Home / Thriller / Martabak Setan / Part 2 : Gara-gara Martabak

Share

Part 2 : Gara-gara Martabak

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Martabak Setan

 

Part 2 : Gara-Gara Martabak

 

"Semoga ini cuma mimpi, hiks ...." Zilga mengusap wajahnya yang basah karena air mata dengan kedua tangan. "Awww, sakit. Ternyata ini bukan mimpi." Ia meringis kala mencubit pipinya.

 

Zilga dan Mamak menatap sedih Saskia yang terbaring 'koma' di ruangan rumah sakit. Kata dokter kakaknya mengalami cedera di otak. Dokter sudah memberikan tindakan medis, tinggal menunggu Kuasa Allah lagi.

 

"Ini gara-gara martabak setan! Awas saja kalau kakak gue sampai meninggal, akan kuberikan perhitungan pada nenek pembuat martabak itu!" Zilga mengepalkan tangan dengan geram.

 

"Apa sih, Zil? Martabak apa? Kakakmu sedang sakit begini kamu masih pengen makan martabak?"

 

"Nggak, Mak," jawab Zilga sambil menuju keluar dari ruangan. Ponselnya berbunyi, nomor tak dikenal terpampang di layarnya.

 

"Halo," ucap Zilga dengan suara parau.

 

"Zil, sudah jam 17.00 nih. Warung sudah mau tutup, kok martabaknya gak diambil-ambil juga sih?" terdengar suara cempreng milik Mbak Minah, si Mbak penjaga warung Takjil Nurhana.

 

"Ah, buat Mbak Minah saja martabak setannya. Zilga sudah tidak kepengen," ia langsung menekan tombol merah mengakhiri telepon.

 

Setelah pamit dengan Mamak, Zilga pulang ke rumah. Mengambil pakaian untuk mereka serta makanan.

 

Suasana rumah sepi, karena mereka memang hanya tinggal bertiga saja setelah Mamak dan Abah berpisah. Abah sudah menikah lagi dan tinggal di kampung sebelah. Zilga menyalakan semua lampu di rumah, dan kemudian masuk ke kamar. Sekotak martabak dari Kak Dimas masih terletak di atas meja belajar, ia mendekat dan membukanya. Masih ada tiga biji lagi, ia meraih martabak itu.

 

"Aggghhh .... " Zilga menjerit histeris kala melihat martabak di tangannya berlumur darah. "Astaghfirullahal'azim, ya Allah." Ia memegangi dada dengan jantung berdebar kencang, bulu kuduk mendadak merinding.

 

Zilga berlari menuju dapur dengan membawa sekotak martabak itu, kemudian membuangnya keluar rumah.

 

"Dasar martabak setan, kembalilah ke nenek pembuatmu! Jangan ganggu keluargaku!" ucap Zilga dengan suara bergetar manahan takut.

 

Dengan cepat, ia segera mengemasi pakaian untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah itu mengemasi makanan yang sudah di masak sang Mamak tadi, mengunci pintu rumah dan langsung tancap gas dengan motor maticnya.

 

Ketika melewati warung takjil Nurhana, seorang nenek-nenek melambaikan tangan kepadanya dengan senyum menyeramkan. Percis penampilan Nenek kembayan. Dengan cepat, Zilga langsung mempalingkan wajah.

 

"Astaga, itu pasti Nenek setan si pembuat martabak," ucapnya lirih.

 

Suara adzan magrib sudah berkumandang, waktu berbuka puasa telah tiba. Zilga memacu kencang motornya agar cepat sampai di rumah sakit.

 

*******

 

Malam itu, Zilga bersama Mamak tidur di rumah sakit menunggui Saskia yang masih terbaring koma di atas tempat tidur rumah sakit. Selain mengalami cedera otak, Saskia juga mengalami luka di sekujur tubuhnya akibat goresan aspal jalan raya.

 

Setelah mendoakan kesembuhan untuk sang Kakak, Zilga dan Mamak tertidur.

 

*******

 

"Ini, Cu, ayo di makan martabaknya! Enak lhoh, di jamin nagih rasanya," ucap seorang Nenek sambil menyodorkan sebuah martabak mini dihadapan Zilga.

 

Zilga meraih martabak itu dan ketika hendak memasukannya ke dalam mulut, seorang wanita berteriak kepadanya.

 

"Jangan di makan, Zil!" ucap wanita itu yang ternyata adalah Saskia, kakaknya Zilga.

 

"Kakak," Zilga menatap senang sang kakak hingga martabak di tangannya terjatuh ke tanah.

 

"Jangan pernah memakan martabak itu, Zil! Cukup Kakak saja ... " ucapan Saskia terhenti kala si Nenek sudah berada didepannya sambil mencekik leher jenjang wanita bertubuh tinggi itu.

 

"Heh, Nenek setan, lepaskan Kakak gue!" Zilga berusaha menolong sang Kakak tapi mendadak kakinya tidak bisa di gerakan.

 

"Hihihihiiii ... Tunggu giliran kamu, ya!" si Nenek berwajah seram menarik Saskia pergi.

 

"Kakak! Lepaskan Kak Saskia," Zilga menjerit keras dan tak dapat lagi menahan air matanya melihat sang Kakak yang di seret oleh Nenek setan.

 

"Zil, kamu kenapa, Nak? Ayo, bangun!" suara Mamak membuat Zilga langsung terbangun dari mimpi buruknya.

 

"Astaghfirullahal'azim, syukurlah ternyata cuma mimpi. Kakak gak kenapa-kenapa kan, Mak?" Zilga bangkit dan menghampiri Saskia yang masih terbaring tak sadarkan diri.

 

"Emang kamu mimpi apa, Zil?" tanya Mamak.

 

"Sepertinya Kak Saskia seperti ini gara-gara memakan martabak setan itu, Mak."

 

"Maksud kamu gimana, Zil? Jangan percaya sama hal begituan. Ini sudah kehendak Allah, kita pasrahkan semua pada-Nya."

 

Zilga menarik napas panjang, "Percuma saja menjelaskan pada Mamak, kejadian ini memang diluar logika." Zilga membatin.

 

"Nanti Abahmu di telpon, Zil. Bilang ke dia kalau Kakakmu kecelakaan," ucap Mamak sambil menyiapkan makanan untuk kami sahur.

 

"Iya, Mak. Nanti di sekolah saja Zilga nelponnya."

 

*******

 

Di sekolah, Zilga berjalan dengan lesu menuju kelas. Kalau bukan karena hari ini sedang berlangsung Ulangan Umum, dia ogah ke sekolah. Ia akan memilih menunggui sang kakak di rumah sakit atau juga mencari rumah si Nenek pembuat martabak untuk membuktikan desas-desus yang sedang marak ini.

 

"Zil, Zilga .... " Dengan napas tersengal-sengal, Hilda teman sebangkunya menghampiri gadis berjilbab dengan dua lesung pipi menghiasi wajahnya.

 

"Ada apa sih, Hil?"

 

"Aku turut sedih atas musibah yang menimpa kakakmu. Tapi tadi malam, ada kejadian heboh lagi. Si Nandu, anaknya mbak Minah penjaga warung takjil Nurhana menghilang."

 

"Emang ke mana tuh bocah?"

 

"Awalnya dia pamit mau pergi taraweh, tapi sampai tengah malam. Dia gak pulang-pulang juga," ucap Hilda lagi.

 

"Ehm, dia pasti di culik Nenek pembuat martabak! Mau diambil dagingnya buat campuran martabak." Fitri si cewek aneh tiba-tiba muncul di samping Zilga dan Hilda yang sedang mengobrol di depan kelas.

 

"Apa? Jangan aneh-aneh gitulah, Fit! Gak boleh asal tuduh, ini lagi bulan puasa sebaiknya jaga ucapan elo!" Hilda melototi Fitri, gadis kurus kering dengan rambut kriting sebahu.

 

"Kok elo bisa tahu, Fit? Jangan-jangan elo ini cucunya si Nenek Setan?" Zilga menatap tajam mata Fitri.

 

"Eh, enak aja lo, asal tuduh gitu! Gue kan indigo, maka dengan itu gue tahu semuanya." Fitri berlalu meninggalkan Zilga dan Hilda yang saling tatap dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

 

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
ivluv_ur
Seru sih gk sadar udh pt 3🥲
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Martabak Setan   Part 3 : Potongan Jari

    Martabak SetanPart 3 : Potongan Jari"Elo percaya Zil, kalau Fitri itu indigo?" Hilda memutar bola mata sambil mengangkat bahu."Ehm, tahu deh. Ya sudah, ayo masuk!" Zilga membalikan tubuh.Tiba-tiba saja, Ulan datang mencegat mereka dari depan kelas. "Eh, guys ... Lihat deh penampilan gue!" Ulan yang bertubuh mentok itu berputar-putar di depan Zilga dan Hilda, dengan mata merem melek."Apaan sih, Lan? Penampilan elo tetap sama kayak kemaren, tetap semok," ujar Zilga sambip menahan senyum.Hilda tergelak, "Haha, betul itu."Ulan menghentakan kaki sebal dan berkata, "Masa gak bisa bedakan sih gue yang hari ini sama gue yang kemaren?" Dia mengerling jahil sambil merem melek.Zilga mendeka

  • Martabak Setan   Part 4 : Nenek Setan

    Martabak SetanPart 4 : Nenek Setan"Zil, pulang aja yuk!" rengek Ulan sambil menarik ujung baju Zilga."Iya, Zil. Pulang aja yuk! Lo gak berniat masuk ke gubuk tua itu, kan?" timpal Hilda tak kalah takutnya dengan Ulan."Jadi pulang nih? Terus kita gak dapat apa-apa dong?" jawab Zilga dengan tak mengalihkan pandangan dari gubuk reot didepannya."Besok siang sepulang sekolah, baru kita ke sini lagi. Sekarang pulang saja dulu," bujuk Hilda lagi sambil memegangi tengkuknya yang merinding sejak tadi.""Please, Zil. Pulang yuk! Gue belum siap mati dan dijadikan cincangan untuk martabak setan, gue masih mau menikmati masa indahnya pacaran sama Yoga dan Adit. Gue gak mau kedua cowok ganteng itu menjadi duda sebelum menikah sama gue, hiks .... " oceh Ulan sambil meng

  • Martabak Setan   Part 5 : Menghilangnya Rafli

    Martabak SetanPart 5 : Menghilangnya RafliSetelah pulang dari sekolah, Zilga bersama Hilda dan Ulan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Dimas. Rafli dan Adit juga ikut ke sana, mereka mengiringi ketiga gadis itu dari belakang.Tetapi, ketika sampai di ruang perawatan Dimas, mereka tidak diperbolehkan masuk karena keadaan pasien masih kritis."Makasih ya sudah menjenguk Dimas, nanti kalau keadaan Dimas sudah stabil, Tante akan sampaikan padanya kalau ada kalian ke sini," ucap Mamanya Dimas dengan wajah penuh kesedihan."Tante yang sabar, ya! Semoga Kak Dimas cepat sembuh," ujar Zilga dengan raut wajah prihatin.Setelah berbincang-bincang sebentar, Zilga d

  • Martabak Setan   Part 6 : Pencarian Tak Berujung

    Martabak SetanPart 6 : Pencarian Tak BerujungZilga terdiam dengan pikiran yang berkecamuk, belum selesai tiga masalah, kini akan datang lagi masalah baru yaitu Ulan yang akan menjadi target selanjutnya. Kakaknya Saskia dan Kak Dimas masih terbaring kritis di rumah sakit, dan Rafli yang menghilang. Ia tak tahu kesialan apa lagi yang akan menimpa temannya bertubuh semok itu, dihembuskannya napas letih dengan hati yang tak tenang. Cobaan di bulan ramadhan tahun ini sungguh membuatnya tak habis pikir, yang kata orang-orang para setan akan dirantai untuk tak mengganggu umat manusia tapi nyatanya Si Nenek setan malah meneror masyarakat kampungnya dengan takjil pembawa petaka, martabak setan.“Zil, apa kita akan di sini sampai malam? Terus Rafli gimana? Apa yang akan gue bilang apa Mamanya jika nanya ke gue?” Hilda mengguncang bahu Zilga yang membuatnya segera t

  • Martabak Setan   Part 7 : Jangan Tidur Malam Ini!

    Martabak SetanPart 7 : Jangan Tidur Malam ini!Setelah berdebat, akhirnya Hilda mau juga di suruh pulang. Zilga juga kembali ke rumahnya dengan tampang letih karena ia belum ada memakan apa pun sejak dari jam berbuka tadi. Di rumahnya sepi, makanan pun juga tak ada. Ia memegangi perut yang sudah berbunyi karena masuk angin. Dilepasnya jilbab putih yang menutupi kepala, hingga malam begini pun ia masih mengenakan seragam sekolah.Zilga meraih ponsel dan memikirkan apa yang akan ia lakukan sekarang, ia rindu suasana rumah dengan adanya Sang Mamak juga Saskia, kakaknya. Kini sudah berhari-hari, ia sendirian di rumah. Ia jadi terkenang Abahnya, yang kini sudah memiliki keluarga baru.Zilga jadi semakin kesal, karena Sang Abah belum juga menampakkan batang hidungnya sejak ia menelepon mengabarkan kalau Kakaknya masuk rumah sakit.

  • Martabak Setan   Part 8 : Mimpi yang Terasa Nyata

    Martabak SetanPart 8 : Mimpi yang Terasa NyataKalau chat dari Fitri benar, maka Zilga tak mau tidur malam ini. Akan tetapi, dapatkah ia menahankan mata untuk tak tidur malam ini, dengan tubuh yang sudah sangat letih begini? Gadis berpiama itu jadi resah dan bimbang. Dihelanya napas panjang sambil memikirkan solusi dari masalah yang dihadapinya sekarang.“Abah, mungkin aku harus menelepon dia dan meminta bantuan sebab hanya Abah saja yang dapat menolongku di saat kritis begini.” Zilga membatin sambil memandangi nomor kontak sang Abah.“Telepon atau jangan, ya? Bagaimana kalau beliau sudah tidur? Aghh ... gimana ini? Setidaknya aku harus mencoba dulu.” Ia memutuskan dengan sambil menekan nomor ponsel Abahnya.Panggilan pertamanya terabaikan, ia mencoba lagi mel

  • Martabak Setan   Part 9 : Hampir Mati

    Martabak SetanPart 9 : Hampir Mati“Agghh!!!” Zilga menjerit histeris, tak ingin nyawanya berakhir di tangan si nenek tapi ia benar-benar sudah tersudut saat ini.Saat pisau besar itu hendak mengenai kepalanya, Zilga langsung menunduk sehingga pisau sang nenek mengenai pohon besar itu dan menancap di sana.Zilga memegangi dada, napasnya terengah-engah dengan tubuh yang gemetar karena ketakutan. Sedangkan Sang Nenek setan menatapnya geram dan berusaha menarik pisau yang tertancap di pohon itu.“Ya Allah, hamba belum mau mati .... “ Zilga membatin dan bersiap untuk pergi dari hadapan sang nenek setan.“Hey, aku takkan melepaskanmu!” Sang Nenek menarik rambut panjang Zilga.“Agghh!!!” jerit Zilga kar

  • Martabak Setan   Part 10 : Tak Ada yang Percaya

    Martabak SetanPart 10 : Tak ada yang percayaSesampainya di rumah duka, Zilga langsung bergabung dengan pelayat lainnya yang kini sedang membaca buku yasin sembari mengelilingi jenazah yang ditutupi kain batik panjang itu. Gadis bergamis hitam itu mengeluarkan amplop yang sudah ia siapkan sejak dari rumah, sebagai bentuk bela sungkawa atas keluarga yang telah ditinggalkan.“Meninggalnya kenapa, Bu?” bisik Zilga kepada wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.“Terpeleset di kamar mandi, dan saat dilarikan ke rumah sakit, almarhumah sudah tak tertolong lagi,” jawab wanita paruh baya itu.“Kapan kejadianya, Bu?” tanya Zilga lagi.“Tadi subuh, Nak. Pas mau wudhu. Kasihan, anaknya masih kecil-kecil,” bisik Ibu itu

Latest chapter

  • Martabak Setan   Extra Part 3

    Martabak SetanExtra Part 3Hari terus berlalu,suasana di Kampung Banjar berangsur membaik walau jumlah warganya sudah berkurang separuh serta penambahan lokasi TPU semakin diperluas karena banyaknya warga yang meninggal karena korban martabak setan.Zilga melewati hari-hari yang sibuk, karena ia mengikuti banyak les di sekolahnya karena menginginkan nilai yang bagus saat ujian nanti dengan harapan bisa mendapatkan beasiswa yang sudah diincarnya walau kuliahnya nanti akan di Kota dan otomatis akan bertemu dengan Devin, pemuda yang mengaku akan calon imamnya kelak. Ia tersenyum saat mengingat chat Devin kala itu, walau sekarang tiada hari dengan saling mengirimkan kabar.“Zil, ke kantin yuk!” ajak Ulan saat bel istirahat berbunyi.“Hmm ... nggak deh, Lan, gue masih kenyang,

  • Martabak Setan   Extra Part 2

    Martabak SetanExtra Part 2 : Masalah Hati 2“Lagi di mana, Yank?”Terdengar suara manja dari Mayang, pacarnya Devin yang ada di Kota tempat kuliahnya.“Lagi lebaran di rumah tetangga. Ada apa lagi sih, May? Bukannya sebelum pergi tadi kamu udah video call juga? Capek tahu gak kalau diteror melulu seperti ini,” ujar Devin dengan sambil menatap layar ponselnya, sedikit malas menatap wajah Mayang yang selalu curiga kepadanya dan terlalu berlebihan itu.“Aku ‘kan kangen sama kamu, Yank, kok jutek gitu nada bicaranya? Kamu lagi ngecengin cewek lain di belakangku, gitu? Aku ganggu kamu begitu, Yank? Tega kamu, ya. Aku begini hanya karena tak mau kehilangan kamu, dan ingin kamu cepat balik ke sini,” jawab Mayang dengan pasang wajah sedih.“Udahlah, M

  • Martabak Setan   Extra Part 1

    Martabak SetanExtra Part 1 : Masalah HatiHari lebaran pertama berlangsung menyenangkan bagiZilga, karena hari ini seluruh keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Inilah hari yang selalu ia tunggu setiap tahunnya, sebab kini mereka berkumpul di rumah Neneknya. Keluarga yang jauh pun berkumpul di sini, merayakan hari kemenangan bersama.“Assalammualaikum.” Seorang pria betubuh tegap dengan kulit gelap berdiri di depan pintu.Zilga langsung menoleh ke arah suara yang sangat ia kenal itu, ia langsung berlari menghampiri sang Abah yang selalu ia rindu kehadirannya itu.“Waalaikumsalam, Abah.” Zilga langsung menyalami pria berwajah sangar itu, lalu memeluknya. “Maaf lahir batin, ya, Bah.”“Iya, Nak, maaf lahir batin j

  • Martabak Setan   Part 30 : Hari Kemenangan

    Martabak SetanPart 30 : Hari KemenanganZilga berusaha menyimpan rasa penasarannya, agar Mamak dan Kakaknya tak merasa ada yang tak beres. Ia tak mau Saskia yang baru saja sembuh dari sakitnya kembali kepikiran akan permasalahan yang seolah takkan pernah ada habisnya. Padahal ia sudah bernapas lega sejak Nenek setan sudah memutuskan untuk bertaubat.Zilga masuk ke kamar lalu mengeluarkan ponsel, ia tak telalu jelas mendengar nama warga yang barusan meninggal, yang ia dengar bahwa yang meninggal itu adalah satu keluarga. Ternyata ada beberapa telepon dari Devin yang ia lewatkan, dua menit kemudian ponselnya kembali berdering.“Assalammualaikum, Bang,” ucap Zilga.“Waalaikumsalam. Zil, kamu udah dengar siaran berita duka di masjid barusan?” tanya Devin. 

  • Martabak Setan   Part 29 : Kakek Dharma vs Raja Iblis

    Martabak SetanPart 29 : Kakek Dharma VS Raja IblisNenek setan tertunduk, dengan kedua tangan yang bergetar, ia berusahakeras untuk melawan bisikan setan di dalam tubuhnya yang masih menghasut agar ia tetap memperjuangkan dendamnya dan membunuh siapa saja, tanpa tercuali. Akan tetapi, bayangan kekecewaan Jaka akan kesesatan yang selama ini ia lakukan membuatnya ingin berhenti dan segera bertobat lalu kembali ke jalan yang benar, walau ia tahu dosanya sudah terlalu besar dan mungkin takkan terampuni oleh Yang Maha Kuasa.“Bunuh semua orang yang telah menyakiti anakmu, Sabil! Jangan beri ampun mereka, musnahkan semuanya agar kamu menemui keabadian dan takkan pernah mati!” bisikan setan memenuhi telinga Nenek setan.“Allah maha pengampun, Sabil. Jika kamu mau bertobat dengan tulus dan sungguh-sungguh, insyallah

  • Martabak Setan   Part 28 : Nenek Setan Menangis?

    Martabak SetanPart 28 : Nenek Setan Menangis?“Hentikan ocehanmu!” Nenek setan melompat dan menyerang Kakek Dharma dengan mengerahkan segala kemampuannya.Tak sempat menghindar, tendangan keras langsung mendarat di dada Kakek Dharma. Ia langsung terlempar, dengan sambil memegangi dada. Darah segar keluar dari mulutnya, napasnya terngah-engah menahan rasa panas yang menjalar di dada juga sekujur tubuh. Ia merasa Sabila takkan bisa sadar lagi karena kini ia sudah dikuasai setan yang sudah merasuk dan mendarah daging, dan jika melawannya dengan tenaga, maka dirinya takkan menang sebab nenek pembuat martabak itu sangat kuat dengan tenaga berkali-kali lipat dari manusia awam.Fitri yang tadi bersama Zilga dan Devin tiba-tiba menghilang, dan kembali ke alam sadar. Gadis indigo itu segera bangun dari mimpinya.&

  • Martabak Setan   Part 27 : Pertempuran Sengit

    Martabak SetanPart 27 : Pertempuran SengitPagi ini, Devin dan Zilga sudah bersiap untuk turun gunung. Kakek Dharma akan turut serta bersama keduanya. Pukul 09.15, mereka memulai perjalanan yang cukup ekstrem karena kini jalanan terlihat menurun. Walau ketiganya sedang berpuasa, tapi tetap bersemangat dan kuat, demi satu tujuan yaitu menumpas kejahatan Nenek setan yang sudah banyak menghilangkan nyawa warga di Kampung Banjar.Beberapa kali mereka berhenti untuk beristirahat, namun harus tetap menahan dahaga juga lapar di tengah teriknya sinar sang surya. Keringat bercucuran membasahi dahi juga pakaian, tapi tak menyurutkan semangat untuk tetap melanjutkan perjalanan untuk turun ke bawah sana. Saat sudah sampai di bawah pun perjalanan belum finish, mereka harus menyambung perjalanan dengan motor lagi.Pukul 15.30, mereka tiba juga d

  • Martabak Setan   Part 26 : Masa Lalu Nenek Setan

    Martabak SetanPart 26 : Masa Lalu Nenek SetanSabila meletakkan dua karung sampah botol hasil memulungnya di dekat warung takjil, lalu melangkah mendekati kerumunan warga. Jantungnya semakin berdebar tak karuan, perasaan tak enak membuatnya tak sabar untuk melihat siapa yang digebuki beberapa orang di dekatnya.“Ada apa itu, Pak?” tanya Sabila kepada seseorang yang ada di sana.“Ada maling cilik,” jawab orang itu sambil berlalu.Jantung Sabila semakin berdebar kencang.“Gila tuh bocah, kecil-kecil udah mau jadi maling!”“Mana bulan puasa lagi!”“Kasihan juga sih, dia cuma maling martabak kok. Mungkin dia lapar."

  • Martabak Setan   Part 25 : Kakek Dharma

    Martabak SetanPart 25 : Kakek Dharma NamanyaZilga dan Devin terus mendaki, menyusuri terjalnya jalanan tanjakan itu. Keringat sudah bercucuran membasahi dahi juga tubuh, rasa dahaga juga terasa menyiksa tenggorokan, apalagi cuaca hari ini sangat terik. Sesekali keduanya berhenti, namun segera memutuskan melanjutkkan perjalanan, dengan harapan bisa bertemu Silgun alias siluman gunung, begitu Ibu warung tadi menggelari lelaki tua yang sudah menghabiskan lima puluh tahun hidupnya di gunung itu.“Capek, Bang,” keluh Zilga sambil duduk selonjoran di bawah pohon karena kakinya sudah tak mampu dibawa melangkah.“Kita istirahat dulu,” jawab Devin dengan sambil duduk pula. “Kalau udah nggak sanggup puasa, minum aja!” sambung cowok berkulit kuning langsat itu dengan mengulum senyum.&

DMCA.com Protection Status