Meninggalkan kekesalanku dengan Lastri dirumah, aku lebih fokus pada urusan bisnisku. Sore ini aku pulang kerja tidak akan langsung pulang kerumah melainkan aku sudah ada janji dengan beberapa teman tongkronganku. Kami sudah berjanji akan bertemu sekedar minum dan makan-makan lalu malamnya nanti kami akan pergi ke klub malam untuk sekedar menghibur diri.
"Mas kapan pulang? anak-anak ingin makan malam bersama." Itu bunyi pesan yang baru saja kuterima dari Lastri. "Aku pulang malam, karena banyak kerjaan yang harus aku selesaikan. Kalian saja yang makan malam ngga usah nunggu aku." Aku mengirimkan balasan itu padanya. Makan malam dengan Lastri dan anak-anak itu tidak penting, lebih baik aku bersenang-senang dengan caraku sendiri dan itu jauh lebih memuaskan dari pada dirumah. Hanya akan menguras emosiku saja. Malam sudah larut aku mulai merasa pusing dan mual akibat mabuk. Beberapa kawanku ada yang sudah pulang namun aku merasa seperti masih belum ingin meninggalkan tempat ini. Ada seorang wanita muda cantik menghampiriku, namanya Nirma. Sebenarnya kami sudah saling mengenal sejak dua bulan yang lalu. Kami sering bertemu di klub malam seperti ini. Dan setiap kali bertemu aku selalu merasa nyaman meski hanya sekedar bercerita apa saja sudah kulalui dikantor seharian. Malam ini, Nirma datang dan menahanku untuk pulang bahkan ia kembali menuangkan minuman kedalam gelasku. Dan ia mengajakku untuk minum lagi. Aku tak mampu menolak ajakannya. Hingga kepalaku terasa semakin berat. Lalu setelah itu aku lupa. Aku tidak sadar lagi. Entah bagaimana selanjutnya tiba-tiba saat aku tersadar aku sudah berada di sebuah kamar dengan dengan lampu yang dimatikan. Karena merasa ingin kekamar kecil aku buru-buru bangun dan menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhku. Dan betapa terkejutnya aku saat mendapati ternyata semua pakaianku sudah tertanggal. Aku gugup. Aku menghidupkan lampu, dan betapa terkejutnya aku ketika aku melihat ternyata ada seorang wanita yang tadi tidur disampingku. Dia adalah Nirma. Lalu aku pergi kekamar kecil dan setelah itu dengan masih menggunakan handuk aku mengambil pakaianku satu persatu dan segera memakainya. "Mau kemana mas?" Tiba-tiba suara Nirma mengagetkanku. "Nirma apa yang sudah kamu lakukan?" Aku bertanya padanya. "Mengapa mas bertanya seperti itu? Bukankah kita sama-sama menikmatinya?" Nirma tersenyum menggodaku. "Aku tidak mengerti apa maksudmu. Aku hanya punya ini. Ambillah..!" Aku melemparkan segepok uang yang ku ambil dari saku celanaku dan melemparkannya pada Nirma. "Apa ini mas? Mas, aku tidak butuh ini mas." Nirma duduk dan menyingkap sedikit selimutnya. Aku melangkah pergi keluar dari kamar hotel tanpa menghiraukan Nirma yang masih memanggilku. Ku lirik jam pada arlojiku ternyata masih pukul 04.30 dini hari. Aku mencari taxi menuju klub malam yang tadi kukunjungi untuk mengambil mobilku. Setelah mengambil mobilku di parkiran aku segera pergi menuju arah pulang. Aku mencoba untuk mengingat-ingat apa saja yang sudah aku lakukan bersama Nirma. Tapi sedikitpun tidak ada yang bisa kuingat hanya saat aku merasa kepalaku berat di klub itu tadi saja. Dan setelah itu aku tak tahu apa-apa lagi. tok..tok..tok.. Aku mengetuk pintu. "Lastri, buka pintunya..!" Aku memanggil Lastri. "Iya mas, tunggu." Terdengar suara drap langkah Lastri menghampiri pintu. Kemudian ia pun membukakan pintu untukku. "Masyaallah mas, dari mana saja kenapa baru pulang subuh begin? Mas mabuk ya?" Mendengar rentetan pertanyaan yang diajukan Lastri membuat emosiku kembali memuncak. Plaaaaaak...! Aku menampar salah satu pipi Lastri. Membuatnya meringis kesakitan dan menangis. "Dasar ya kamu, isteri tak tahu diuntung. Suami baru pulang bukannya diperhatikan malah banyak tanya ini itu.Aku cape, ngantuk. Kalau kamu tidak suka melihatku silahkan pergi ini rumahku. Aku berhak melakukan apa pun yang aku mau." Aku membentaknya dan diikuti dengan tendangan pada daun pintu yang mungkin tetangga samping rumah kamipun mendengarnya. Tapi tidak masalah bagiku. Kulirik sejenak Lastri masih duduk disamping meja dekat pintu tadi sambil menangis. Entah apa yang ia tangisi tapi aku semakin muak saja melihatnya. Aku masuk kekamar dan tidur tanpa melepas pakaian dan bahkan juga sepatuku. "Mas bangun, mas kan mau kerja." Aku mendengar suara Lastri membangunkanku dengan nada lembut. Ya, masih dengan nada lembut meski baru saja ia menerima perlakuan kasar dariku. Aku diam saja tak menyahutinya walaupun sebenarnya aku mendengar ia memanggilku. "Pa, papa ayo bangun pa. Kami mau berangkat sekolah, ayo antar Rio sama kak Risa sekolah pa. Papa juga mau kerjakan?" Anakku Rio pun ikut membangunkanku. Membuatku membalikkan badan dan menutup telingaku dengan bantal. "Haaaaaa...A.....Mamaa...Mamaam..maamaa.." Suara Nina juga menangis membuatku tambah merasa terganggu. "Lastrii....! Kamu dimana?" Aku memanggil Lastri dengan nada berteriak... "Iya mas, ini aku baru saja memasak bubur untuk Nina." Jawab Lastri. "Coba ya, kamu ajari dulu anak-anakmu itu, kasih tahu mereka supaya jangan berisik. Aku cape mau tidu." Aku memberitahu Lastri. "Iya mas maaf." "Maaf maaf, itu saja yang kamu tahu. Ngapain aja kamu dirumah kalau ngajarin anak sopan santun saja tidak bisa." Lalu seketika suasana menjadi hening, Lastri menutup pintu kamar. Aku tidak peduli dengan mereka. Aku kembali melanjutkan tidurku. *** Aku sangat menikmati tidurku, dan aku terbangun saat perutku terasa seolah ada yang menggeliat dari dalamya. Ternyata aku lapar. Ah, hari ini entah sudah berapa jam aku habiskan hanya untuk tidur. Aku absen tidak masuk kerja ku cari handpon ku ternyata ada sekitar belasan panggilan tak terjawab dari kantor dan dari klien juga dari Nirma. Sejenak mataku mendelik melihat nama Nirma ada dalam daftar pemanggil yang tak terjawab. Aku teringat kejadian semalam. Aku teringat kata-kata Nirma. Ia mengatakan bahwa kami sama-sama menikmatinya. Tapi aku sama sekali tidak bisa mengingat apa pun. Tapi meski benar apa seperti apa yang Nirma sebutkan itu aku sama sekali tidak menyesal karena telah melakukan hubungan teelarang dengannya. Nirma sangat cantik dan pintar. Dia sangat pandai menjaga penampilannya. Mata peria manapun pasti akan betah bila melihatnya. Aku beranjak dengan malas dari tempat tidurku menuju dapur. Ku buka tudung saji yang ada diatas meja makan hanya ada telor dadar, sambal terasi dan juga lalapan. Aku menghela napas panjang. Tapi suasan rumah masih hening seperti tidak ada orang. Kulihat jam didinding pukul 13.15 dimana Lastri? bisikku dalam hati. Oh iya aku lupa mungkin ia sedang menjemput Rio dannjuga Risa disekolah. Tapi ada satu kesalahannya yang membuat hatiku kembali kesal yaitu menu makanan yang sama dengan kemarin. Dan ini membuat aku bosan hingga memancing emosiku melonjak naik hingga ke ubun-ubun. "Dasar perempuan to**l..!" Aku memakinya lalu memukulkan tinjuku keatas meja makan sebagai tanda kekesalanku. Bersambung...Kreeek..Terdengar suara pintu ruang tamu terbuka, aku tahu itu pasti Lastri. Dia sudah pulang."Assalamualaikum..!"Suara Lastri memberi salam.Aku hanya diam, hatiku masih panas. Untuk sementara laparku telah hilang yang ada hanyalah emosi yang menggebu. Sudah tak sabar rasanya tangan ini ingin segera ku daratkan di wajahnya. Dasar wanita tak tahu diuntug, sudah ku beri hidup enak tapi masih saja tak bisa menghargaiku. Sebenarnya apa maunya. Aku sudah memberikan uang belanja tapi ia masih saja tidak bisa mengaturnya. Setiap hari lauk dan sayur hanya itu dan itu saja.Lalu uang satu juta yang ku beri setiap bulan ia kemanakan? Huuuuhhhh.. Semakin geram rasanya saat melihat ia melangkah masuk seolah tanpa dosa ia menghampiriku setelah sebelumnya ia mendudukan Nina di troli lalu kemudian ia mengulurkan tangannya hendak menyalamiku. Tentu saja ku tolak. Plaaak...Ku hadiahi Lastri satu tamparan di pipi kirinya."Mas.."Hanya kata itu yang keluar dari bibir mungilnya. Dan aku semakin emo
Pov. LastriBertahan dalam biduk rumah tangga selama delapan tahun bagiku itu bukanlah hal yang mudah. Jatuh bangun pahit manis semua sudah ku rasakan. Terlebih lagi dengan laki-laki yang tingkat keegoisannya tergolong tingkat tinggi.Aku dan Mas Reza saling kenal sebenarnya sejak sepuluh tahun lalu. Tepatnya dua tahun sebelum kami menikah. Waktu itu aku masih bekerja sebagai perawat disalah satu rumah sakit. Karena tidak memiliki kendaraan pribadi aku memutuskan untuk mencari angkot langganan.Dan setelah beberapa kali manaiki angkot yang supirnya ialah Mas Reza sepertinya aku merasa cocok dan nyaman jika menaiki angkotnya. Dan dari situ aku menjadi salah satu penumpang langganannya. Satu tahun kemudian aku dan Mas Reza menjalin hubungan (pacaran). Lalu pada tahun berikutnya kami menikah.Sejak kenal lalu pacaran, kemudian menikah semua seolah baik-baik saja. Memang sesekali Mas Reza menunjukan keegoisannya tapi bagiku itu tak masalah aku memakluminya sebagai sifat fitrah bagi seoran
Masih Pov. LastriPenerbangan selama empat puluh lima menit telah menghantarkan aku dan anak-anakku ketempat yang benar-benar baru buat kami. Sebenarnya tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk pergi ketempat sejauh ini. Dan aku pun sempat bingung untuk apa kami pergi kedaerah ini, dan akan tinggal dimana kami setelah sampai. Tapi setelah aku menenangkan hatiku dan menguasai kembali pikiranku hingga akhirnya aku mulai menyusun rencanaku selanjutnya.Setelah sampai di bandara aku memperhatikan kedua anakku yaitu Risa dan Rio adiknya, mereka tampak heran dan bingung. Aku sebagai ibu mereka tahu bahwa anak-anakku sedang bertanya dalam benak mereka masing-masing kemana kami pergi dan untuk apa kami pergi.Namun aku berusaha untuk berpura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka rasa dan pikirkan. Nanti saja aku beritahu mereka dengan pelan-pelan dan aku yakin lambat laun mereka pasti akan mengerti dan paham maksud kepergian kami ini.Lalu aku kembali memesan taxi online untuk menghantar
Baiklah, kita tinggalkan dulu tentang Lastri dan anak-anaknya. Karena Tuhan pasti akan selalu melindungi mereka. Sebab Lastri bukanlah wanita lemah selemah penilaian yang diberikan oleh suaminya. Dia wanita hebat dan kuat. Sekarang kita tengok lagi bagaimana kehidupan Reza selanjutnya setelah di tinggalkan oleh anak-anak dan juga isterinya.Pov. RezaJantungku seolah berhenti berdetak untuk beberapa saat lamanya setelah membaca isi surat yang di tinggalkan Lastri. Lastri pergi dan dia membawa ketiga anak kami. Kemana mereka? Entahlah perasaanku untuk saat ini tak menentu. Aku sedih, kecewa, takut, khawatir, tapi juga lega dan juga menyesal.Aku mengurungkan niatku untuk mandi, lalu aku pergi kedapur. Entah mengapa tanpa komando tanganku menyentuh tudung saji yang biasa tempat Lastri meletakkan segala lauk pauk yang telah ia masak. Padahal sebenarnya perutku masih terasa sangat kenyang.Astaga, begitu ku buka aku melihat sesuatu yang selama ini hampir tidak pernah ku temukan di bawah
Masih Pov. Reza"Halo sayang kamu dimana?" Aku menelpon Nirma."Ini aku lagi bete dirumah, ada apa?" Tanya Nirma."Kita keluar yu.." Ajakku."Kemana?" Tanya Nirma."Ke cafe. Temanin aku ngopi." Jawabku."Kalau kamu ngopi terus aku ngapai?" Tanyanya dengan nada.bercanda khasnya."Ya kalau kamu mau liat aku aja ngak apa-apa, tapi kalau kamu mau minum juga itu lebih baik." Jawabku."Ya sudah aku siap-siap dulu ya, jemput aku ya mas." Timbal Nirma."Oke, tunggu ya aku kesitu sekarang juga." Tukasku."Oke aku tunggu." Jawabnya sebelum menutup telepon.Kemudian aku segera mengeluarkan mobil lalu pergi menemui Nirma, aku akan menjemput dia dirumahnya. Begitu aku sampai di depan rumah Nirma, dia sudah menunggu disana dan kamipun langsung pergi menuju cafe seperti yang sudah kami janjikan sebelumnya.Di perjalanan aku hanya diam saja, begitupun dengan Nirma dia hanya sesekali berdehem. Mungkin ia bermaksud untuk memancingku supaya aku buka suara lebih dahulu namun aku tetap diam. Karena aku ma
"Emmm... Kalau menurutku sebaiknya besok mas hadir saja ke persidangan untuk selanjutnya nanti kita lihat dulu keadaan nantinya mas." Jawab Nirma."Oh, begitu baiklah aku terima usul kamu sayang." Aku mengelus kepalanya."Oh ya mas, emmm.. uang belanjaku udah tipis nih kapan kamu mau transfer mas?" Nirma mengalihkan pembicaraan kami."Kalau masalah itu kapan saja kamu mau bisa aku lakukan." Sejenak aku melirik kearahnya dan tersenyum tipis."Kalau begitu transfer sekarang donk mas." Nirma sedikit merengek manja dilenganku.Kemudian aku langsung mengambil ponselku dan membuka aplikasi Banking milikku lalu tanpa menunggu lama aku langsung menstranfer kerekening milik Nirma yang memang sudah ada pada kontak di akun Banking-ku karena sebelumnya aku sudah sering melakukan transfer ke rekening Nirma.Bagiku memberi uang belanja untuk Nirma bukanlah sebuah masalah, karena aku sangat membutuhkan kehadiriannya. Nirma adalah sesuatu yang penting bagiku daripada uang. Toh uang bisa aku dapatkan
Dengan senang hati aku menemani Nirma berbelanja kebutuhan hariannya. Aku kagum padanya ia begitu lihai dalam memilih produk-produk kecantikan. Skincare yang Nirma gunakan adalah merk Skincare ternama tentunya dengan harga yang tidak abal-abal, pantas saja jika ia sangat mempesona jika perawatan tubuhnya saja membutuhkan uang puluhan juta.Begitupun dengan berbelanja pakaian, Nirma juga sangat pandai dalam memilih pakian yang serasi untuk tubuhnya. Nirma juga tidak membeli hanya satu atau dua pakaian tapi sangat banyak. Dan dengan bahan dan kualitas diatas rata-rata. Duh Lastri, kamu tidak akan ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Nirma. Kamu jika membeli pakaian hanya membeli daster itu juga paling cuma sehelai dua helai dan bahannya juga tentu dibawah standar pakaian Nirma. Lalu kamu akan memakainya selama berbulan-bulan dan bahakan bertahun-tahun. Uh.. Sangat memalukan sekali memiliki isteri sepertimu Lastri."Nah, mas uang yang kemaren kamu transfer sudah habis nih. Kamu lihat
Pov. LastriBaiklah para reader tersayang, yuk kita kembali menengok sejenak kehidupan Lastri dan anak-anaknya, selamat membaca..***Angin malam berdesir menyapa dengan kesejukan yang berbeda dengan kesejukan yang ada metika masih siang. Ku lirik jam di dinding sudah menunjukan pukul 21.15, dan ketiga anakku semua sudah ku pastikan terlelap dalam tidur mereka.Aku bergegas menuju kedapur menyiapkan segala bahan dan alat-alat yang akan kugunakan untuk membuat konten chanel youtube-ku.Malam ini aku akan membuat konten tentang memasak gulai kepala kakap. Tadi sore aku sudah kepasar membeli seekor ikan kakap berukuran sedang, bagian lain sudah aku masak untuk lauk kami makan tadi, sedangkan kepalanya senghaja aku pisahkan karena untuk kujadikan sebagai bahan pembuatan konten malam ini.Aku memastikan bahwa semua bahan dan bumbu sudah siap, lalu menaruh masing-masing kedalam wadah dan menata tampilan sedemikian rupa sehingga akan nampak menarik. Kemudian aku juga mengcek alat yang akan k
"Mas, bangun dong sana kerja." Suara Nirma membangunkan dari tidur lelapku." masih ngantuk sayang." Jawabku malas."Bangun dong mas, gimana kamu akan membangun kembali perusahaanmu yang bangkrut itu kalau kamu malas-malasan seperti ini." Celoteh Nirma kembali.Namun bukan itu yang memaksaku untuk membuka mata yang sebenarnya masih sangat berat ini karena kantuk masih menggelayut di kedua kelopakataku. Akan tetapi aroma harum khas tubuh Nirma benar-benar mampu membangunkan mataku dan mengusir kantukku.Sejenak aku terduduk ditepian ranjang, aku menghela nafas panjang sebelum beranjak untuk mandi. Aku teringat akan perusahaanku yang perlahan mengalami kebangkrutan. Aku teringat bagaimana dulu aku membangun usaha dari kecil-kecilan hingga berkembang pesat hingga menjadi sebuah perusahaan besar.Ketika aku mengenal Nirma, aku sedang berada di puncak kejayaanku. Kami menjalin hubungan terlarang. Ya, benar hubungan terlarang. Karena kala itu aku berstatus sebagai seorang suami dan ayah dar
Pov. PenulisReza sangat merasa kesal atas pertanyaan tamunya tersebut yang menanyakan keberadaan Lastri dan ketiga anaknya. Menurut Reza seharusnya orang-orang itu tidak lagi menyebut nama Lastri dihadapannya. Karena baginya pernikahan dengan Nirma adalah sesuatu yang tidak boleh terusik.Namun Reza mampu menepis kekesalannya itu,sehingga ia bisa kembali menikmati kebahagiaannya dengan Nirma. Sang pujaan hatinya. Pernikahan dengan Nirma adalah sesuatu yang sudah sejak lama ia idam-idamkan. Namun dimata para tetangga perbuatan Reza ini sama sekali tidak ada yang mendukungnya. Karena sejatinya orang-orang di lingkungan tempat mereka tinggal semua tahu seperti apa kemelut yang ada dalam rumah tangga Reza hingga isteri dan ketiga anaknya memilih untuk pergi meninggalkannya. Meski tak ada yangvtahu pasti dimana Lastri dan anak-anaknya kini berada namun mereka semua mendukung sepenuhnya keputusan Lastri untuk lergi meninggalkan Reza.Bagaimana setiap hari orang-orang di lingkungan tempat
Oke.. Oke.. Sekarang kita kembali kepada kehidupan Reza dulu ya..Pov. RezaNirma menarik tanganku untuk menemaninya melantai, aku menuruti saja permintaanya. Dan saat kami sedang melantai tiba-tiba datang seorang peria menghampiri kami."Oh, jadi dia gundik barumu Nir?" Ucap peria kepada Nirma itu disela-sela musik yang mengalun.Kemudian peria itu menatapku dengan tatapan seperti mengejek, sehingga membuat darahku berdesir naik hingga ke ubun-ubun."Hai bung.. Selamat ya, kamu sudah mengenal Nirma, selamat bersenang-senang dineraka. Hahaaha.." Peria itu berkata sambil menepuk punggungku lalu pergi.Peria itu sekali lagi membuatku semakin emosi hingga aku berniat untuk menghantamnya dengan tinjuku, tapi Nirma menghalangi."Siapa dia?" Tanyaku penuh emosi kepada Nirma."Iblis dari neraka." Jawab Nirma juga dengan nada emosi."Akan ku habisi dia !" Pekikku."Tak perlu. Biarkan saja sebentar lagi dia akan hangus dengan sendirinya." Nirma mencegahku.Aku menghentikan langkahku. Dan menc
Pov. LastriBaiklah reader, kita masih berada di kehidupan Lastri dengan ketiga anaknya ya, oke kita lanjut yuk ceritanya. Happy reading..***Hari ini pekerjaan rumahku terasa sedikit ringan karena sudah ada Rina yang membantuku mengurus keperluan anak-anak. Setelah Risa dan Rio kuantar kesekolah aku pulang sebentar beres-beres rumah lalu pergi untuk menjemput ART baruku satu lagi.Kali ini Nina tidak kubawa karen sudah ada Rina yang mengurusnya dirumah. Aku pergi sendiri, masih dengan menggunakan taxi. Semoga saja dalam waktu dekat aku akan bisa membeli mobil sendiri. Amiin ya Allah...!Masih ditempat agensi yang kemarin, dan aku kembali bertemu dengan Bu Wita. Lalu Bu Wita memanggil seseorang dan kembali mengenalkannya kepadaku. Dia juga sudah ku interview melalui telepon beberapa hari yang lalu akan tetapi Bu Wita kembali memintaku untuk menginterviewnya secara langsung sekarang.Dan ternyata namanya adalah Santi, dia berasal dari Magelang. Meski umurnya lima tahun diatasku akan t
Pov. LastriBaiklah para reader tersayang, yuk kita kembali menengok sejenak kehidupan Lastri dan anak-anaknya, selamat membaca..***Angin malam berdesir menyapa dengan kesejukan yang berbeda dengan kesejukan yang ada metika masih siang. Ku lirik jam di dinding sudah menunjukan pukul 21.15, dan ketiga anakku semua sudah ku pastikan terlelap dalam tidur mereka.Aku bergegas menuju kedapur menyiapkan segala bahan dan alat-alat yang akan kugunakan untuk membuat konten chanel youtube-ku.Malam ini aku akan membuat konten tentang memasak gulai kepala kakap. Tadi sore aku sudah kepasar membeli seekor ikan kakap berukuran sedang, bagian lain sudah aku masak untuk lauk kami makan tadi, sedangkan kepalanya senghaja aku pisahkan karena untuk kujadikan sebagai bahan pembuatan konten malam ini.Aku memastikan bahwa semua bahan dan bumbu sudah siap, lalu menaruh masing-masing kedalam wadah dan menata tampilan sedemikian rupa sehingga akan nampak menarik. Kemudian aku juga mengcek alat yang akan k
Dengan senang hati aku menemani Nirma berbelanja kebutuhan hariannya. Aku kagum padanya ia begitu lihai dalam memilih produk-produk kecantikan. Skincare yang Nirma gunakan adalah merk Skincare ternama tentunya dengan harga yang tidak abal-abal, pantas saja jika ia sangat mempesona jika perawatan tubuhnya saja membutuhkan uang puluhan juta.Begitupun dengan berbelanja pakaian, Nirma juga sangat pandai dalam memilih pakian yang serasi untuk tubuhnya. Nirma juga tidak membeli hanya satu atau dua pakaian tapi sangat banyak. Dan dengan bahan dan kualitas diatas rata-rata. Duh Lastri, kamu tidak akan ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Nirma. Kamu jika membeli pakaian hanya membeli daster itu juga paling cuma sehelai dua helai dan bahannya juga tentu dibawah standar pakaian Nirma. Lalu kamu akan memakainya selama berbulan-bulan dan bahakan bertahun-tahun. Uh.. Sangat memalukan sekali memiliki isteri sepertimu Lastri."Nah, mas uang yang kemaren kamu transfer sudah habis nih. Kamu lihat
"Emmm... Kalau menurutku sebaiknya besok mas hadir saja ke persidangan untuk selanjutnya nanti kita lihat dulu keadaan nantinya mas." Jawab Nirma."Oh, begitu baiklah aku terima usul kamu sayang." Aku mengelus kepalanya."Oh ya mas, emmm.. uang belanjaku udah tipis nih kapan kamu mau transfer mas?" Nirma mengalihkan pembicaraan kami."Kalau masalah itu kapan saja kamu mau bisa aku lakukan." Sejenak aku melirik kearahnya dan tersenyum tipis."Kalau begitu transfer sekarang donk mas." Nirma sedikit merengek manja dilenganku.Kemudian aku langsung mengambil ponselku dan membuka aplikasi Banking milikku lalu tanpa menunggu lama aku langsung menstranfer kerekening milik Nirma yang memang sudah ada pada kontak di akun Banking-ku karena sebelumnya aku sudah sering melakukan transfer ke rekening Nirma.Bagiku memberi uang belanja untuk Nirma bukanlah sebuah masalah, karena aku sangat membutuhkan kehadiriannya. Nirma adalah sesuatu yang penting bagiku daripada uang. Toh uang bisa aku dapatkan
Masih Pov. Reza"Halo sayang kamu dimana?" Aku menelpon Nirma."Ini aku lagi bete dirumah, ada apa?" Tanya Nirma."Kita keluar yu.." Ajakku."Kemana?" Tanya Nirma."Ke cafe. Temanin aku ngopi." Jawabku."Kalau kamu ngopi terus aku ngapai?" Tanyanya dengan nada.bercanda khasnya."Ya kalau kamu mau liat aku aja ngak apa-apa, tapi kalau kamu mau minum juga itu lebih baik." Jawabku."Ya sudah aku siap-siap dulu ya, jemput aku ya mas." Timbal Nirma."Oke, tunggu ya aku kesitu sekarang juga." Tukasku."Oke aku tunggu." Jawabnya sebelum menutup telepon.Kemudian aku segera mengeluarkan mobil lalu pergi menemui Nirma, aku akan menjemput dia dirumahnya. Begitu aku sampai di depan rumah Nirma, dia sudah menunggu disana dan kamipun langsung pergi menuju cafe seperti yang sudah kami janjikan sebelumnya.Di perjalanan aku hanya diam saja, begitupun dengan Nirma dia hanya sesekali berdehem. Mungkin ia bermaksud untuk memancingku supaya aku buka suara lebih dahulu namun aku tetap diam. Karena aku ma
Baiklah, kita tinggalkan dulu tentang Lastri dan anak-anaknya. Karena Tuhan pasti akan selalu melindungi mereka. Sebab Lastri bukanlah wanita lemah selemah penilaian yang diberikan oleh suaminya. Dia wanita hebat dan kuat. Sekarang kita tengok lagi bagaimana kehidupan Reza selanjutnya setelah di tinggalkan oleh anak-anak dan juga isterinya.Pov. RezaJantungku seolah berhenti berdetak untuk beberapa saat lamanya setelah membaca isi surat yang di tinggalkan Lastri. Lastri pergi dan dia membawa ketiga anak kami. Kemana mereka? Entahlah perasaanku untuk saat ini tak menentu. Aku sedih, kecewa, takut, khawatir, tapi juga lega dan juga menyesal.Aku mengurungkan niatku untuk mandi, lalu aku pergi kedapur. Entah mengapa tanpa komando tanganku menyentuh tudung saji yang biasa tempat Lastri meletakkan segala lauk pauk yang telah ia masak. Padahal sebenarnya perutku masih terasa sangat kenyang.Astaga, begitu ku buka aku melihat sesuatu yang selama ini hampir tidak pernah ku temukan di bawah