Home / Romansa / Married to My Childhood Friend / 7. Pengakuan Shaka dan Tangisan Nayla

Share

7. Pengakuan Shaka dan Tangisan Nayla

Author: Aloegreen
last update Last Updated: 2025-01-08 17:57:08

"Mungkin aku aja yang lagi banyak pikiran. Aku terlalu menganggapnya serius. Shaka cuma bercanda. Kenapa aku Moody's banget sama perilaku manis sekecil itu. Lidah laki-laki emang manis, tapi sebenarnya pahit." 

Pada akhirnya Nayla tak mampu menunggu lagi di dalam kantor. Dia keluar dan mendapati angin menerpa bajunya sampai rok panjang yang dia kenakan hampir tersingkap. 

"Wow, anginnya kencang banget." 

Sebenarnya Nayla masih teringat dengan kata-kata Shaka di dalam mobil kemarin. 

Dia menuju trotoar menunggu kala ada tukang ojek yang lewat. Namun, seolah terputus dengan gravitasi, langkah kaki Nayla berhenti tanpa berpijak. 

Seluruh hembusan angin membekukan dirinya. Pandangan Nayla lurus tertuju pada sebuah toko roti yang terbuka. Kala pintu itu kembali tertutup, sosok itu pun menghilang. 

Bibir Nayla perlahan menepis hawa dingin yang terus menerjang. 

"Shaka?" 

Perasaan Dejavu membuatnya gelisah. Untuk ke dua kalinya Shaka pergi ke toko roti itu bersama mantan kekasihnya. 

Shaka tersenyum. Tersenyum sangat manis, mungkin jauh lebih manis dari waktu itu. Terlebih lagi tangan Shaka berada di pundak Verlin. 

Nayla mencoba mengatur napas, "Apa yang mereka lakukan?" 

Dia beranikan kakinya untuk mendekati toko roti itu. Mengendap layaknya pencuri hanya untuk melihat apa yang mereka lakukan dari luar.

Nayla terkejut karena mereka justru duduk dan menikmati beberapa roti isi dengan kopi. 

Telinga Nayla seolah buntu karena terjangan angin. Sudah hampir lima menit Shaka tak kunjung keluar. Nayla merasa ada yang aneh dengan dirinya. Mengapa hatinya memanas. Bahkan suara detak jantungnya bisa terdengar. 

Sebaiknya Nayla pergi sebelumnya situasi semakin parah. Takutnya hari semakin gelap dan Shaka akan menggunakan alasan lain untuk menutupi keterlambatannya. 

"Jadi ... itu alasan mengapa dia terburu-buru tadi pagi dan akan terlambat menjemputku? Untuk bertemu Verlin?" 

Nayla membekap mulutnya di samping pohon menunggu ojek online yang baru dia pesan. Tatapannya kosong pada setiap debu dan daun yang berterbangan. 

Nayla tidak ingin mendengar kebohongan dari mulut Shaka. Itu akan menusuk hati dan kepercayaannya sedalam lautan. 

Pikirannya terlalu kacau sampai tidak sadar jika ojek yang dia pesan sudah datang. Tanpa menunggu lama Nayla segera pulang . 

Hari mulai gelap. Layaknya matahari yang ditelan bumi, cahaya di mata Nayla pun hilang berganti kegelisahan. 

Tidak ada satu pun panggilan telepon dari Shaka, bahkan meninggalkan pesan saja tidak. Bagus, Nayla mulai merasakan sensasi aneh di hatinya. Inikah yang disebut selingkuh? 

Gadis itu sedang merebus air untuk membuat mie instan. Saat hendak memasukkan mie tanpa sengaja dia juga memasukkan jarinya. 

"Aw!" 

Nayla segera memasukkan jari itu ke mulut dan sadar. Selama itu kah dia melamun, menahan sesikit sakit dan sedih yang membuat jantungnya berpacu tak menentu. 

Sekarang Nayla menemukan jawabannya. Dia adalah orang ke tiga. Perebut masa depan Shaka. Jika Shaka masih merasa nyaman dan ingin kembali pada Verlin, Nayla harus merelakannya.

Memikirkan hal itu membuat air mata pun keluar. 

"Tapi sakit!" cicitnya. 

Senyum Shaka ketika memasuki toko roti masih membekas di benak Nayla. 

Bagaimana bisa Shaka berbohong. Kalau ingin berkencan dengan perempuan itu kenapa lokasinya harus berdekatan dengan kantor Nayla. Apa Shaka sudah hilang akal? 

Brakk! 

"Nayla! Kamu udah pulang?!" 

Pintu didobrak sang pemilik rumah sambil terengah dengan wajah panik. Dia berlarian mencari Nayla dan mendapati Nayla sedang memasak mie sampai asapnya mengepul. 

Shaka melotot segera mematikan kompor itu membuat Nayla menoleh kaget. 

"Astaga, Nay, itu airnya sampai habis! Kalau gosong gimana? Kamu melamun?" 

Mata Nayla membulat bertatapan dengan manik hitam itu. Seketika Nayla mundur membuat Shaka mengernyit. 

"Ma-maafkan aku, aku terlambat. Tapi udah aku bilang, 'kan, tunggu aja di kantor nanti kalau kerjaanku udah selesai aku jemput kamu." Nayla justru menjauh saat Shaka ingin meraih tangannya. 

Tatapan Nayla perlahan-lahan mulai menajam. Deru dadanya terdengar semakin memompa udara. Namun, dia tetap bisa tenang.

Hanya satu hal yang terlintas di benak Nayla. 

"Kamu ... masih mencintai Verlin?" Nayla mengatakannya. 

Shaka tersentak diam tak bergeming. Kerlingan matanya menunjukkan sesuatu yang dia tutup-tutupi. 

Nayla tersenyum miring, "Ternyata aku yang bodoh sudah termakan omongan manis kamu."

Shaka semakin mengerutkan dahi. 

"Kamu pikir aku gadis polos yang mudah dibutakan oleh senyum palsu? Maaf, aku tumbuh di atas duri sejak kecil. Perihal bodoh seperti cinta tidak akan bisa mengusik diriku. Hanya saja ... aku tidak suka dibodohi." tajam Nayla membuat Shaka kian tercengang. Tidak menduga kata-kata itu keluar dari mulut Nayla.

Laki-laki itu tidak mengelak. Artinya tuduhannya benar? 

"Shaka ... kita cukup sampai di sini," ujarnya sesak.

"Apa? Nayla, tunggu!" 

Nayla pergi dalam keadaan marah. Shaka mengejar mencoba menghentikannya, tetapi ucapan Nayla seolah membuat kakinya lumpuh. Shaka hanya bisa menatap kepergian Nayla di ambang pintu. 

~~~

Isak tangis membanjiri bangku taman kompleks. Tidak jauh dari rumah Shaka. Sepi dan temaram. Nayla menumpahkan segala kegelisahannya di sana. Tanpa sadar acara tangis itu berlangsung selama satu jam. Lelah pun menyerang, akhirnya Nayla tertidur di sana. 

Sebuah langkah kaki mendatangi tempat duduk itu. Dia menghela napas dan menutupi tubuh itu dengan selimut. Kemudian, lengan kokoh itu menggendongnya seperti anak kecil. 

Shaka tersenyum tipis memandang ketenangan di pelupuk mata istrinya yang tertutup. 

"Ayo kita pulang." 

Kamar terasa dingin karena angin malam yang menembus ventilasi. Shaka merebahkan Nayla pelan di ranjang, lalu mematikan AC serta menutup jendela dan tirai. 

Dia melepas kemeja dan celana kerjanya dan diganti dengan kaos oblong serta celana olahraga. Setelah pikiran dan tubuhnya merasa tenang dia ikut merebahkan diri di samping Nayla. Sangat dekat bahkan tubuh mereka hampir bersentuhan. 

Senyum Shaka kembali muncul. Tangan besarnya membelai rambut Nayla yang dingin nan kasar akibat udara malam di luar. Namun, tidak masalah. Shaka menyukainya. 

Itu rambut seseorang yang telah menemaninya dari dulu bahkan masih tulus sampai ke jenjang sakral sekarang. 

Meskipun begitu, hati Shaka tidak bisa berbohong. Raut wajahnya menjadi redup. Rasa bingung menyelimuti di setiap pandangan. 

"Maafkan aku, Nayla," ujarnya halus seiring belaian tangannya semakin lembut. 

Shaka menunduk, "Aku memang masih menyukai Verlin." 

Dalam hati Nayla seakan disambar petir. Shaka tidak tahu jika gadis itu sudah terbangun sejak dia menggendongnya. Nayla hanya pura-pura tidur karena ingin melihat apa yang Shaka lakukan. 

Related chapters

  • Married to My Childhood Friend   8. Cicak di Ranjang

    Hatinya terbakar saat Shaka mengaku. Sedetik kemudian Shaka memeluknya membuat Nayla hampir tak bernyawa. Dia terkejut bukan kepalang sampai jantungnya berhenti berdetak. "Tapi ... aku tetap suamimu. Tolong jangan jauhi aku." Shaka menggosokkan wajahnya di pipi Nayla kemudian menjadikan pundak Nayla seperti bantal. Dia pun tertidur di sana. Mata Nayla terbuka dan napasnya berpacu tak karuan. Melirik Shaka seolah ingin mencongkel matanya saja. Sikap egois itu membuatnya ingin memukul kepala Shaka. Orang itu benar-benar membuatnya marah hampir gila. Sayangnya kepalan tangan yang hampir melayang ke wajah tampan itu kembali lemas. Nayla tidak akan pernah mampu memukul Shaka sampai kapanpun. Apalagi sekarang laki-laki itu sedang melilitnya seperti ular. Untuk bergerak saja Nayla kesusahan. Dia hanya bisa terus bersandiwara hingga akhirnya benar-benar terlelap. Keesokan paginya adalah pagi terheboh yang pernah ada dalam sejarah mereka. "Aaaa, aku megang Cicak!" Nayla berteriak menatap

    Last Updated : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   9. Curhat? Hanya Kita Berdua dan Kisah Kelam di Masa Lalu

    "Ja-jangan. Kamu jangan macem-macem, deh. Jangan punya pemikiran aneh." Nayla menggeleng sampai sesak napas. "Buat kamu ... membuat mereka membayar seratus kali lipat atas apa yang mereka lakukan itu hal mudah bagiku." Shaka tersenyum smirk. Nayla tercekat, "Shaka, kamu jangan ngaco." Tak urung Nayla takut. Shaka sangat mengerikan saat serius. Jika dia mengarahkan satu hal pasti akan dia lakukan.Kini kedua tangannya dipegang Shaka seolah tidak ingin dilepas. Nayla bisa merasakannya, itu sama ketika mereka masih kecil dan Nayla mengingatnya. Dulu ketika bermain di taman kecil dekat rumah mereka, Nayla sering diejek karena ayahnya seorang narapidana. Shaka selalu membela dan menghadang umpatan-umpatan itu di depan Nayla seperti ksatria dan tangannya tidak akan lepas menggenggam tangan Nayla hingga Nayla merasa aman. Kini Nayla terkejut, cara Shaka melindungi dirinya masih sama seperti dahulu. Hanya saja, balas dendam itu terlalu ekstrem. "Kenapa kamu mau balas dendam untukku?" Nay

    Last Updated : 2025-01-09
  • Married to My Childhood Friend   10. Boleh Kucium Jarimu?

    "Aku juga mendapat banyak pukulan. Tendangan, tamparan, bahkan sayatan di mana-mana. Jari ini pernah patah. Saat pelajaran olahraga, guru menyuruh kita untuk pemanasan berpasangan dan pasanganku mematahkan jari telunjuk ini dengan sengaja. Aku masih ingat sekali sampai sekarang." Nayla menunjukkan jari telunjuk kanannya."Jarimu patah?" Shaka segera mengamatinya. "Haha, sekarang sudah sembuh." Nayla menariknya, tetapi kembali berpegangan tangan dengan Shaka. "Aku sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat karena pingsan di dalam bak kamar mandi. Mereka menahan kepalaku di dalam air selama mungkin sampai aku kehabisan napas." Shaka meraih wajah Nayla, "Kamu masih hidup?" kilauan matanya sangat khawatir. Nayla menjauhkan tangan Shaka dari wajahnya, "Kamu pikir sekarang aku hantu?" Shaka memundurkan tangannya dan berganti memeluk Nayla dari belakang, "Oh, lanjutkan." "Kamu bodoh, ya?" heran Nayla tak habis pikir. Di saat seperti ini pikiran Shaka berubah seratus delapan puluh derajat

    Last Updated : 2025-01-10
  • Married to My Childhood Friend   11. Malam Berbintang Bukan Milik Kita Berdua

    Bagaimana cara mengatakannya kepada Vira? Ingatan Nayla hanya perihal cacing pribadi Shaka tadi pagi. Beberapa kali pelukan juga terlintas, tetapi itu tidak lebih dari bentuk kasih sayang seorang teman. Bahkan lebih dari sekadar teman. "Huft, percuma juga aku nanya. Kamu nggak bakal jujur sama diri kamu sendiri." Vira mendesah pasrah membuat Nayla tersentak. Kenyataan dirinya tidak bisa jujur terhadap diri sendiri memang tidak bisa dibantah. Namun, perihal satu ini terlalu di luar nalarnya. Nayla tersenyum manis semanis madu, "Nggak apa-apa aku bisa mengatasi semuanya." Ekspresi Vira seperti makan batu, "Nggak nyambung!" Hari sibuk pun berlalu dari waktu ke waktu. Satu minggu menuju promosi besar-besaran telah usai, besok akan menjadi hari yang spektakuler. Semua karyawan sedang sibuk bekerja mati-matian demi tugas membludak usai acara. Kalang kabut bukan pilihan terbaik bagi Nayla. "Semuanya sudah rapi sesuai divisi masing-masing, jangan diotak-atik lagi tanpa seizinku! Ingat i

    Last Updated : 2025-01-10
  • Married to My Childhood Friend   12. Isi Hati Shaka yang Terdalam

    Apa alasan untuk tidak bertemu jika hubungan telah retak? Itu adalah hati. Shaka tahu hal itu, tetapi hati juga sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Meskipun situasinya telah berubah Shaka masih menemui Verlin. Jika gadis itu meminta, jika ada waktu longgar laki-laki itu tak ragu untuk datang. Di sisi lain di sudut hati yang terdalam dia memikirkan bagaimana perasaan Nayla. Gadis itu sudah tahu fakta yang memalukan ini. Shaka mengakuinya, dirinya sangat memalukan. Masih berhubungan dengan wanita lain meskipun sudah menikah, walaupun hubungan itu tanpa nama dan tanpa dasar. Setiap saat, setiap hari, setiap detik kala Shaka melihat Nayla, teringat betapa manisnya gadis itu waktu kecil dulu. Tanpa ragu mereka bermain dari fajar hingga petang bahkan diam-diam keluar dari rumah hanya untuk menangkap belalang di taman. Mereka bahagia dan senyum Shaka terlintas di setiap matanya. Hanya Nayla yang bisa membuatnya seperti itu. Namun, Verlin berbeda. Hatinya berdegup kencang ketika berada di

    Last Updated : 2025-01-11
  • Married to My Childhood Friend   13. Malaikat

    Sampai di tempat pun Nayla celingukan tak berani keluar dari mobil. Ramai sekali sampai satu mall penuh dengan orang-orang dari perusahaannya. "Wah, ini parah pecah banget! Gimana aku masuknya?" Nayla bingung membuat Shaka semakin bingung. "Kamu turun nggak? Aku mau kerja juga, nih." Nayla menoleh, "Eee, kamu telat juga, ya, hehe. Kamu, sih, mandinya lama banget kayak berendam di air panas. Sampai jam sepuluh, nih. Kamu bakal dimarahin lagi ntar." lanjut celingukan entah apa yang dicari. "Aku ketiduran." Shaka berdeham. "Apa?!" Nayla melotot tak habis pikir. Shaka pelan-pelan menatap Nayla dan jendela berganti. "Bisa-bisanya tidur di kamar mandi. Emangnya kamu pulang jam berapa tadi? Subuh? Perasaan aku, deh, yang lembur." Nayla mengetuk dagu. Shaka berdecak, "Udah, lupakan. Ini segede apa, sih, kok, sampai satu kantor dibawa semua. Mubazir tempat." "Eemm, promosi serum anti penuaan yang mampu bikin wajah glowing dalam sebulan. Kamu mau? Ntar aku bawain," tawar Nayla ceria.S

    Last Updated : 2025-01-11
  • Married to My Childhood Friend   14. Guncangan Sang Brand Ambassador

    Kantuk menghilang ketika model cantik sebagai Brand Ambassador itu datang. Gilang pergi secepat kilat demi bertemu yang dia tunggu-tunggu sampai pekerjaannya kembali berantakan, padahal model cantik itu akan memperkenalkan diri di hadapan semuanya nanti. Acara pembukaan pun dimulai. Ketika sampai di saat model itu naik ke atas panggung, semerbak bunga mawar menyeruak menyerupai parfum. Semua mata terlena dan pertahanan lelaki pun melemah. Suara langkah sepatunya seakan membuka jalan menuju surga keberuntungan."Hai, semuanya!" model itu melambaikan tangan menyapa sangat manis.Semua orang langsung terpesona dengan kecantikannya. Gilang terlalu bersemangat sampai berada di barisan paling depan. Matanya sudah berubah ke bentuk hati merah muda dan Verlin sibuk memeganginya agar tidak nekat naik ke panggung. Tetapi perasaan ini berbeda untuk Nayla. Kehadiran sosok itu menjadikan suhu atmosfer di Mall berubah. Senyumnya mampu menghipnotis setiap orang. Nayla terbelalak, badannya mengej

    Last Updated : 2025-01-12
  • Married to My Childhood Friend   15. Melarikan Diri untuk Menghindar Sementara Waktu

    Dahi Nayla terangkat. Mereka saling bertatap pandang. Bagaimana Verlin bisa tahu soal itu. Verlin mengunyah tomat sangat singkat, "Berulang kali aku mencoba memikatnya, tetapi dia bungkam dan berujung menoleh ke belakang. Setiap kali itu terjadi aku melihat bayanganmu di matanya. Sama seperti tadi malam. Matanya hanya ada namamu." Nayla bisa mendengar sedikit ketidakrelaan di nada terakhir ucapan Verlin. Artinya wanita ini pun masih sangat mencintai Shaka. Keduanya terlalu kompak. Kebenaran keterlambatan Shaka semalam pun terungkap. Semalaman dia bersama wanita ini secara diam-diam. Hati Nayla kembali memanas.Verlin menatapnya lagi sambil tersenyum sangat manis, "Lain kali apa aku boleh makan bersamamu lagi? Ayo kita saling mengenal lebih baik lagi." Nayla segera mengibaskan tangan, "Tidak, karena aku profesional." "Ahaha, begitu, ya. Sayang sekali, sepertinya memang mustahil. Tapi aku tidak akan berhenti, loh." tawa Verlin tipis. Nayla diam saja. "Kau tidak marah?" tanya Verl

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Married to My Childhood Friend   37. Merebut Hati Para Atasan

    Daripada terus berlarut dalam ketakutan yang tiada sebab, Nayla menyeret Shaka untuk angkat kaki dari kost tersebut. Laki-laki itu menurut saja daripada Nayla terserang trauma kegelapan listrik padam. Akhirnya mereka berujung di jalanan. Mata sudah seperti bohlam rusak, bahaya jika terus berkendara. "Huft, kita ke hotel." Shaka menghela napas lelah. Nayla menoleh, "Tapi itu lumayan jauh, loh." "Lebih jauh rumah orang tua kita yang sama-sama di Bekasi. Daripada mengumbar malu balik dan tidur di kantor, lebih aman kita ke hotel," terang Shaka. Nayla menatap kaca depan yang sepi, "Kenapa nggak dari tadi aja? Bikin jantung aku mau copot rasanya. Kost satu hari itu mengerikan." bulu kuduk Nayla berdiri lagi. "Itu karena mati listrik tau," kilah Shaka. "Tapi suara di balkon nyata tau," balas Nayla seolah ketakutannya akan bangkit. Shaka menghela napas saja mengakhiri pembicaraan. Jika dipaksa bicara mereka berdua bisa pingsan kelelahan. Benar, sekarang pukul dua dini hari. Akhirnya

  • Married to My Childhood Friend   36. Pemadam Listrik Serentak dan Ketakutan Nayla

    Nayla menggigil bukan karena sikap dingin Shaka, melainkan hawa malam tiba-tiba dingin seperti es. "Sshhh, Shaka ... ini masih di tenah kota, 'kan? Kenapa rasanya kayak di pegunungan?" Nayla menggosok kedua lengannya sambil mendesis. Hembusan napas pun menjadi asap. "Itu karena kami berdiri di balkon. Cepat masuk. Aku ajak kamu pulang supaya bisa tidur, bukan bergadang." Shaka mengayunkan tangannya memanggil Nayla dari ambang pintu kamar. Nayla mendekat dn pintu pun ditutup Shaka. "Haaaa! Kipasnya nyala!" Teriakan Nayla membuat bulu kuduk Shaka berdiri . "Apa, sih?!" Shaka kaget. "Se-sejak kapan ada kipas di situ? Perasaan tadi nggak ada. Kenapa juga bisa nyala?!" jari Nayla gemetaran menunjuk kipas berdiri di pojokan. Wajah Shaka pucat seketika. "Nayla, sejak kapan kamu buta?" geleng-geleng kepala memilih tidur dan menutup kepala dengan bantal. Membiarkan Nayla heboh dengan pikiran negatifnya. Gadis itu sibuk menunjuk semua hal dengan mata tajam dan leher yang dingin. "Apa

  • Married to My Childhood Friend   35. Kost Satu Malam

    Atmosfer ruangan kantor yang sepi memperkuat ikatan batin. Telepati menembus jantung itu bisa Nayla rasakan. Apa Shaka bodoh dan tidak bisa membacanya? Nayla sudah menahan gejolak ingin bunuh diri ditelan malu menggoda seperti itu meskipun membolak-balikkan kata"A-aku beri waktuku setiap hari ke kamu, 'kan?" Shaka membuang pandangannya. Nayla makin cemberut, "Bohong! Jangan lupa kalau kita lagi pacaran, ya." Seketika heran dengan ucapannya sendiri. "Emangnya orang kalau pacaran itu kayak gimana?" Shaka tersenyum tipis, "Ah, aku paham." Nayla masih meneleng. "Akan kuberikan sebanyak yang kamu mau." Shaka menggenggam tangan Nayla. Wajah Nayla menghangat, "Eh?!" Kemudian, Shaka membawanya masuk kembali ke ruangan Nayla dan pamit untuk pulang atas nama Nayla membuat Nayla kebingungan harus menghentikannya sekaligus geram karena orang-orang terutama Vira menggodanya dengan cuitan apa anak ABG. Nayla hendak melepas tautan tangan mereka, tetapi mustahil. Daya cengkeram Shaka melebi

  • Married to My Childhood Friend   34. Waktu Shaka yang Berharga

    Nayla menceritakan tentang kebakaran kemarin sore. Reaksi Gilang hampir membuat seisi kantin memarahinya karena Gilang hampir berteriak. Beruntung saja Nayla menjejali es batu ke mulut Gilang sehingga laki-laki itu kedinginan dan tutup mulut. "Yang bener aja Mbak Nayla sama Verlin ngerebutin mas Shaka berdua?! Orang ganteng emang beda level. Nggak heran aku." Gilang geleng-geleng sampai pusing. "Nggak heran, kok, mangap." Nayla cemberut agak malu. "Sshhh, terus mbak Vira bilang Verlin bakal dateng ke sini sekarang gitu?" Gilang sok berpikir. Nayla manggut-manggut. "Artinya ...," ucapan Gilang mengambang. Keduanya saling pandang dengan mata melebar. "Insiden laporan keuangan ada kaitannya dengan Verlin?" terkadang Gilang. Nayla membuang napas cepat, "Ya, aku sempat berpikir begitu." Meminum es sampai habis dan menimbulkan suara, "Semoga aja nggak benar." Bahkan ketika waktunya pulang Vira masih berkutat di mejanya. Berkas-berkas dan juga tabel penuh perhitungan dan angka yang

  • Married to My Childhood Friend   33. Laporan Keuangan yang Berantakan

    Nayla tak henti-hentinya mengomel sampai Shaka diamkan saja karena tahu gadis itu cemburu lagi. Shaka harus curi-curi tawa dalam hati dan memasang wajah datar. Sampai Nayla melihat ada pedagang es kelapa muda dari jendela. "Oh, Shaka, aku mau es itu." menunjuk jendela polos membuat Shaka melirik mengikuti arahnya. Tidak diduga Nayla sangat bahagia meminum es kelapa muda di tempatnya langsung. Meskipun ini di luar trotoar sekalipun. "Haha, seger banget! Padahal mau magrib, loh, ini. Kelapa muda emang terbaik!" Shaka heran Nayla memekik demikian. "Sejak kapan mie instan tergantikan sama es kelapa muda? Lagian kenapa matamu berbinar begitu? Tiba-tiba pengen minum ini kayak lagi ngidam aja." Shaka juga meminumnya perlahan. "Apaan ngidam? Aku nggak hamil tau." Nayla masih semangat meminumnya. "Aku tau. Aku, 'kan, belum berbuat apa-apa." Shaka memakan isian itu dengan santai. Seketika acara minum Nayla berhenti, "Ha? Artinya kamu pengen ngelakuin hal-hal begituan sama aku?" Shaka

  • Married to My Childhood Friend   32. Kegagalan Topeng Bermuka Dua yang Pertama

    "Kamu nggak apa-apa? Ada yang terluka?" Shaka mengecek seluruh tubuh Verlin dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Nggak apa-apa. Untung aja ada kamu. Kalau enggak aku nggak tau bakal minta tolong siapa." Verlin menggeleng elegan ala wanita berkelas yang kepanikan. Shaka menghela napas panjang menatap oven yang hangus terbakar dan juga perabotan lain serta dinding gosong bahkan kabel-kabel yang terputus karena api. Untung saja Shaka mematikan listriknya tadi. "Tapi gimana bisa kebakaran? Semua karyawan udah pulang, 'kan?" Shaka mengetuk dagu. "Eee, kayaknya salah satu koki lupa matiin ovennya," elak Verlin. Mereka terus berbincang di depan Nayla. Sedangkan Nayla sudah meremas pinggiran pintu sampai hampir remuk. Di sisi satunya Vira gigit-gigit jari melihat Nayla cemburu. "Wah, wah! Cemburu sebesar itu masih nggak sadar juga? Kamu bodoh apa polos sebenarnya?" gumam Vira menatap Nayla bingung. Lalu, mobil pemadam kebakaran datang. Meskipun terlambat merek tetap mencatat laporanny

  • Married to My Childhood Friend   31. Kebakaran di Toko Roti dan Api Cemburu Nayla

    Seakan hari tenang berlalu, minggu terakhir acara promosi di Jakarta pun berakhir. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nayla dengan senyum tenang mulai bekerja seperti biasanya di kantor bersama karyawan lain. "Hebat banget, 'kan, kita. Acaranya sukses besar. Aku dapat bonus banyak, hahaha." Vira memamerkan jumlah saldo yang baru saja ditransfer pihak perusahaan atas acara promosi itu. Nayla mencebikkan bibir tak peduli. Jarinya terus memilah surat yang terus berdatangan sejak kantor dibuka. "Aku udah nggak peduli lagi, tuh, sama bonus." Nayla menjulurkan lidahnya. "Ha? Ya, 'kan, kamu lagi main kejar-kejaran sama Shaka. Jelas cowok mu, lah, yang lebih penting daripada uang," goda Vira. Nayla menoleh sejenak dengan pipi memerah, "Tapi kita jadian, loh, sekarang." "Hah?!" Vira mendekat. Meja kubikelnya sampai bergeser. Deritannya membuat beberapa orang menoleh. "Ssttt, kerja jangan berisik," desisi Nayla. Vira masih dengan wajah heran membenahi letak mejanya. Komputer

  • Married to My Childhood Friend   30. Resmi

    Untaian ajakan yang terdengar seperti perintah. Nayla berhasil menghentikan waktu beberapa detik pada laki-laki itu."Kamu ... nggak bercanda, 'kan?" Shaka berkedip dua kali. Nayla menggeleng, "Aku serius." Namun, terdengar seperti bercanda. Apalagi gadis itu asik makan padahal pembahasan mereka seekstrim ini. Shaka merengut menatap Nayla dalam dan memalingkan muka. "Nggak mau!" Sontak Nayla terbatuk, melotot, dan menoleh, "Hah?! Kenapa nggak mau?" "Kamu ngomongnya nggak serius! Jangan mempermainkan aku." Sudut bibir Nayla berkedut, "Apanya yang mempermainkan kamu? Aku nahan malunya setengah mati tau!" Shaka menoleh, "Masa?" "Iya, lah! Lagian kita udah nikah juga. Apa salahnya pacaran?!" kesal Nayla. Pipi Shaka memerah tipis, Nayla bisa melihatnya dari tatapan Shaka. "Kenapa kamu tiba-tiba ngajak pacaran?" menunduk melihat telur dadar, "Kamu beneran suka sama aku, ya?" "Hmm, bener banget!" Nayla mengangguk mantap. "Apa?!" Shaka terkejut lagi. "Eerrrr, udah, dong pasang m

  • Married to My Childhood Friend   29. Pacaran

    "Nayla!" "Huaaaa!" Nayla terjingkat Shaka memanggilnya lantang di balik pintu mobil saat dirinya melamun duduk bersandar tiang. "S-Shaka?" Nayla segera menegakkan badan. Shaka berlari menghampiri setelah membanting pintu mobil."Dasar keterlaluan! Kenapa teleponku nggak diangkat?! Aku panik tau, nggak?!" Shaka terengah menunjuk Nayla kesal."Aaaa, aku minta maaf. Habisnya aku asik melamun." Nayla menangkupkan tangan sambil terpejam erat. "Ha?! Alasan macam apa itu?!" suara Shaka sampai tercekik. Nayla meringis dan menyuruh Shaka duduk di sebelahnya kemudian memberikan sebotol air mineral sisa dari nasi kotak tadi siang. "Minum dulu, Bos, biar tenang." Shaka meraihnya cepat dan meminum semuanya. "Wah, kamu kayak habis lari maraton." Nayla berkedip dua kali. "Ck, kalau mau berangkat kerja bilang biar aku nggak kelagapan. Kalau kamu hilang gimana?" Shaka meremas botol air itu sampai remuk. "Eee, maaf-maaf, habisnya tadi Urgent banget jadi nggak bisa jelasin secara langsung." d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status