Share

2. Duel

"Apa Bapak tidak puas dengan bagian ini?" Diandra berhenti di halaman yang mungkin menyebabkan Zaid marah.

"Huk... Uhukk..." Zaid tersedak.

"Pelan pelan makannya Pak." Diandra memberikan air minum pada Zaid. Zaid segera meminum air itu.

"Glupp...glup.." Zaid menghabiskan satu gelas penuh. Wajahnya merah karena tersedak dan merasa malu.

Sedangkan Diandra, dalam hatinya merasa sangat senang. Ia memang bermaksud untuk membuat Bosnya itu kesal. Bukan Diandra namanya jika tidak membalas perbuatan snag Bos yang sangat kenak kanakan seperti ini.

"Kamu mau ngebunuh saya atau gimana?" Tanya Zaid.

"Bapak kok ngomong gitu?" Diandra pura-pura tidak paham.

"Kenapa angkanya berubah drastis dari yang ini?" Zaid menunjukan proposal yang tadi ia baca.

"Hmm.. Itu... Mungkin salah print Pak. Mohon maafkan saya."

"Bukan itu yang saya maksud Di. Kenapa jumlahnya jauh lebih besar dari print outnya?"

"Ooo.. Yang bener yang ini Pak. Memang sejak awal rincian dana ini yang bener Pak. Kami berusaha merevisinya sesuai keinginan Bapak, tapi setelah mempertimbangkan segala aspek, perkiraan rincian dana yang tepat ya ini Pak."

"Kamu mempermainkan saya, ya?" tanya Zaid. Wajahnya berubah lebih ketat lagi.

"Saya tidak punya kuasa ataupun kesempatan untuk kurang ajar sama Bapak. Saya mana berani mempermainkan Bapak," Jawab Diandra.

"Lalu? Ini apa?"

"Duhh.. Saya mau menjelaskan berapa kali Pak?" Diandra mendekatkan wajahnya ke layar komputer dan jaraknya sangat dekat dengan wajah Zaid.

"Bapak perhatikan ini. Ini adalah jumlah yang wajar Pak." Tunjuk Diandra pada jumlah harga pada bagian yang terpaksa dikuranginya pada print out proposal yang ada di meja Zaid.

"Saya lihat kok," Zaid menjauhkan wajahnya sedikit dari depan layar komputer.

"Berarti tidak ada yang perlu saya jelaskan lagi dong Pak. Ini sudah sangat sangat wajar. Kita memang butuh jumlah dana segini untuk menampilkan kemewahan dari brand produk yang kita kerjakan."

"Saya sudah meminta kamu mengecilkan jumlahnya. Kamu bisa membuat yang lebih efisien dari ini."

"Saya sudah membuat jumlah yang sangat efisien seperti di proposal yang Bapak pegang. Tapi Bapak sepertinya tidak senang jika beberapa bagian dari konsep diubah. Karena itu Bapak memanggil saya kesini kan, Pak?"

Diandra kembali ke posisi duduknya semula. Wajahnya tidak menampilkan sedikitpun rasa takut pada Zaid.

"Kamu tahu itu, tapi saya juga tidak akan menyetujui anggaran yang kamu buat ini."

"Baiklah, jika begitu kita kerjakan seadanya saja, Pak."

"Mulut kamu itu asal bicara ya, Di. Saya sekarang sedang serius?"

"Saya lebih serius dari Bapak sekarang," Jawab Diandra.

"Saya akan memindahkan tugas ini ke Tim lain. Kembalilah ke ruangan kamu, kamu hanya membuat saya lebih pusing."

"Saya tidak keberatan dengan ide Bapak. Tapi sebelumnya maaf Pak, konsep ini berasal dari Tim saya. Saya tidak akan membiarkan Bapak sekalipun menggunakan konsep ini jika Bapak menugaskannya ke Tim lain."

"Kamu sangat kasar dan sombong Di. Lihat saja, siapa yang akan berhasil diantara kita."

"Silahkan Pak. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, saya mohon izin untuk menikmati sisa makanan saya."

"Keluarlah!"

"Baik Pak. Selamat siang."

Dengan perasaan lega, Diandra keluar dari ruangan Zaid. Sedangkan Zaid tambah kesal. Bukannya menemukan jalan tengah dari masalah, ia justru hanya berdebat dengan Diandra.

Zaid lalu menutup file dan juga proposal yang ada di mejanya. Ia memilih untuk menghabiskan Sushi favoritnya tanpa memikirkan kerjaan.

Ia masih punya waktu empat hari lagi sebelum kliennya meminta hasil akhir dari project yang direncanakan perusahaannya.

"Sushi ini memang sangat enak. Aku tidak menemukan yang lebih enak dari ini dimanapun. Selepas ini aku akan meminta Tim lain untuk mengerjakan proyek ini. Kenapa aku harus menuruti keinginan Diandra yang sangat aneh itu. Huhh... " Ungkap Zaid.

Sedangkan Diandra hampir tiba di ruangan. Ia berpapasan dengan rekan timnya. Ia merupakan Ketua Tim 2 dan memiliki tiga rekan.

"Bu, kenapa tadi Ibu buru buru?" Tanya Bianca.

"Biasa Bi. Si bos masih gak puas dengan kinerja kita. Ada aja yang gak sesuai."

"Padahal kita mau makan siang bareng tadi Bu. Jadi Ibu sekarang udah jadi makan siang atau belum?"

"Baru dia suap. Saya udah lapar banget."

"Kasian banget Ibu," ucap Fifi.

"Mau gimana lagi Fi, Bos kita sangat sangat perfeksionis."

Sedangkan seorang lagi rekan tim Diandra, yaitu Jojo hanya menyimak obrolan ketiganya.

***

"Tikk.. Tok.. Tik.. Tok.. " Suara jam di ruangan kerja Diandra.

Waktu sudah menujukkan pukul 6 sore, ketiga rekan Diandra sudsh pulang kerja. Hanya dia sendirian yang ada disana. Ia harus mengerjakan pekerjaan untuk brand lain.

Ia tidak punya cukup waktu jika tidak menyiapkannya hari ini. Diandra tidak mau membawa pekerjaannya ke rumah. Di kantor saja sudah cukup melelahkan.

Sekitar lima belas menit, Diandra selesai juga. Ia bersiap siap untuk pulang.

"Tap.. Tap.." Langkah kakinya melewati ruangan Tim satu. Ia melihat rungan Tim satu masih dengan formasi lengkap.

Diandra sudah menduga jika Zaid akan melimpahkan pekerjaannya ke Tim 1. Tim satu dipimpin oleh Ketua Tim baru yang masih sangat antusias bekerja. Zaid sangat memanfaatkan itu.

"Lama lama kalian pasti juga akan lelah, nikmatilah waktu kalian sekarang," gumam Diandra.

Diandra melanjutkan perjalanannya menuju parkiran mobil. Disana ia bertemu dengan Zaid. Zaid akan segera masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Diandra masih berda di tengah jalan. Diandra tidak memperdulikan Zaid, begitu juga Zaid. Zaid masih sangat kesal dengan tindakan Diandra.

Terdapat genagan air di sebelah posisi Diandra dan saat mobil Zaid lewat, "Byurr.." Sah percikan air langsung muncrat dan mengotori pakaian Diandra.

"Manusia gak ada adab!!" Umpat Diandra. Zaid tersenyum smirk melihat Diandra dari kaca spion mobilnya.

"Siapa yang mengerjaiku lebih dulu, ini belum ada apa apanya Diandra," ucap Zaid. Ia menambah kecepatan mobilnya dan menghilang dari pandangan Diandra.

"Dasar angkuh, gak minta maaf, malah pergi gitu aja. Benar benar gak ada adab."

Diandra benar benar kesal dengan Zaid.

"Lebih baik aku pulang sekarang, dari pada kedinginan karena pakaianku basah."

Diandra segera masuk ke dalam mobilnya dan langsung menuju rumah. Jalanan cukup ramai dan membuat waktu menjadi lebih lama tiba di rumah.

Berkendara sekitar 45 menit, Diandra tiba di rumahnya.

"Assalamualaikum Bu," ucap Diandra.

"Walaikumsalam Di," Sambut sang Ibu.

"Loh.. Baju kamu kenapa basah gitu, Di?"

"Gak Papa Bu, cuma kecipratan air aja."

"Siapa yang tega ke kamu gini, Di?"

"Biasa Bu. Ulah Orang gak ada adab, si Bos nyebelin itu Bu."

"Pak Zaid? Bos kamu?" Tanya Ibu Diandra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status