Share

Sore itu

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 17:01:48

Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.

Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. 

Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.

“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.

“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaninya. Wajahnya jadi suram terus mengingat istrinya.

“Lho, bukannya kalian akan pisah? Kamu sudah talak dia kan, Mas?” Ineu beralih ke depan. Dia protes atas keputusan prianya itu. Atasannya di tempat dia bekerja.

“Iya, iya. Tapi aku juga tetap musti bicara. Kamu siap dimadu, kan? Aku akan bujuk dia, agar dia gak mau minta pisah.” Alasan Guntur yang diucapkan pada Ineu.

“Mas, kamu kok plin-plan banget sih?” Sebenarnya Ineu ingin marah berlebihan. Tapi, dia tidak ingin membuat Guntur illfeel. Apalagi dia belum berhasil mendapatkan keinginannya untuk jadi Nyonya Guntur seutuhnya.

“In, aku harus pulang dulu pokoknya, ya?” kata Guntur lagi.

“Ya sudah, Mas, aku juga ikut deh. Anterin aku ke rumah aku. Lagian, aku gak yakin kalau istrimu berani pisah. Dia pasti cuma ngancam doang.” Ineu menjadi kompor.

“Aku harap sih gitu. Karena gajiku juga besar, dia pasti sulit cari laki-laki seperti aku.” Guntur bicara sambil membenarkan pakaiannya. Ia pun segera memeriksa ponsel yang sudah aman di saku.

Guntur dan Ineu pun pergi meninggalkan villa teman Guntur itu. Bayangan indah yang telah mereka ciptakan terpaksa harus luluh lantah. Meski bisa terus dilanjutkan, namun tetap saja pikiran Guntur masih terombang-ambing. Dia cinta pada Ineu, tapi dia juga masih belum yakin untuk berpisah dari istrinya.

“Ini gara-gara kamu juga sih, kenapa kamu ngaku di depan istri aku, In?” 

Keheningan beberapa saat di dalam mobil kini pecah. Guntur menyalahkan selingkuhannya atas apa yang sudah terjadi. Tentu saja Ineu pun balik menyerang dengan kesal.

“Kok aku yang salah sih, Mas? Kamu sendiri yang bilang istrimu gak ada apa-apanya dibanding aku. Dia juga belum bisa hamil. Terus, dia juga tukang diem di rumah. Pemalas. Gitu kata kamu, kan? Dan kamu janji mau nikahin aku!” tandas Ineu dengan nada yang sangat kesal. Dia tidak suka kalau Guntur malah menyalahkam dirinya.

“Ya maksudnya aku bukan gitu. Kamu juga jangan marah. Maksudnya, gak harus saat itu juga kamu jujur sama Talia.”

Roda empat yang melesat cepat membelah jalan raya itu tak hentinya sepi dari perdebatan. Di dalam sana masih terdengar adu mulut antara Guntur dengan selingkuhannya.

“Mas, Talia juga udah lihat kita tadi lagi ngapain? Kamu pikir dia akan percaya kalau kita lagi meeting tentang pekerjaan? Secara dia tadi sudah menangkap basah kita nyaris tak berjarak. Jangan terus berdalih deh, Mas. Biar semuanya juga cepat kelar.”

“Kelar apa maksud kamu?”

“Ya aku kelar jadi selingkuhan kamu. Aku mau dinikahi kamu. Sudah bertahun-tahun kita berhubungan. Putus nyambung gara-gara sering ketahuan istri kamu. Membuat aku juga harus nikah dengan laki-laki yang gak aku suka, demi incar status aja.” Ineu mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar kesal setelah menghirup masih adanya rasa sayang di hati Guntur untuk Talia. Padahal, dia berharap pacarnya itu sudah benar-benar mampu melepas istrinya.

“Oke, kita pasti nikah. Tapi setelah kamu juga cerai dari suami kamu. Aku juga harus selesaikan urusan dengan Talia. Sekarang aku antar kamu pulang. Itu karena rumah kamu kelewatan, gak musti antar jauh-jauh lagi. Oke?” ucap Guntur. Pedal gasnya masih diinjak dengan keras.

“Hem.” Mata Ineu mengerling. Sebenarnya dia kesal, tapi mau bagaimana? Dia juga tidak mau putus hubungan dengan Guntur. Baginya, pria di sampingnya itu adalah segalanya.

Soal suaminya, itu sangatlah gampang. Karena dia bukan menikah atas dasar cinta. Tentu saja beberapa bulan lalu Ineu menikah karena ingin meyakinkan Talia, bahwa tidak ada lagi hubungan dia dengan suaminya. Karena Ineu sudah jadi istri orang.

Tidak sampai satu jam, Guntur sudah sampai di depan rumah Ineu. Perempuan itu pun turun dengan cepat, dan saat itu pula roda empat Guntur kembali melesat kencang. 

Geram, Ineu sangat geram dibuatnya. 

Dia masuk ke dalam rumah. Setelah membuka gerbang, dia menyadari kalau suaminya sedang ada di rumah. Tapi, bukan apa-apa baginya. Pasti suaminya itu tidak akan ada curiga sedikitpun tentang hubungannya dengan atasannya. Mereka sudah biasa pergi atas dasar pekerjaan.

“Kok sudah pulang?” Suami Ineu menyambutnya di depan pintu.

“Bosku ada urusan mendadak, Mas. Jadi, meeting tadi sebentar banget, gak sampai malam seperti kata aku. Barusan juga dia langsung cepat pergi.” Jawaban Ineu begitu meyakinkan.

“Oh iya, aku juga melihat mobilnya tadi ngebut.” 

“Hem.”

***

Mobil yang dibawa oleh Talia sudah sampai beberapa menit yang lalu. Disusul kendaraan yang sejak tadi bersama Guntur, kini pun sudah memarkir di sampingnya.

Guntur turun dengan cepat dari dalam mobil. Dia harus bicara dengan Talia, bahwa apa yang dia katakan tadi itu hanya refleks saja.

“Sayang, Talia?”

Guntur masuk ke dalam rumah dengan sangat rusuh. Dia banting tas hitamnya ke sofa untuk segera menemui istrinya. Dari bau parfumnya, Talia pergi ke arah kamar. Guntur pun terus berteriak.

“Talia?” 

Guntur semakin melangkah jauh. Dia menaiki tangga dan tak lama sudah sampai di kamar pribadi mereka. Dilihatnya saat itu, Talia sedang menangis sambil mengeluarkan pakaian dari dalam lemari.

“Talia, hey, hey?” 

Guntur meraih tubuh istrinya yang dari berdiri langsung jongkok untuk meraih pakaian di bagian bawah. Tapi, Guntur coba menggagalkannya.

“Lepasin aku, Mas!” Talia berontak. Wajahnya terlihat masih sangat basah oleh air mata.

“Talia, maafin aku.”

“Maaf? Kamu tadi sudah biarkan aku pergi. Kita akan cerai kan?” sembur Talia dengan emosi yang berapi-api. Dia juga tidak habis pikir, kenapa Guntur bisa plin-plan seperti itu.

“Aku tadi kelepasan bilang gitu. Aku jujur kesal tadi. Aku minta maaf, aku janji aku akan tobat.” Guntur terus merayu istrinya. Dia berharap Talia bisa memaafkan.

“Tidak, Mas. Tidak ada lagi maaf dari aku, apalagi untuk tetap bersama kamu. Untuk ke sekian kalinya aku memergoki kamu dengan perempuan yang sama. Oh, aku rasa sejak menjanda sampai dia punya suami, kalian tidak pernah putus hubungan. Dan wanita itu hanya mencari status saja agar aku tidak curiga sama dia lagi. Memang kelewatan cerdas dia ya, Mas? Gak bod*h kayak aku.” Talia tersenyum dengan getir, sambil tangannya terus memasukkan pakaian ke dalam tas koper.

“Kamu terlalu berlebihan, Talia.”

“Iya, aku berlebihan. Makanya kita gak cocok!” Mendengar jawaban Talia, justru Guntur semakin shock dan gelisah. Karena bukan jawaban itu yang dia inginkan.

“Talia, jangan main-main. Aku memberikan fasilitas untuk kamu. Apa kamu mau biarkan begitu saja?” Guntur yang memiliki sifat mudah berubah-ubah itu pun kini malah kembali marah.

“Oke. Silahkan ambil, Mas, ambil. Aku gak sedikitpun merasa memiliki apa-apa di rumah ini. Apa yang aku pakai memang bukan milikku. Semuanya milik suamiku yang seorang general manager. Aku faham kok, Mas. Ambil semuanya. Itu kunci mobil yang aku pakai tadi!”

Talia melempar kunci mobil ke atas kasur. Lalu disusul dia melepas jam tangan, dan lagi Talia melemparnya. Pun, dengan pakaian yang sudah dia masukkan ke dalam koper. Itu dia hamburkan lagi ke luar, dan dia lempar ke atas kasur semuanya sampai membuat mata Guntur terbelalak.

“Itu, itu semua darimu. Itu milikmu. Aku gak punya apa-apa, Mas. Itu fasilitas darimu. Kamu puas? Hanya aku minta baju yang aku pakai ini. Karena aku bukan seperti selingkuhan kamu yang hanya melindungi tubuh dengan pakaian kurang bahan!”

Mendengar dan melihat apa yang dilakukan Talia, tentu saja Guntur sangat terpelongo kaget. Kenapa Talia bisa memutuskan hal seperti itu? Apa tidak sayang dengan kekayaan dan gelar suami yang dia miliki? Lagipula, Guntur hanya berusaha mengancam agar Talia galau. Tapi …

Bab terkait

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Minta Bantuan Ibu

    Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya. Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya. “Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya. “Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagal Membujuk? Ah ...

    “Apa? Mama gagal bujuk Talia pulang?”Guntur mengangkat kasar tubuhnya yang sedari tadi duduk karena kesal dengan ibunya. Apa yang diharapkan nyatanya tidak bisa terjadi. Lastri tidak bisa membujuk Talia.“Ya mau bagaimana lagi, Tur? Sudahlah, Mama gak mau lagi ke sana. Muka mamamu ini mau ditaruh di mana? Tadi aja sama ibunya si Talia Mama malah diusir pakek sapu!” Lastri yang sempat membuat kesal anaknya itu kini tidak mau salah sendiri. Dia tidak ingin disalahkan karena tidak bisa mengembalikan keadaan.Guntur memijat kepalanya dengan keras. Satu tangannya berkacak pinggang, yang seakan-akan pasti ambruk kalau tak dipegangi dengan erat.“Mama tadi sudah pede akan bawa Talia pulang. Kok bisa jadi gagal? Mungkin drama Mama kurang kan?” pekik Guntur lagi.“Tahu ah, Mama juga pusing. Ngapain sih kamu pertahanin perempuan yang udah gak mau sama kamu. Ya sudah saja kamu cepet bawa yang baru. Pasti si Talia cemburu dan menyesal sudah tinggalin kamu!” Saran dan masukkan yang dikemas dala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Siapa di antara Kalian Yang Akan Angkat Kaki

    “Silahkan siapa yang mau menjawab dan siapa yang mau menjelaskan.” Dengan tegas Mirza mengucapkannya lagi.“Memang sebenarnya ada apa, Pak?” Ineu bertanya lebih dulu. Seakan dia pura-pura tak paham apapun. Tidak pernah terjadi apa-apa. Diakhiri helaan nafas panjang, wanita dengan pakaian pas di badan, dan terlihat ketat itu, mencoba tenang. Hening, atasannya sama sekali tidak menjawab.Didiamkan bos, mereka malah saling lirik. Ineu sesekali melirik Guntur sekilas, pun dengan Guntur. Raut wajah mereka tidak bisa disembunyikan bahwa diri mereka sedang cemas berat.Tapi, sama sekali tidak ada tanggapan dari Mirza. Detik-detik itu sontak membuat Guntur dan Ineu berdebar-debar. Ah, kenapa jadi begini?“B–bisa jelaskan, Pak? Kami tidak paham. Ya kan, Pak Guntur?” Ineu kembali melancarkan sandiwaranya lagi. Tapi, entah itu berhasil atau tidak.“Baiklah, silahkan kalian berdua angkat kaki dari perusahaan saya!”JlebSeperti tersambar petir di siang bolong. Ineu dan Guntur terenyah seketika k

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dipanggil Bos

    “Pak Guntur, maaf Bapak dipanggil ke ruangan Pak Mirza.” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Guntur yang sedang berkutat di depan layar laptop. Tentu bukan wanita asing, tapi bawahan Guntur sendiri.“Oh iya. Sebentar lagi.” Guntur menjawab tanpa melirik.“Sekarang katanya, Pak.”Guntur pun kini seakan kaget atas perintah dari karyawannya itu. Dahinya mengkerut, lalu kini ia pun menjawab, “oke.”Wanita yang disuruh Mirza itu pun sudah meninggalkan ruangan Guntur. Entah kenapa perasaan Guntur sama sekali tidak enak. Apa jangan-jangan hubungan dirinya dengan Ineu bocor sampai ke atasan? Tapi mana mungkin? Dia sudah meminta teman sepekerjaannya yang tahu, untuk bungkam. Karena mereka pun punya rahasia masing-masing.Ah, mungkin ada hal lain. Guntur pun kini menutup laptopnya. Dia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruangan atasannya. Sebenarnya jantung Guntur sudah berdebar sejak kata ‘sekarang’ diucapkan oleh karyawannya. Pikirannya sudah campur aduk ke mana-mana, takut kalau at

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Bos Suami Talia

    “Bu Talia?”Sapaan itu membuat Talia bangkit dari kursi yang sejak tadi dia duduki. Pasalnya di sekitar hanya ada beberapa orang saja, dan sepertinya tidak ada lagi yang bernama Talia. Apalagi mobil itu berhenti tepat di hadapan Talia.Talia mendekat untuk memastikan. Atau dia salah lihat orang? Mana mungkin juga …“Pak Mirza?”Talia mengernyit lagi. Ternyata yang menyapanya itu benar pria yang pernah dikenalnya. Mirza Perwira Surya Atmaja. Pria yang menjadi pimpinan perusahaan di tempat suaminya bekerja.“Bu Talia sedang apa?” Pria itu mendongak dari dalam mobil. Hanya membuka kaca mobilnya untuk menyapa Talia.“Pak, saya sedang menunggu angkutan umum.” Sebenarnya Talia dipersilahkan untuk memakai kendaraan orang tuanya. Tapi, dia memilih untuk naik angkutan umum. Sambil melatih diri juga untuk berjalan kaki setelah sekian lama.Dia sadar, belum sah menjadi janda, dan masih terikat pernikahan secara hukum. Tap

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status