Share

Sore itu

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2025-01-13 17:01:48

Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.

Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. 

Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.

“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.

“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaninya. Wajahnya jadi suram terus mengingat istrinya.

“Lho, bukannya kalian akan pisah? Kamu sudah talak dia kan, Mas?” Ineu beralih ke depan. Dia protes atas keputusan prianya itu. Atasannya di tempat dia bekerja.

“Iya, iya. Tapi aku juga tetap musti bicara. Kamu siap dimadu, kan? Aku akan bujuk dia, agar dia gak mau minta pisah.” Alasan Guntur yang diucapkan pada Ineu.

“Mas, kamu kok plin-plan banget sih?” Sebenarnya Ineu ingin marah berlebihan. Tapi, dia tidak ingin membuat Guntur illfeel. Apalagi dia belum berhasil mendapatkan keinginannya untuk jadi Nyonya Guntur seutuhnya.

“In, aku harus pulang dulu pokoknya, ya?” kata Guntur lagi.

“Ya sudah, Mas, aku juga ikut deh. Anterin aku ke rumah aku. Lagian, aku gak yakin kalau istrimu berani pisah. Dia pasti cuma ngancam doang.” Ineu menjadi kompor.

“Aku harap sih gitu. Karena gajiku juga besar, dia pasti sulit cari laki-laki seperti aku.” Guntur bicara sambil membenarkan pakaiannya. Ia pun segera memeriksa ponsel yang sudah aman di saku.

Guntur dan Ineu pun pergi meninggalkan villa teman Guntur itu. Bayangan indah yang telah mereka ciptakan terpaksa harus luluh lantah. Meski bisa terus dilanjutkan, namun tetap saja pikiran Guntur masih terombang-ambing. Dia cinta pada Ineu, tapi dia juga masih belum yakin untuk berpisah dari istrinya.

“Ini gara-gara kamu juga sih, kenapa kamu ngaku di depan istri aku, In?” 

Keheningan beberapa saat di dalam mobil kini pecah. Guntur menyalahkan selingkuhannya atas apa yang sudah terjadi. Tentu saja Ineu pun balik menyerang dengan kesal.

“Kok aku yang salah sih, Mas? Kamu sendiri yang bilang istrimu gak ada apa-apanya dibanding aku. Dia juga belum bisa hamil. Terus, dia juga tukang diem di rumah. Pemalas. Gitu kata kamu, kan? Dan kamu janji mau nikahin aku!” tandas Ineu dengan nada yang sangat kesal. Dia tidak suka kalau Guntur malah menyalahkam dirinya.

“Ya maksudnya aku bukan gitu. Kamu juga jangan marah. Maksudnya, gak harus saat itu juga kamu jujur sama Talia.”

Roda empat yang melesat cepat membelah jalan raya itu tak hentinya sepi dari perdebatan. Di dalam sana masih terdengar adu mulut antara Guntur dengan selingkuhannya.

“Mas, Talia juga udah lihat kita tadi lagi ngapain? Kamu pikir dia akan percaya kalau kita lagi meeting tentang pekerjaan? Secara dia tadi sudah menangkap basah kita nyaris tak berjarak. Jangan terus berdalih deh, Mas. Biar semuanya juga cepat kelar.”

“Kelar apa maksud kamu?”

“Ya aku kelar jadi selingkuhan kamu. Aku mau dinikahi kamu. Sudah bertahun-tahun kita berhubungan. Putus nyambung gara-gara sering ketahuan istri kamu. Membuat aku juga harus nikah dengan laki-laki yang gak aku suka, demi incar status aja.” Ineu mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar kesal setelah menghirup masih adanya rasa sayang di hati Guntur untuk Talia. Padahal, dia berharap pacarnya itu sudah benar-benar mampu melepas istrinya.

“Oke, kita pasti nikah. Tapi setelah kamu juga cerai dari suami kamu. Aku juga harus selesaikan urusan dengan Talia. Sekarang aku antar kamu pulang. Itu karena rumah kamu kelewatan, gak musti antar jauh-jauh lagi. Oke?” ucap Guntur. Pedal gasnya masih diinjak dengan keras.

“Hem.” Mata Ineu mengerling. Sebenarnya dia kesal, tapi mau bagaimana? Dia juga tidak mau putus hubungan dengan Guntur. Baginya, pria di sampingnya itu adalah segalanya.

Soal suaminya, itu sangatlah gampang. Karena dia bukan menikah atas dasar cinta. Tentu saja beberapa bulan lalu Ineu menikah karena ingin meyakinkan Talia, bahwa tidak ada lagi hubungan dia dengan suaminya. Karena Ineu sudah jadi istri orang.

Tidak sampai satu jam, Guntur sudah sampai di depan rumah Ineu. Perempuan itu pun turun dengan cepat, dan saat itu pula roda empat Guntur kembali melesat kencang. 

Geram, Ineu sangat geram dibuatnya. 

Dia masuk ke dalam rumah. Setelah membuka gerbang, dia menyadari kalau suaminya sedang ada di rumah. Tapi, bukan apa-apa baginya. Pasti suaminya itu tidak akan ada curiga sedikitpun tentang hubungannya dengan atasannya. Mereka sudah biasa pergi atas dasar pekerjaan.

“Kok sudah pulang?” Suami Ineu menyambutnya di depan pintu.

“Bosku ada urusan mendadak, Mas. Jadi, meeting tadi sebentar banget, gak sampai malam seperti kata aku. Barusan juga dia langsung cepat pergi.” Jawaban Ineu begitu meyakinkan.

“Oh iya, aku juga melihat mobilnya tadi ngebut.” 

“Hem.”

***

Mobil yang dibawa oleh Talia sudah sampai beberapa menit yang lalu. Disusul kendaraan yang sejak tadi bersama Guntur, kini pun sudah memarkir di sampingnya.

Guntur turun dengan cepat dari dalam mobil. Dia harus bicara dengan Talia, bahwa apa yang dia katakan tadi itu hanya refleks saja.

“Sayang, Talia?”

Guntur masuk ke dalam rumah dengan sangat rusuh. Dia banting tas hitamnya ke sofa untuk segera menemui istrinya. Dari bau parfumnya, Talia pergi ke arah kamar. Guntur pun terus berteriak.

“Talia?” 

Guntur semakin melangkah jauh. Dia menaiki tangga dan tak lama sudah sampai di kamar pribadi mereka. Dilihatnya saat itu, Talia sedang menangis sambil mengeluarkan pakaian dari dalam lemari.

“Talia, hey, hey?” 

Guntur meraih tubuh istrinya yang dari berdiri langsung jongkok untuk meraih pakaian di bagian bawah. Tapi, Guntur coba menggagalkannya.

“Lepasin aku, Mas!” Talia berontak. Wajahnya terlihat masih sangat basah oleh air mata.

“Talia, maafin aku.”

“Maaf? Kamu tadi sudah biarkan aku pergi. Kita akan cerai kan?” sembur Talia dengan emosi yang berapi-api. Dia juga tidak habis pikir, kenapa Guntur bisa plin-plan seperti itu.

“Aku tadi kelepasan bilang gitu. Aku jujur kesal tadi. Aku minta maaf, aku janji aku akan tobat.” Guntur terus merayu istrinya. Dia berharap Talia bisa memaafkan.

“Tidak, Mas. Tidak ada lagi maaf dari aku, apalagi untuk tetap bersama kamu. Untuk ke sekian kalinya aku memergoki kamu dengan perempuan yang sama. Oh, aku rasa sejak menjanda sampai dia punya suami, kalian tidak pernah putus hubungan. Dan wanita itu hanya mencari status saja agar aku tidak curiga sama dia lagi. Memang kelewatan cerdas dia ya, Mas? Gak bod*h kayak aku.” Talia tersenyum dengan getir, sambil tangannya terus memasukkan pakaian ke dalam tas koper.

“Kamu terlalu berlebihan, Talia.”

“Iya, aku berlebihan. Makanya kita gak cocok!” Mendengar jawaban Talia, justru Guntur semakin shock dan gelisah. Karena bukan jawaban itu yang dia inginkan.

“Talia, jangan main-main. Aku memberikan fasilitas untuk kamu. Apa kamu mau biarkan begitu saja?” Guntur yang memiliki sifat mudah berubah-ubah itu pun kini malah kembali marah.

“Oke. Silahkan ambil, Mas, ambil. Aku gak sedikitpun merasa memiliki apa-apa di rumah ini. Apa yang aku pakai memang bukan milikku. Semuanya milik suamiku yang seorang general manager. Aku faham kok, Mas. Ambil semuanya. Itu kunci mobil yang aku pakai tadi!”

Talia melempar kunci mobil ke atas kasur. Lalu disusul dia melepas jam tangan, dan lagi Talia melemparnya. Pun, dengan pakaian yang sudah dia masukkan ke dalam koper. Itu dia hamburkan lagi ke luar, dan dia lempar ke atas kasur semuanya sampai membuat mata Guntur terbelalak.

“Itu, itu semua darimu. Itu milikmu. Aku gak punya apa-apa, Mas. Itu fasilitas darimu. Kamu puas? Hanya aku minta baju yang aku pakai ini. Karena aku bukan seperti selingkuhan kamu yang hanya melindungi tubuh dengan pakaian kurang bahan!”

Mendengar dan melihat apa yang dilakukan Talia, tentu saja Guntur sangat terpelongo kaget. Kenapa Talia bisa memutuskan hal seperti itu? Apa tidak sayang dengan kekayaan dan gelar suami yang dia miliki? Lagipula, Guntur hanya berusaha mengancam agar Talia galau. Tapi …

Related chapters

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Minta Bantuan Ibu

    Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu

    Last Updated : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya.Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya.“Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya.“Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang gaji put

    Last Updated : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

    Last Updated : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Diselingkuhi Lagi?

    Diam-diam dia bersembunyi dan menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain.“Vilanya bagus banget, Mas!” “Iya, ini milik teman aku.” Sang pria menjawab, memeluk pinggang si wanita lebih erat, lalu mencium pelipis kekasihnya.“Oh iya, Mas, aku sudah beli barang yang aku lihatin ke kamu kemarin.” Si wanita memutar tubuhnya dan memeluk si pria dengan mesra. “Makasih ya, Mas, udah nurutin apa yang aku pengen.”“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu. Kamu itu segalanya bagi aku.” Si pria mencubit pelan dagu bulat wanita itu. Cukup! Keduanya bagai pengantin baru, dan Talia sudah tidak tahan lagi di tempat persembunyiannya.“Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas?”Seperti tersengat arus listrik, sepasang peselingkuh itu menoleh ke sumber suara. Mereka yang sedang saling berpelukan itu spontan berjarak setelah melihat kemunculan istri Guntur, pria yang sejak tadi bermesraan dengan wanita lain tersebut.Tubuh Talia bergetar, tapi sepasang matanya tampak tidak gentar saat menata

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya.Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya.“Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya.“Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang gaji put

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Minta Bantuan Ibu

    Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Sore itu

    Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaniny

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Diselingkuhi Lagi?

    Diam-diam dia bersembunyi dan menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain.“Vilanya bagus banget, Mas!” “Iya, ini milik teman aku.” Sang pria menjawab, memeluk pinggang si wanita lebih erat, lalu mencium pelipis kekasihnya.“Oh iya, Mas, aku sudah beli barang yang aku lihatin ke kamu kemarin.” Si wanita memutar tubuhnya dan memeluk si pria dengan mesra. “Makasih ya, Mas, udah nurutin apa yang aku pengen.”“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu. Kamu itu segalanya bagi aku.” Si pria mencubit pelan dagu bulat wanita itu. Cukup! Keduanya bagai pengantin baru, dan Talia sudah tidak tahan lagi di tempat persembunyiannya.“Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas?”Seperti tersengat arus listrik, sepasang peselingkuh itu menoleh ke sumber suara. Mereka yang sedang saling berpelukan itu spontan berjarak setelah melihat kemunculan istri Guntur, pria yang sejak tadi bermesraan dengan wanita lain tersebut.Tubuh Talia bergetar, tapi sepasang matanya tampak tidak gentar saat menata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status