Vanesa menghindar saat Darka akan menciumnya dengan penuh nafsu. Tentu saja, Darka yang mendapatkan penolakan seperti itu menggeram penuh dengan kemarahan. Ia datang menemui Vanesa, bukan untuk mendapatkan penolakan seperti ini, melainkan untuk mendapatkan service memuaskan. Kini, Darka memaksa Vanesa untuk tidak menghindari dirinya. Namun, Vanesa tetap mencoba untuk menahan Darka agar tidak mendekati dirinya. Gerakannya jelas membuat Darka merasa semakin frustasi saja. Setelah melihat Tiara saat pertunangan, Darka selalu merasa jika tubuhnya aneh. Darka terangsang hebat. Hal itu semakin menjadi, saat Darka tidur. Ia selalu memimpikan Tiara, dan membuatnya tak berdaya di bawah tindihannya. Darka merasa geram pada dirinya sendiri karena mengalami mimpi yang tidak masuk akal seperti itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa bergairah karena gadis yang tumbuh besar di panti asuhan itu? Karena itulah, Darka memutuskan untuk bertemu dengan Vanesa.
“Sebenarnya kenapa kau menghindar seperti ini?!” tanya Darka dengan penuh emosi. Vanesa sudah menyerahkan tubuhnya sepenuhnya pada Darka, bahkan sudah memiliki perjanjian tak tertulis dengan Darka bahwa dirinya bisa menyentuh Vanesa kapan pun dan di mana pun. Jelas, saat Vanesa menolaknya seperti ini, Darka merasa jengkel.
Vanesa memainkan telunjuknya di atas dada bidang Darka yang masih terbalut kemeja. Vaneta tampak memainkan bibir merahnya dengan sensual. Gairah Darka semakin berkobar dengan gilanya meminta untuk segera dipuaskan. Rasanya, darah Darka mengalir dengan sangat deras tanda jika dirinya benar-benar butuh pelepasan sesegera mungkin. “Seharusnya, kau tidak melupakan kesepakatan yang sudah kita buat sebelum kita memulai hubungan tanpa status kita ini,” ucap Vanesa lalu memberikan jarak hingga Darka tidak lagi bisa meraih dirinya.
Gerakannya begitu cepat dan lihai, tetapi Darka sendiri memang membiarkan Vanesa lepas darinya. Jika tidak, Vanesa mana mungkin bisa melepaskan dirinya dari Darka dengan begitu mudahnya. Keduanya tentu saja tengah berada di apartemen mewah milik Vanesa, yang juga menjadi tempat di mana Darka selalu mendapatkan service memuaskan dari Vanesa. Tempat khusus yang Darka beli terpisah tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. Apartemen ini Darka beli atas nama Vanesa agar dirinya memiliki tempat khusus untuk bertemu dengan wanita itu dan melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa harus mencemaskan apa pun.
“Kesepakatan apa yang kau maksud?” tanya Darka. Rasanya, Darka terlalu banyak memiliki masalah yang harus ia pikirkan dan itu membuatnya kesulitan untuk mengingat hal kecil yang pernah terjadi.
“Kesepakatan jika aku tidak keberatan jika kau berhubungan dengan wanita mana pun dan datang kembali ke padaku saat kau menginginkan diriku. Aku akan senang hati membuatmu puas dengan service yang aku miliki. Tapi, aku tidak setuju jika pada akhirnya kau sudah terikat dengan salah satu wanita. Aku tidak mau menjadi wanita simpanan yang pada akhirnya mendapatkan amukan dari istrimu ketika dirinya tahu mengenai hubungan kita. Saat ini, kau bukan lagi seorang pria yang bebas, Darka. Sebentar lagi kau akan resmi terikat dengan seorang wanita,” ucap Vanesa.
Darka mengangguk-angguk saat mengerti. Ia mengingat saat-saat di mana akan memulai hubungan tanpa status antara dirinya dan Vania. Wajar saja jika pada akhirnya Vanesa sampai menolaknya seperti ini. Namun, Darka tidak akan mentolelir penolakan dari Vanesa yang terasa meremehkannya. Sayangnya, karena saat ini dirinya tengah membutuhkan Vanesa untuk melampiaskan nafsunya, Darka pun memilih untuk menjelaskan situasinya pada Vanesa agar wanita itu bisa kembali melayaninya dengan senang hati. “Kau tidak perlu khawatir. Aku mungkin menikah dengan perempuan itu, tetapi tidak akan ada yang berubah selain statusku yang memang sudah menjadi suaminya. Setelah menikah, aku malah akan mendapatkan kebebasan yang lebih daripada kebebasan yang selama ini aku rasakan,” ucap Darka membuat Vanesa merasa tertarik.
“Benarkah? Kenapa hal itu bisa terjadi?” tanya Vanesa penasaran.
Vania menelan ludah dan menyandarkan punggungnya untuk mencoba santai saat dirinya mendapatkan tatapan tajam penuh peringatan. Memang benar, Vanesa adalah satu-satunya wanita yang bisa bertahan sampai saat ini, untuk memuaskan Darka kala gairahnya naik. Namun, Vanesa tidak memiliki banyak keistimewaan yang ia dapatkan dari posisi itu. Vanesa hanya mendapatkan sokongan finansial, serta waktu-waktu panas yang tidak semua wanita bisa dapatkan dari Darka. Untuk hal lainnya, Darka selalu memperlakukannya seperti dirinya memperlakukan wanita lainnya.
Darka juga dengan tegas menunjukkan batasan yang tentu saja tidak boleh dilewati oleh Vanesa. Hal itulah yang selama ini selalu Vanesa cari penawarnya. Karena jujur saja, berbeda dari Darka yang menginginkan Vanesa sebagai tempat pelampiasan nafsunya, Vanesa menyukai Darka dengan tulus. Tentu saja, dengan perasaannya sebagai seorang wanita, Vanesa ingin Darka menjadi miliknya seutuhnya. Namun, Vanesa sadar jika Darka itu seperti pasir. Saat dirinya berusaha untuk mencengkram Darka lebih erat, maka Darka akan menghilang begitu saja. Karena itulah, Vanesa memutuskan untuk menjadi wanita yang dibutuhkan oleh Darka dan menyesuaikan dirinya seperti apa yang diinginkan pria ini.
Vanesa tidak peduli jika dirinya disebut sebagai wanita yang tidak memiliki harga diri. Karena bagi Vanesa, ini hanyalah proses. Vanesa lebih dari yakin, jika nantinya Darka akan menjadi milinya. Membayangkan jika Darka hanya tergila-gila dan mencintainya, Vanesa merasakan suasana hatinya melambung tinggi. Hal itulah yang membuat Vanesa lebih rileks, hingga tidak lagi merasa takut dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Darka padanya. “Kau tidak perlu tau apa yang terjadi,” ucap Darka dengan suara dingin yang menusuk.
“Kau hanya perlu melakukan service terbaik yang bisa berikan padaku, dan aku akan memberikan hadiah atas service yang kamu berikan itu,” ucap Darka tidak main-main. Darka memang terkenal sebagai seorang flamboyan. Ia tidak ragu untuk membelikan sesuatu atau memberikan sejumlah uang yang tidak sedikit pada orang-orang yang membuat suasa hatinya senang. Termasuk bagi para wanita yang mengisi kekosongan ranjangnya.
Setelah pertunangan dirinya dan Tiara diselenggarakan, Nazhan dan Puti memang berbaik hati dengan membuka blokir sebagian fasilitas keuangan Darka. Meskipun masih sebagian, hal itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Darka bisa menikmati waktu-waktunya seperti dulu lagi. Setidaknya, saat ini Darka sudah memiliki pegangan untuk bersenang-senang dengan sangat hati-hati. Karena Darka lebih dari yakin, jika saat ini Puti dan Nazhan masih mengawasinya. Bahkan, pengawasan mereka akan lebih ketat daripada sebelumnya. Jadi tentu saja menggunakan barang yang sudah disimpan dengan sangat baik, tentu akan menjadi jawaban terbaik untuk saat ini. Vanesa sendiri merasa mendapatkan ide baik, saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Darka. Vanesa kini bangkit dari duduknya dan melenggang sensual, sembari membuka satu per satu pakaian yang menempel pada tubuhnya.
Vanesa menyisakan sepasang bra dan celana dalam, sebelum duduk mengangkangi Darka. Vanesa mengalungkan kedua tangannya pada leher Darka sembari menyuguhkan sebuah senyuman manis yang membuat gairah Darka naik secara perlahan. Vanesa mengulurkan salah satu tangannya untuk meremas rambut bagian belakang Darka, dan mencium bibir Darka dengan gerakan yang sangat profesional. Tentu saja, Darka hanya diam dan menikmati ciuman sepihak yang diberikan oleh Vanesa tersebut. Awalnya seperti itu, hingga Darka tidak lagi bisa menahan diri dan menyerang baik Vanesa. Kini, Vanesa sudah benar-benar bertekad. Setiap malamnya, Vanesa akan memastikan diri untuk mencuri Darka dari Tiara. Karena sejak awal, Darka memang sudah menjadi milik Vanesa, dan Tiara yang datang di antara dirinya dan Darka yang tengah hidup dengan nyaman.
***
Darka memacu mobilnya dengan kecapatan penuh. Wajahnya yang tampan terlihat kesal bukan main. Darka terpaksa harus menunda pelepasannya saat bersenang-senang dengan Vanesa karena mendapatkan telepon dari ibunya.. Tentu saja, telepon Puti lebih penting dan ia harus segera mengangkatnya. Ternyata Puti memintanya untuk pulang. Padahal, Darka sudah benar-benar frustasi dengan semua gairah yang ia tumpuk selama berhari-hari. Bayangkan saja, biasanya Darka mendapatkan pelepasan tiap malam, tetapi kini ia harus berpuasa! Betapa menderitanya Darka saat ini! Setiba di kediaman Risaldi, Darka memarkirkan mobilnya sembarangan. Setelah itu, Darka memasuki kediaman megah tersebut. Menyadari suasana hati buruk sang tuan muda, para pelayan berusaha menghindari Darka. Mereka sudah bekerja di sana sejak Darka kecil. Tentu saja mereka sudah mengenal secara baik, karakter tuan muda tersebut.
Berhadapan dengan Darka dengan suasana hati seperti itu hanya akan membawa malapetaka. Sayangnya, meskipun sudah berusaha untuk menghindari Darka, ada seorang pelayan yang secara pribadi dipanggil oleh Darka, saat pria itu melalui lorong. “Apa ada yang Tuan Muda butuhkan?” tanya pelayan menyembunyikan rasa takutnya.
“Di mana Mama?” tanya balik Darka. Ia sendiri juga merasa penasaran, memangnya ada hal sepenting apa yang membuat Puti meneleponnya seperti tadi? Padahal, biasanya Puti jarang sekali meneleponnya jika memang tidak ada hal yang terlalu penting. Darka berpikir, apa mungkin Puti dan Nazhan sudah mengetahui perihal hubungannya dengan Vanesa? Namun, rasanya itu tidak mungkin. Jika hal itu benar terjadi, Puti tidak mungkin setenang ini dengan hanya memintanya untuk kembali ke rumah. Puti pasti sudah memberikan pelajaran pada Vanesa.
“Nyonya besar ada di ruang keluarga, Tuan,” jawab sang pelayan.
“Apa Papa juga ada di sana?” tanya Darka lagi. Jika benar ada Nazhan yang menemani Puti. Sudah dipastikan jika memang ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh Puti padanya.
Si pelayan pun menggeleng. Karena Nazhan memang benar-benar tidak ada di sana. Nazhan masih berada di perusahaan yang jelas berbeda dengan perusahaan yang dipimpin oleh Darka. Jika perusahaan yang dipimpin oleh Darka, itu adalah perusahaan yang sebelumnya adalah perusahaan Risaldi yang memang bergerak dalam bidang mebel. Sementara Nazhan mengurus perusahaan cabang Al Kharafi yang tentu saja menangani perihal perminyakan yang menjadi sumber daya utama yang selama ini sangat dicari dan dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Meskipun begitu, perusahaan tersebut tetap berada dalam sebuah naungan perusahaan AR. Karena Puti dan Nazhan memang sudah secara resmi menyatukannya.
“Lalu dengan siapa Mama berada di ruang keluarga?” tanya Darka lagi. Darka tahu jika Puti tidak akan menghabiskan waktunya di ruang keluarga jika tidak ada anggota keluarga yang menemaninya. Biasanya, jika sendirian Puti akan lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang perpustakaan pribadinya dan menulis berbagai kata yang indah. Puti memang masih aktif untuk menuliskan apa yang ia pikirkan, dan aktif menjadi seorang penulis yang produktif serta memiliki basis penggemar yang luas serta fanatik.
“Nyonya sedang berbincang dengan Nona Tiara, Tuan.”
“Tiara?” beo Darka.
“Nona Tiara datang atas perintah Nyonya Besar. Nyonya bahkan mengirim mobil untuk menjemput Nona Tiara dari panti,” jawab sang pelayan dengan lancar.
Darka pun mengangguk dan melangkah pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih sedikit pun. Tentu saja, kini Darka tengah melenggang menuju ruang keluarga yang berada di sisi lain kediaman mewah ini. Tiba di hadapan pintu berukuran besar tersebut, Darka tidak segera masuk dan memilih untuk berdiri dan mendengarkan pembicaraan antara Puti serta Tiara. Kebetulan, pintu ruangan tersebut sedikit terbuka, dan memberikan celah yang memungkinkan Darka bisa mendengar apa yang tengah dibicarakan oleh keduanya di dalam ruangan tersebut. Puti sendiri kini menggenggam kedua tangan Tiara dengan hangatnya. “Terima kasih karena kamu sudah mau aku jodohkan dengan putraku,” ucap Puti lembut.
Tiara yang mendengarnya tentu saja menggeleng dengan rendah hati. “Mama tidak perlu mengucapkan terima kasih seperti itu. Aku hanya melakukan apa yang aku rasa benar,” ucap Tiara tidak kalah lembut. Tiara memang sudah tidak lagi canggung menggunakan panggilan mama dan papa untuk memanggil Puti serta Nazhan. Tentu saja, Tiara sering berlatih agar dirinya tidak lagi salah memanggil dan malah menyinggung perasaan dari kedua orang tua calon suaminya ini.
Semakin bertambahnya usia, kemapuan menilai pribadi lain yang dimiliki oleh Puti semakin tajam saja. Menurut Puti, Tiara adalah gadis manis yang memiliki hati yang tulus. Ketulusan dan kebaikan yang berpadu, membuatnya memiliki pesona yang tentu berbeda dari perempuan yang lainnya. Mungkin, hal inilah yang membuat Puti tertarik pada Tiara sejak pertama kali melihatnya secara langsung. Karena itu pula, Puti tanpa ragu memilih Tiara sebagai calon menantu yang ia persiapkan khusus bagi putra semata wayangnya itu.
“Apa pun itu, kini Mama hanya bisa menitipkan Darka padamu. Mama sebagai seorang ibu sudah kehabisan cara untuk mendidiknya. Karena itulah, Mama berharap, setelah menikah nanti, tolong buat Darka untuk kembali dalam jalan yang benar,” ucap Puti dengan sungguh-sungguh.
“Mama tidak perlu merendah seperti itu. Sejauh ini, Mama dan Papa sudah sangat berhasil mendidik Kak Darka. Buktinya, Kak Darka sudah menjadi pria sukses yang berpengaruh. Selebihnya, tentu saja aku akan berusaha untuk melaksanakan tugasku sebagai seorang istri pada umumnya. Semoga, dalam pernikahan ini, baik aku dan Kak Darka akan mendapatkan pendewasaan diri,” lanjut Tiara dengan memasang senyum manis.
Puti yang mendengar ucapan Tiara hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Puti dan Nazhan tentunya sangat berharap jika dalam pernikahan ini, Darka akan semakin dewasa dan bertindak sebagai seorang pria yang bertanggung jawab. Karena jelas dirinya setelah menikah nanti, Darka memiliki tanggung jawab yang perlu ia laksanakan dengan baik. Sayangnya, sepertinya Puti dan Nazhan harus sangat bersabar hingga keinginan mereka terwujud nantinya. Kenapa? Karena Darka yang memang sejak awal menguping pembicaraan Puti dan Tiara, kini malah menyeringai senang.
Dengan apa yang dikatakan oleh Puti barusan, Darka yakin jika Puti dan Nazhan memang akan lepas tangan dari kehidupannya setelah Darka berumah tangga nantinya. Jelas itu adalah kabar baik bagi Darka. Kebebasan yang ia dambakan sudah berada di depan mata. Akhirnya, setelah sekian lama, Darka bisa mendapatkan kehidupan bebas yang memang sangat diinginkan olehnya. Nantinya, Darka tidak perlu lagi memikirkan kapan dirinya harus pulang, kapan dirinya harus menghentikan acara bersenang-senangnya, hingga kapan Darka harus menghentikan aksinya sebagai seorang flamboyan. Tentu saja hal itu bisa terjadi, setelah Darka menikahi Tiara. Ya, Darka akan menikahi Tiara, lalu menjadikan Tiara sebagai tameng perlindungan.
Membayangkan kebebasannya itu, kini Darka semakin menarik seringai yang lebar. Darka bersiul pelan dan berbisik, “Selamat datang kebebasan.”
Darka tampak berkonsentrasi dengan semua pekerjaannya. Kini ia harus benar-benar fokus mengerjakan semua tugasnya, karena perusahaan memang akan membuat sebuah proyek baru yang tentu saja berskala besar. Ia sebagai seorang pemimpin perusahaan harus ekstra mencurahkan perhatian dan konsentrasinya. Namun, tiba-tiba seseorang membuka pintu dan masuk begitu saja ke dalam ruangan presdir yang tak lain adalah ruang kerja pribadi Darka. Jika saja hubungannya dengan orang itu tidak dekat, sudah dipastikan jika asbak yang berada di sudut meja kerjanya sudah melayang saat itu juga. Darka menghela napas dan mengendorkan simpul dasi yang ia kenakan. Pria itu bersandar dengan nyaman pada sandaran kursi kerjanya sembari menatap sosok pria yang kini duduk di sofa yang tepat berhadapan dengannya.
Tiara membuka matanya dan terpesona saat melihat pantulan dirinya pada cermin. Bagaimana bisa Tiara tidak terkejut, saat melihat wajahnya yang ia nilai biasa-biasa saja, kini berubah begitu cantik dengan riasan yang memang terlihat anggun. Tiara lalu dibantu oleh para perias untuk bangikit dan memakai set kebaya putih yang didesain khusus oleh Puti untuk Tiara. Setelah mengenakan kebaya dengan benar, riasan Tiara pun kembali dilanjutkan dan diperbaiki. Tiara tidak bisa bergerak dengan bebas, dan hanya bisa menerima perlakuan para perias padanya. Tiara berharap jika akhirnya penampilannya tidak terlihat memalukan.Setelah mengenakan kebaya dan siger dengan benar, saat itulah Tiara kembali tidak bisa menahan diri untuk terkagum. Bukan
“Nikmati waktu kalian,” ucap Puti lalu ke luar dari kamar hotel yang akan ditinggali oleh Darka dan Tiara untuk menghabiskan malam pertama mereka. Puti dan Nazhan sendiri tinggal di salah satu kamar hotel yang tak kalah mewahnya. Mereka menikmati waktu istirahat setelah seharian harus menyambut tamu yang datang menghadiri acara pernikahan dan resepsi. Tentu saja, Puti dan Nazhan sudah menyiapkan kamar yang pantas untuk ditinggali oleh pasangan suami istri baru yang akan menjalani momen paling penting dalam kehidupan mereka. Puti dan Nazhan tahu jika ini bukan pengalaman pertama bagi Darka, tetapi ini adalah pengalama pertama bagi Tiara. Setidaknya, mereka harus menyiapkan suasana nyaman untuk pengalaman pertama Tiara tersebut.Namun, suasana yang dipersiapkan oleh kedua orang tuanya itu malah membuat Darka merasa jengkel. Ia mengh
Tiara tampak menyukai rumah baru yang dihadiahkan oleh mertuanya, berbeda dengan Darka yang tampak jengkel. Kedua orang tuanya tidak mengizinkan Darka dan Tiara tinggal di apartemen atau rumah yang dimiliki Darka, dengan alasan semua tempat itu pernah disinggahi oleh wanita-wanita murahan saat Darka membujang. Puti dan Nahan memilih untuk membelikan sebuah rumah di salah satu perumahan mewah. Darka sendiri cukup tahu mengenai kompleks perumahan ini. Karena pengelola utamanya adalah Theo, saudara dari sang ayah. Darka mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Apa Mama dan Papa memiliki investasi atau saham dalam pembangunan perumahan mewah ini?”Puti balik bertanya, “Memangnya kenapa?”“Aneh saja. Kenapa Mama dan Papa malah membelikan sebuah r
Tepat di hari kelima, Darka memerintahkah para pelayan untuk kembali ke kediaman utama di mana Puti dan Nazhan tinggal. Tentu saja, Puti dan Nazhan segera menghubungi Tiara menanyakan mengapa dirinya mengembalikan para pelayan yang sudah diperintahkan oleh mereka untuk membantu tugas Tiara mengurus rumah. Karena sebelumnya Tiara sudah berjanji pada Darka, Tiara pun menjawab jika dirinya bisa mengurus rumah dengan kemampuannya sendiri. Atas jawaban yang sudah diberikan oleh Tiara, Puti dan Nazhan sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun lagi. “Bagus,” puji Darka saat Tiara selesai menelepon dengan kedua orang tuanya.Karena Darka memang mendapatkan cuti selama dua minggu dari pekerjaannya, jadi Darka bisa bersantai di rumahnya. Walaupun, Darka sendiri merasa sangat gatal dan ingin segera ke luar dari rumah untuk bersenang-senang m
Darka berusaha mengabaikan Tiara yang sejak tadi sibuk merapikan pakaian yang sudah ia setrika dan lipat dengan begitu rapi. Begitu Tiara ke luar dari kamar, saat itulah Darka menutup majalah dewasa yang ia baca. Bagaimana mungkin dirinya tidak kesal dengan tingkah Tiara yang memperlakukannya sebagai seorang pria tanpa gairah. Darka memang sudah mengatakan berulang kali jika dirinya tidak mungkin tergoda oleh Tiara yang menurutnya tidak menggairahkan. Meskipun berusaha untuk menganggapnya tidak menggairahkan, naluri Darka sebagai pria tidak bisa diajak bekerjasama. Terkadang, saat tidur Darka bersentuhan dengan Tiara, yang memang terlelap dan biasanya melewati batas yang sudah ditetapkan oleh Darka di atas ranjang. Kulit lembut itu membuat bulu kuduk Darka meremang. Mungkin, itu dikarenakan Darka yang sudah berhari-hari tidak bisa melepaskan gairahnya yang memang terhitung lebih tinggi daripada pria lain.
Darka tampak menggebu berharap untuk segera mendapatkan pelepasannya dengan bantuan Vanesa yang mengerang di bawah tindihannya. Namun, pikiran Darka terasa tidak nyawan. Rasanya, ada sesuatu yang salah di sini. Darka baru saja akan mendapatkan pelepasannya, saat dirinya melirik pada ponselnya yang tergeletak di atas nakas dan melihat nama sang ibu di sana. Seketika, gairah Darka padam. Darka melepaskan diri dari Vanesa begitu saja membuat Vanesa mengeluh kesal. Namun, saat melihat raut wajah Darka yang serius, Vanesa membungkam bibirnya rapat-rapat, sadar jika ada hal serius yang tengah terjadi.Vanesa tentu saja harus menyadari batasan dan memahami situasi serta kondisi yang tengah berlangsung. Itu juga adalah nilai tambah bagi Vanesa sehingga dirinya bisa bertahan begitu lama di sisi Darka, dan berakhir menjadi wanita yang paling dipercaya
Hari ini, Darka sudah berangkat bekerja seperti biasa. Sementara Tiara masih berkutat sibuk dengan pekerjaan ibu rumah tangganya. Jika dibandingkan dengan pekerjaan Tiara di rumah ini dengan pekerjaan Tiara di panti asuhan jelas pekerjaan di panti asuhan lebih banyak dan lebih berat. Namun, entah kenapa Tiara merasa lebih lelah mengurus pekerjaan rumah ini daripada mengurus pekerjaan di panti. Tiara berpikir, jika mungkin ini ada kaitannya dengan masalah hubungannya dengan Darka yang bukannya semakin membaik seiring waktu berjalan, malah Darka semakin menekan dirinya seolah-olah tidak mau membuat Tiara merasa tenang hidup dengan berstatuskan istri darinya. Tiara pun menghela napas dan melangkah menuju area belakang kediaman minimalis yang terasa mewah bagi Tiara tersebut. Di sana, ad ataman kecil dan sebuah kolam renang. Kali ini, Tiara akan membersihkan kolam renang dari dedaunan kering yang jatuh ke dalamnya.
“Bunda!” seru Alana sembari berlari membuat rok yang ia kenakan bergoyang seiring langkah yang ia ambil. Alan tentu saja mengikuti, tetapi dengan langkahnya yang tenang. Darka yang bertugas menjemput kedua buah hatinya sepulang sekolah, melangkah di belakang dengan kedua tangan yang membawa tas serta botol minum milik Alan dan Alana.Tiara yang semula sibuk di dapur dengan para pelayan, segera ke luar dari dapur dan menghampir putra dan putrinya. Tiara tidak memperbolehkan Alana dan Alan masuk ke dalam dapur, karena sangat berbahaya. Apalagi untuk Alana, yang dulu sempat membuat ulah dan hampir saja celaka serta membuat rumah ini hampir kebakaran. Tiara tersenyum dan menerima pelukan dari putra dan putrinya dengan senang hati. “Apa hari kalian
Beberapa bulan kemudian“Cantiknya putri Ayah!” seru Darka saat melihat Alana mengenakan gaun cantik yang seragam dengan gaun Tiara. Darka pun menciumi Alana yang tertawa renyah saat mendapatkan kecupan tersebut. Sementara itu, Alan berada dalam gendongan Tiara. Ia juga mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Darka. Mereka tampil dengan menakjubkan. Alan dan Alana, memiliki tampilan menggemaskan yang rasanya diwariskan dari kedua orang tuanya. Siapa pun yang melihat si kembar, akan yakin jika keduanya akan tumbuh menjadi sosok yang sangat menawan dewasa nanti.
Tiara sibuk menyusui kedua anaknya yang ternyata menolak untuk menyusu menggunakan dot berisi ASI yang sebelumnya sudah Tiara pompa. Keduanya lebih senang menyusu secara langsung pada Tiara. Tentu saja tingkah putra dan putrinya ini membuat Tiara sulit untuk bergerak. Keduanya benar-benar menempel pada Tiara dan tidak mau disentuh oleh siapa pun termasuk oleh opa serta omanya. Tiara memejamkan matanya dan bersandar pada sandaran sofa malas yang selalu ia gunakan saat menyusui kedua buah hatinya yang selalu ingin disusui bersama-sama. Ini masih siang, tetapi Tiara sudah sangat lelah.Kini, Tiara dan Darka tinggal di kediaman utama. Sementara Puti dan Nazhan resmi kembali ke Kuwait serta fokus untuk mengurus semua perusahaan mereka di sana. Darka sendiri dipercaya
Vanesa terlihat bersebunyi di balik sebuah pohon di seberang kediaman Risaldi yang tengah cukup ramai karena persiapan acara akikahan kembar calon penerus keluarga Al Kharafi dan Risaldi ini. Vanesa melihat rumah itu dengan penuh kebencian karena semua usahanya untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga itu gagal total. Semua informasi yang Vanesa bocorkan pada pihak yang memang mencari jalan untuk menjatuhkan perusahaan milik keluarga AR tersebut, pada akhirnya menjadi senjata yang berbalik menyerangnya. Kini, karir Vanesa benar-benar hancur karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau mempekerjakan dirinya. Bahkan, agensinya memutuskan kontrak secara sepihak dengannya.Hal itu terjadi karena Puti dan Nazhan turun tangan langsung. Keduanya melakukan sesuatu yang
Pagi ini, Darka mengumumkan kelahiran sepasang anak kembarnya melalui media sosial. Lalu esok hari, aka nada acara akikahan lalu berlanjut dengan acara pesta yang dilangsungkan di kediaman Risaldi. Tentu saja, kabar tersebut disambut gembira oleh orang-orang, kecuali Vanesa yang merasa begitu marah karena Darka sudah benar-benar membuangnya. Vanesa tidak lagi bisa menghubungi atau bahkan menemui Darka. Vanesa dibuang karena dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh pria itu. Kemarahan Vanesa semakin menjadi karena dirinya merasa dikalahkan oleh Tiara yang menurutnya tidak bisa dibandingkan dengannya. “Aku tidak akan menerima penghinaan ini,” ucap Vanesa.Ya, Vanesa tidak akan hancur sendirian. Jika dirinya harus hancur dan kehilangan segalanya, maka D
“Tiara,” ucap Puti tidak percaya saat melihat Tiara sudah sadarkan diri.Tiara yang sebelumnya masih berusaha untuk beradaptasi mengerjapkan matanya dan menyentuh perutnya yang terasa agak ngilu. Puti yang melihat hal itu segera menahan tangan menantunya dan berkata, “Kau sudah dioprasi, terima kasih karena sudah memberikan sepasang cucu yang menggemaskan bagiku dan Nazhan.”Tiara yang mendengar hal itu pun terharu. Meskipun dirinya tidak melahirkan dengan normal, tetapi kebahagiaannya sama besarnya. Puti pun membantu Tiara untuk minum karena ia tahu jika Puti memang perlu membasahi tenggorokannya. Setelah itu, Tiara pun berkata, “Ma, aku ingin melihat mereka
“Ada keributan apa?” tanya Nazhan saat dirinya ke luar dari lift sembari menggandeng istri tercintanya yang hari ini pun menemaninya bekerja. Tidak sekadar menemani, Puti juga membantu Nazhan menyelesaikan pekerjaannya.Semenjak Tiara dan Darka benar-benar ke luar dari rumah, keduanya memang lebih sering untuk menghabiskan waktu bersama. Selain untuk saling menghibur karena merasa bersalah serta kesepian karena telah membuat Tiara harus hidup susah dengan Darka, keduanya juga melakukan hal ini untuk memastikan tidak mencari apa pun terkait nasib Darka dan Tiara. Ini adalah komitmen yang sudah keduanya buat bersama. Karena jika sampai mereka melihat dengan mata mereka sendiri betapa kesulitannya hidup keduanya, mereka pasti tidak akan menahan diri unt
Darka yang baru saja selesai menjemur pakaian, segera duduk di samping Tiara yang tengah menatap tayangan mengenai tempat wisata air yang ditayangkan di televisi. “Kenapa melihatnya hingga seperti itu?” tanya Darka.“Tampaknya bermain air seperti itu terasa sangat menyenangkan.”Darka bisa mendengar nada tertarik dalam ucapan Tiara. Ia tahu, jika Tiara ingin mengunjungi wahana air itu. Namun, rasanya mustahil bagi Darka mengajak Tiara untuk bermain di wahana air seperti itu dengan kondisi kehamilannya yang sudah sebesar ini. Darka pun bertanya, “Kalau sudah melahirkan, apa kau mau pergi ke sana denganku?”
“Astaga!” seru bapak-bapak yang tengah menjalankan ronda keliling. Para bapak terkejut saat melihat sosok yang meringkuk di hadapan salah satu rumah kontrakan yang berada di perkampungan mereka. Setelah beberapa saat saling mendorong untuk memeriksa siapa yang berada di hadapan rumah orang lain di waktu seperti ini. Hanya saja, setelah mengarahkan senter para wajah orang itu, semua orang menghela napas lega karena mengenalnya.“Darka kenapa di luar seperti ini?” tanya salah satu dari para bapak yang menggeleng melihat Darka yang kini mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu saja para bapak sudah mengenal Darka dan Tiara, pasangan muda menawan yang mereka kira tengah belajar untuk hidup mandiri. Dalam diam, para tetangga mengamati dan sedikit