Share

92. Selamat Jalan, Oma

“Omaaa….!”

Naina membuka matanya dengan napas terengah-engah. Wajahnya dipenuhi oleh keringat.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling yang ternyata berada di sebuah ruangan. Tak lupa, ada infus yang menancap di tangannya. Entah apa yang terjadi dengannya sebelum ini.

“Lora.” Pak Raynald yang baru saja masuk ruangan tampak berjalan menghampiri ranjang tempat Naina berbaring. “Syukurlah, kau sudah sadar.”

Naina mengernyit heran lalu berusaha bangun dengan perlahan dibantu oleh Pak Raynald. “Kenapa saya berada di sini? Di mana Oma?”

“Kau pingsan tadi. Sekarang semuanya sedang mengurus pemakaman Tante Mahira, jadi saya yang menjagamu di sini,” jawab Pak Raynald yang mendudukkan dirinya di kursi samping bed.

Naina terkesiap dengan tubuh menegang kaku. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika bayangan di ruangan Oma Hira kembali terputar diikuti suara dokter yang berdengung di telinganya.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Ibu Mahira menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 11.40 WI
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status