Share

3. Dikira Mudah

Penulis: Asyima Handayu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-01 22:47:32

"Assalamualaikum Bu," ucap Diandra.

"Walaikumsalam Di," Sambut sang Ibu.

"Loh.. Baju kamu kenapa basah gitu, Di?"

"Gak Papa Bu, cuma kecipratan air aja."

"Siapa yang tega ke kamu gini, Di?"

"Biasa Bu. Ulah Orang gak ada adab, si Bos nyebelin itu Bu."

"Pak Zaid? Bos kamu?" Tanya Ibu Diandra.

"Siapa lagi kalau bukan Bos nyebelin itu Bu."

"Kalau gitu kamu mandi dulu gih. Nanti kita langsung makan malam selesai sholat."

"Iya Bu, Diandra mandi dulu Bu." Diandra segera pergi ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi ia masih sangat kesal pada Zaid.

"Baju ini baru aku pake sekali lagi, nodanya bisa ilang atau enggak ya?" Diandra ngedumel.

***

"Di, kamu udah selesai sholat belum?" Ibu Diandra berasa di depan kamarnya.

"Udah Bu."

"Ayo buruan ke bawah Di. Kita makan malam bareng."

"Iya Bu. Diandra keluar sebentar lagi." Buru buru Diandra melipat muken dan sajadahnya.

"Tap.. Tap.. " Langkah kaki Diandra menuju meja makan yang ada di dapur.

"Di, kamu mau Ibu ambilin nasinya?" Tanya Ibu Diandra.

Ibu Diandra bernama Rina. Wanita itu sudah menjadi orang tua tinggal sejak suaminya meninggal saat Diandra masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Bu Rina wanita yang tangguh dan tabah. Ia berhasil membesarkan Diandra dan kedua adiknya. Adik Diandra bernama Rinal dan sudah bekerja dan si Bungsu sedang belajar di salah satu negeri Timur Tengah sejak setahun lalu.

"Iya Bu, tapi dikit aja. Diandra gak selera makan Bu."

"Loh, kok dikit aja. Ibu udah masak banyak lo Di. Di rumah cuma ada kita berdua. Rinal ada urusan kantor, pulangnya larut malam."

"Iya Bu. Diandra cuma lagi gak napsu makan aja."

Bu Rina enggan bertanya lagi, Ia membawa dia piring berisi nasi. Sedangkan lauknya ada di meja di hadapan mereka berdua.

"Ini, coba habisin ya Di."

"Iya Bu."

Diandra dan sang Ibu menikmati makan malam mereka tanpa banyak bicara. Bu Rina paling tau jika mengobrol saat makan akan membuat mood Diandra lebih buruk lagi.

Usai menyantap makanannya hingga habis, Diandra bermaksud mencuci piring dan alat alat memasak yang berserakan di wastafel.

"Di, apa kamu gak kepikiran untuk menikah?" Bak petir di tengah gurun luas, Diandra mendengar pertanyaan yang tidak bisa Ia jawab.

Tidak ada kata yang keluar dari mulut Diandra, Ia menyabuni gelas gelas kotor. Mereka berdua terjebak dalam keheningan tanpa suara untuk beberapa saat.

"Apa Ibu akan bahagia jika Diandra menikah, Bu?" Tanya Diandra. Wanita itu masih mebelakangi sang Ibu dan terus menyabuni peralatan masak yang kotor

"Ibu pasti akan bahagia jika kamu segera menikah, Di."

"Apa ini ada kaitannya dengan rencana pernikahan Rinal, Bu?" Diandra berbalik dan menghadap sang Ibu.

"Bukan. Ibu hanya ingin melihat kamu hidup bahagia dengan seseorang Di. Ibu tidak tahu usia Ibu sampai kapan. Ibu khawatir jika kamu tidak kunjung menikah."

'DEGG.. ' Batin Diandra. Hati anak aman yang tidak terenyuh jika seorang Ibu mengatakan hal seperti itu.

Diandra segera mencuci tangannya dan duduk di samping sang Ibu.

"Ibu pasti akan panjang umur dan melihat Diandra menikah. Diandra janji Bu. Suatu hari nanti hari itu pasti akan tiba. Ibu jangan ngomong aneh aneh gitu ya Bu."

"Ibu serius Di. Ibu ingin sekali melihat kamu menikah sebelum Ibu meninggal."

"Bu, udah Diandra bilang, Ibu pasti akan tetap sehat. Sampai nanti, Bu." Mata Diandra berkaca kaca.

Keinginan sang Ibu yang satu ini terlalu sulit untuk Ia makbulkan. Tahun ini usia Diandra menginjak 29 tahun, namun belum memiliki rencana untuk menikah.

Menikah bukan perkara yang mudah bagi Diandra. Ia merasa belum siap dan belum pantas untuk menikah. Entah pernikahan seperti apa yang akan Ia jalanin jika menikah di waktu yang kurang tepat.

"Gak ada yang tahu usia Ibu sampai kapan, Di. Apa tidak ada satupun dari pria yang kamu kenal yang kamu sukai?"

"Mereka semua baik, Bu. Tapi Diandra tidak menyukai mereka."

"Tolong pikirkan lagi permintaan Ibu, Di. Ibu ingin segera melihat kamu menikah."

"Diandra akan berusaha, Bu."

'Ini sesuatu yang tidak mungkin Bu, bagaimana Diandra bisa mewujudkannya?' Batin Diandra.

Usai obrolan itu, Diandra menyelesaikan cucian piringnya dan kembali ke kamarnya.

Di lihatnya banyak pesan masuk dari Ketua Tim 1. Ketua Tim 1 bernama Sequ, pria berusia 25 tahun dan sangat cerdas.

[Bu Dian, Pak Bos benar benar gila. Awalnya saya pikir saya bebas menentukan konsep dan anggaran iklan yang akan perusahaan kita buat, ternyata enggak]

[Andai saya tahu apa yang terjadi sejak awal, saya pasti tidak akan menyanggupinya Bu]

[Apa yang harus saya lakukan Bu? Si Bos crazy mengirimi saya banyak pesan]

3 kali panggilan tidak terjawab dari Sequ.

Diandra merasa kasian dan membalas pesan itu.

[Katakan pada Pal Zaid jika kamu sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi anggarannya benar-benar minim dan tidak memungkinkan] sent.

Sequ is tyiping..

Rupanya Sequ sedang menunggu jawaban langsung dari Dian untuk membalas pesan Zaid.

[Apa Pak Bos tidak akan murka, Bu?]

[Tenanglah, kamu sudah berusaha yang terbaik. Si bos akan ngerti kok]

Sequ langsung mengikuti saran Diandra, alhasil ia dikatai katain lewat pesan singkat oleh Zaid.

Itu sudah menjadi hal biasa, Sequ tidak akan tersinggung. Mereka semua sudah terlatih dikatain tidak becus dan lain-lainlain-lain oleh Zaid.

[Terima kasih Bu. Akhirnya beban saya sudah berkurang. Sepertinya Pak Zaid akan kembali merepotkan Ibu]

[Tidak masalah Sequ, si Bos memang sudah bawaan dari Oroknya kayak gitu. Keep semangat 💪💪]

Akhirnya kegiatan saling bertukar pesan itu usai juga. Diandra bisa sedikit relaks. Diandra berbaring di kasurnya dan merasakan dunianya beristirahat untuk sesaat.

Namun pikirannya tidak kunjung mau diajak beristirahat. Ia memikirkan kata kata Ibunya tadi.

Sungguh berat permintaan sang Ibu. Diandra selalu sibuk bekerja dan menikmati waktunya tanpa memikirkan hubungan yang seserius itu.

Kali ini ia sangat terdesak, kondisi kesehatan sang Ibu belakangan ini banyak menurun. Ditambah lagi sang Adik yaitu Rinal membicarakan rencana pernikahannya pada Diandra dan sang Ibu sebulan lalu.

Diandra tidak masalah jika sang adik menikah lebih dulu, namun tampaknya sang Ibu berat hati mengizinkan Diandra dilangkahi oleh sang Adik.

'Dian baik baik saja seperti ini, Bu. Diandra pasti akan menikah Suatu hari nanti jika menemukan pria yang tepat, dan sekarang bukan momen yang tepat. Zahra juga masih perlu banyak uang untuk sekolahnya, dan Ibu akan segera pensiun bulan depan. Sedangkan Rinal, Rinal pasti akan fokus membina keluarga kecilnya setelah menikah Bu.' Pikiran dan segala alasan nyata beradu dalam kepala Diandra.

"Satu hal lagi, Bu. Dian ingin terus berada di dekat Ibu."

"Dret.. Dret... " Panggil masuk dari Zaid berhasil membuyarkan pikiran Diandra. Ia sudah menduga Zaid akan menghubunginya.

Bab terkait

  • Married to My Anemy   4. Sial, Aku terlambat

    "Dret.. Dret... " Panggil masuk dari Zaid berhasil membuyarkan pikiran Diandra. Ia sudah menduga Zaid akan menghubunginya. Pria itu bagai trouble yang tidak akan pernah usai dalam kehidupan Diandra. Ia sebenarnya sudah lelah bekerja disana, tapi bayaran yang ia Terima sangat mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Mau tidak mau, Diandra terus bertahan. Menghadapi Zaid juga bukan perkara yang terlalu sulit karena sudah menjadi kebiasaan. "Halo, selamat malam Pak." "Malam Diandra, kamu ada dimana?""Di rumah Pak," Jawab Diandra singkat. "Kamu ambil project yang tadi siang. Saya akan menyetujui anggaran yang kamu ajukan!""Baik Pak.""Pastikan kamu melakukan yang terbaik, awas saja kalau tidak!" Ancam Zaid. "Saya dan Tim selalu bekerja dengan baik Pak, jangan khawatir. Emm.. Satu hal lagi... ""Apa?" Tanya Zaid. "Apa napak tidak berencana minta maaaf pada saya?" Tanya Diandra. "Untuk??" Tanya Zaid. "Apa yang Bapak lakukan tadi siang dan sore tadi di parkiran..""Siapa suruh k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Married to My Anemy   5. Drop

    "Cekrekkk" Diandra membuka pintu ruangan rapat dengan terburu-buru. Di dalam ruangan sudah berkumpul semua orang. Mereka melihat ke arah Diandra. Penampilan Diandra berantakan dan menjadi perhatian orang orang. Ia juga berkeringat. "Maafkan saya." Diandra segera masuk ke dalam ruangan. "Syukurlah Ibu tiba tepat waktu, jika tidak pasti saya sudah dihabisi oleh Pak Zaid," Bisik Fifi. Kali ini Fifi yang ikut rapat bersama Diandra. "Maaf, kejadian tidak terduga terjadi, Fi."Diandra sudah tahu kebiasaan kliennya itu, pasti Zaid akan mengajak kliennya itu mengobrol dan minum kopi dulu sebelum rapat. Ini memungkinkan untuk Diandra tiba di kantor sebelum rapat. Mata Zaid tidak lepas dari Diandra sejak wanita itu tiba. Zaid pasti akan memarahinya abis baisan nanti, dan Diandra sudah tahu itu. Diandra merapikan sedikit penampilannya dan membuka file yang akan ditampilkan pada klien. 20 menit berlalu, respon klien sangat baik. Mereka suka dengan kinerja Diandra dan Tim. "Sangat bagus d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Married to My Anemy   6. Kekhawatiran Rinal

    "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk" Suara batuk Diandra di dengar oleh Rinal. Rinal tidak yakin jika membawa pulang sang kakak menjadi pilihan terbaik. "Cekrekk" Rinal membuka pintu ruangan Diandra. Di sana sudah ada perawat yang melepaskan selang infus milik Diandra. "Uhuk..uhukk.. ""Mba, atuknya lebih parah dari tadi. Apa gak lebih baik kalau Mba tetap dirawat di rumah sakit?""Mba gak papa kok, Ri. Kita pulang sekarang hmm?" Pinta DiandraWajahnya terlihat sangat pucat dan membuat Rinal tidak bisa berhenti khawatir. "Baiklah, Mba. Tapi kalau Mba gak ngerasa baikan setelah kita pulang, kita harus segera kembali ke rumah sakit ya, Mba.""Baiklah, jangan khawatir Ri. Mbamu ini cuma demam doang kok.""Iya Mba.""Sudah selesai Bu," Ucap Suster yang membantu Diandra. "Terima kasih, Sus," Ucap Rinal dan Diandra bersamaan. "Sama sama Bu, Pak," Balas Suster itu. Perawat itu segera meninggalkan ruangan Diandra. Tidak lama, Rinal dan Diandra juga pergi dari sana. Dibantu Rinal, Diandra menuju tem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Married to My Anemy   8. Tingkah Zaid

    "Cepat sembuh Mba, jangan sakit!" gumam Rinal pelan. Rinal juga membenarkan letak selimut Diandra yang tersingkap tadi. Kekhawatiran Rinal perlahan menghilang, ia keluar dari kamar Diandra. "Ada apa Ri?" Tanya sang Ibu. "Astaghfirullah," Rinal kaget. Rinal tidak sadar dengan keberadaan sang IbuSejak tadi sang Ibu ternyata mengamati apa yang dilakukan Rinal di dalam kamar Diandra. Bu Rina melihat Rinal masuk ke dalam kamar Diandra tadi. "Shuttt!! Dian bisa kebangun nanti.""Maaf, Bu. Rinal kaget."Bu Rina buru buru menarik lengan Rinal dan menjauh dari depan kamar Diandra. "Sebenarnya ada apa? Kamu tahu, Ibu paling tau anak Ibu. Kamu menyembunyikan sesuatu dari Ibu ya, Ri?""Mba Dian gak mau Ibu ikut khawatir, tadi Rinal baru aja pulang dari rumah sakit ngebawa Mba Dian berobat. Waktu Rinal tib di rumah, Mba Dian gak sadarkan diri, Bu. Tubuhnya dingin dan berkeringat, Rinal sangat takut, Bu.""Terus bagaimana kata Dokter?""Dilakukan pemeriksaan darah tadi, Bu. Tapi hasilnya belu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Married to My Anemy   9. Astaghfirullah, Bapak ngapain?

    "Iya. Kamu diam saja disana, dulu!" balas Zaid. Diandra enggan bersuara lagi. Ia hanya menunggu Zaid bekerja. "Tik.. Tok.. Tik.. Tok.." Heningnya ruangan itu membuat gema perputaran jarum jam terdengar jelas. Tidak ada tanda tanda Zaid akan menyuruhnya duduk ataupun memulai percakapan. Diandra mulai pegal karena sudah 20 menitan berdiri menggunakan sepatu berhak 3 cm. Diandra memilih membuka sepatunya sambil memandangi satu satu bagian dari ruangan Zaid.Tidak lama keberaniannya muncul Diandra muncul dan memilih beranjak dari posisi awalnya. Diandra berjalan menuju tempat yang sangat menarik perhatiannya. "Apa saya bilang kamu boleh tour di ruangan saya?" suara berat Zaid memecah keheningan. "Astaghfirullah," Diandra kaget. Ia menghentikan langkahnya menuju jendela kaca yang selalu tertutup setiap kali ia berada di ruangan itu. Diandra ingin protes pada Zaid karena mengejutkan dan mengabaikannya sejak tadi, tapi ia lebih tertarik menemukan jawaban mengapa jendela itu tidak pern

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Married to My Anemy   9. Pemandangan tidak mengenakkan

    "ASTAGHFIRULLAH.. Bapak ngapain?" Suara cempreng Diandra teriak. Zaid masih belum beranjak dan spontan membungkam mulut Diandra yang berteriak padanya. "Saya mau apa, hah? Jangan berpikiran aneh aneh. Saya cuma ngebangunin kamu." Zaid segera menjauhkan dirinya dari Diandra. "Kalau mau bangunin saya kan bisa manggil saya, Pak. Atau pake goyang goyangin tangan saya. Gak tiba-tiba bikin saya kaget gitu," ucap Diandra. "Makanya kalau tidur jangan kebo, Di. Saya udah bangunin kamu dari tadi. Mulai dari manggil manggil nama kamu sampe goyangin bahu kamu, kamunya gak bangun bangun.""Masa sih Pak? Kok saya gak ngerasa?""Makanya jangan kebo tidurnya Di," Jawab Zaid malas."Maaf Pak. Kita udah sampe ya Pak?" Diandra menyadari ia sudah tiba di rumahnya. "Hmm.. Kamu harus memikirkan konsep lain untuk iklan itu. Usaha saya akan sia sia mengajak kamu berkeliling hari ini kalau kamu tidak bekerja dengan baik.""Iya iya, Bapak cerewet banget sih Pak. Biarin saya istirahat dengan tenang dulu k

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Married to My Anemy   10. Perhatian aneh

    "Apa tidak lain untuk bermesraan?" Ucap Zaid. Pria itu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam gedung melewati Zain dan Diandra. Zain dan Diandra melempar senyum sumringah bpada Zaid, tapi Zaid tidak peduli. "Apa pria itu selalu seperti itu Di?" tanya Zain. "Kamu kayak gak kenal aja. Emang bentukannya udah begitu sejak lahir." Mereka tertawa berdua. Setibanya di ruangannya, Zaid melihat ada satu Map proposal yang sebelumnya tidak ada di atas mejanya. 'Apa Diandra sudah menyelesaikannya?' Pikir Zaid. Segera ia memeriksa map itu. Zaid duduk di kursinya dan mulai membaca apa isi dari map itu. "Kamu emang aneh ya, aku udah balas pesannya eh malah enggak di read.""Ey iya Di?" Pura-pura polos. "Eh iya, kalimat apa itu? Padahal kamu yang gangguin aku kerja duluan!" Diandra pura pura kesal. Raut wajahnya jadi serius. "I'm so sorry. Habisnya si Max lama banget jempu aku di Bandara. Aku gabut, jadi aku gangguin kamu deh.""Ada ada aja, ngeles. Tapi syukurnya foto random kamu tadi malem

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Married to My Anemy   11. Isi Pikiran Rinal

    "Ganti sepatumu," Bisik Zaid. Pria itu sudah berada di belakang Diandra. Diandra memang sangat sensitif, dia bisa tahu jika seseorang ada di belakangnya. Jadi dia tidak kaget dengan keberadaan Zaid. Diandra menoleh ke belakang, "Emang sepatu saya kenapa Pak?" Tanya Diandra. "Astaghfirullah, emang kamu gak kerasa? Basah itu Di, buruan ganti pake ini," Zaid memberikan paper bag berisi sepatu kets. Diandra langsung menyambut paper bag yang hampir saja jatuh jika tidak ditangkap oleh Diandra. Zaid langsung pergi dari sana, ia juga punya banyak kerjaan. Ia datang ke lokasi syuting hanya untuk mengecek kegiatan syuting berjalan lancar atau tidak. Selebihnya ia percaya dengan kinerja Diandra dan Tim. Waktu berlalu, seluruh proses syuting berjalan lancar. "Haishhu.. Haishhu... " Diandra sudah bersin bersih sejak sejam lalu. "Ibu gak papa, Bu?" Tanya Fifi. "Kayaknya saya terserang flu nih. Kalian langsung pulang aja, gak usah ke kantor lagi. Hari ini sangat melelahkan.""Baik Bu," Jojo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11

Bab terbaru

  • Married to My Anemy   118. The End

    Gimana Mas bisa tenang Sayang, hah?""Istighfar Zaid. Untuk apa kamu meributkan hal yang gak perlu diributkan Zaid!""Gak perlu gimana Ma? Zaid benar benar terluka, Ma." Zaid sangat kecewa dan langsung meningggalkan tempat itu. Diandra segera menyusulnya. "Mas, tunggu Diandra." Diandra mengejar Zaid tergesa-gesa. "Mas!" Diandra mempercepat langkahnya. Bersyukurnya, Diandra berhasil mengejar Zaid sebelum Zaid menyalakan mesin mobil. "Huhhh" Napas Diandra tersengal. Zaid mulai mengendarai mobilnya sangat laju. Bukan cuma laju, tapi juga ugal-ugalan. "Mas, istighfar!" Diandra menyentuh lengan Zaid. Wajah Diandra terlihat lumayan pucat. Zaid masih saja diam dan enggan menurunkan kecepatan laju mobilnya. "Mas, Diandra mual. Pelan pelan please Mas!" Suara Diandra melemah. Diandra sungguh merasa sangat mual. "Huek.." Mendengar Diandra seperti itu, Zaid langsung khawatir. Segera ia menurunkan kecepatan mobilnya. "Mas berhenti sebentar!" D

  • Married to My Anemy   117. Terbongkar

    iandra dan Bianca sangat bertekad untuk menggolkan proposal mereka kali ini. Apapun yang terjadi Diandra benar-benar tidak akan mundur. Walaupun harus bertengkar atau berdebat habis habisan dnegen Zaid. Belakangan ini Zaid memang sedikit santai dan kendur terhadap Diandra dan timnya. Sekarang Zaid sudah mode sadar, sesadar sadarnya.Setelah berada di dalam ruangan Zaid sekitar 10 menit, Diandra dan Bianca mulai menyerang Zaid. "Kami sudah mengusahakan yang terbaik Pak. Kami rasa Bapak terlalu ketat dan tidak memberi kami ruang. Seharusnya gak begitu Pak!" Tegas Diandra.Satu minggu berlalu"Halo Pak, saya sudah menemukan orang yang Bapak cari. Kami sudah menahannya agar tidak meninggalkan negara ini. Namanya Jason, Pak. Salah satu orang kepercayaan dari keluarga Bapak. Orang itu tidak mengakui tuduhan yang telah kami sampaikan, padahal jelas jelas pelakunya adalah orang itu.""Baiklah. Kerja bagus, saya akan segera menemui orang itu." Zaid mematikan ponselnya. "Siapa yang menelpon M

  • Married to My Anemy   116.

    Malam harinya, Diandra sedang menonton televisi dan bersantai. Ia ingin melupakan sejenak pekerjaannya yang sangat menganggu. Sementara itu, Zaid juga baru selesai mandi dan sepertinya akan segera bergabung dengannya."Di, udah makan malam belum?""Belum Mas, lagi malas makan. Gak mood gara gara urusan kantor.""Hohh.. Mas laper nih Di. Kita pesan makan online aja gimana?""Boleh Mas. Beli apa ya?""Hemm.. Empek empek sayang?""Hohh boleh tu Mas."Zaid segera duduk di sebelah Diandra. Ia mengeluarkan ponselnya dan merangkul Diandra. Satu tangannya memegang ponsel, satunya lagi udah merayap kemana-mana. "Ini tangannya gak sopan banget ya Mas!" "Gak papa dong sayang. Udah seminggu yang lalu kita tidur bareng dan gak ngapa ngapain sejak itu. Mesum juga kan sama istri sendiri.""Mas lupa ya kalau kita menikah kontrak?""Mas ingat Sayang. Dari awal Mas gak ada niat menikah kontrak sama kamu. Mas beneran tulus mau menikah sama kamu. Mas jatuh

  • Married to My Anemy   115. Fakta Fakta

    115."Wahh.. Sepertinya itu dilakukan oleh orang yang berkuasa Mas. Kalau malam itu kita beneran gak melakukan apa apa, berarti tadi malam kita beneran melakukannya untuk yang pertama kali. Dan gak pernah buat dosa dong Mas. Diandra pernah merasa bersalah banget karena kejadian itu.""Hah?" Zaid belum konek. "Iya Mas, Diandra dan Mas Zaid gak pernah ngelakuin dosa. Kita menikah bukan karena one night stand. Ini murni cuma kecelakaan, yang menjebak kita untuk segera menikah Mas. Alhamdulillah," Diandra merasa sangat plong, semua yang mengganjal dibenaknya hilang. Zaid masih memproses semua perkataan Diandra. "Ad apa Mas?""Diandra, sungguh ini darah perawankah? Kita tidak pernah berhubungan malam itu. Dan satu hal lagi, ini pertama kalinya kita berhubungan?" Zaid ingin memastikan. "Yes Mas.""Alhamdulillah Ya Tuhan. Ternyata diri Mas memang tidak pernah bertindak melanggar larangan Allah. Kamu masih suci saat Mas nikahi. Dan kita melakukannya dalam ikat

  • Married to My Anemy   114.

    Kalau gak mau nerima yang ini, simpan saja sayang. Kalau yang ini harus kamu terima ya Di." Zaid memberikan sebuah bungkusan paper bag pada Diandra. "Apa lagi ini Mas?" Tanya Diandra. Bungkusan itu sudah berada di tangan Diandra. Diandra melihat isi dari paper itu, dan isinya ternyata berupa baju. "Ini apa Mas?" "Bukalah dan lihat. Mas gak tahu kamu suka apa. Mas udah berusaha memilih yang terbaik." Diandra segera membuka bungkus itu dan membentang isi dari paper bag itu. "Bagus banget Mas." Wajah Diandra terlihat bahagia. Sangat berbeda dari ekspresi Diandra saat menerima perhiasan tadi. "Kamu suka?""Suka.""Makasih Mas. Hemm terus kita mau kemana Mas?""Kamu mau kita kemana?""Hemm.. Gak tau sih Mas. Tapi ini masih jam 10, gak kecepatan kalau kita pulang sekarang Mas?""Mas tau harus kemana. Kamu yakin bakal ikut aja?""Yakin lah Mas.""Hohh.. Kalau gitu ayo kita ke suatu tempat.""Baiklah," Jawab Diandra. Diandra dan Zaid

  • Married to My Anemy   113

    "Iya Ma."Mereka bedua menuju kasir untuk membayar dan segera keluar dari toko itu. "Di, kita pergi ke suatu tempat lagi ya!""Kemana Ma?""Restoran.""Ohh.. Iya boleh Ma. Diandra juga kehabisan energi pengen makan, laper Ma. Padahal tadi Diandra udah makan banyak.""Hahaha.. Itu karena energinya udah kepake buat jalan jalan sama Mama sayang." "Hahah iya mungkin Ma."Sementara itu di tempat lain Zaid udah menunggu kedatangan kedua wanita yang sangat berharga di hidupnya itu."Mama sama Diandra kok lama banget ya?" Zaid masih berusaha santai menunggu. Sementara itu, Bu Rina dan Rinal sendang dalam perjalanan menuju restoran. "Ibu yakin restoran W kan Bu?""Iya Ri. Nak Zaid tadi bilang itu nama restorannya. Nanti setelah tiba disana, kita diminta telepon aja.""Baiklah Bu. Kita berarti udjah bener. Tinggal belok di perempatan depan ini, kita langsung sampai.""Oki Ri."Sedangkan di tempat lain, Diandra dan Bu Tata juga sedang slama perjalanan ke restoran yang dimaksud oleh Zaid. "Ki

  • Married to My Anemy   112. Bersama Ibu Mertua

    "Belinya dalam rangka apa ya Mas? Ulang tahun atau anniversary?""Ulang tahu istri saya Mba.""Oh tunggu sebentar ya Mas, kami punya koleksi terbaru.""Oh iya Mba." Zaid sabar menanti. Tidak lama pegawai toko itu datang dengan membawa beberapa koleksi perhiasan yang sangat elegan. Ada kalung, gelang dan juga cincin. "Yang ini edisi terbatas Pak. Hanya ada tiga di Asia. Buatan desainer terkenal Eropa.""Beauty," Sahut Zaid. Kalau yang ini buatan lokal Pak, tapi sangat cantik.""Ohh gitu Mba.""Saya suka yang ini sama yang ini!" Tunjuk Zaid ke dua pilihan yang ia maksud. "Bapak mau keduanya?""Iya, yang ini dan yang ini. Jangan lama lama ya Mba. Bungkus dan saya akan bayar.""Baiklah Pak."Zaid menyelesaikan urusannya xi toko perhiasan itu. Setelahnya, Zaid menghubungi sang Mama untuk membatalkan pertemuan di rumah sang Mama dan berkumpul di restoran yang sudah ia pesan untuk merayakan pesta ulang tahun Diandra. ***Dian

  • Married to My Anemy   111. ultah

    "Wah.. Harum banget Di. Masih lama gak? Mas jadi tambah lapar karena aromanya.""Sabar, lima belas menit lagi Mas.""Benarkah?" Zaid bangkit dari tempat duduknya. Zaid meletakkan ponsel yang tadi digenggamannya di atas meja. Kemudian ia berjalan menuju Diandra. "Ada yang bisa Mas bantu gak sayang?""Bantu aduk ini Mas! Diandra mau bikin bumbu mienya.""Baiklah." Zaid segera mengambil alih tempat Diandra. "Kita makan nasi apa makan mie sayang?""Makan nasi boleh Mas, makan mie juga boleh.""Oh.. Banyak banget loh ini Di.""Gak papa Mas. Kan mau kita bawa ke rumah Mama. Selama ini kita selalu bawa makanan yang kita beli, sekali ini gak papa dong kalau kita bawain makanan yang kita masak sendiri.""Iya bener sih sayang, tapi beneran kamu gak capek?""Capek Mas, tapi capek aja. Gak pake capek banget kok Mas!""Udah nih, Mas. Kamu geser lagi ya Mas!""Oh oke, oke. Mas bisa bantu apa lagi Di?""Bantu makan aja Mas. Mas Zaid udah sering banget masakin buat Diandra, hari ini tugas Mas Zaid

  • Married to My Anemy   110. Kekhawatiran

    "Mas, bisa gak gak gangguin Diandra. Diandra lagi nyetir nih Mas.""Iya iya, lihatin jalannya Di. Awas nabrak entar loh!""Iya iya Mas, bisa gak kalau gak ngerecokin Diandra!" "Hahahaha gak asik kalau gak ngerecokin kamu Di.""Ada ya terniat banget gitu gangguin istrinya?""Adalah sayang." "Mas laper gak sih?""Banget, tapi Mas gak mau makan makanan dari luar. Masakin ya sayang.""Masakin? Capek loh Mas.""Yang gampang aja sayang, telur ceplok juga gak papa. Mas makan kok.""Bener ya?""Iya sayang.""Oke ya udah. Kita langsung pulang aja.""Iya sayang. Hati hati nyetirnya sayang.""Iya iya. Gak percayaan banget sih Mas.""Hemm, percaya kok sayang. Cuma ngingetin aja kok.""Ya udah, ini Diandra bakal lebih hati hati lagi Mas.""Oke sayang."***Setibanya di rumah, sepasang suami istri ini bukannya sarapan, Mereka justru memilih tidur lebih dahulu. Mereka tidur sambil berpelukan satu sama lain. Sangat n

DMCA.com Protection Status