Share

174. Liburan Bersama

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 23:53:27

“Azhar, Zora, bagaimana perasaan kalian hari ini, hm? Apa kalian happy?” Lora menatap kedua anak-anaknya bergantian.

Pertanyaan itu setiap hari ia tanyakan untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka tanpa ditutup-tutupi. Dirinya ingin melatih si kembar agar bisa terbuka sejak kecil.

“Eppy, Mama,” jawab si kembar kompak.

Lora tersenyum bahagia. “Ya udah, kalian habiskan makan siangnya setelah itu kita kembali ke villa. Oke, Sayang?”

“Ote, Mama.” Si kembar pun mematuhi perintah sang ibu untuk menghabiskan makanannya.

Mereka memang makan sendiri di meja khusus anak yang disediakan oleh restoran. Namun, keduanya juga sesekali dibantu oleh Lora dan Amina dengan disuapi agar cepat selesai.

Seperti yang sudah diagendakan sebelumnya, Lora mengambil cuti seminggu untuk quality time bersama si kembar dengan mengajak mereka liburan.

Tujuannya untuk melepas penat sekaligus menggantikan waktu yang tersita kemarin akibat pekerjaan yang menumpuk.

Tempat yang dituju pun tidak jauh-jauh, yaitu di d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
lora sama grisyam aja, biarin dafin merana, dan cepat ungkap kebusukan Freya thor, biar kedua orang tua dafin nyesel sampai ke lubang kubur
goodnovel comment avatar
Teh Nimaz
please tor jngn ampe balikan.. amit amit laki modelan si davin gk tau diri.. pembntunya jga hadeuh pecat ajh lora..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   175. Kejahilan Dhafin

    Lora menarik napasnya berusaha sabar. “Iya, Nak, tapi mandi dulu. Tadi kalian habis main air dari kolam terus nggak bilas. Badannya bisa gatal-gatal loh.”“Mandi dulu, yuk, Sayang. Habis mandi kalian boleh main sama Papa sepuasnya,” bujuknya tanpa menyerah.“Mau ndi ma Papa,” balas mereka seakan memberikan penawaran.Lora sedikit terkejut mendengar permintaan anaknya yang semakin nyeleneh lalu menggeleng. “Nggak boleh, Nak. Mandi sama Mama aja, ya.”“Ndak mau! Ndak mau! Ndak mau!” Dua bocil itu merengek seraya menggeleng ribut tanda-tanda akan tantrum.“Azhar! Zora! Nurut atau Mama marah,” ucap Lora tegas lantas menatap Dhafin yang hanya diam saja. “Bantuin bujuk kek. Gara-gara kamu nih.”Dhafin kembali berlutut untuk menyesuaikan tinggi si kembar. “Kalian mandi dulu, ya, sama Mama. Papa nggak akan kemana-mana kok. Setelah mandi, Papa janji akan mengajak kalian jalan-jalan sore di sekitar villa. Mau?”Si kembar mengangguk antusias. “Mau, Papa.”“Baiklah, sekarang kalian masuk kamar te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   176. Layaknya Keluarga Utuh

    Dhafin menelan salivanya susah payah lalu menatap anak-anaknya yang tampak senang. Ia tidak punya pilihan lain selain pasrah membuka mulut dan menerima suapan makanan dari Lora. “Aemmm…. Enak kan, Papa?” Lora tertawa puas melihat Dhafin yang kesusahan mengunyah makanan itu.Rasakan! Siapa suruh jahil.Dhafin menatap Naina kesal dengan mulut yang penuh. Meskipun begitu, ia tersenyum tipis melihat Lora dan anak-anaknya tertawa bahagia.Pria itu merasa dejavu karena pernah mengalami ini sebelumnya. Bayangan ketika dirinya disiapi bakso jumbo oleh Lora kembali terngiang. Ia tersenyum kecil mengingatnya.Hari kelima liburan, Lora mengajak anak-anak ke kebun binatang. Bedanya kali ini ada Dhafin yang ikut bersama mereka. Tujuan utama mengajak ke tempat ini adalah sebagai pembelajaran agar anak-anak bisa melihat secara nyata visualisasi hewan-hewan, bukan hanya lewat gambar atau video saja.Mereka berjalan beriringan dengan Dhafin yang menggendong Zora dan Lora yang menggandeng Azhar. Suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   177. Kembali Viral

    [Restoran yang sebagus itu ternyata dalamnya cuma gimmick doang][Percuma makanan enak, tapi ada racunnya][Udah ada dua korban. Dan mungkin aja masih ada korban lain yang belum speak up][Jadi takut buat makan di sana. Entar jadi korban selanjutnya lagi][Mending tutup aja sih kalau kata gue mah. Percuma juga, nggak bakal laku lagi][Jangan-jangan ramainya karena penglaris lagi. Terus sekarang memakan korban. Hiii... serem. Nggak lagi deh makan di sana][Belum pernah makan di sana dan pengen banget nyoba. Tapi setelah tau berita ini, nggak jadi deh][Sumpah! Ini restoran terburuk yang pernah gue temui][Dapurnya pasti jorok tuh. Ewh 🤮][Katanya punya pelayanan yang bagus. Pelayanan bagus apaan yang membentak anak kecil?][Gue nggak bisa bayangin gimana perasaan si ibu melihat anaknya dibentak di depan umum][Kalau capek istirahat dulu, Mbak. Jangan malah melampiaskan ke anak kecil yang nggak tau apa-apa][Tolong dong, itu waitersnya didisiplinkan biar nggak semena-mena sama pelangga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   178. Mencari Solusi Bersama

    “Kau pulangnya bersama Pak Dhafin?” Suara Grissham terdengar terkejut. Mungkin tidak menyangka Lora bisa bersama mantan suaminya.“Oh, baiklah. Pulangnya hati-hati, ya. Kalau bisa, kau langsung ke restoran saja. Di sini ada aku, Mira, Zelda, dan Evan. Nanti kita cari solusi bersama-sama,” katanya.“Iya, Kak. Aku memang niatnya langsung ke restoran,” balas Lora.“Baiklah, kami tunggu. Kau yang tenang, ya. Ingat, kau tak sendirian. Ada kami yang akan membantumu, hm?” ujar Grissham dengan suara yang teduh sekaligus menenangkan.“Iya, Kak.” Lora mengangguk kecil meskipun tahu Grissham tidak bisa melihatnya. Setetes air jatuh dari kelopak matanya tanpa bisa dicegah dan dengan segera ia menghapusnya.Panggilan telepon pun berakhir.Lora menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Benar kata Grissham, ia harus tenang agar bisa mencari solusi dengan kepala dingin.Dhafin yang melihat itu sedikit banyak merasa cemburu dan iri. Sejak tadi Lora enggan berbicara padanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   179. Saling Bekerja Sama

    Zelda mengedarkan pandangan menatap orang-orang yang berada di ruangan ini bermaksud meminta pendapat mereka.Grissham menjentikkan jarinya. “Ide bagus. Saya setuju dengan usulanmu. Nanti saya akan bilang ke Ayah terkait hal itu.”Zelda tersenyum puas. “Ini juga menguntungkan untuk si anak karena Rumah Sakit Medika Utama kan menjadi salah satu rumah sakit swasta terbaik dengan pengobatan yang sangat bagus.”Grissham mengangguk setuju. “Betul sekali. Kita lanjutkan, ya.”Ia beralih menatap Mira di seberangnya. “Mira, besok kau pergi ke restoran kedua untuk menemui waiter yang bersangkutan dan dengarkan cerita selengkapnya.”“Cek juga CCTV di hari kejadian itu berlangsung. Video yang tersebar hanya sepotong saja sehingga semua orang tidak tahu cerita awalnya bagaimana. Kuncinya di sini,” titahnya.“Baik, Pak, besok saya yang akan ke sana,” balas Mira.“Lalu untuk yang ke restoran ketiga….” Grissham menatap orang terdekatnya bergantian.Evan yang duduk di samping Zelda mengangkat tangann

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   180. Bukti yang Terkumpul

    “Ingat perjanjian kita. Kalau sampai restoran itu bangkrut, saya akan mengambil kembali peninggalan ibu saya dan tidak mengizinkanmu mengelolanya lagi.”Lora menelan salivanya susah payah. Tangannya berkeringat dingin dan sedikit gemetaran.Ia dilanda gugup yang luar biasa hingga tanpa sadar mengeratkan genggaman tangan pada jemari Grissham. “Lora.” Suara Pak Albern kembali terdengar memanggil namanya.Lora berdehem sejenak untuk mengurangi kegugupannya. “I-iya, Om. Saya... saya ingat perjanjian itu. Saya tidak akan membiarkan Restoran Star Shine jatuh.”“Ayah tenang saja. Kami semua saling bekerja sama untuk mengatasi semua masalah ini dan memulihkan kembali nama baik restoran,” timpal Grissham dengan suara sedikit keras.“Aku juga tidak akan tinggal diam dan membiarkan restoran peninggalan Oma hancur begitu saja.” Laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya pada Lora lantas memegang persneling. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan agar bisa fokus membantu Lora dalam menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   181. Menemukan Barang Misterius

    “Jadi begini, Mbak, cerita awalnya….”Saat itu, ada sepasang ibu dan anak yang makan di restoran kedua. Anak ini berusia sekitar 6-7 tahun. Dari awal masuk, si anak ini memang tidak bisa diam, inginnya bermain terus seolah tak tahu tempat. Sempat bermain di playground, tetapi tidak lama dan malah berjalan-jalan dalam restoran seperti arena bermain. Ibunya sendiri hanya makan dengan tenang tanpa mempedulikan si anak itu. Masalahnya di sini adalah anak itu sangat nakal dan jahil. Beberapa pengunjung dan waiters yang tidak dikenal dijahili sekaligus diganggu. Otomatis pekerjaan waiters menjadi terhambat karena harus meladeni anak itu. Indah pun berinisiatif meminta si ibu secara baik-baik agar menegur anaknya. Namun, ibu itu hanya iya-iya saja tanpa bertindak. Puncaknya si anak berlari-larian hingga tanpa sengaja menabrak Indah yang hendak mengantarkan pesanan. Indah yang sudah kepalang emosi langsung menegur si anak dengan tegas. Mungkin di mata orang lain tampak memarahi padahal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   182. Tidak Mengaku

    Lora mengerutkan kening mengamati sebuah plastik klip yang di dalamnya ada plastik lagi berisi bubuk warna putih tulang. “Yakin kau menemukannya dari sana?” Adam mengangguk mantap. “Yakin, Mbak. Saya tadi sedang membuang sampah dapur ke belakang terus nemu barang itu. Sepertinya memang sengaja dibuang di sana.”Lora menyerahkan plastik itu kepada Grissham. Ia curiga kalau barang ini ada kaitannya dengan anak yang keracunan. “Kau tak memegangnya secara langsung kan? Mungkin saja ada sidik jari yang tertinggal sebelum berada di tanganmu.”Adam menggelengkan kepalanya. “Nggak, Mbak. Saya memegangnya pakai sarung tangan terus saya masukkan ke dalam plastik klip itu, jadi nggak kena langsung.”“Barang bukti telah ditemukan,” ujar Grissham dengan tatapan tak lepas dari barang itu. Ia lantas mengalihkan pandangannya ke arah Lora yang juga tengah menatapnya. Keduanya saling berpandangan penuh arti lalu menganggukkan kepala bersamaan seraya tersenyum miring.—∞0∞—Tok tok tok “Masuk!” Lora

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   240. Ini Abang

    Dhafin tertawa pelan membuat Zelda dan beberapa orang diantara mereka melongo sejenak. Pasalnya pria yang jarang sekali tersenyum itu kini tertawa. Dan itu karena Lora! “Nggak, Lora, kamu salah paham. Mana mungkin aku nggak peduli sama putraku sendiri?”“Aku menyusun semua rencana ini tanpa melibatkan siapapun termasuk orang tuaku. Aku bertindak sendirian dengan dibantu oleh orang suruhanku.”“Sebelum kamu menyerahkan bukti itu, aku udah menemukan bukti dalam bentuk CCTV yang sangat akurat. Makanya waktu itu aku bilang percaya dengan bukti yang kamu berikan,” lontarnya. Ia menjeda sejenak untuk mengambil napas. “Bagaimana? Apa masih ada hal yang mengganjal di hatimu? Bilang aja, jangan dipendam. Aku siap menjelaskan semuanya.”Lora menggeleng pelan, semua penjelasan Dhafin sudah sangat jelas. “Semua udah clear.”Dhafin tersenyum sebagai balasan lalu mengalihkan pandangannya pada orang tua Lora. Ia pun maju untuk mencium tangan mereka dengan sopan. "Om, Tante… saya sama sekali tidak

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   239. Telah Berakhir

    “The last plan, now!”Tak berselang lama, suasana berubah menjadi gaduh. Ada sejumlah orang berpakaian hitam yang masuk di ballroom hotel ini dan langsung menuju panggung utama. Beberapa tamu undangan pun ada yang ikut ke depan. “Mereka itu dari pihak kepolisian yang sudah kita ajak kerja sama untuk menangkap keluarga Pak Irawan.”“Beberapa dari mereka juga menyamar sebagai tamu undangan yang merupakan bagian dari rencananya Dhafin,” jelas Pak Raynald melihat Lora yang menatapnya heran. “Ayah tahu tentang rencananya Mas Dhafin?” tanya Lora terkejut sekaligus tak menyangka. “Of course, Sweetheart. Hotel ini milik keluarga ibumu. Tentunya kami memiliki akses untuk itu bahkan pihak Dhafin yang meminta izin ke kita,” jawab Pak Raynald.“Kenapa Ayah nggak memberitahuku atau Kak Sham?” tanya Lora setengah protes. Pak Raynald terkekeh kecil seraya mencubit hidung mancung putrinya. “Biar menjadi surprise, Sayang. Sebenarnya ayah juga baru tahu dua hari sebelum acara.”Lora manggut-manggut

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   238. Dialah Putri Kandungku

    Dokter Radha menyunggingkan senyum manis, mengerti maksud terselubung dari pertanyaan itu.Pasti mantan sahabatnya itu berharap ia belum menemukan keberadaan putri kandungnya.“Tentu saja, aku udah bertemu dengannya. Karena itulah aku berada di sini. Ya kan, Mas?” jawabanya lugas lalu menoleh ke arah sang suami. Pak Raynald mengangguk sebagai balasan. “Baiklah, kalau begitu sekalian saya umumkan di sini.”Tatapannya menyorot pada Lora yang menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Ia tersenyum lembut dan mengangguk untuk memberikan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.“Dia merupakan wanita kuat yang selama ini hidup sendirian tanpa sanak saudara. Sebelum bertemu dengan kami, dia hanya mempunyai anak-anaknya yang dianggap sebagai keluarga kandung.”“Dan yang tak kalah pe pentingnya, dia hadir di sini karena diundang langsung oleh pemilik acara.”Pria berwajah bule itu menjeda ucapannya sejenak. Beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik mempertanyakan siapakah yang menjadi put

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   237. Tak Pantas Disebut Ayah

    Prok prok prok! Suara tepuk tangan itu membuat semua orang menoleh ke arah belakang. Di sana, ada Dokter Radha dan Pak Raynald sedang berjalan di tengah-tengah jalur yang langsung menuju ke panggung utama.Mereka terkejut melihat kehadiran dua orang yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Siapa yang tidak mengenal Raynald Brighton? Seorang pengusaha berdarah asing yang mengembangkan perusahaannya di Indonesia dan sudah dikenal baik oleh publik. Lalu Anuradha Kusumaningtyas, seorang dokter anak sekaligus putri tunggal dari keluarga Kusuma yang merupakan salah satu keluarga konglomerat. Semua orang yang di sana tampak tercengang sekaligus terheran-heran tak terkecuali Dhafin dan keluarganya.“Raynald Brighton?” gumam Dhafin dengan tatapan yang mengarah pada dua orang tersebut. “Untuk apa mereka kemari?” tanya Pak Daniel pada dirinya sendiri. Ia tentu saja mengenal sosok yang tengah melangkah mendekat ke arahnya itu. Meski belum pernah menjalin kerja sama, tetapi citra dari o

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   236. Terbongkar Sudah

    Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   236. Terbongkar Sudah

    Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   235. Tanpa Terduga

    “Kak, semua itu rencana yang Kakak jalankan?” Lora bertanya kepada Grissham tanpa mengalihkan pandangan dari depan.Ia sangat speechless sekaligus terkejut melihat semua bukti kejahatan Freya yang ditayangkan di hadapan semua orang. Bahkan ada bukti yang bukan berasal dari dirinya. “Tidak, bukan aku.” Grissham menggeleng menjawab pertanyaan Lora. Ia menoleh bersamaan dengan Lora yang menatap ke arahnya.“Rencana yang kususun memang kurang lebih seperti itu, tetapi aku belum memberikan aba-aba kepada mereka untuk beraksi.”“Rencananya nanti setelah akad agar Pak Dhafin merasa menyesal telah menikahi perempuan yang salah,” jelasnya.Lora manggut-manggut paham. Keningnya mengerut memikirkan siapa kira-kira dalang di balik tayangan itu. “Kalau bukan Kak Sham terus siapa? Apa Ayah yang melakukannya?” Grissham menggelengkan kepala. “No! Uncle Raynald menyerahkan semuanya padaku dan terima beres saja. Ayahmu akan datang nanti setelah semuanya terbongkar.”Lora kembali menatap ke depan. Ia

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   234. Hari Pernikahan Tiba

    Lora berjalan memasuki gedung hotel tempat akad sekaligus resepsi pernikahan Dhafin dan Freya. Di sampingnya ada Grissham yang memang ikut diundang sebagai rekan bisnis Dhafin.Ia datang sendiri tanpa membawa anak-anaknya yang dititipkan di rumah orang tua Zelda bersama Amina. Kebetulan hari ini weekend sehingga mereka bisa menjaga sekalian menghabiskan waktu dengan si kembar. Malahan dengan senang hati dititipi karena sudah sangat merindukan duo bocil itu. “Apa kau beneran baik-baik saja, Lora?” tanya Grissham saat keduanya berada dalam lift menuju lantai tempat ballroom berada.“Hm?” Lora mendongak menatap Grissham yang lebih tinggi darinya. Ia mengerjapkan mata sejenak, cukup kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari laki-laki itu. “Aku baik-baik aja, Kak. Kenapa memangnya?” tanyanya balik.Grissham tersenyum sambil membalas tatapan Lora tepat di kedua bola matanya. “Mungkin saja kau merasa sakit atau bagaimana melihat mantan suamimu yang menikah lagi.”“Ditambah menikahnya deng

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   233. Memberikan Keputusan

    Freya terdiam sejenak, teringat ketika dirinya mengizinkan Tika melakukan live streaming di acara itu. “Tapi kenapa nggak kamu matikan saat kita sedang party?”Terdengar suara tawa pelan di seberang sana. “Logika aja sih, Frey. Di acara itu, kita semua melakukan party dan bersenang-senang.”“Beberapa dari kita bahkan ada yang mabuk termasuk aku sendiri. Mana kepikiran buat mematikan live? Jangankan mematikan, ingat kalau live streaming masih menyala aja kagak,” jelasnya.Freya lagi-lagi terdiam. Sedikit banyak ia membenarkan perkataan Tika. Ia sendiri pun tidak ingat apalagi dirinya yang paling parah di sini. Tetapi….“Kenapa kamu malah melakukan live streaming di acara itu? Kamu sengaja, ya?” tanyanya setengah menuduh. Tika menghembuskan napas kasar. Mungkin merasa kesal karena selalu dipojokkan. “Itu udah menjadi kebiasaanku ketika kita kumpul bareng.”“Apa kamu lupa? Aku niatnya cuma pengen seru-seruan sekalian mengabadikan momen itu. Aku pun nggak pernah menduga kalau akhirnya ja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status