Beranda / Thriller / Martabak Setan / Part 6 : Pencarian Tak Berujung

Share

Part 6 : Pencarian Tak Berujung

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-23 21:17:36

Martabak Setan

 

Part 6 : Pencarian Tak Berujung

 

Zilga terdiam dengan pikiran yang berkecamuk, belum selesai tiga masalah, kini akan datang lagi masalah baru yaitu Ulan yang akan menjadi target selanjutnya. Kakaknya Saskia dan Kak Dimas masih terbaring kritis di rumah sakit, dan Rafli yang menghilang. Ia tak tahu kesialan apa lagi yang akan menimpa temannya bertubuh semok itu, dihembuskannya napas letih dengan hati yang tak tenang. Cobaan di bulan ramadhan tahun ini sungguh membuatnya tak habis pikir, yang kata orang-orang para setan akan dirantai untuk tak mengganggu umat manusia tapi nyatanya Si Nenek setan malah meneror masyarakat kampungnya dengan takjil pembawa petaka, martabak setan.

 

“Zil, apa kita akan di sini sampai malam? Terus Rafli gimana? Apa yang akan gue bilang apa Mamanya jika nanya ke gue?” Hilda mengguncang bahu Zilga yang membuatnya segera tersadar dari lamunan.

 

“Hilda, ayo kita ke rumah Rafli sekarang biar gue yang menjelaskan tentang hilangnya dia kepada orangtuanya biar mereka lapor Polisi dan melakukan pencarian di hutan,” jawab Zilga dengan sambil menggandeng tangan Hilda lalu mengajaknya naik ke motor masing-masing.

 

Hilda tak menjawab lagi, ia akan menurut saja pada temannya yang kepo yang karenanya Rafli telah menghilang. Andai Zilga tak mengajak mereka ke hutan, pacarnya takkan hilang. Ia terus menyesali keusilan mereka kepada Nenek setan sang pembuat martabak pembawa petaka itu, hingga akhirnya mendapati kesialan ini.

 

Saat Adzan magrib berkumandang, Zilga dan Hilda masih dalam perjalanan ke rumah orangtua Rafli. Mereka tak perduli lagi akan puasa yang belum dibatalkan itu, yang ada di pikiran masing-masing hanyalah secepatnya mengabarkan berita hilangnya Rafli agar segera dilakukan pencarian walau tadi ia juga sudah melaporkan kepada RT setempat.

 

“Assalammualaikum,” ucap Zilga saat tiba di depan pintu rumah orangtua Rafli.

 

Hilda mencolek punggung Zilga dan menunjuk bel yang ada di atas kepala mereka. Zilga mengangguk dan segera menekan bel. Taklama kemudian, pintu itu terbuka dan munculkan pembantu rumah Rafli, Mbok Ijah.

 

“Non Hilda!” sapa sang pembantu itu kepada Hilda karena sudah mengenalnya karena Rafli sudah sering membawanya ke sini. “Den Rafli nggak ada di rumah, dia belum pulang dari sejak dari pergi sekolah.”

 

“Mbok, Mama Rafli ada, gak? Kami mau ketemu dengan Mama dan Papanya Rafli,” ujar Hilda dengan raut wajahnya yang cemas juga takut akan kenyataan yang akan mereka katakan kepada orangtua Rafli nanti.

 

“Masuk dulu deh, Non, Nyonya dan Tuan sedang berbuka puasa. Silakan duduk, saya akan panggilkan orangtuanya Den Rafli.” Mbok Ijah mempersilakan kedua tamunya masuk serta menyuruhnya untuk duduk di sofa.

 

Mbok Ijah masuk ke dalam dan memberitahuan kepada kedua orangtua Rafli tentang kedatangan Hilda dan seorang temannya.

 

Taklama kemudian, kedua orangtua Rafli sudah muncul di ruang tamu dan menatap cemas pacar putranya dan temannya itu.

 

“Ada apa, Hilda? Rafli mana? Tadi siang dia ada nelepon dan bilang akan pulang telat karena mau pergi sama kamu, jenguk teman kalian di rumah sakit,” cecernya Mama Rafli saat tiba di ruang tamu.

 

Hilda meremas jemarinya dengan jantung yang mulai berdebar tak karuan. Zilga melirik temannnya itu dengan menganggukkan kepala sebagai isyarat untuk tenang karena ia yang akan menyampaikan berita ini.

 

“Om, Tante ... perkenalkan ... saya Zilga, temannya Hilda dan temannya Rafli juga. Memang benar kalau tadi siang kami ke rumah sakit untuk menjenguk Kak Dimas yang sedang sakit, tapi .... “ Zilga menarik napas sejenak sebab kedua orangtua Rafli kini menatapnya, menunggu penjelasannya.

 

“Tapi apa, Zilga?” Mamanya Rafli terlihat tak sabar mendengar kelanjutan cerita dari teman dari anaknya itu.

 

Zilga mulai menceritakan kepergian mereka ke hutan, juga teror Nenek setan sang pembuat martabak setan.

 

“Apa?! Jadi Rafli hilang di hutan?!” jerit Mamanya Rafli histeris, ia mulai menangis.

 

“Maafkan kami, Tante .... “ Zilga menundukkan wajahnya.

 

“Cepat lapor Polisi, Pa!” perintah Mamanya Rafli kepada suaminya.

 

“Lapor Polisi itu kalau hilang sudah 24 jam, Ma. Papa akan hubungi teman-teman saja dulu untuk mencari ke lokasi hilangnya Rafli.” Papanya Rafli beranjak dari sofa ruang tamu dengan sambil memegang ponselnya.

 

Beberapa saat kemudian, Papanya Rafli juga beberapa orang temannnya sudah bersiap untuk pergi ke lokasi hutan, Zilga dan Hilda menunjukkan arahnya dengan memacu motornya paling depan.

 

***

 

Sesampainya di pinggir hutan, ternyata para warga Kampung Banjar sudah melakukan pencarian juga atas laporan Zilga tadi sore. Akan tetapi, belum ada tanda-tanda keberadaan Rafli, pacarnya Hilda.

 

“Hil, kita pulang dulu, yuk! Nanti Ibumu nyariin kamu, kalau aku sih ... Mamak masih setia di rumah sakit menunggui Kak Saskia,” ujar Zilga dengan menatap temannya yang tak hentinya menangis sejak dari tadi.

 

“Zil, bagaimana aku bisa pulang dengan tenang? Sementara Rafli, kesayanganku itu masih belum diketemukan rimbanya. Aku tak mau dia dijadikan tumbal oleh Si Nenek setan. Ingat, Zil, kalau sampai terjadi apa-apa dengan pacarku, maka kamu yang akan disalahkan karena kamu yang mengajak kami ke sini dan melakukan pengintaian berujung petaka begini. Jangan kelewat kepo, Zil, kalau hanya akan mendatangankan masalah!” ketus Hilda dengan emosi yang meluap-luap.

 

Zilga hanya terdiam dan tak bisa menjawab tuduhan Hilda sebab ia tahu keadaan temannya itu sedang labil. Padahal, ia melakukan semua ini hanya karena tak ingin semakin banyaknya korban berjatuhan atas martabak itu dan ia ingin menghentikan perbuatan Nek Ude Sobel sang pembuat martabak bersetan.

 

Bersambung .... 

 

 

Bab terkait

  • Martabak Setan   Part 7 : Jangan Tidur Malam Ini!

    Martabak SetanPart 7 : Jangan Tidur Malam ini!Setelah berdebat, akhirnya Hilda mau juga di suruh pulang. Zilga juga kembali ke rumahnya dengan tampang letih karena ia belum ada memakan apa pun sejak dari jam berbuka tadi. Di rumahnya sepi, makanan pun juga tak ada. Ia memegangi perut yang sudah berbunyi karena masuk angin. Dilepasnya jilbab putih yang menutupi kepala, hingga malam begini pun ia masih mengenakan seragam sekolah.Zilga meraih ponsel dan memikirkan apa yang akan ia lakukan sekarang, ia rindu suasana rumah dengan adanya Sang Mamak juga Saskia, kakaknya. Kini sudah berhari-hari, ia sendirian di rumah. Ia jadi terkenang Abahnya, yang kini sudah memiliki keluarga baru.Zilga jadi semakin kesal, karena Sang Abah belum juga menampakkan batang hidungnya sejak ia menelepon mengabarkan kalau Kakaknya masuk rumah sakit.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 8 : Mimpi yang Terasa Nyata

    Martabak SetanPart 8 : Mimpi yang Terasa NyataKalau chat dari Fitri benar, maka Zilga tak mau tidur malam ini. Akan tetapi, dapatkah ia menahankan mata untuk tak tidur malam ini, dengan tubuh yang sudah sangat letih begini? Gadis berpiama itu jadi resah dan bimbang. Dihelanya napas panjang sambil memikirkan solusi dari masalah yang dihadapinya sekarang.“Abah, mungkin aku harus menelepon dia dan meminta bantuan sebab hanya Abah saja yang dapat menolongku di saat kritis begini.” Zilga membatin sambil memandangi nomor kontak sang Abah.“Telepon atau jangan, ya? Bagaimana kalau beliau sudah tidur? Aghh ... gimana ini? Setidaknya aku harus mencoba dulu.” Ia memutuskan dengan sambil menekan nomor ponsel Abahnya.Panggilan pertamanya terabaikan, ia mencoba lagi mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 9 : Hampir Mati

    Martabak SetanPart 9 : Hampir Mati“Agghh!!!” Zilga menjerit histeris, tak ingin nyawanya berakhir di tangan si nenek tapi ia benar-benar sudah tersudut saat ini.Saat pisau besar itu hendak mengenai kepalanya, Zilga langsung menunduk sehingga pisau sang nenek mengenai pohon besar itu dan menancap di sana.Zilga memegangi dada, napasnya terengah-engah dengan tubuh yang gemetar karena ketakutan. Sedangkan Sang Nenek setan menatapnya geram dan berusaha menarik pisau yang tertancap di pohon itu.“Ya Allah, hamba belum mau mati .... “ Zilga membatin dan bersiap untuk pergi dari hadapan sang nenek setan.“Hey, aku takkan melepaskanmu!” Sang Nenek menarik rambut panjang Zilga.“Agghh!!!” jerit Zilga kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 10 : Tak Ada yang Percaya

    Martabak SetanPart 10 : Tak ada yang percayaSesampainya di rumah duka, Zilga langsung bergabung dengan pelayat lainnya yang kini sedang membaca buku yasin sembari mengelilingi jenazah yang ditutupi kain batik panjang itu. Gadis bergamis hitam itu mengeluarkan amplop yang sudah ia siapkan sejak dari rumah, sebagai bentuk bela sungkawa atas keluarga yang telah ditinggalkan.“Meninggalnya kenapa, Bu?” bisik Zilga kepada wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.“Terpeleset di kamar mandi, dan saat dilarikan ke rumah sakit, almarhumah sudah tak tertolong lagi,” jawab wanita paruh baya itu.“Kapan kejadianya, Bu?” tanya Zilga lagi.“Tadi subuh, Nak. Pas mau wudhu. Kasihan, anaknya masih kecil-kecil,” bisik Ibu itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Martabak Setan   Part 11 : Penolakan Fitri

    Martabak SetanPart 11 : Penolakan FitriZilga melangkah menuju motornya dan saat melirik rak penitipan martabak, takjil berdarah itu sudah ludes tak bersisa, padahal sekarang baru pukul 15.15. Ia benar-benar bingung dengan semua ini, Pak RT tak percaya dengan apa yang sudah ia katakan dan ia malah dianggap gendeng dan yang bikin dia makin jengkel, Pak RT malah menantang Nenek setan dengan memakan martabak itu.“Aku harus ke rumah Fitri,” gumamnya sambil naik ke motor dan menghembuskan napas berat.Zilga mulai memacu motornya menuju kediaman Fitri, temannya bertubuh ceking dan mengaku indigo itu. Ia tak bisa hanya tinggal diam saja, melihat warga kampungnya meninggal setiap hari. Ia harus bisa melawan nenek setan dan membuat nenek tua itu mendapatkan ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya.&

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Martabak Setan   Part 12 : Jenazah Berlumur Darah

    Martabak SetanPart 12 : Jenazah Berlumur DarahZilga terus melangkah, hingga ke jalan setapak yang terletak di antara area pemakaman dan pinggir hutan, ia sedang membunturi Fitri.Akan tetapi, Fitri malah berbelok ke area pemakaman lalu duduk di depan sebuah nisan. Zilga menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok kuburan dan mengamati apa yang dilakukan oleh temannya itu.Fitri terlihat komat-kamit membaca doa di atas makam itu, dan kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah, ia seperti mengetahui ada sesorang yang sedang mengamati gerak-geriknya.Saat Zilga memalingkan pandangannya ke belakang, lalu menghadap ke arah Fitri lagi, gadis bertubuh kurus itu sudah tak ada lagi di dalam area pemakaman.Fitri yang saat itu sudah be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Martabak Setan   Part 13 : Makam Pak RT

    Martabak SetanPart 13 : Makam Pak RTSaat Nenek setan sudah menghilang dari pandangannya, barulah Zilga dapat menggerakkan leher juga tangannya. Ia menarik napas panjang, dengan jantung yang masih berdebar tak karuan.“Astaghfirullahal’adzim.” Zilga mengusap wajah dan naik ke atas motornya untuk menyusuri jalan setepak tadi, tempat nenek setan menyeret jenazah Pak RT.Ia melambatkan laju sepeda motornya, saat melihat sang nenek setan terlihat masuk ke hutan dengan masih menyeret tubuh tinggi tegap dalam balutan kain putih itu. Zilga bergidik ngeri, ia bimbang antara mengikuti sang nenek masuk ke hutan atau melaporkan hal ini kepada keluarga Pak RT.Setelah beberapa saat berpikir, Zilga memutuskan untuk membuntuti sang nenek setan terlebih dahulu dan mengetahui gubuknya, b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Martabak Setan   Part 14 : Teror Pocong

    Martabak SetanPart 14 : Teror PocongZilga duduk di depan ruangan Kakaknya dirawat, sedang Sang Mamak pulang ke rumah untuk mengambil pakaian dan melihat keadaan rumah yang sudah lama ia tinggalkan. Gadis berpakain serba hitam itu menghela napas panjang, karena tadi malam ia tak bisa tidur dengan nyenyak karena diteror pocong Pak RT.“Agghh ... kenapa juga hantunya Pak RT mesti menerorku?” Zilga memegangi kepalanya.Kejadian di rumah Pak RT di saat semua orang tak mempercayai omongannya membuatnya kembali frustasi. Pas tadi malam ke makam saja, gundukan tanah kuburan itu juga masih utuh padahal ia yakin Nek Ude Sobel sudah membawa jenazah itu ke gubuknya.Sebuah pesan masuk ke ponsel Zilga, ada chat dari Hilda.[Zil, lo di mana? Gue mau kete

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-26

Bab terbaru

  • Martabak Setan   Extra Part 3

    Martabak SetanExtra Part 3Hari terus berlalu,suasana di Kampung Banjar berangsur membaik walau jumlah warganya sudah berkurang separuh serta penambahan lokasi TPU semakin diperluas karena banyaknya warga yang meninggal karena korban martabak setan.Zilga melewati hari-hari yang sibuk, karena ia mengikuti banyak les di sekolahnya karena menginginkan nilai yang bagus saat ujian nanti dengan harapan bisa mendapatkan beasiswa yang sudah diincarnya walau kuliahnya nanti akan di Kota dan otomatis akan bertemu dengan Devin, pemuda yang mengaku akan calon imamnya kelak. Ia tersenyum saat mengingat chat Devin kala itu, walau sekarang tiada hari dengan saling mengirimkan kabar.“Zil, ke kantin yuk!” ajak Ulan saat bel istirahat berbunyi.“Hmm ... nggak deh, Lan, gue masih kenyang,

  • Martabak Setan   Extra Part 2

    Martabak SetanExtra Part 2 : Masalah Hati 2“Lagi di mana, Yank?”Terdengar suara manja dari Mayang, pacarnya Devin yang ada di Kota tempat kuliahnya.“Lagi lebaran di rumah tetangga. Ada apa lagi sih, May? Bukannya sebelum pergi tadi kamu udah video call juga? Capek tahu gak kalau diteror melulu seperti ini,” ujar Devin dengan sambil menatap layar ponselnya, sedikit malas menatap wajah Mayang yang selalu curiga kepadanya dan terlalu berlebihan itu.“Aku ‘kan kangen sama kamu, Yank, kok jutek gitu nada bicaranya? Kamu lagi ngecengin cewek lain di belakangku, gitu? Aku ganggu kamu begitu, Yank? Tega kamu, ya. Aku begini hanya karena tak mau kehilangan kamu, dan ingin kamu cepat balik ke sini,” jawab Mayang dengan pasang wajah sedih.“Udahlah, M

  • Martabak Setan   Extra Part 1

    Martabak SetanExtra Part 1 : Masalah HatiHari lebaran pertama berlangsung menyenangkan bagiZilga, karena hari ini seluruh keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Inilah hari yang selalu ia tunggu setiap tahunnya, sebab kini mereka berkumpul di rumah Neneknya. Keluarga yang jauh pun berkumpul di sini, merayakan hari kemenangan bersama.“Assalammualaikum.” Seorang pria betubuh tegap dengan kulit gelap berdiri di depan pintu.Zilga langsung menoleh ke arah suara yang sangat ia kenal itu, ia langsung berlari menghampiri sang Abah yang selalu ia rindu kehadirannya itu.“Waalaikumsalam, Abah.” Zilga langsung menyalami pria berwajah sangar itu, lalu memeluknya. “Maaf lahir batin, ya, Bah.”“Iya, Nak, maaf lahir batin j

  • Martabak Setan   Part 30 : Hari Kemenangan

    Martabak SetanPart 30 : Hari KemenanganZilga berusaha menyimpan rasa penasarannya, agar Mamak dan Kakaknya tak merasa ada yang tak beres. Ia tak mau Saskia yang baru saja sembuh dari sakitnya kembali kepikiran akan permasalahan yang seolah takkan pernah ada habisnya. Padahal ia sudah bernapas lega sejak Nenek setan sudah memutuskan untuk bertaubat.Zilga masuk ke kamar lalu mengeluarkan ponsel, ia tak telalu jelas mendengar nama warga yang barusan meninggal, yang ia dengar bahwa yang meninggal itu adalah satu keluarga. Ternyata ada beberapa telepon dari Devin yang ia lewatkan, dua menit kemudian ponselnya kembali berdering.“Assalammualaikum, Bang,” ucap Zilga.“Waalaikumsalam. Zil, kamu udah dengar siaran berita duka di masjid barusan?” tanya Devin. 

  • Martabak Setan   Part 29 : Kakek Dharma vs Raja Iblis

    Martabak SetanPart 29 : Kakek Dharma VS Raja IblisNenek setan tertunduk, dengan kedua tangan yang bergetar, ia berusahakeras untuk melawan bisikan setan di dalam tubuhnya yang masih menghasut agar ia tetap memperjuangkan dendamnya dan membunuh siapa saja, tanpa tercuali. Akan tetapi, bayangan kekecewaan Jaka akan kesesatan yang selama ini ia lakukan membuatnya ingin berhenti dan segera bertobat lalu kembali ke jalan yang benar, walau ia tahu dosanya sudah terlalu besar dan mungkin takkan terampuni oleh Yang Maha Kuasa.“Bunuh semua orang yang telah menyakiti anakmu, Sabil! Jangan beri ampun mereka, musnahkan semuanya agar kamu menemui keabadian dan takkan pernah mati!” bisikan setan memenuhi telinga Nenek setan.“Allah maha pengampun, Sabil. Jika kamu mau bertobat dengan tulus dan sungguh-sungguh, insyallah

  • Martabak Setan   Part 28 : Nenek Setan Menangis?

    Martabak SetanPart 28 : Nenek Setan Menangis?“Hentikan ocehanmu!” Nenek setan melompat dan menyerang Kakek Dharma dengan mengerahkan segala kemampuannya.Tak sempat menghindar, tendangan keras langsung mendarat di dada Kakek Dharma. Ia langsung terlempar, dengan sambil memegangi dada. Darah segar keluar dari mulutnya, napasnya terngah-engah menahan rasa panas yang menjalar di dada juga sekujur tubuh. Ia merasa Sabila takkan bisa sadar lagi karena kini ia sudah dikuasai setan yang sudah merasuk dan mendarah daging, dan jika melawannya dengan tenaga, maka dirinya takkan menang sebab nenek pembuat martabak itu sangat kuat dengan tenaga berkali-kali lipat dari manusia awam.Fitri yang tadi bersama Zilga dan Devin tiba-tiba menghilang, dan kembali ke alam sadar. Gadis indigo itu segera bangun dari mimpinya.&

  • Martabak Setan   Part 27 : Pertempuran Sengit

    Martabak SetanPart 27 : Pertempuran SengitPagi ini, Devin dan Zilga sudah bersiap untuk turun gunung. Kakek Dharma akan turut serta bersama keduanya. Pukul 09.15, mereka memulai perjalanan yang cukup ekstrem karena kini jalanan terlihat menurun. Walau ketiganya sedang berpuasa, tapi tetap bersemangat dan kuat, demi satu tujuan yaitu menumpas kejahatan Nenek setan yang sudah banyak menghilangkan nyawa warga di Kampung Banjar.Beberapa kali mereka berhenti untuk beristirahat, namun harus tetap menahan dahaga juga lapar di tengah teriknya sinar sang surya. Keringat bercucuran membasahi dahi juga pakaian, tapi tak menyurutkan semangat untuk tetap melanjutkan perjalanan untuk turun ke bawah sana. Saat sudah sampai di bawah pun perjalanan belum finish, mereka harus menyambung perjalanan dengan motor lagi.Pukul 15.30, mereka tiba juga d

  • Martabak Setan   Part 26 : Masa Lalu Nenek Setan

    Martabak SetanPart 26 : Masa Lalu Nenek SetanSabila meletakkan dua karung sampah botol hasil memulungnya di dekat warung takjil, lalu melangkah mendekati kerumunan warga. Jantungnya semakin berdebar tak karuan, perasaan tak enak membuatnya tak sabar untuk melihat siapa yang digebuki beberapa orang di dekatnya.“Ada apa itu, Pak?” tanya Sabila kepada seseorang yang ada di sana.“Ada maling cilik,” jawab orang itu sambil berlalu.Jantung Sabila semakin berdebar kencang.“Gila tuh bocah, kecil-kecil udah mau jadi maling!”“Mana bulan puasa lagi!”“Kasihan juga sih, dia cuma maling martabak kok. Mungkin dia lapar."

  • Martabak Setan   Part 25 : Kakek Dharma

    Martabak SetanPart 25 : Kakek Dharma NamanyaZilga dan Devin terus mendaki, menyusuri terjalnya jalanan tanjakan itu. Keringat sudah bercucuran membasahi dahi juga tubuh, rasa dahaga juga terasa menyiksa tenggorokan, apalagi cuaca hari ini sangat terik. Sesekali keduanya berhenti, namun segera memutuskan melanjutkkan perjalanan, dengan harapan bisa bertemu Silgun alias siluman gunung, begitu Ibu warung tadi menggelari lelaki tua yang sudah menghabiskan lima puluh tahun hidupnya di gunung itu.“Capek, Bang,” keluh Zilga sambil duduk selonjoran di bawah pohon karena kakinya sudah tak mampu dibawa melangkah.“Kita istirahat dulu,” jawab Devin dengan sambil duduk pula. “Kalau udah nggak sanggup puasa, minum aja!” sambung cowok berkulit kuning langsat itu dengan mengulum senyum.&

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status