Beranda / Romansa / Married to My Childhood Friend / 3. Jodoh Sejak Lahir untuk Masa Depan

Share

3. Jodoh Sejak Lahir untuk Masa Depan

Penulis: Aloegreen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 16:15:08

Nayla bergelut dalam kalbu. Faktanya Shaka yang telah meninggalkannya, menelantarkan dirinya di antara orang-orang Toxic yang hanya ada jika membutuhkan, dan tak kunjung kembali seolah lupa bagaimana cara mereka bermain. Meskipun begitu hanya Shaka lah satu-satunya teman yang Nayla ingat hingga kini. 

"Jadi Nona Nayla, bagaimana kamu bisa yakin melamar teman lamamu ini dengan kondisi hubungan kita yang retak seperti kaca pecah itu? Menarik! Jarang sekali ada perempuan yang melamar laki-lakinya sampai ngotot minta dinikahi secara kilat." Shaka berpangku tangan dan mengedipkan sebelah mata. 

Nayla ternganga, "Haaa! Kamu banyak bicara! Berapa kata yang keluar dari mulutmu barusan? Seratus? Dua ratus? Tiga ribu?!" menghitung dengan jari.

Shaka terkekeh menjitak dahi Nayla pelan, "Dasar tukang mengalihkan pembicaraan."

Tidak bisa dipungkiri Nayla juga memiliki hati dan perasaan. Biarpun dia seorang yang terlampau ceria, tapi hatinya rapuh segelap mendung. 

Hanya Shaka yang bisa dia percaya. Bukan karena rumah mereka dekat ataupun usia yang sama, melainkan kemurnian Shaka untuk berteman dengannya tanpa memandang bulu. 

Perekonomian keluarga Nayla terbilang rendah. Sebab itu dia dijauhi teman sebayanya bahkan kerap kali menjadi korban pembulian. 

Tidak seperti anak-anak sekolah lain yang hanya belajar dan bermain, Nayla harus bekerja paruh waktu sampai pulang larut malam hanya untuk membantu mencukupi biaya hidup sehari-hari. 

Hingga sekarang, gadis itu menjadi sangat pekerja keras dan membentengi diri dari lingkaran sosial. 

Sikapnya yang selalu tertutup dan gila kerja itu membuatnya tidak bisa dekat dengan laki-laki.

Kendatipun dipaksa menikah lantaran dituntut usia pun tidak ragu meminta Shaka untuk menikahinya meskipun mereka sudah tidak bertemu cukup lama.

Satu minggu telah berlalu. Tidak ada yang istimewa, setiap hari berjalan seperti hari-hari biasanya. Tidur seranjang, tinggal di atap yang sama, dan makan bersama. Nayla membuatnya seolah-olah mereka teman seasrama, bukan pasangan suami-istri.

"Eh, ada manten baru, nih," goda seseorang yang membocorkan pernikahannya ke perusahaan.

"Diam kamu!"

Teman kerja Nayla itu tertawa sembari mencatat anggaran harian. Dia bernama Vira Lusiana Putri, ibu muda dengan satu anak dengan usia yang sama dengan Nayla. Vira bertanggungjawab atas administrasi keuangan kantor, sedangkan Nayla menjabat sebagai administrasi umum. Dia yang mengatur keluar-masuknya surat dan kerapihan dokumentasi. 

Nayla fokus mengetik data sambil bolak-balik melihat cacatan arsip yang telah dia tinggal selama cuti. 

"Aku masih nggak nyangka, ya, kamu tiba-tiba nikah. Kok, bisa." Vira berhenti sejenak dari pekerjaannya. 

"Kamu nggak tau, sih, gimana risihnya dibilang perawan tua. Diceramahi tiap hari gara-gara keluarga malu sama tetangga. Aku, sih, masa bodoh, tapi gendang telingaku hampir jebol, nih." 

"Oh, terus kamu mutusin buat nikah sama temenmu gitu?" tanya Vira.

Nayla mengangguk. 

"Kok, temenmu mau?" Vira mengernyit heran.

Nayla menoleh, "Iya, ya? Kok, dia mau?" 

Vira menggeleng kembali bekerja. Suara ketikan di Keyboard sampai terdengar ke luar. 

"Tapi Shaka bilang dia juga lagi di keadaan yang sama kayak aku, jadi yaudah jalani aja." Nayla mengendikkan bahu.

Vira menggebrak meja membuat Nayla terlonjat kaget. "Itu yang namanya jodoh dari lahir, Nay! Lama-lama kamu menjomblo ujung-ujungnya juga nikah sama temen sendiri, 'kan?" 

Nayla mengusap dada sabar, "Sesantai itu memang. Bisa nggak jangan bikin jantungan? Aku pusing, nih, kutinggal cuti jadi berantakan begini. Emangnya siapa yang gantiin kerjaan aku kemarin?" 

Vira menunjuk meja kerja bagian pendatang baru. 

"Tuh, si Gilang Rahardika, anak baru dari admin pemasaran. Kasihan anaknya bolak-balik ngurusin tugasnya sama kerjaan kamu." 

Nayla langsung memicing ke arah jari telunjuk Vira. Memang tidak asing lagi dengan sosok remaja berusia dua puluh lima tahun itu. Gilang bekerja di sana sudah hampir tiga bulan. 

Perusahaan Skincare tempat Nayla bekerja memang tidak memandang bulu untuk memperkerjakan karyawannya. Gilang cukup pintar dalam bekerja, tetapi kurang rapi. 

Mau teriak memarahi Gilang, tetapi melihat wajah pusingnya Nayla menjadi kasihan. Dia hanya bisa menghela napas sabar dan menuntaskan semuanya sendirian. 

"Dokumenku acak-acakan banget. Kayaknya aku nggak bakal bisa istirahat sampai pulang ntar," gumamnya lelah. 

Disibukkan dengan pekerjaan membuat Nayla bertanya-tanya bagaimana tentang pekerjaan Shaka. Orang itu juga baru masuk pertama kali kerja setelah liburan. Menjadi kepala manajer pemasaran pasti membuat Shaka sangat sibuk.

Sempat berpikir memberi kabar mau pulang jam berapa, tetapi Nayla urungkan. Dia bergidik geli mengapa bisa tersemat pemikiran seperti gaya pacaran anak SMA.

Meskipun terlambat pulang, rasanya Shaka tidak akan menjemputnya. Nayla cukup tahu diri bagaimana hubungan di antara mereka. Lagipula dia tidak ingin merepotkan laki-laki itu.

Berkas-berkas dokumentasi selesai dirapikan. Tinggal mengurus surat online yang masuk di email perusahaan dan laporan lainnya. 

Semua orang di dekat mejanya juga tahu kalau Nayla sedang melamun berat sambil bekerja. Nayla sampai tidak sadar kalau sedang dihujani banyak lirikan.

Tiba di penghujung hari rasa lelah bertumpuk di pundak Nayla. Mendung kembali menutupi langit. Kali ini angin hanya sebatas tiupan kecil, tetapi dedaunan kering dan debu-debu di sekitar trotoar masih mampu diterbangkan. 

Di depan kantor Nayla diam berdiri menunggu ojek online yang sudah dia pesan. 

"Nayla, aku pulang dulu, ya. Bentar lagi hujan, nih." seru Vira yang dijemput suaminya pakai motor. 

"Iya kamu duluan aja. Hati-hati di jalan!" balas Nayla berteriak karena kebisingan orang-orang yang berkendara. 

Sekarang memang jam pulang para pekerja, sehingga jalan raya lebih padat kendaraan. 

"Kamu kalau ojol-nya belum datang minta jemput Shaka aja. Dia pasti juga cemas mikirin kamu. Mendungnya gelap banget." Vira menunjuk langit dengan dagu. 

"Ce-cemas? Mana mungkin Shaka khawatir sama aku." Nayla mengibaskan tangan. 

"Terserah kamu, deh. Aku duluan, ya!" Vira menepuk pundak suaminya dan mereka pun bergabung dengan ramainya kendaraan. 

Hiruk-pikuk kota kalau sudah dilanda mendung, semua pada ribut mencari tempat berlindung. 

"Duh, ojek aku mana, sih?" Nayla memeriksa kembali pesanan ojek di Handphone-nya dan ternyata si sopir tidak jadi datang karena takut hujannya akan lebat hampir menyerupai badai seperti beberapa hari lalu di Jakarta. 

"Yah, kok, mendadak banget? Terus aku gimana pulangnya?" 

Gemuruh langit mulai terdengar menambah pacu detak jantung Nayla. Dia terus berdoa dalam hati agar petir tidak menyertai pusaran awan. 

Air pun turun dengan deras mengguyur siapapun yang berani melewati jalannya. Nayla mundur hampir menabrak pintu masuk kantor yang sudah terkunci rapat. 

Dia mendesah pasrah harus rela menunggu sampai keadaan kembali cerah.

"Nggak mungkin juga aku ngabarin Shaka. Aku kerja di Bekasi, sedangkan dia di Jakarta. Mana mau dia nerjang hujan cuma buat jemput aku," gumamnya sendu. 

Namun, matanya yang sibuk menikmati pemandangan kelabu di depan tidak sengaja mendapati seseorang yang sangat familiar baginya. Sosok itu turun dari mobil membuat Nayla maju selangkah memastikan dirinya tidak salah melihat. 

Kemudian, seorang perempuan juga turun setelah sosok tersebut membukakan pintunya. 

Tidak salah lagi, Nayla tahu siapa orang itu. 

"Shaka?" 

Bab terkait

  • Married to My Childhood Friend   4. Aku Melihat Masa Depan di Matamu

    Kini Nayla mengerti apa arti dari mendung yang sebenarnya, yaitu kegelapan di antara hawa dingin yang menembus kesadaran dua individu. Dingin dari derasnya guyuran air, petangnya semesta di pukul enam sore, dan lampu di sepanjang trotoar yang menyala redup.Suara adzan pun terdengar jelas berdengung di telinga Nayla, tetapi kedua orang tersebut begitu riang memasuki sebuah toko roti yang masih buka. Nayla tersenyum antara pahit dan manis menjadi satu. Dia kembali mundur duduk di teras kantor yang hampir basah akibat percikan hujan. "Kenapa enggak? Mereka pernah pacaran, mungkin masih saling menyukai."Pandangannya ikut meredup seiring kepala tertunduk."Mungkin ... aku orang ketiganya di sini." Dicampakkan bukanlah hal buruk. Nayla sudah sering mengalami ketidakadilan sejak kecil, jadi untuk apa berkecil hati. Tidak perlu sedih hanya karena memikirkan hal yang bukan-bukan. Kalaupun Shaka masih mencintai Verlin, Nayla akan tetap tersenyum. Dia sadar kalau di sini dia lah yang berad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Married to My Childhood Friend   5. Trauma Berat

    "Argh, rasanya aku mau gulung bumi! Dia itu nyebelin banget jahilin aku terus!" wajah Nayla memerah lantaran geram.Sudah tiga hari Nayla menghadapi candaan Shaka yang terus menaikkan alur panas di wajahnya."Artinya dia sayang kamu." Vira memesan dua dimsum dan jus stroberi di kantin kantor, kemudian duduk bergabung dengan Gilang. Gilang yang sedang memakan ayam goreng sampai tersedak kaget. "Tapi .... tapi nggak harus setiap hari juga, dong. Setiap kali ada celah dia pasti jahilin aku! Nggak sesuai sama mukanya yang diam sedingin es!" Nayla merengut duduk di sebelah Gilang mengikuti Vira. Gilang menatap kedua seniornya bergantian. Nasib menjadi junior yang terlalu baik dan menurut pasti akan diajak ghibah. "Lah, aku kalau punya pasangan jahil malah seneng kali, Mbak. Enak diajak bercanda daripada marah-marah mulu," sabut Gilang santai. "Diam kamu mulut jigong. Jangan nambah beban perasaan aku." tunjuk Nayla membuat Gilang bergidik. "Emangnya rasa suka bisa tumbuh dengan candaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Married to My Childhood Friend   6. Gelisah

    Cahaya bintang jatuh di telapak tangan. Teras malam ini dingin tanpa perubahan cuaca. Nayla termenung terbayang akan dengung suara yang tak bisa hilang meski detik telah berlalu. Rambut terurainya pun mengingat setiap perkataan di mobil itu."Apa maksudnya ... dambakanlah aku?"Apa Shaka sudah gila? Nayla mendongak masih dengan telapak tangan terbuka."O-obat?" Lantunan lirih kian keluar, kerutan di dahi pun bertambah."Untuk trauma?" Sengatan kecil muncul ketika dia mengucapkan kata itu. Mata melebar dan bibirnya membulat, lintasan memori pun berputar di otaknya. Nayla menghela napas dalam sambil menatap bintang, "Aku tau sekarang." Tangannya mengepal mencoba meraih salah satu bintang. "Tidak akan kubiarkan Shaka menjadi obat meskipun itu ubat paling mujarab sekalipun." Mengatakan hal itu rasanya seperti menelan sesuatu yang sulit. Nayla hanya tidak ingin Shaka terjerumus ke dalam dunianya. Di sisi lain, Shaka sedang membeli makanan di dekat rumahnya. Dia terkejut karena Nayl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Married to My Childhood Friend   7. Pengakuan Shaka dan Tangisan Nayla

    "Mungkin aku aja yang lagi banyak pikiran. Aku terlalu menganggapnya serius. Shaka cuma bercanda. Kenapa aku Moody's banget sama perilaku manis sekecil itu. Lidah laki-laki emang manis, tapi sebenarnya pahit." Pada akhirnya Nayla tak mampu menunggu lagi di dalam kantor. Dia keluar dan mendapati angin menerpa bajunya sampai rok panjang yang dia kenakan hampir tersingkap. "Wow, anginnya kencang banget." Sebenarnya Nayla masih teringat dengan kata-kata Shaka di dalam mobil kemarin. Dia menuju trotoar menunggu kala ada tukang ojek yang lewat. Namun, seolah terputus dengan gravitasi, langkah kaki Nayla berhenti tanpa berpijak. Seluruh hembusan angin membekukan dirinya. Pandangan Nayla lurus tertuju pada sebuah toko roti yang terbuka. Kala pintu itu kembali tertutup, sosok itu pun menghilang. Bibir Nayla perlahan menepis hawa dingin yang terus menerjang. "Shaka?" Perasaan Dejavu membuatnya gelisah. Untuk ke dua kalinya Shaka pergi ke toko roti itu bersama mantan kekasihnya. Shaka t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Married to My Childhood Friend   8. Cicak di Ranjang

    Hatinya terbakar saat Shaka mengaku. Sedetik kemudian Shaka memeluknya membuat Nayla hampir tak bernyawa. Dia terkejut bukan kepalang sampai jantungnya berhenti berdetak. "Tapi ... aku tetap suamimu. Tolong jangan jauhi aku." Shaka menggosokkan wajahnya di pipi Nayla kemudian menjadikan pundak Nayla seperti bantal. Dia pun tertidur di sana. Mata Nayla terbuka dan napasnya berpacu tak karuan. Melirik Shaka seolah ingin mencongkel matanya saja. Sikap egois itu membuatnya ingin memukul kepala Shaka. Orang itu benar-benar membuatnya marah hampir gila. Sayangnya kepalan tangan yang hampir melayang ke wajah tampan itu kembali lemas. Nayla tidak akan pernah mampu memukul Shaka sampai kapanpun. Apalagi sekarang laki-laki itu sedang melilitnya seperti ular. Untuk bergerak saja Nayla kesusahan. Dia hanya bisa terus bersandiwara hingga akhirnya benar-benar terlelap. Keesokan paginya adalah pagi terheboh yang pernah ada dalam sejarah mereka. "Aaaa, aku megang Cicak!" Nayla berteriak menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   9. Curhat? Hanya Kita Berdua dan Kisah Kelam di Masa Lalu

    "Ja-jangan. Kamu jangan macem-macem, deh. Jangan punya pemikiran aneh." Nayla menggeleng sampai sesak napas. "Buat kamu ... membuat mereka membayar seratus kali lipat atas apa yang mereka lakukan itu hal mudah bagiku." Shaka tersenyum smirk. Nayla tercekat, "Shaka, kamu jangan ngaco." Tak urung Nayla takut. Shaka sangat mengerikan saat serius. Jika dia mengarahkan satu hal pasti akan dia lakukan.Kini kedua tangannya dipegang Shaka seolah tidak ingin dilepas. Nayla bisa merasakannya, itu sama ketika mereka masih kecil dan Nayla mengingatnya. Dulu ketika bermain di taman kecil dekat rumah mereka, Nayla sering diejek karena ayahnya seorang narapidana. Shaka selalu membela dan menghadang umpatan-umpatan itu di depan Nayla seperti ksatria dan tangannya tidak akan lepas menggenggam tangan Nayla hingga Nayla merasa aman. Kini Nayla terkejut, cara Shaka melindungi dirinya masih sama seperti dahulu. Hanya saja, balas dendam itu terlalu ekstrem. "Kenapa kamu mau balas dendam untukku?" Nay

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   10. Boleh Kucium Jarimu?

    "Aku juga mendapat banyak pukulan. Tendangan, tamparan, bahkan sayatan di mana-mana. Jari ini pernah patah. Saat pelajaran olahraga, guru menyuruh kita untuk pemanasan berpasangan dan pasanganku mematahkan jari telunjuk ini dengan sengaja. Aku masih ingat sekali sampai sekarang." Nayla menunjukkan jari telunjuk kanannya."Jarimu patah?" Shaka segera mengamatinya. "Haha, sekarang sudah sembuh." Nayla menariknya, tetapi kembali berpegangan tangan dengan Shaka. "Aku sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat karena pingsan di dalam bak kamar mandi. Mereka menahan kepalaku di dalam air selama mungkin sampai aku kehabisan napas." Shaka meraih wajah Nayla, "Kamu masih hidup?" kilauan matanya sangat khawatir. Nayla menjauhkan tangan Shaka dari wajahnya, "Kamu pikir sekarang aku hantu?" Shaka memundurkan tangannya dan berganti memeluk Nayla dari belakang, "Oh, lanjutkan." "Kamu bodoh, ya?" heran Nayla tak habis pikir. Di saat seperti ini pikiran Shaka berubah seratus delapan puluh derajat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Married to My Childhood Friend   11. Malam Berbintang Bukan Milik Kita Berdua

    Bagaimana cara mengatakannya kepada Vira? Ingatan Nayla hanya perihal cacing pribadi Shaka tadi pagi. Beberapa kali pelukan juga terlintas, tetapi itu tidak lebih dari bentuk kasih sayang seorang teman. Bahkan lebih dari sekadar teman. "Huft, percuma juga aku nanya. Kamu nggak bakal jujur sama diri kamu sendiri." Vira mendesah pasrah membuat Nayla tersentak. Kenyataan dirinya tidak bisa jujur terhadap diri sendiri memang tidak bisa dibantah. Namun, perihal satu ini terlalu di luar nalarnya. Nayla tersenyum manis semanis madu, "Nggak apa-apa aku bisa mengatasi semuanya." Ekspresi Vira seperti makan batu, "Nggak nyambung!" Hari sibuk pun berlalu dari waktu ke waktu. Satu minggu menuju promosi besar-besaran telah usai, besok akan menjadi hari yang spektakuler. Semua karyawan sedang sibuk bekerja mati-matian demi tugas membludak usai acara. Kalang kabut bukan pilihan terbaik bagi Nayla. "Semuanya sudah rapi sesuai divisi masing-masing, jangan diotak-atik lagi tanpa seizinku! Ingat i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Married to My Childhood Friend   37. Merebut Hati Para Atasan

    Daripada terus berlarut dalam ketakutan yang tiada sebab, Nayla menyeret Shaka untuk angkat kaki dari kost tersebut. Laki-laki itu menurut saja daripada Nayla terserang trauma kegelapan listrik padam. Akhirnya mereka berujung di jalanan. Mata sudah seperti bohlam rusak, bahaya jika terus berkendara. "Huft, kita ke hotel." Shaka menghela napas lelah. Nayla menoleh, "Tapi itu lumayan jauh, loh." "Lebih jauh rumah orang tua kita yang sama-sama di Bekasi. Daripada mengumbar malu balik dan tidur di kantor, lebih aman kita ke hotel," terang Shaka. Nayla menatap kaca depan yang sepi, "Kenapa nggak dari tadi aja? Bikin jantung aku mau copot rasanya. Kost satu hari itu mengerikan." bulu kuduk Nayla berdiri lagi. "Itu karena mati listrik tau," kilah Shaka. "Tapi suara di balkon nyata tau," balas Nayla seolah ketakutannya akan bangkit. Shaka menghela napas saja mengakhiri pembicaraan. Jika dipaksa bicara mereka berdua bisa pingsan kelelahan. Benar, sekarang pukul dua dini hari. Akhirnya

  • Married to My Childhood Friend   36. Pemadam Listrik Serentak dan Ketakutan Nayla

    Nayla menggigil bukan karena sikap dingin Shaka, melainkan hawa malam tiba-tiba dingin seperti es. "Sshhh, Shaka ... ini masih di tenah kota, 'kan? Kenapa rasanya kayak di pegunungan?" Nayla menggosok kedua lengannya sambil mendesis. Hembusan napas pun menjadi asap. "Itu karena kami berdiri di balkon. Cepat masuk. Aku ajak kamu pulang supaya bisa tidur, bukan bergadang." Shaka mengayunkan tangannya memanggil Nayla dari ambang pintu kamar. Nayla mendekat dn pintu pun ditutup Shaka. "Haaaa! Kipasnya nyala!" Teriakan Nayla membuat bulu kuduk Shaka berdiri . "Apa, sih?!" Shaka kaget. "Se-sejak kapan ada kipas di situ? Perasaan tadi nggak ada. Kenapa juga bisa nyala?!" jari Nayla gemetaran menunjuk kipas berdiri di pojokan. Wajah Shaka pucat seketika. "Nayla, sejak kapan kamu buta?" geleng-geleng kepala memilih tidur dan menutup kepala dengan bantal. Membiarkan Nayla heboh dengan pikiran negatifnya. Gadis itu sibuk menunjuk semua hal dengan mata tajam dan leher yang dingin. "Apa

  • Married to My Childhood Friend   35. Kost Satu Malam

    Atmosfer ruangan kantor yang sepi memperkuat ikatan batin. Telepati menembus jantung itu bisa Nayla rasakan. Apa Shaka bodoh dan tidak bisa membacanya? Nayla sudah menahan gejolak ingin bunuh diri ditelan malu menggoda seperti itu meskipun membolak-balikkan kata"A-aku beri waktuku setiap hari ke kamu, 'kan?" Shaka membuang pandangannya. Nayla makin cemberut, "Bohong! Jangan lupa kalau kita lagi pacaran, ya." Seketika heran dengan ucapannya sendiri. "Emangnya orang kalau pacaran itu kayak gimana?" Shaka tersenyum tipis, "Ah, aku paham." Nayla masih meneleng. "Akan kuberikan sebanyak yang kamu mau." Shaka menggenggam tangan Nayla. Wajah Nayla menghangat, "Eh?!" Kemudian, Shaka membawanya masuk kembali ke ruangan Nayla dan pamit untuk pulang atas nama Nayla membuat Nayla kebingungan harus menghentikannya sekaligus geram karena orang-orang terutama Vira menggodanya dengan cuitan apa anak ABG. Nayla hendak melepas tautan tangan mereka, tetapi mustahil. Daya cengkeram Shaka melebi

  • Married to My Childhood Friend   34. Waktu Shaka yang Berharga

    Nayla menceritakan tentang kebakaran kemarin sore. Reaksi Gilang hampir membuat seisi kantin memarahinya karena Gilang hampir berteriak. Beruntung saja Nayla menjejali es batu ke mulut Gilang sehingga laki-laki itu kedinginan dan tutup mulut. "Yang bener aja Mbak Nayla sama Verlin ngerebutin mas Shaka berdua?! Orang ganteng emang beda level. Nggak heran aku." Gilang geleng-geleng sampai pusing. "Nggak heran, kok, mangap." Nayla cemberut agak malu. "Sshhh, terus mbak Vira bilang Verlin bakal dateng ke sini sekarang gitu?" Gilang sok berpikir. Nayla manggut-manggut. "Artinya ...," ucapan Gilang mengambang. Keduanya saling pandang dengan mata melebar. "Insiden laporan keuangan ada kaitannya dengan Verlin?" terkadang Gilang. Nayla membuang napas cepat, "Ya, aku sempat berpikir begitu." Meminum es sampai habis dan menimbulkan suara, "Semoga aja nggak benar." Bahkan ketika waktunya pulang Vira masih berkutat di mejanya. Berkas-berkas dan juga tabel penuh perhitungan dan angka yang

  • Married to My Childhood Friend   33. Laporan Keuangan yang Berantakan

    Nayla tak henti-hentinya mengomel sampai Shaka diamkan saja karena tahu gadis itu cemburu lagi. Shaka harus curi-curi tawa dalam hati dan memasang wajah datar. Sampai Nayla melihat ada pedagang es kelapa muda dari jendela. "Oh, Shaka, aku mau es itu." menunjuk jendela polos membuat Shaka melirik mengikuti arahnya. Tidak diduga Nayla sangat bahagia meminum es kelapa muda di tempatnya langsung. Meskipun ini di luar trotoar sekalipun. "Haha, seger banget! Padahal mau magrib, loh, ini. Kelapa muda emang terbaik!" Shaka heran Nayla memekik demikian. "Sejak kapan mie instan tergantikan sama es kelapa muda? Lagian kenapa matamu berbinar begitu? Tiba-tiba pengen minum ini kayak lagi ngidam aja." Shaka juga meminumnya perlahan. "Apaan ngidam? Aku nggak hamil tau." Nayla masih semangat meminumnya. "Aku tau. Aku, 'kan, belum berbuat apa-apa." Shaka memakan isian itu dengan santai. Seketika acara minum Nayla berhenti, "Ha? Artinya kamu pengen ngelakuin hal-hal begituan sama aku?" Shaka

  • Married to My Childhood Friend   32. Kegagalan Topeng Bermuka Dua yang Pertama

    "Kamu nggak apa-apa? Ada yang terluka?" Shaka mengecek seluruh tubuh Verlin dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Nggak apa-apa. Untung aja ada kamu. Kalau enggak aku nggak tau bakal minta tolong siapa." Verlin menggeleng elegan ala wanita berkelas yang kepanikan. Shaka menghela napas panjang menatap oven yang hangus terbakar dan juga perabotan lain serta dinding gosong bahkan kabel-kabel yang terputus karena api. Untung saja Shaka mematikan listriknya tadi. "Tapi gimana bisa kebakaran? Semua karyawan udah pulang, 'kan?" Shaka mengetuk dagu. "Eee, kayaknya salah satu koki lupa matiin ovennya," elak Verlin. Mereka terus berbincang di depan Nayla. Sedangkan Nayla sudah meremas pinggiran pintu sampai hampir remuk. Di sisi satunya Vira gigit-gigit jari melihat Nayla cemburu. "Wah, wah! Cemburu sebesar itu masih nggak sadar juga? Kamu bodoh apa polos sebenarnya?" gumam Vira menatap Nayla bingung. Lalu, mobil pemadam kebakaran datang. Meskipun terlambat merek tetap mencatat laporanny

  • Married to My Childhood Friend   31. Kebakaran di Toko Roti dan Api Cemburu Nayla

    Seakan hari tenang berlalu, minggu terakhir acara promosi di Jakarta pun berakhir. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nayla dengan senyum tenang mulai bekerja seperti biasanya di kantor bersama karyawan lain. "Hebat banget, 'kan, kita. Acaranya sukses besar. Aku dapat bonus banyak, hahaha." Vira memamerkan jumlah saldo yang baru saja ditransfer pihak perusahaan atas acara promosi itu. Nayla mencebikkan bibir tak peduli. Jarinya terus memilah surat yang terus berdatangan sejak kantor dibuka. "Aku udah nggak peduli lagi, tuh, sama bonus." Nayla menjulurkan lidahnya. "Ha? Ya, 'kan, kamu lagi main kejar-kejaran sama Shaka. Jelas cowok mu, lah, yang lebih penting daripada uang," goda Vira. Nayla menoleh sejenak dengan pipi memerah, "Tapi kita jadian, loh, sekarang." "Hah?!" Vira mendekat. Meja kubikelnya sampai bergeser. Deritannya membuat beberapa orang menoleh. "Ssttt, kerja jangan berisik," desisi Nayla. Vira masih dengan wajah heran membenahi letak mejanya. Komputer

  • Married to My Childhood Friend   30. Resmi

    Untaian ajakan yang terdengar seperti perintah. Nayla berhasil menghentikan waktu beberapa detik pada laki-laki itu."Kamu ... nggak bercanda, 'kan?" Shaka berkedip dua kali. Nayla menggeleng, "Aku serius." Namun, terdengar seperti bercanda. Apalagi gadis itu asik makan padahal pembahasan mereka seekstrim ini. Shaka merengut menatap Nayla dalam dan memalingkan muka. "Nggak mau!" Sontak Nayla terbatuk, melotot, dan menoleh, "Hah?! Kenapa nggak mau?" "Kamu ngomongnya nggak serius! Jangan mempermainkan aku." Sudut bibir Nayla berkedut, "Apanya yang mempermainkan kamu? Aku nahan malunya setengah mati tau!" Shaka menoleh, "Masa?" "Iya, lah! Lagian kita udah nikah juga. Apa salahnya pacaran?!" kesal Nayla. Pipi Shaka memerah tipis, Nayla bisa melihatnya dari tatapan Shaka. "Kenapa kamu tiba-tiba ngajak pacaran?" menunduk melihat telur dadar, "Kamu beneran suka sama aku, ya?" "Hmm, bener banget!" Nayla mengangguk mantap. "Apa?!" Shaka terkejut lagi. "Eerrrr, udah, dong pasang m

  • Married to My Childhood Friend   29. Pacaran

    "Nayla!" "Huaaaa!" Nayla terjingkat Shaka memanggilnya lantang di balik pintu mobil saat dirinya melamun duduk bersandar tiang. "S-Shaka?" Nayla segera menegakkan badan. Shaka berlari menghampiri setelah membanting pintu mobil."Dasar keterlaluan! Kenapa teleponku nggak diangkat?! Aku panik tau, nggak?!" Shaka terengah menunjuk Nayla kesal."Aaaa, aku minta maaf. Habisnya aku asik melamun." Nayla menangkupkan tangan sambil terpejam erat. "Ha?! Alasan macam apa itu?!" suara Shaka sampai tercekik. Nayla meringis dan menyuruh Shaka duduk di sebelahnya kemudian memberikan sebotol air mineral sisa dari nasi kotak tadi siang. "Minum dulu, Bos, biar tenang." Shaka meraihnya cepat dan meminum semuanya. "Wah, kamu kayak habis lari maraton." Nayla berkedip dua kali. "Ck, kalau mau berangkat kerja bilang biar aku nggak kelagapan. Kalau kamu hilang gimana?" Shaka meremas botol air itu sampai remuk. "Eee, maaf-maaf, habisnya tadi Urgent banget jadi nggak bisa jelasin secara langsung." d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status