Share

Sore itu

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 17:01:48

Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.

Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. 

Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.

“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.

“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaninya. Wajahnya jadi suram terus mengingat istrinya.

“Lho, bukannya kalian akan pisah? Kamu sudah talak dia kan, Mas?” Ineu beralih ke depan. Dia protes atas keputusan prianya itu. Atasannya di tempat dia bekerja.

“Iya, iya. Tapi aku juga tetap musti bicara. Kamu siap dimadu, kan? Aku akan bujuk dia, agar dia gak mau minta pisah.” Alasan Guntur yang diucapkan pada Ineu.

“Mas, kamu kok plin-plan banget sih?” Sebenarnya Ineu ingin marah berlebihan. Tapi, dia tidak ingin membuat Guntur illfeel. Apalagi dia belum berhasil mendapatkan keinginannya untuk jadi Nyonya Guntur seutuhnya.

“In, aku harus pulang dulu pokoknya, ya?” kata Guntur lagi.

“Ya sudah, Mas, aku juga ikut deh. Anterin aku ke rumah aku. Lagian, aku gak yakin kalau istrimu berani pisah. Dia pasti cuma ngancam doang.” Ineu menjadi kompor.

“Aku harap sih gitu. Karena gajiku juga besar, dia pasti sulit cari laki-laki seperti aku.” Guntur bicara sambil membenarkan pakaiannya. Ia pun segera memeriksa ponsel yang sudah aman di saku.

Guntur dan Ineu pun pergi meninggalkan villa teman Guntur itu. Bayangan indah yang telah mereka ciptakan terpaksa harus luluh lantah. Meski bisa terus dilanjutkan, namun tetap saja pikiran Guntur masih terombang-ambing. Dia cinta pada Ineu, tapi dia juga masih belum yakin untuk berpisah dari istrinya.

“Ini gara-gara kamu juga sih, kenapa kamu ngaku di depan istri aku, In?” 

Keheningan beberapa saat di dalam mobil kini pecah. Guntur menyalahkan selingkuhannya atas apa yang sudah terjadi. Tentu saja Ineu pun balik menyerang dengan kesal.

“Kok aku yang salah sih, Mas? Kamu sendiri yang bilang istrimu gak ada apa-apanya dibanding aku. Dia juga belum bisa hamil. Terus, dia juga tukang diem di rumah. Pemalas. Gitu kata kamu, kan? Dan kamu janji mau nikahin aku!” tandas Ineu dengan nada yang sangat kesal. Dia tidak suka kalau Guntur malah menyalahkam dirinya.

“Ya maksudnya aku bukan gitu. Kamu juga jangan marah. Maksudnya, gak harus saat itu juga kamu jujur sama Talia.”

Roda empat yang melesat cepat membelah jalan raya itu tak hentinya sepi dari perdebatan. Di dalam sana masih terdengar adu mulut antara Guntur dengan selingkuhannya.

“Mas, Talia juga udah lihat kita tadi lagi ngapain? Kamu pikir dia akan percaya kalau kita lagi meeting tentang pekerjaan? Secara dia tadi sudah menangkap basah kita nyaris tak berjarak. Jangan terus berdalih deh, Mas. Biar semuanya juga cepat kelar.”

“Kelar apa maksud kamu?”

“Ya aku kelar jadi selingkuhan kamu. Aku mau dinikahi kamu. Sudah bertahun-tahun kita berhubungan. Putus nyambung gara-gara sering ketahuan istri kamu. Membuat aku juga harus nikah dengan laki-laki yang gak aku suka, demi incar status aja.” Ineu mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar kesal setelah menghirup masih adanya rasa sayang di hati Guntur untuk Talia. Padahal, dia berharap pacarnya itu sudah benar-benar mampu melepas istrinya.

“Oke, kita pasti nikah. Tapi setelah kamu juga cerai dari suami kamu. Aku juga harus selesaikan urusan dengan Talia. Sekarang aku antar kamu pulang. Itu karena rumah kamu kelewatan, gak musti antar jauh-jauh lagi. Oke?” ucap Guntur. Pedal gasnya masih diinjak dengan keras.

“Hem.” Mata Ineu mengerling. Sebenarnya dia kesal, tapi mau bagaimana? Dia juga tidak mau putus hubungan dengan Guntur. Baginya, pria di sampingnya itu adalah segalanya.

Soal suaminya, itu sangatlah gampang. Karena dia bukan menikah atas dasar cinta. Tentu saja beberapa bulan lalu Ineu menikah karena ingin meyakinkan Talia, bahwa tidak ada lagi hubungan dia dengan suaminya. Karena Ineu sudah jadi istri orang.

Tidak sampai satu jam, Guntur sudah sampai di depan rumah Ineu. Perempuan itu pun turun dengan cepat, dan saat itu pula roda empat Guntur kembali melesat kencang. 

Geram, Ineu sangat geram dibuatnya. 

Dia masuk ke dalam rumah. Setelah membuka gerbang, dia menyadari kalau suaminya sedang ada di rumah. Tapi, bukan apa-apa baginya. Pasti suaminya itu tidak akan ada curiga sedikitpun tentang hubungannya dengan atasannya. Mereka sudah biasa pergi atas dasar pekerjaan.

“Kok sudah pulang?” Suami Ineu menyambutnya di depan pintu.

“Bosku ada urusan mendadak, Mas. Jadi, meeting tadi sebentar banget, gak sampai malam seperti kata aku. Barusan juga dia langsung cepat pergi.” Jawaban Ineu begitu meyakinkan.

“Oh iya, aku juga melihat mobilnya tadi ngebut.” 

“Hem.”

***

Mobil yang dibawa oleh Talia sudah sampai beberapa menit yang lalu. Disusul kendaraan yang sejak tadi bersama Guntur, kini pun sudah memarkir di sampingnya.

Guntur turun dengan cepat dari dalam mobil. Dia harus bicara dengan Talia, bahwa apa yang dia katakan tadi itu hanya refleks saja.

“Sayang, Talia?”

Guntur masuk ke dalam rumah dengan sangat rusuh. Dia banting tas hitamnya ke sofa untuk segera menemui istrinya. Dari bau parfumnya, Talia pergi ke arah kamar. Guntur pun terus berteriak.

“Talia?” 

Guntur semakin melangkah jauh. Dia menaiki tangga dan tak lama sudah sampai di kamar pribadi mereka. Dilihatnya saat itu, Talia sedang menangis sambil mengeluarkan pakaian dari dalam lemari.

“Talia, hey, hey?” 

Guntur meraih tubuh istrinya yang dari berdiri langsung jongkok untuk meraih pakaian di bagian bawah. Tapi, Guntur coba menggagalkannya.

“Lepasin aku, Mas!” Talia berontak. Wajahnya terlihat masih sangat basah oleh air mata.

“Talia, maafin aku.”

“Maaf? Kamu tadi sudah biarkan aku pergi. Kita akan cerai kan?” sembur Talia dengan emosi yang berapi-api. Dia juga tidak habis pikir, kenapa Guntur bisa plin-plan seperti itu.

“Aku tadi kelepasan bilang gitu. Aku jujur kesal tadi. Aku minta maaf, aku janji aku akan tobat.” Guntur terus merayu istrinya. Dia berharap Talia bisa memaafkan.

“Tidak, Mas. Tidak ada lagi maaf dari aku, apalagi untuk tetap bersama kamu. Untuk ke sekian kalinya aku memergoki kamu dengan perempuan yang sama. Oh, aku rasa sejak menjanda sampai dia punya suami, kalian tidak pernah putus hubungan. Dan wanita itu hanya mencari status saja agar aku tidak curiga sama dia lagi. Memang kelewatan cerdas dia ya, Mas? Gak bod*h kayak aku.” Talia tersenyum dengan getir, sambil tangannya terus memasukkan pakaian ke dalam tas koper.

“Kamu terlalu berlebihan, Talia.”

“Iya, aku berlebihan. Makanya kita gak cocok!” Mendengar jawaban Talia, justru Guntur semakin shock dan gelisah. Karena bukan jawaban itu yang dia inginkan.

“Talia, jangan main-main. Aku memberikan fasilitas untuk kamu. Apa kamu mau biarkan begitu saja?” Guntur yang memiliki sifat mudah berubah-ubah itu pun kini malah kembali marah.

“Oke. Silahkan ambil, Mas, ambil. Aku gak sedikitpun merasa memiliki apa-apa di rumah ini. Apa yang aku pakai memang bukan milikku. Semuanya milik suamiku yang seorang general manager. Aku faham kok, Mas. Ambil semuanya. Itu kunci mobil yang aku pakai tadi!”

Talia melempar kunci mobil ke atas kasur. Lalu disusul dia melepas jam tangan, dan lagi Talia melemparnya. Pun, dengan pakaian yang sudah dia masukkan ke dalam koper. Itu dia hamburkan lagi ke luar, dan dia lempar ke atas kasur semuanya sampai membuat mata Guntur terbelalak.

“Itu, itu semua darimu. Itu milikmu. Aku gak punya apa-apa, Mas. Itu fasilitas darimu. Kamu puas? Hanya aku minta baju yang aku pakai ini. Karena aku bukan seperti selingkuhan kamu yang hanya melindungi tubuh dengan pakaian kurang bahan!”

Mendengar dan melihat apa yang dilakukan Talia, tentu saja Guntur sangat terpelongo kaget. Kenapa Talia bisa memutuskan hal seperti itu? Apa tidak sayang dengan kekayaan dan gelar suami yang dia miliki? Lagipula, Guntur hanya berusaha mengancam agar Talia galau. Tapi …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marimar
hayolo.. kaget kan si Guntur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Minta Bantuan Ibu

    Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya. Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya. “Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya. “Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagal Membujuk? Ah ...

    “Apa? Mama gagal bujuk Talia pulang?”Guntur mengangkat kasar tubuhnya yang sedari tadi duduk karena kesal dengan ibunya. Apa yang diharapkan nyatanya tidak bisa terjadi. Lastri tidak bisa membujuk Talia.“Ya mau bagaimana lagi, Tur? Sudahlah, Mama gak mau lagi ke sana. Muka mamamu ini mau ditaruh di mana? Tadi aja sama ibunya si Talia Mama malah diusir pakek sapu!” Lastri yang sempat membuat kesal anaknya itu kini tidak mau salah sendiri. Dia tidak ingin disalahkan karena tidak bisa mengembalikan keadaan.Guntur memijat kepalanya dengan keras. Satu tangannya berkacak pinggang, yang seakan-akan pasti ambruk kalau tak dipegangi dengan erat.“Mama tadi sudah pede akan bawa Talia pulang. Kok bisa jadi gagal? Mungkin drama Mama kurang kan?” pekik Guntur lagi.“Tahu ah, Mama juga pusing. Ngapain sih kamu pertahanin perempuan yang udah gak mau sama kamu. Ya sudah saja kamu cepet bawa yang baru. Pasti si Talia cemburu dan menyesal sudah tinggalin kamu!” Saran dan masukkan yang dikemas dala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Tidak Bisa Bicara Banyak

    Talia saat ini seperti akan dipermalukan oleh mantan keluarganya. Lihat saja, meski dia datang dengan Mirza, tapi sepertinya tetap dipandang sepele.“Talia, datang sama siapa? Laki-laki yang waktu itu mana?” Lastri nyeletuk dengan tatapan yang ingin mempermalukan Talia di depan beberapa orang. Tapi, kini langsung ditegur oleh Guntur yang secepatnya mendekat.“Bu, sudah. Ibu tahu, dia bosku?” Guntur membisikkan kalimat itu pada ibunya. Yang sontak saja itu membuat Lastri mematung diam. Guntur pun kembali ke kursi pelaminan.Talia dan Mirza yang menyadari pun hanya diam saja. Mereka melanjutkan langkah untuk menghampiri kedua mempelai.“Selamat ya, kalian memang cocok.” Talia menjulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. Dengan penuh kepuasan, Ineu pun menyalami balik. Sedangkan Guntur di samping Ineu, sepertinya merasa gelisah.“Makasih, Talia. Makasih juga udah datang, ya? Ini pasti berat lho!” kata Ineu lagi dengan jumawa. Ingin bicara lebih dari itu, tapi ada mantan bosnya di sana

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Jadi Wanita Kuat

    Talia berjalan bersama sejak awal dengan Mirza. Tidak ada lagi yang di kenali, ya kecuali keluarga dari keturunan Guntur sendiri. Tapi ya itu, mereka hanya cuek saja. Seakan tidak pernah ada hubungan kekerabatan di masa lalu.Entah mungkin otak mereka sudah diracuni oleh Lastri agar tidak menyapa Talia. Hingga saat Talia menyapa mereka pun, tak ada timbal balik yang baik. Membuat Talia jadi malas dan enggan berbaik hati pada mereka.“Ya ampun, Talia, datang juga, ya? Gak tahu malu, udah selingkuh, malah nampakkin muka.”Kalimat itu Talia dengar dari mulut salah seorang saudara Lastri. Yang juga didengar oleh Mirza.“Iya, tukang selingkuh. Bikin malu. Dia mau lepas dari ponakan kita yang seorang manajer kelas atas. Kasihan hidup dia.” Celetuk lagi yang lain. Padahal, selama ini komunikasi Talia dengan mereka juga tidak terlalu sering. Kalau bukan ada hajatan atau keluarga Guntur itu ada keperluan. Mereka tidak pernah akrab. Jadi, bukan masalah juga bagi Talia.Talia pun acuh saja. Dia

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Akhirnya Tidak sendiri

    “Bu, ayok, katanya mau ikut ke kondangan?”Talia yang sudah berpakaian rapi, juga berpoles dengan sedikit make-up tipis, mengernyit heran. Padahal ini sudah menjelang siang, tapi ibunya belum siap-siap.“Ah, Ibu nggak jadi ikut, Talia. Bapak ngajakin Ibu buat ke kebun.” Alasan ibu Talia yang tiba-tiba berubah dari sebelumnya.“Lho, katanya mau ikut? Katanya pengen lihat istri baru Mas Guntur.” Talia masih coba mengingatkan apa yang sudah ibunya katakan sebelumnya.“Nggak jadi, Talia. Lagipula Ibu malas. Takut kebawa emosi sama ibunya Guntur yang suka nyorocos itu.” Titi menambahkan lagi. Entah ada alasan apalagi yang membuat dia urung seketika.“Seriusan, Bu?” kata Talia lagi. Dia padahal sudah bersiap-siap, dan percaya diri akan hadir ke pernikahan Guntur bersama ibunya.“Iya, kamu saja sendiri ya?” Ibunya Talia nampak berkutat dengan sesuatu.Talia pun jadi bingung. Pergi sendiri memang tidak masalah baginya. Hanya saja, dia di sana perlu teman ngobrol. Entah harus dengan siapa diri

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Besok?

    “Ya sudah, Mas, silahkan kalau Mas mau ambil. Saya gak apa-apa kok.”Talia mengalah, menimbang dirinya pun tidak ada pesan dari siapapun untuk membeli makanan tersebut.“Hemh, di mana-mana kamu sukanya pencitraan, ya? Sok baik.”Mendengar itu Talia pun lumayan kesal. Padahal dirinya sudah berbaik hati untuk memberikan pancake, tapi Ardhya malah bicara aneh-aneh.“Oh ya sudah, bungkus, Mbak. Buat saya saja. Saya mau bayar. Totalnya berapa?”Ardhya bingung dengan keputusan Talia yang tiba-tiba saja berubah. Dia pikir wanita itu akan memaksa. Tapi, nyatanya malah omong belaka.“Baik, Mbak.” Pelayan mengangguk dan langsung mengemas pesanan.“Kamu sebenarnya niat ngasih gak, ya?” Ardhya pun protes lagi. Tentu saja Talia jadi sangat kesal.“Maaf ya, Mas, saya tidak suka pencitraan. Jadi saya gak akan kasih ini. Lebih baik saya makan dengan keluarga saya.”Talia langsung mengeluarkan dompet. Dia rogoh isinya untuk membayar pesanan. Sudah hafal estimasi harga, sehingga Talia pun tidak bingung

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Pinjam Uang

    Setelah keluar dari bank, Talia dikejar oleh Guntur. Tidak peduli meski dia merasa sudah bukan lagi suaminya. Tapi, Guntur masih menyimpan cemas terhadap Talia.“Talia, tunggu! Untuk apa kamu pinjam uang itu?”Ineu yang melihat Guntur lari pun merasa cemburu bukan main. Tapi, di sisi lain dia sedang menunggu panggilan dari teller yang tidak akan lama lagi. Talia menoleh dengan heran. Kenapa Guntur mengikutinya? Dia yang akan segera menghidupkan mesin motor pun urung seketika.“Ada apa ya, Mas? Bukan urusan kamu deh sepertinya, aku mau ambil uang berapapun.” Talia dengan kesalnya menjawab. “Talia, aku yakin kamu pinjam uang kan? Untuk apa? Sudah aku bilang, cerai dariku kamu pasti banyak utang.”Talia mengernyit heran. Kenapa pikiran Guntur selalu merendahkan dan menyepelekannya? Apa sulit untuk percaya kalau Talia memiliki uang dari hal lain?“Pinjam? Pinjam uang? Apa aku harus ya Mas pinjam uang ke bank? Apa kamu juga selalu berpikiran kalau aku ini miskin?”Di sekitar terlihat mas

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kamu Pinjam Uang, Ya? Haha

    “Setelah kami menimbang dari segala aspek, kami setuju ambil kesempatan dan tawaran dari perusahaan, Pak. Dan saat ini kami juga sedang mempersiapkan lahannya. Kami sudah memulai menanam untuk siap panen nanti.” Talia kini berada di sebuah ruangan. Dimna sedang ada pertemuan bersama manajer dan kepala pergudangan. “Baguslah kalau begitu, Mbak. Silahkan Mbak dibaca dulu kontraknya. Kalau sudah, kita akan tanda tangani bersama.” Talia pun membaca setiap detail isi dari kontrak kerjasama mereka. Meski dia dulu tidak faham, sekarang perlahan dia mulai harus bisa mengerti dan memahami, bagaimana cara menimbang kerjasama yang baik. Tanpa ada salah satu pihak yang akan dirugikan. Talia juga mencoba sedetail mungkin agar tidak ada penyelewengan. Dalam konteks tersebut, korupsi harga, jumlah, atau lain sebagainya. Semuanya murni dari tangan Talia langsung terpantau oleh petinggi pasar swalayan tersebut. “Baiklah, Pak, saya setuju. Semoga kami bisa konsisten, dan mampu memenuhi kebutu

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Apa?

    “Lho, Mama sudah punya nomor rekening, Ineu? Dari kapan, Ma? Aku gak denger nyebutin angka, barusan. Kapan Mama tahu nomornya? Aku juga gak lihat Mama buka hape kayak baca pesan. Ineu kan gak pegang hape.”Guntur langsung menyelidiki keheranannya. Tidak mungkin ibunya itu jadi seorang paranormal yang bisa mengetahui nomor-nomor rekening orang asing.Ineu hanya terdiam dengan gelisah. Dia berharap calon ibu mertuanya tidak bicara jujur apa yang sebenarnya telah terjadi. Tapi, Lastri namanya. Dia tentu saja akan menjawab apa adanya, apalagi ini soal uang. Mungkinkah dia dirugikan?Ineu melirik Lastri, seakan memberi pertanda agar Lastri tidak bicara dulu. Hanya saja, itu tidak bisa dilakukan. Calon mertuanya kini langsung jujur di depan Guntur.“Sebulan yang lalu, Ineu pernah pinjam uang lima juta ke Mama, Tur. Mama juga baru inget lagi. Katanya Ineu mau bayar dan dilebihin. Tapi, nyatanya baru bayar tiga juta ke Mama. Jadi, kapan mau bayar, In?” La

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Syok! Pinjam uang?

    “Apa, pinjam uang?”Lastri yang sedari tadi duduk dengan tenang, kini terperanjat kaget. Seperti dikagetkan macan jantan yang membuat bola matanya nyaris loncat.Kaget? Oh tentu. Pinjam uang sepuluh juta?“Ma, cuma sepuluh juta aja kok, Ma. Sebentar lagi sama Mas Guntur dibalikin kok, Ma. Mama jangan syok gitu ah.”Ineu dengan lihai mengikis jarak dengan calon mertuanya itu. Dia harus sebisa mungkin mengeluarkan jurus rayuan agar Lastri mau meminjamkan uang untuk pernikahan mereka.Guntur hanya terdiam seakan malu oleh ibunya. Malu dengan sikap Ineu yang berani merayu ibunya. Tapi, mau bagaimana lagi? Mereka harus segera melunasi gaun pengantin.Memang tadi datang-datang, tanpa basa-basi mereka langsung mengutarakan maksud. Ternyata, bukan hal bahagia yang Lastri dengar. Malah soal pinjam uang?“Kok bisa kalian gak punya uang sepuluh juta aja? Kamu gajian bulan kemarin masih ada lah, Tur? Terus kamu, Ineu, kamu pasti masih punya sisa uang pesangon kan?”Lastri belum terbujuk. Tanda ta

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kata-katamu sadis

    “Ardhya, sini! Kita makan sama-sama. Ada Talia ini!”Talia tersentak sedikit dengan kehadiran Ardhya. Pria yang sama sekali tidak menyukainya, menurut Talia. Saat ini wanita yang berpakaian rapi dengan rambut diikat satu itu pun sedikit gelisah.Ardhya mengernyit. Dia tiba-tiba saja melihat ibunya sudah mem-booking meja untuk makan siang.“Mama, aku kira di parkiran!” tanya Ardhya dengan heran. Pria berpakaian rapi itu pun mengikis jarak dengan ibunya.Ardhya tidak mengerti juga, kenapa ada saja Talia di sana. Untuk ke dua kalinya bertemu di tempat yang sama. Padahal, menurut Ardhya, jarak rumah Talia ke tempat saat ini, lumayan jauh.“Kamu sedang apa di sini? Bukannya rumah kamu jauh dari sini, ya? Hemh, tapi namanya juga cewek, belanja sama belanja. Ke mana pun dikejar.”Belum ada angin belum ada hujan, tiba-tiba saja Talia mendengar kata-kata Ardhya yang sangat menyentil pendengarannya. Apa maksudnya?“Ardhya!” Bu Wanda menegur putranya yang tengil menurutnya, “kamu yang sopan don

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status