhenti, namun segera memutuskan melanjutkkan perjalanan, dengan harapan bisa bertemu Silgun alias siluman gunung, begitu Ibu warung tadi menggelari lelaki tua yang sudah menghabiskan lima puluh tahun hidupnya di gunung itu.“Capek, Bang,” keluh Zilga sambil duduk selonjoran di bawah pohon karena kakinya sudah tak mampu dibawa melangkah.“Kita istirahat dulu,” jawab Devin dengan sambil duduk pula. “Kalau udah nggak sanggup puasa, minum aja!” sambung cowok berkulit kuning langsat itu dengan mengulum senyum.&

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status