“U hoeft niet om me te vertellen, jongen. Ik weet altijd alles.” –Kau tak perlu memberitahuku, anak muda. Aku tahu segalanya. Hasyim tertawa miris. “Katakan ke mana dia akan pergi, Bhismarajasa.”
Ketegasan dalam nada suara gurunya itu membuat pertahanan Bhisma luruh. Di luar, ia bisa menjadi pengacara yang hebat, tapi bersama Hasyim, dia hanya seongok cacing kecil yang tak berani berdusta. “Singapura.”
“Singapura!” cetus Hasyim. “Ya, tentu saja. Kakek wanita itu memberikan hadiah pernikahan untuknya dan Attar, rumah di Singapura. Hanya saja, dia tidak punya uang sebanyak itu. Attar sudah memblokir akses kartu kredit dan rekeningnya.”
“Cucu Anda melakukannya?” tanya Bhisma tak percaya. “Saya kira dia mencintai Ruby..”
“Dia melakukannya setelah pulang dari Majalengka dan sebelum sampai rumah. Ia tidak mau istrinya pergi. Sayang dia datang terlambat hingg
Seseorang berdiri di sebelahnya.Armand Adiwangsa.“Kau takkan bahagia bersama anakku, cucu Hasyim Hardana,” katanya. “Kebohongan demi kebohongan dilakukan kakekmu yang pengecut itu. Dan kamu akan bernasib sama seperti dia, mati dengan jutaan rahasia.”“Saya bukan pengecut,” balas Attar dingin. “Saya tidak pernah menyiksa anak saya.”Tertawa Armand mendengar tukasan penuh ketegasan itu. “Kau tidak punya hak untuk menghakimiku. Kita berada di dunia yang berbeda. Aku harus memukul anakku karena dia membalas sapaan Hasyim Hardana. Anakku tak boleh berhubungan dengan Hardana. Kalian semua bajingan!”“Pergilah ke neraka yang paling dalam, Armand.”“Tenang saja, aku akan menarikmu dan semua keluargamu bersamaku.”Armand menghilang dari sisinya. Kini Attar sendiri di gurun pasir, bagaika
“Aku juga senang berteman denganmu. Kamu sangat menolongku. Tapi, kamu tahu kan, Attar tidak bisa tergantikan di hatiku. Aku sangat mencintainya, dan setelah punya dua anak, suami baru atau ayah tiri takkan terlalu dibutuhkan.”Penolakan itu menghancurkan hati Bhisma. Hasyim benar. Attar memang segalanya untuk wanita ini. “Maafkan aku, aku hanya..”“Tapi bukan berarti kamu tidak dibutuhkan,” Ruby tersenyum kecut. Sebagai wanita, ia tahu Bhisma menaruh hati padanya. “Kamu pria yang hebat. Percayalah padaku, kamu akan menemukan wanita yang lebih baik daripadaku.”“Benarkah?”Mata Bhisma yang berbinar itu membuat Ruby mengangguk. “Ya, terkadang kita tidak tahu bersama siapa kita akan menghabiskan sisa hidup kita di dunia ini. Aku berpacaran dengan yang lain untuk waktu yang lama, dan pada akhirnya aku memilih Attar. Itu yang namanya takdir, meski harus berakhir seperti ini.”&ldqu
Mengapa bercerai adalah satu-satunya jalan terakhir yang harus kita lalui?Tidak bisakah kita saling mencintai tanpa ada prasangka di antara kita, Sayang?Tidak bisakah kita selalu bersama tanpa ada rahasia pahit di balik kebahagiaan yang kita miliki, Cinta?Ruby mencoba untuk tidur. Dipejamkannya matanya, namun beberapa menit kemudian ia terjaga lagi. Tenggorokannya terasa kering. Hati-hati ia menarik lengannya dari kepala anaknya, diletakkannya bantal di bawah kepala Eda, kemudian ia turun dari tempat tidur.Di dapur ia melihat Bhisma sedang menulis di sebuah kertas kecil di meja bar. “Baru pulang?” tegur Ruby, melihat lelaki itu masih memakai kemeja rapi. Setelah makan malam tadi Bhisma pergi untuk bertemu kliennya.Bhisma mengangkat mukanya. “Ya, baru sepuluh menit. Butuh sesuatu?” tawarnya.“Tidak. Apa ada susu cokelat hangat?”Yang ditanya tidak menjawab. Bhisma bangkit dari duduknya dan membu
Aku ceraikan kamu, Rubinia.Bodoh! Setelah bergelut di dunia mimpi, Attar menyadari betapa kelirunya keputusan yang ia buat untuk rumah tangganya. Dia tidak pantas menusuk hati istrinya sejauh ini. Armand Adiwangsa salah tentangnya; Attar memang pengecut. Dia tak mampu mengutarakan kerisauannya pada wanita yang sudah memberinya kesempatan ratusan kali.Masih terbayang air mata istrinya. Sampai mati Attar takkan bisa lupa dengan tatapan sendu istrinya. Tatapan memohon istrinya yang tidak ingin bercerai. Tapi Attar justru menyakitinya dengan kata-kata yang tidak pantas.Attar menyingkap selimutnya. Ia turun dari tempat pembaringan, dan sesuatu yang berat seakan menimpa dadanya. Dengan perlahan ia kembali berbaring, sampai ia merasa lebih baik.Dan ia tidak pernah merasa lebih baik. Bukan hanya karena jantungnya yang bermasalah ini. Tapi sebelum ia bertemu dengan istrinya dan mengemis untuk kembali, ia takkan pernah tenang. Mati pun tidak masalah. Untuk apa
Mungkin ini terdengar konyol. Dia bertemu dengan orang mati di alam mimpi. Tapi itu terlihat nyata, bahkan Attar tak bisa melewati momen demi momen di mimpinya. Dia seperti hidup di dunia lain, di antara dunia dan akhirat. Dan bukan tanpa alasan mengapa ia diberi kesempatan untuk hidup.“Mengenai kasus itu. Sudah sampai mana?” tanya Attar.“Kita semua belum tahu kebenarannya sampai Sandra melahirkan,” kata Hasyim. Kakeknya menatapnya dengan tajam. “Tolong katakan kamu tidak pernah tidur dengannya, Tara.”“Saya memang tidak pernah tidur dengan Kassandra. Yang saya rasakan selama ini adalah perasaan bersalah mengenai Emilia.”“Emilia,” desah kakeknya. “Karena perasaan bersalahmu padanya kamu menceraikan istrimu?” Rahang Kakek mengeras dan berkedut, menahan amarahnya saking tidak percaya cucunya mengorbankan rumah tangganya karena masa lalunya itu. “Apakah istrimu tidak memberitahu
Singapura.Untuk orang yang baru dirawat selama dua bulan—turun dari pesawat di terminal JetQuay CIP—terminal khusus pesawat pribadi di Bandara Changi Singapura, Attar tampak begitu sehat menjinjing tas kecilnya, berjalan ke lounge untuk menyantap makan malamnya.Ia membuka laptopnya dan menyempatkan untuk membaca berita ditemani spaghetti bolognese dan susu putih yang diambilnya di buffet. Dua bulan tak sadarkan diri membuatnya ketinggalan banyak berita.Dua Pengusaha Diduga Memerkosa Auditor CantikFariz Hardana Bantah Tuduhan PemerkosaanAttar Hardana Koma, Fariz Dikorbankan Menjadi Ayah?Hah. Attar Hardana koma, Fariz berkorban menjadi ayah? Attar harus segera menuntut orang yang telah membuat fitnah di artikel itu. Heran, mengapa banyak sekali forum yang senang membicarakan keluarga Hardana.Tunggu.Jika semua or
Melihat betapa takutnya Ruby kehilangan rumah ini, Attar tertawa dalam hati. Tidak sekarang, Darling. Rumah ini akan kuperoleh dan kuberikan untukmu nanti. “Untuk saat ini aku hanya ingin tidur di sini, kurasa.”“Baiklah, pilih kamarmu di mana saja,” jawab Ruby.“Di mana kamu tidur? Masih di lantai dua?”Ruby mengangguk bingung.“Aku akan pindahkan barang-barangmu ke lantai bawah,” Attar memberi keputusan. “Perutmu semakin membesar, dan aku takut terjadi sesuatu pada kehamilanmu.”Sekali lagi Ruby mengangguk. Ya, tentu saja. Alasannya pasti karena anaknya. Dalam hati Ruby keki sendiri. Lelaki ini sama sekali tidak terlihat patah hati ditinggal olehnya. Attar menghadapinya dengan santai seakan perginya Ruby tidak berpengaruh besar pada hidupnya.Ruby kembali menyibukkan dirinya mengaduk saus tiram di dalam panci. Biasanya, saat ia membelakangi suaminya, Attar akan memeluknya
Attar memecah keheningan di antara mereka. “Bagaimana kamu bisa ada di sini. Seingatku, aku memblokir kartu kredit dan rekeningku yang selama ini kamu pakai.”“Aku menjual McLaren milik Eda,” kata Ruby. “Maafkan aku, kamu pasti marah aku telah lancang menjualnya. Tapi aku tak punya pilihan selain menjualnya untuk bertahan hidup. Dan aku memilih untuk memakai rekening atas namaku sendiri.”Menjual McLaren? Oh ya. Sebelum Attar berangkat ke Singapura, kakeknya memberitahu bahwa Attar harus memberinya lima milyar sebagai tanda terima kasihnya pada sang kakek. Saat itu Attar mengira Kakek sedang mabuk, atau sedang bergelut dengan misterinya sendiri, jadi bicara ngawur begitu. Apakah uang itu diperuntukkan untuk mengganti uang Kakek yang diberikan pada Ruby?Attar tidak mengira istrinya akan menjual mobil sport yang diberikan Kakek Gun. Atau mungkin tidak. Bhismarajasa mungkin mengatur semuanya, jual-beli bohongan. Lelaki