Suaminya tidak memiliki niat untuk menjadikannya sebagai wanita yang layak dicintai. Lelaki itu hanya membutuhkannya sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pria untuk menjaga rumah tangganya. Dan di luar itu, suaminya yang tampan ini perlu ruang untuk bernapas, mencicipi segala hal yang tidak bisa dilakukannya lantaran terikat dengan pernikahan yang awalnya tidak diinginkan keduanya.
Ruby melepaskan pelukan suaminya. Kedua tangan suaminya membingkai wajahnya, yang enggan untuk ditepisnya. “Ngg.., aku tetap ingin ada benteng di antara kita. Kita bisa hidup di rumah yang terpisah. Aku tidak akan melarangmu untuk melakukan apa yang kamu suka.”
“Tidak, Ruby, kita tidak akan melakukan itu,” tanggap Attar berang. Ia menarik kedua tangannya dari wajah istrinya. “Kita tidak akan berpisah!”
“Aku tidak sanggup menjadi istrimu, Attar.”
“Ketidaksanggupanmu sebagai istriku tidak memberi jalan perceraian untuk kit
“Don’t be childish,” perintahnya tegas. “Aku sudah cukup lelah menghadapimu yang penuh kelelahan, kesakitan, tapi bukan berarti aku menyerah dan membiarkanmu pergi dengan pria lain begitu saja. Takkan pernah!”“Itu cukup melukai harga dirimu, benarkah begitu?” Ruby mendengar suaranya berbicara demikian. Badannya lemas. “Kamu mengesankannya seolah kamu seorang pahlawan di depanku selama ini. Lalu, dengan perjanjian yang bahkan tidak aku ketahui, kamu harus menikahiku. Kamu yang penuh dengan rasa percaya diri, merasa terhina ketika aku meninggalkanmu di akad nikah yang pertama. Dan sekarang, setelah menikah kamu takkan melepaskanku setelah aku dan keluargaku melempar malu serta merendahkan harga dirimu?”“Aku tidak akan menjawabnya. Sekarang aku adalah suamimu, dan kita akan terus begini selamanya.”“Tentu saja. Aku akan tetap bersamamu, sebagai rasa tanda terima kasihku padamu yang t
“Jangan berpikir untuk melawan perintahku, Ruby,” kata suaminya sambil menatapnya tajam. “Sekarang kembali ke kamar dan lupakan tugasmu mencuci, menyetrika, dan hal-hal lain yang melelahkanmu.”“Aku punya hak untuk melakukan apa yang kusuka.”“Tidak dalam keadaan hamil seperti ini.”“Aku tidak capek.”“Dan akan jadi capek.”Sebelum mendengar protes dari istrinya lagi, Attar menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke kamar tidur mereka. Ruby mendengar suaminya mengunci pintu kamar itu.Mereka akan bercinta lagi? Attar hanya mengunci pintu jika mereka akan melakukan hal-hal intim.“Apa pun yang sudah terjadi, kita tetaplah suami-istri,” tegas suaminya. Ia menurunkan istrinya di tempat tidur. “Daripada mengeluh, lebih baik kita nikmati saja peran ini.”“Peran!” bentak istrinya. “Kamu kira kita sedang berlakon? Oh
Kembali ke Jakarta bukanlah ide yang buruk. Di sana Ruby bisa menemui ibunya dan Kakek Gunawan. Mereka dapat melipur laranya hanya dengan merangkulnya, dan mengatakan semua akan baik-baik saja.Ruby tak lupa memberi pesan pada anaknya yang tinggal bersama Mama Lenny dengan adik Mama yang tinggal di apartemen kawasan Orchard Road, untuk tidak bandel selama orangtuanya sedang di Jakarta. Ruby masih ingat ketika anaknya menahan sedih berpisah dari ibunya yang selama ini selalu bersamanya.Sesampainya di Jakarta mereka dijemput sopir. Duduk berdua di belakang bersama suaminya di mobil sepanjang perjalanan pulang membuat Ruby membayangkan apa yang akan terjadi di rumah.Di mobil suaminya tak menunjukkan sikap hangat atau mesra. Suaminya sibuk memainkan ponselnya dan berdecak sesekali menghadapi macetnya Jakarta di tengah malam.“By the way, pengacaramu ini ternyata sedang menyusun rencana,” kata suaminya tiba-tiba.Ruby yang sedari
“Tidak seburuk yang kamu bayangkan, Ruby. Yang jelas, ketika Kakek mendengar kamu berfoya-foya di New York selama perusahaanku sedang krisis, Hasyim datang dengan cucunya.”“Kakek Hasyim menawarkan villa di Aspen untuk cucunya dan uang untuk membantu perusahaan.””“Ya, dia memberi Attar setengah hartanya. Tapi, soal uang, itu suamimu yang melakukannya. Dia membantu Edo menjalankan bisnis dan meminjamkan modal untuk Edo.”“Apakah sudah dikembalikan?”“Attar tidak butuh uangnya kembali, ia menginginkan pernikahan yang utuh seumur hidup. Hanya itu yang diminta Hasyim jika Attar ingin harta kakeknya.”“Apakah Kakek mengatakan bahwa Attar menikahi saya karena harta kakeknya?”“Ruby.” Gunawan menghela napas panjang. “Itu sudah masa lalu. Sekarang suamimu telah berubah. Dia mencintaimu.”“Tidak,” potong Ruby. “Suami saya ti
“Jangan kurang ajar!” Ruby menepiskan jari suaminya.“Ssssht, aku ini suamimu. Dan, kamu belum mengganti baju bepergianmu. Aku sudah menggantung semua lingerie-mu di lemari.”“Sudah tidak ada yang muat.”“Yakinkan aku kalau begitu. Karena sejauh yang kulihat, dengan kamu memakai lingerie akan menunjukkan lekuk tubuhmu.”“Aku tidak tahu kamu suka perempuan gemuk.”“Selama perempuan itu kamu, tidak masalah.”Entah ada hipnotis apa dalam suara suaminya. Ruby turun dari tempat tidur, melepaskan pakaiannya dan memakai baju tidurnya. Ketika ia berbalik, suaminya tengah memperhatikannya tanpa pakaian di atasnya.Ruby kembali ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya yang kedinginan dengan selimut.“Nah, kamu lihat, kan? Masih cukup!” Suaminya tersenyum puas.“Aku yakin sebentar lagi robek,” sahut istrinya, terk
Siapa yang menyangka istri yang telah disakitinya memiliki kekayaan yang tidak berseri? Bah. Itu bukan perkara besar. Yang paling mencengangkan, istrinya adalah cucu dari kakek yang selama ini dikaguminya.Perasaan cinta yang menggebu-gebu hatinya pada sang istri sirna tatkala Hasyim Hardana memberitahu yang sebenarnya. Sulit dipercaya ia telah menghidupi cucu kakeknya. Ya ampun. Ruby cucu Hasyim Hardana? Kakeknya—ralat—Hasyim Hardana dan Gunawan Adiwangsa telah membohonginya selama ini. Atau, Kakek Gun belum tahu?Jika ia sudah tahu, mana sudi ia berteman dengan pria yang tak lain mantan suami istrinya?Tapi sudah sejak lama keluarga Adiwangsa mengalami krisis. Terkadang, uang mematikan perasaan yang sebenarnya di dalam dada, bukan? Dengan uang yang dimiliki Hasyim Hardana, lelaki tua itu dapat mendapatkan apa yang diinginkannya. Termasuk pernikahan Attar dengan cucunya.Cih.Seharian Attar berkelana mengitari Jakarta yang macet hingga
Ia berjalan-jalan mengitari taman hiburan itu. Hardana World. Tempat ini ia dedikasikan untuk kakeknya yang sudah berjasa untuknya. Dan, ini akan menjadi sesuatu yang bisa ia berikan pada kakeknya sebelum ia pergi meninggalkan keluarga itu.Jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa tidak pantas menyandang nama Hardana. Dia sudah bersikap bossy pada adik dan sepupu-sepupunya yang lain. Tak ada lagi perasaan menjadi yang paling tua di antara mereka, karena dia memang bukan bagian dari mereka.Kakinya berhenti di depan gedung teater.Dibukanya pintu gedung itu yang tidak terkunci. Dengan cahaya dari ponselnya ia berjalan ke bawah, menuju panggung. Ketika gedung ini masih dibangun, ia memperhatikan hal-hal terkecilnya. Salah satunya saklar lampu.Saklar lampu teater itu berada di balik panggung. Ditekannya. Lampu di dalam ruangan itu menyala semua.Ia ke ruang audio. Disetelnya lagu acak saja di stereo. Lagu Overture Delle Donne yang diba
Dua bulan kemudianAttar sudah siap dengan pakaian kerjanya dan tatanan rambutnya yang rapi menunjukkan sikap percaya dirinya yang sudah lama hilang.Ia turun ke ruang makan untuk sarapan. Mbok Tum sudah menghidangkan roti isi dengan tuna dan sayur serta susu putih di meja makan. Dibacanya koran sebelum menyantap sarapannya.Berita utama di koran itu cukup menyenangi hatinya;HAVE YOUR PRECIOUS MOMENTS IN CIBUBUR HARDANA WORLD.Koran itu menampilkan foto-foto Hardana World yang dipenuhi dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Dari masyarakat biasa, selebriti, dan bahkan masyarakat dari negara lain pun ikut mengunjungi tempat hiburan itu. Mereka menyebutnya, Disneyland in Indonesia. Attar sangat tersanjung melihat hasil kerja kerasnya.Dilipatnya koran dan ia mulai menghabiskan makan paginya. Seseorang menciumnya dari belakang dan memeluknya dari belakang.“Had a good dream, babe?”