Share

5. Trauma Berat

Author: Aloegreen
last update Last Updated: 2024-12-31 16:24:58

"Argh, rasanya aku mau gulung bumi! Dia itu nyebelin banget jahilin aku terus!" wajah Nayla memerah lantaran geram.

Sudah tiga hari Nayla menghadapi candaan Shaka yang terus menaikkan alur panas di wajahnya.

"Artinya dia sayang kamu." Vira memesan dua dimsum dan jus stroberi di kantin kantor, kemudian duduk bergabung dengan Gilang. 

Gilang yang sedang memakan ayam goreng sampai tersedak kaget. 

"Tapi .... tapi nggak harus setiap hari juga, dong. Setiap kali ada celah dia pasti jahilin aku! Nggak sesuai sama mukanya yang diam sedingin es!" Nayla merengut duduk di sebelah Gilang mengikuti Vira. 

Gilang menatap kedua seniornya bergantian. Nasib menjadi junior yang terlalu baik dan menurut pasti akan diajak ghibah. 

"Lah, aku kalau punya pasangan jahil malah seneng kali, Mbak. Enak diajak bercanda daripada marah-marah mulu," sabut Gilang santai. 

"Diam kamu mulut jigong. Jangan nambah beban perasaan aku." tunjuk Nayla membuat Gilang bergidik. "Emangnya rasa suka bisa tumbuh dengan candaan yang bikin aku mau gigit jari?! Ah, dia emang aneh sejak lahir!" 

Vira berdecak sabar, "Sekarang aku tanya. Kamu punya pacar?" 

Nayla menggeleng.

"Punya Crush?" 

Nayla menggeleng lagi.

"Punya gebetan yang ngebet mau ngelamar kamu?" 

Jawaban Nayla masih sama. 

"Yaudah berarti terima aja si Shaka. Dia ganteng, karir mapan, kalian sama-sama kenal sejak kecil dan nggak semua cewek bisa seberuntung kamu buat dapatin si Shaka." Vira memukul meja makan sampai seluruh penghuni kantin menoleh ke arahnya. 

Nayla jadi meminta maaf pada semua orang lewat senyuman. 

"Masalahnya aku nggak ada rasa sama dia." merebut dimsum Vira dan ayam goreng Gilang begitu saja. 

Gilang ternganga ayamnya hilang.

"Nay, cinta itu bisa tumbuh seiring waktu. Banyak yang nikah tanpa dasar cinta, tapi ujung-ujungnya mereka awet, tuh, sampai tua," tutur Vira pelan. 

"Kamu pikir hidup aku sama kayak drama?" Nayla berpangku tangan lemas. 

Pikiran Nayla berkelana melihat lalu-lalang para karyawan yang sibuk memilih makan siang. Ada yang muda, tua, paruh baya, paling banyak yang sudah berkeluarga dan memiliki banyak anak. Setidaknya kehidupan terus berlanjut untuk mereka. Sedangkan dirinya berbeda.

Mungkinkah hidupnya akan berhenti sampai di titik ini bersama Shaka? 

"Soal mantannya ... kamu nggak nanya lebih lanjut?" Vira membuyarkan lamunan Nayla. 

"Enggak, buat apa." 

"Hati-hati, Mbak Nay, kalau suaminya direbut gimana?" celetuk Gilang. 

"Bocah bau kencur jangan sok nasehatin. Cari pacar sana biar tau gimana rasanya jadi aku." ledek Nayla ke Gilang.

"Ih, maaf, ya, aku udah punya gebetan, hehe." Gilang cengar-cengir. 

Nayla saling lirik sama Vira, "Siapa? Anak sini, ya?" 

Gilang mengangguk, "Udah cantik, baik, suka bersih-bersih, tapi aku belum tau namanya." 

"Cie, cinta dalam diam ceritanya?" goda Nayla.

"Biarin aja yang penting nggak kayak Mbak Nayla yang nggak mau jatuh cinta sama suaminya sendiri," sindir Gilang tak mau kalah.

Nayla langsung terdiam. 

"Hahaha, kena mental. Udah buruan makan keburu jam istirahat habis," kata Vira.

Rasanya ingin Nayla cincang Gilang sekarang juga andai mereka tidak berada di tempat keramaian. 

Setelah kejadian pulang kerja waktu itu, Shaka menyuruh Nayla untuk meminta jemput dirinya mengingat jarak Bekasi dengan Jakarta lumayan jauh. Seperti saat ini dia membereskan seluruh isi mejanya dan menunggu jemputan Shaka. 

"Perhatian-perhatian! Ada pengumuman baru dari bos! Buruan buka grup sekarang!" 

Mendadak Gilang heboh setelah keluar dari ruangan pemimpin untuk menyerahkan laporan harian. Seketika Nayla mengecek grup chat perusahannya yang memang terjadi kehebohan. 

"Apa?! Kita bakalan ada proyek besar-besaran buat mempromosikan produk baru? Oh, yang serum anti penuaan sekaligus mampu membuat wajah glowing dalam sebulan itu?" pekik Nayla. 

Gilang langsung menghampiri Nayla sampai hampir terpeleset. 

"Bukan cuma itu aja! Kita bakal tour promosi di Jakarta!" 

"Hah?! Semuanya ikut?!" Nayla ikut teriak. 

"Iya semuanya!" Gilang mengangguk ekstra sampai rambutnya rontok.

"Kapan dimulai?" Nayla menepis udara di depan mata Gilang. 

"Ditetapkan satu minggu kemudian. Jadi semua diharapkan bersiap dan menyelesaikan pekerjaan semaksimal mungkin sampai acara tersebut dilaksanakan. Bakal ada banyak bonus menanti. Kabarnya kita juga ambil Brand Ambassador dari model ternama yang lagi Booming di majalah kecantikan. Astaga, aku nggak sabar buat ketemu sama modelnya!" mata Gilang berbinar sementara mata Nayla hijau penuh dengan uang. 

"Bonus?! Wah, nggak sabar banget nungguin bonus! Eh, tour promosi maksudnya." cengir Nayla terlalu semangat.

Di dalam perjalanan Nayla senyum-senyum sendiri sehingga Shaka heran. Biasanya Nayla akan tenang jika sudah berada bersama Shaka. 

"Kamu kesurupan?" 

Nayla menoleh cepat, "Kamu kali kesurupan." 

"Aku nggak senyum-senyum mengerikan kayak kamu." 

Untungnya jalanan lancar tidak ada kendala seperti biasanya. 

"Kantor aku bakal ada agenda besar minggu depan. Kita mau tour promosi besar-besaran di Jakarta. Aaa, aku seneng banget soalnya bakal dapat banyak bonus!" mata Nayla mengkilap.

Senyum Shaka tersungging. "Beneran? Kalau gitu aku nggak perlu jemput kamu." 

"Ck, ngomong aja capek. Udah kubilang bisa pulang sendiri naik ojol." 

"Kamu pulangnya hampir malam, Nay, takutnya kenapa-napa. Kalau kecelakaan kayak waktu itu gimana? Belum lagi rawan begal sama penculikan," tutur Shaka panjang.

Nayla berkedip pelan mendengarkan ocehan itu. 

"Shaka ... ini perasaan aku doang apa gimana kalau kamu itu agak cerewet sejak kita nikah. Iya, 'kan?" goda Nayla ingin mencolek pipi Shaka. 

Shaka melirik Nayla sebentar, "Ketularan kamu!" 

Nayla tergelak pelan, "Terserah, lah, tapi kamu lucu. Emm, aku cuma tertarik sama bonusnya, sih, nggak ke acaranya. Kalau bukan karena tuntutan kerja aku pasti nggak bakal ikut." 

"Ikut aja sekalian gabung sama karyawan lain biar traumamu terobati."

"Oh, tidak akan terjadi karena aku hanya berteman sama Vira dan si junior Gilang aja. Lainnya palsu semua." Nayla membuat tanda silang dengan tangan.

Shaka menoleh cukup lama memperhatikan Nayla yang terus tersenyum dengan mudah mengatakan hal itu. Namun, bagi Shaka itu terlalu pahit. 

"Nayla," panggil Shaka. 

"Hmm?" Nayla menatapnya. 

"Separah apa dirimu saat kutinggal dulu?" 

Garis manis di bibir Nayla seketika hancur. Dia tidak mengira jika Shaka akan mempertanyakan masa lalunya di saat dia tidak menghiraukan kedekatan Shaka dengan mantan kekasihnya. 

"Kamu yakin mau tau?" 

Shaka bisa merasakan getaran dari suara Nayla yang berubah. Gadis itu menunduk merubah atmosfer. 

"Kalau kamu cari di kantor polisi sama cacatan psikiater, kamu bakal nemuin nama aku." 

Shaka tersentak sampai mulutnya sedikit terbuka. 

"Selebihnya aku cuma mau mikirin bonus sekarang, hehe. Gajinya lumayan besar, jadi aku harus kerja keras buat nuntasin kerjaan besok. Semangat!" mengepalkan tangan dengan wajah secerah mentari tak sanggup meredam keterkejutan Shaka. 

Wajahnya sampai berkeringat membayangkan hal-hal yang tidak ingin dia bayangkan. Shaka menunduk memikirkan semuanya. 

"Separah itu, kah, mental kamu, Nayla?" 

Suara rendah Shaka menenangkan kepalan tangan Nayla hingga gadis itu kembali terdiam. 

"Kerusakannya tidak bisa diperbaiki lagi," nadanya kian melirih.

Shaka menatapnya dengan pandangan lembut nan tajam yang tidak bisa Nayla mengerti. 

"Jika hanya aku yang bisa kamu percaya, silahkan. Dambakan aku sesukamu. Pakai aku sesuka hatimu, jika itu obat terbaik untukmu." 

Aliran darah Nayla seketika membeku. Dia terhipnotis oleh sepasang mata itu. Andai mereka bukan berada di dalam mobil pasti tatapan itu akan berlangsung sangat lama. 

Keduanya terpaksa harus bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa meskipun sulit menyangkal jika detak jantung Nayla lebih cepat dari kecepatan mobil sekarang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Married to My Childhood Friend   6. Gelisah

    Cahaya bintang jatuh di telapak tangan. Teras malam ini dingin tanpa perubahan cuaca. Nayla termenung terbayang akan dengung suara yang tak bisa hilang meski detik telah berlalu. Rambut terurainya pun mengingat setiap perkataan di mobil itu."Apa maksudnya ... dambakanlah aku?"Apa Shaka sudah gila? Nayla mendongak masih dengan telapak tangan terbuka."O-obat?" Lantunan lirih kian keluar, kerutan di dahi pun bertambah."Untuk trauma?" Sengatan kecil muncul ketika dia mengucapkan kata itu. Mata melebar dan bibirnya membulat, lintasan memori pun berputar di otaknya. Nayla menghela napas dalam sambil menatap bintang, "Aku tau sekarang." Tangannya mengepal mencoba meraih salah satu bintang. "Tidak akan kubiarkan Shaka menjadi obat meskipun itu ubat paling mujarab sekalipun." Mengatakan hal itu rasanya seperti menelan sesuatu yang sulit. Nayla hanya tidak ingin Shaka terjerumus ke dalam dunianya. Di sisi lain, Shaka sedang membeli makanan di dekat rumahnya. Dia terkejut karena Nayl

    Last Updated : 2025-01-08
  • Married to My Childhood Friend   7. Pengakuan Shaka dan Tangisan Nayla

    "Mungkin aku aja yang lagi banyak pikiran. Aku terlalu menganggapnya serius. Shaka cuma bercanda. Kenapa aku Moody's banget sama perilaku manis sekecil itu. Lidah laki-laki emang manis, tapi sebenarnya pahit." Pada akhirnya Nayla tak mampu menunggu lagi di dalam kantor. Dia keluar dan mendapati angin menerpa bajunya sampai rok panjang yang dia kenakan hampir tersingkap. "Wow, anginnya kencang banget." Sebenarnya Nayla masih teringat dengan kata-kata Shaka di dalam mobil kemarin. Dia menuju trotoar menunggu kala ada tukang ojek yang lewat. Namun, seolah terputus dengan gravitasi, langkah kaki Nayla berhenti tanpa berpijak. Seluruh hembusan angin membekukan dirinya. Pandangan Nayla lurus tertuju pada sebuah toko roti yang terbuka. Kala pintu itu kembali tertutup, sosok itu pun menghilang. Bibir Nayla perlahan menepis hawa dingin yang terus menerjang. "Shaka?" Perasaan Dejavu membuatnya gelisah. Untuk ke dua kalinya Shaka pergi ke toko roti itu bersama mantan kekasihnya. Shaka t

    Last Updated : 2025-01-08
  • Married to My Childhood Friend   8. Cicak di Ranjang

    Hatinya terbakar saat Shaka mengaku. Sedetik kemudian Shaka memeluknya membuat Nayla hampir tak bernyawa. Dia terkejut bukan kepalang sampai jantungnya berhenti berdetak. "Tapi ... aku tetap suamimu. Tolong jangan jauhi aku." Shaka menggosokkan wajahnya di pipi Nayla kemudian menjadikan pundak Nayla seperti bantal. Dia pun tertidur di sana. Mata Nayla terbuka dan napasnya berpacu tak karuan. Melirik Shaka seolah ingin mencongkel matanya saja. Sikap egois itu membuatnya ingin memukul kepala Shaka. Orang itu benar-benar membuatnya marah hampir gila. Sayangnya kepalan tangan yang hampir melayang ke wajah tampan itu kembali lemas. Nayla tidak akan pernah mampu memukul Shaka sampai kapanpun. Apalagi sekarang laki-laki itu sedang melilitnya seperti ular. Untuk bergerak saja Nayla kesusahan. Dia hanya bisa terus bersandiwara hingga akhirnya benar-benar terlelap. Keesokan paginya adalah pagi terheboh yang pernah ada dalam sejarah mereka. "Aaaa, aku megang Cicak!" Nayla berteriak menatap

    Last Updated : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   9. Curhat? Hanya Kita Berdua dan Kisah Kelam di Masa Lalu

    "Ja-jangan. Kamu jangan macem-macem, deh. Jangan punya pemikiran aneh." Nayla menggeleng sampai sesak napas. "Buat kamu ... membuat mereka membayar seratus kali lipat atas apa yang mereka lakukan itu hal mudah bagiku." Shaka tersenyum smirk. Nayla tercekat, "Shaka, kamu jangan ngaco." Tak urung Nayla takut. Shaka sangat mengerikan saat serius. Jika dia mengarahkan satu hal pasti akan dia lakukan.Kini kedua tangannya dipegang Shaka seolah tidak ingin dilepas. Nayla bisa merasakannya, itu sama ketika mereka masih kecil dan Nayla mengingatnya. Dulu ketika bermain di taman kecil dekat rumah mereka, Nayla sering diejek karena ayahnya seorang narapidana. Shaka selalu membela dan menghadang umpatan-umpatan itu di depan Nayla seperti ksatria dan tangannya tidak akan lepas menggenggam tangan Nayla hingga Nayla merasa aman. Kini Nayla terkejut, cara Shaka melindungi dirinya masih sama seperti dahulu. Hanya saja, balas dendam itu terlalu ekstrem. "Kenapa kamu mau balas dendam untukku?" Nay

    Last Updated : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   10. Boleh Kucium Jarimu?

    "Aku juga mendapat banyak pukulan. Tendangan, tamparan, bahkan sayatan di mana-mana. Jari ini pernah patah. Saat pelajaran olahraga, guru menyuruh kita untuk pemanasan berpasangan dan pasanganku mematahkan jari telunjuk ini dengan sengaja. Aku masih ingat sekali sampai sekarang." Nayla menunjukkan jari telunjuk kanannya."Jarimu patah?" Shaka segera mengamatinya. "Haha, sekarang sudah sembuh." Nayla menariknya, tetapi kembali berpegangan tangan dengan Shaka. "Aku sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat karena pingsan di dalam bak kamar mandi. Mereka menahan kepalaku di dalam air selama mungkin sampai aku kehabisan napas." Shaka meraih wajah Nayla, "Kamu masih hidup?" kilauan matanya sangat khawatir. Nayla menjauhkan tangan Shaka dari wajahnya, "Kamu pikir sekarang aku hantu?" Shaka memundurkan tangannya dan berganti memeluk Nayla dari belakang, "Oh, lanjutkan." "Kamu bodoh, ya?" heran Nayla tak habis pikir. Di saat seperti ini pikiran Shaka berubah seratus delapan puluh derajat

    Last Updated : 2025-01-10
  • Married to My Childhood Friend   11. Malam Berbintang Bukan Milik Kita Berdua

    Bagaimana cara mengatakannya kepada Vira? Ingatan Nayla hanya perihal cacing pribadi Shaka tadi pagi. Beberapa kali pelukan juga terlintas, tetapi itu tidak lebih dari bentuk kasih sayang seorang teman. Bahkan lebih dari sekadar teman. "Huft, percuma juga aku nanya. Kamu nggak bakal jujur sama diri kamu sendiri." Vira mendesah pasrah membuat Nayla tersentak. Kenyataan dirinya tidak bisa jujur terhadap diri sendiri memang tidak bisa dibantah. Namun, perihal satu ini terlalu di luar nalarnya. Nayla tersenyum manis semanis madu, "Nggak apa-apa aku bisa mengatasi semuanya." Ekspresi Vira seperti makan batu, "Nggak nyambung!" Hari sibuk pun berlalu dari waktu ke waktu. Satu minggu menuju promosi besar-besaran telah usai, besok akan menjadi hari yang spektakuler. Semua karyawan sedang sibuk bekerja mati-matian demi tugas membludak usai acara. Kalang kabut bukan pilihan terbaik bagi Nayla. "Semuanya sudah rapi sesuai divisi masing-masing, jangan diotak-atik lagi tanpa seizinku! Ingat i

    Last Updated : 2025-01-10
  • Married to My Childhood Friend   12. Isi Hati Shaka yang Terdalam

    Apa alasan untuk tidak bertemu jika hubungan telah retak? Itu adalah hati. Shaka tahu hal itu, tetapi hati juga sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Meskipun situasinya telah berubah Shaka masih menemui Verlin. Jika gadis itu meminta, jika ada waktu longgar laki-laki itu tak ragu untuk datang. Di sisi lain di sudut hati yang terdalam dia memikirkan bagaimana perasaan Nayla. Gadis itu sudah tahu fakta yang memalukan ini. Shaka mengakuinya, dirinya sangat memalukan. Masih berhubungan dengan wanita lain meskipun sudah menikah, walaupun hubungan itu tanpa nama dan tanpa dasar. Setiap saat, setiap hari, setiap detik kala Shaka melihat Nayla, teringat betapa manisnya gadis itu waktu kecil dulu. Tanpa ragu mereka bermain dari fajar hingga petang bahkan diam-diam keluar dari rumah hanya untuk menangkap belalang di taman. Mereka bahagia dan senyum Shaka terlintas di setiap matanya. Hanya Nayla yang bisa membuatnya seperti itu. Namun, Verlin berbeda. Hatinya berdegup kencang ketika berada di

    Last Updated : 2025-01-11
  • Married to My Childhood Friend   13. Malaikat

    Sampai di tempat pun Nayla celingukan tak berani keluar dari mobil. Ramai sekali sampai satu mall penuh dengan orang-orang dari perusahaannya. "Wah, ini parah pecah banget! Gimana aku masuknya?" Nayla bingung membuat Shaka semakin bingung. "Kamu turun nggak? Aku mau kerja juga, nih." Nayla menoleh, "Eee, kamu telat juga, ya, hehe. Kamu, sih, mandinya lama banget kayak berendam di air panas. Sampai jam sepuluh, nih. Kamu bakal dimarahin lagi ntar." lanjut celingukan entah apa yang dicari. "Aku ketiduran." Shaka berdeham. "Apa?!" Nayla melotot tak habis pikir. Shaka pelan-pelan menatap Nayla dan jendela berganti. "Bisa-bisanya tidur di kamar mandi. Emangnya kamu pulang jam berapa tadi? Subuh? Perasaan aku, deh, yang lembur." Nayla mengetuk dagu. Shaka berdecak, "Udah, lupakan. Ini segede apa, sih, kok, sampai satu kantor dibawa semua. Mubazir tempat." "Eemm, promosi serum anti penuaan yang mampu bikin wajah glowing dalam sebulan. Kamu mau? Ntar aku bawain," tawar Nayla ceria.S

    Last Updated : 2025-01-11

Latest chapter

  • Married to My Childhood Friend   44. Rasanya Terlahir Kembali

    "Bagaimana bisa mereka keracunan?! Siapa yang berani melaporkan tuduhan itu?! Kenapa berita bodoh ini langsung menyebar ke seluruh kota?!" Verlin marah besar. Semua karyawannya menunduk bingung sekaligus takut. Ini pertama kalinya Verlin marah sejak menjabat sebagai bos baru. Belum lagi di luar terjadi kericuhan. Petugas dari balai pengawas obat dan makanan datang untuk memeriksa beserta beberapa instansi lainnya. Tidak sedikit pula para pelanggan semalam yang tidak terima karena dibuat sakit perut selama tiga jam. Mereka bahkan membawa surat keterangan dari rumah sakit. "Sshhh, jangan diam saja lakukan sesuatu!" Verlin mondar-mandir naik darah. "Eee, meskipun sakitnya hanya tiga jam, tetapi nama kita sudah tercemar," ujar salah satu karyawan takut-takut. "Se-semua pelanggan juga mengalami hal yang sama. Du-durasi yang sama pula," sahut temannya. "Kita harus bagaimana, Nona? Pihak berwajib di depan sudah tidak tahan ingin kita membuka pintu. Kalau mereka terus memaksa pintunya b

  • Married to My Childhood Friend   43. Hadiah Kecil yang Mematikan

    Mencari begitu lama, Nayla akhirnya memberitahu bahwa dia ingin catatan biografi Verlin dengan alasan untuk belajar. Tidak tahu bodoh atau lugu mahasiswi itu memberikan semua catatan umum Verlin kepada Nayla. Ketika membacanya, Nayla bagai tertiban reruntuhan emas. Identitas asli Verlin lebih menakutkan dari yang dia kira. Ternyata wanita itu adalah keturunan konglomerat. Tidak heran takdirnya bisa sesukses dan sekaya itu. Uang sudah seperti debu baginya. Tanpa dicari pun kepopuleran dan harta akan datang dalam genggamannya. Nayla menutup semua buku itu sembari menarik napas dalam. "Aku mengerti sekarang. Dia bukan lawan yang bisa dihadapi sembarangan," gumam Nayla tanpa sengaja mengutarakan isi pikirannya. "Hmm? Kamu bilang sesuatu?" mahasiswi itu tiba-tiba bingung mendengar Nayla di saat sedang sibuk membaca. "Oh, bukan apa-apa. Terima kasih, ya, kau sangat membantu. Aku sudah merekap beberapa inti yang kuanggap penting. Kurasa aku tau apa yang harus kulakukan." Nayla menggoya

  • Married to My Childhood Friend   42. Lokasi ke Dua

    "Hahaha, terima kasih atas traktirannya. Jadi merasa tidak enak," kata orang ke satu. "Haha, jangan sungkan. Kita sama-sama berteduh, hahaha. Oh, iya, tadi kalian bilang pemilik toko ini seorang model, ya? Aku karyawan di kantor itu. Kami sedang mencari model yang pas untuk mengiklankan produk terbaru kami. Mungkin saja pemilik toko ini bisa membantu." senyum tulus Nayla bahkan tercermin di matanya. Nayla tidak ragu-ragu untuk berakting bahkan merogoh isi dompet untuk mentraktir dua orang asing itu dengan kopi dan roti. Orang ke satu mendesah, "Takutnya kalian tidak akan bisa mengatur kontrak dengannya." Nayla berkedip, "Kenapa?" "Aku tau dari berita dia sangat mahal dan jarang terikat dengan kontrak. Siapa juga yang membutuhkan banyak pekerjaan kalau sudah kaya. Bukankah toko ini terlalu sukses?" orang pertama itu mengendikkan bahu menyindir terang-terangan. Nayla mengangguk dan bersandar kursi. Membiarkan kedua orang itu menikmati kopinya. "Hmm, benar juga. Hah, sayangnya men

  • Married to My Childhood Friend   41. Informasi

    Pandangan rapuh nan teduh itu seperti helaian sutera yang terbang di udara. Jari-jemari Nayla merasakannya. Bagaimana bisa rambut seorang pria bisa sehalus itu. Padahal shampo yang mereka kenakan sama. Senyum Nayla tak pernah pudar melihat wajah lugu Shaka tertidur di sampingnya. Seolah-olah kursi kecil itu ikut menanggung lelah yang Shaka derita. "Ganteng banget," gumam Nayla. Pikirnya pantas saja Verlin mengejar Shaka setengah mati."Huft, Verlin, ya?" terus bermain dengan rambut Shaka. Sorotan mata terarah ke langit-langit putih tulang. "Aku harus lakuin sesuatu ke dia. Kayaknya ... dimulai dari mencari informasi tentang dia. Siapa dan apa latar belakang cewek kejam itu yang sebenarnya." Kondisi mulai stabil. Lelah sepertinya tidak bisa bilang, tetapi kata dokter Nayla sudah boleh pulang. ~~~Pagi telah berubah. Matahari menyembunyikan sinarnya. "Hah? Pagi-pagi begini udah turun hujan aja." Bibir merah sakura mencondong dengan tangan menampung rintikan air yang turun. "Uda

  • Married to My Childhood Friend   40. Pingsan

    Napas lega bisa Nayla hela sekarang. Akhirnya truk itu kembali dengan kosong. Pihak perusahaan yang diajak kerjasama juga telah memberi balasan dan menerima dua persen dari penjualan. Suara pukulan ringan di cermin wastafel kamar mandi terdengar bersamaan helaan napas."Akhirnya selesai juga." Badan sudah hampir ambruk sampai mati rasa, tetapi mental dipaksa berdiri bagaimanapun caranya. "Akhirnya aku bisa tidur sekarang. Beruntung perusahaan itu punya banyak wadah yang bisa mendistribusikan semuanya." Pantulan cermin sudah bukan seperti dirinya. Wajah yang gelap, kantung mata menghitam, dan bibir kering pucat seperti mayat hidup. Nayla membasuh wajahnya berkali-kali sampai matanya perih kemasukan air. Lepas itu dia pergi menjelaskan segalanya kepada sang atasan hingga hasil pendapatan pun diterima. "Wah, Nayla, kamu melakukan semua ini sendirian? Hanya dengan satu hari satu malam? Wah, kamu jenius atau apa?" "Gila! Dia benar-benar gila! Bisa membolak-balikkan fakta sekejap itu

  • Married to My Childhood Friend   39. Kiprah Nayla untuk Membersihkan Nama

    "Ssttt, kecilkan suaramu. Ntar kalau kedengeran orang lain gimana?" Nayla menaruh telunjuk di bibir. Seketika Vira membungkam mulutnya. Dia celingukan ke segala arah. Tidak ada orang lain di kamar mandi selain mereka, Vira rasa aman. "Eh, kasih tau aku semuanya cepetan. Kamu habis dari mana aja? Satu kantor heboh pusing tau nggak gara-gara kamu." desisan Vira haus informasi. Helaan napas lelah Nayla muncul bersama kerutan dahi yang seolah enggan menghilang sejak pagi. "Aku ... pergi ke kantor itu. Aku nekat minta bantuan buat mendistribusikan produk kita ke tempat lain dengan syarat penjualan naik dua persen. Dan dua persen itu sepenuhnya untuk mereka. Perusahaan kita cuma bakal dapat harga yang ditetapkan sebelumnya aja," jelas Nayla kelelahan. "What?! Astaga, kamu nekat sampai kayak gitu?! Parah, parah, aku makin pusing. Ini beneran?! Kamu ke luar kota buat atur sendiri kelanjutan Problem hantu itu?!" "Hantu?" Kening Nayla berkerut."Iya, hantu, 'kan, tiba-tiba muncul aja gitu

  • Married to My Childhood Friend   38. Tuduhan Palsu

    Sebuah pesan tak dikenali meneror ponsel Nayla. Sekuat tenaga gadis itu lari ke ruang manajerial kepala divisi atas tuduhan pemalsuan dokumen.Seharusnya surat persetujuan pengiriman produk lama ke luar kota itu tidak ada, tetapi jelas-jelas surat itu diterima Nayla dan masuk ke dalam rekap surat masuk harian.Jelas Nayla sudah mencatat tanggalnya. Surat itu dikirim kemarin. Berkasnya pun masih ada dan dia harus mempertanggungjawabkan itu semua. "Apa? Bagaimana bisa saya memalsukan surat? Ini tuduhan palsu! Jelas-jelas surat itu datang kemarin. Pak satpam yang memberikannya. Banyak saksi mata yang menyaksikan, Pak," bela Nayla di hadapan sang manajer. Namun, apa bisa didaya? Meskipun satpam dipanggil untuk dimintai keterangan tetap saja Nayla bersalah. Satpam itu mengaku telah memberikan Nayla surat, tetapi bukan surat yang sedang dipertanyakan. Nayla gemetar dalam sudut tatapan tajam para penanggungjawab. "Tidak mungkin!" Tuduhan yang dilayangkan semua orang mengikis rasa tanggu

  • Married to My Childhood Friend   37. Merebut Hati Para Atasan

    Daripada terus berlarut dalam ketakutan yang tiada sebab, Nayla menyeret Shaka untuk angkat kaki dari kost tersebut. Laki-laki itu menurut saja daripada Nayla terserang trauma kegelapan listrik padam. Akhirnya mereka berujung di jalanan. Mata sudah seperti bohlam rusak, bahaya jika terus berkendara. "Huft, kita ke hotel." Shaka menghela napas lelah. Nayla menoleh, "Tapi itu lumayan jauh, loh." "Lebih jauh rumah orang tua kita yang sama-sama di Bekasi. Daripada mengumbar malu balik dan tidur di kantor, lebih aman kita ke hotel," terang Shaka. Nayla menatap kaca depan yang sepi, "Kenapa nggak dari tadi aja? Bikin jantung aku mau copot rasanya. Kost satu hari itu mengerikan." bulu kuduk Nayla berdiri lagi. "Itu karena mati listrik tau," kilah Shaka. "Tapi suara di balkon nyata tau," balas Nayla seolah ketakutannya akan bangkit. Shaka menghela napas saja mengakhiri pembicaraan. Jika dipaksa bicara mereka berdua bisa pingsan kelelahan. Benar, sekarang pukul dua dini hari. Akhirnya

  • Married to My Childhood Friend   36. Pemadam Listrik Serentak dan Ketakutan Nayla

    Nayla menggigil bukan karena sikap dingin Shaka, melainkan hawa malam tiba-tiba dingin seperti es. "Sshhh, Shaka ... ini masih di tenah kota, 'kan? Kenapa rasanya kayak di pegunungan?" Nayla menggosok kedua lengannya sambil mendesis. Hembusan napas pun menjadi asap. "Itu karena kami berdiri di balkon. Cepat masuk. Aku ajak kamu pulang supaya bisa tidur, bukan bergadang." Shaka mengayunkan tangannya memanggil Nayla dari ambang pintu kamar. Nayla mendekat dn pintu pun ditutup Shaka. "Haaaa! Kipasnya nyala!" Teriakan Nayla membuat bulu kuduk Shaka berdiri . "Apa, sih?!" Shaka kaget. "Se-sejak kapan ada kipas di situ? Perasaan tadi nggak ada. Kenapa juga bisa nyala?!" jari Nayla gemetaran menunjuk kipas berdiri di pojokan. Wajah Shaka pucat seketika. "Nayla, sejak kapan kamu buta?" geleng-geleng kepala memilih tidur dan menutup kepala dengan bantal. Membiarkan Nayla heboh dengan pikiran negatifnya. Gadis itu sibuk menunjuk semua hal dengan mata tajam dan leher yang dingin. "Apa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status