Share

Minta Bantuan Ibu

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 17:02:54

Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.

Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.

“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”

Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.

“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.

“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu kembali lagi ke rumah. Dan ingat, tidak ada harta gono-gini di perceraian kita. Aku gak akan kasih kamu apapun!” Guntur yang terpancing emosinya itu, kini lagi-lagi memutuskan dengan tegas.

“Harta saja yang kamu pikirkan. Makan saja harta kamu dengan selingkuhan kamu, Mas. Aku lebih sayang sama hati dan perasaanku. Apa kamu pikir aku juga gak mampu tanpa kamu? Ingat ya, aku juga pernah kerja, hanya resign setelah kamu suruh!” 

Guntur semakin mengangkat dadanya. Dia melihat kali ini istrinya itu benar-benar marah besar. Kenapa tidak seperti dulu lagi yang mudah dibujuk dan dirayu dengan kata maaf? Ah, ini benar-benar menyebalkan. Guntur mengumpat dan menggerutu dalam hatinya.

“Mbak, panggil saya? Mau ngojek, Mbak?” Roda dua yang tadi dipanggil itu mendekat. Orangnya bicara.

“Iya, Mas. Antar saya pergi.” 

Talia langsung meminta helm pada pemilik motor itu. Dia pun langsung naik dan duduk di jok dengan keadaan wajah yang nyaris masih basah kuyup.

Guntur hanya melihat dengan tatapan yang mengerikan. Dia tidak berbuat apa-apa lagi, karena pikirnya, dia gengsi di depan orang harus memohon istrinya kembali. Baiknya dia membiarkan Talia dibawa oleh ojek itu. Dan akhirnya istri yang dia selingkuhi itu benar-benar pergi.

“Arkh!” 

Guntur melayangkan tangannya dengan gerakkan memukul keras. Taringnya terlihat seperti gen deruwo yang melihat musuh. Kini dia pun kembali masuk lagi ke dalam rumah dua lantai miliknya itu.

Guntur langsung berinisiatif untuk menghubungi ibunya. Dia ingin meminta bantuan untuk membujuk Talia. Bagaimanapun juga, seharusnya Talia tidak meminta cerai darinya. Dia tidak ingin pisah, karena maunya nambah istri saja. Bukan seperti ini jadinya.

“Halo, Tur?” sahut seorang wanita paruh baya di seberang sana. Tidak lain dan tidak bukan, tentu saja dia adalah ibu kandung Guntur.

“Halo, Ma. Ma, Talia pergi dari rumah.” Tanpa basa-basi Guntur langsung bicara.

Mendengar aduan tersebut, tentu saja ibunya Guntur yang bernama Lastri di jauh sana pun terkejut.

“Apa? Pergi dari rumah?” Wanita yang sedang asyik-asyiknya menonton serial drama di televisi itu pun bangkit. Dia simpan wadah kacang almond yang dipegang, di atas meja.

“Iya, Ma.”

“Kenapa bisa? Dia kabur sama laki-laki lain?” tanya Lastri yang sangat penasaran.

“Em, bukan, Ma. Tapi … tapi aku yang ketahuan selingkuh lagi. Tapi kali ini dia gak bisa dibujuk. Talia malah pergi.”

Guntur menghempaskan tubuhnya di sofa dengan keras. Nafasnya berembus dengan garang. Sesekali ia pun menggaruk tempurung kepalanya yang tak gatal.

“Ya ampun, Guntur, Guntur. Kamu jangan-jangan selingkuh lagi sama si Ineu itu, ya?” ucap Lastri sambil menggelengkan kepala.

“Ya. Tolong jangan sampai Talia minta cerai dari aku, Ma.”

“Lho, kenapa juga kamu gak mau bercerai? Itu salah kamu juga lah.” Lastri menarik kedua ujung bibirnya.

“Ma, apa yang akan orang kantor katakan tentang aku? Aku pasti disangka laki-laki yang gak bisa urus keluarga. Pasti juga berita ini akan menyebar. Aku pasti dibuat malu.” Guntur menjelaskan dengan kesal.

“Salah kamu sendiri sih, Tur. Ya sudah kalau gitu kamu nikah aja sama si Ineu itu. Gak usah pikirin soal omongan orang,” saran ibunya.

“Ma, tolong dong, Ma. Nanti aku akan kasih Mama uang buat belanja. Tolong bujuk Talia.” Alih-alih setuju, Guntur malah memohon pada ibunya.

“Jadi Mama musti gimana?” tanya Lastri sambil meninggikan kedua alisnya.

“Ya datang ke rumah orang tua Talia. Bujuk Talia dan mereka, dan pastikan Talia mau memaafkan aku,” pungkas Guntur.

“Kalau gak berhasil?” ujar Lastri lagi. Lalu kini tangannya merayap lagi untuk mengambil cemilan. Dengan enteng dia bicara sambil mengunyah, seakan putranya itu tidak sedang melakukan kesalahan besar.

“Ya coba dulu, Ma.”

“Hem, ya sudahlah. Tapi, Mama butuh buat bayar air sama listrik. Transfer dulu uangnya, Mama akan ke sana malam ini juga.” Akhirnya Guntur sedikit tersenyum mendengar jawaban ibunya.

“Oke, Ma. Oke. Aku transfer setelah ini.”

“Kamu juga ke sana, kan?” Lastri memastikan lagi.

“Mama saja lah. Aku tadi udah terlanjur ngusir dia juga.”

“Ya ampun. Ya sudah deh. Dasar kamu ini. Masalah beginian, musti Mama yang turun tangan!” 

“Kan waktu itu juga Mama berhasil, Ma. Semoga sekarang juga berhasil. Soalnya Talia itu istri penurut. Dia juga bisa urus rumah tanpa pembantu.”

“Iya bener. Dia juga sering Mama panggil kan buat bantu-bantu di sini, dan dia baik-baik aja. Gak pernah kelihatan marah apalagi kesal. Sayang banget sih dia itu. Kan rajin. Cantiknya juga lumayan lah.”

“Nah kan? Tolong ya, Ma?”

“Oke, Tur. Mama nanti ke sana. Jangan lupa ya?”

“Iya, iya. Uang aja, cepet.”

“Ya mau apalagi? Segalanya butuh uang.”

“Oke, oke.”

Seperti perpaduan cocok antara ibu dan anak. Tidak ada sama sekali dari mereka yang bisa bertindak dewasa apalagi berlaku bijak.

Ting!

Akhirnya Lastri tersenyum setelah melihat notifikasi dari m-banking yang dia miliki. Nominal uang yang lumayan sudah masuk ke dalam rekeningnya.

[Ok, Mama otw]

Pesan itu dikirim Lastri untuk putranya yang telah berselingkuh. Pergi ke kamar untuk bersolek dan berganti pakaian, Lastri pun segera pergi menuju rumah orang tua Talia. Menggunakan mobil hatchback yang dia dapat tentu dari putranya sendiri. 

Sejak dulu memang dia sudah bisa mengemudi. Jadi, meski usia sudah dibilang paruh baya, dia tidak kesulitan. Meski seorang janda, dia bisa pergi ke mana-mana sendiri.

Tak berselang lama, Lastri sudah tiba saja di rumah besannya. Rumah satu lantai yang sangat campernik, asri dan juga tanaman di depannya tertata rapi. Tapi, omong kosong dengan itu semua. Dia datang bukan untuk mengapresiasi kondisi rumah besannya. Tapi, untuk mengajak kembali menantunya pulang.

“Lihat saja, Mama akan berhasil, Guntur. Lagian, Mama juga masih butuh Talia. Daripada harus bayar pembantu, lebih baik mempertahankan menantu. Hemh.”

Dengan menaikkan leher sedikit, Lastri berjalan dengan sangat elegan. Tas kecil ditentengnya, dan kini dia pun sudah melepas sandal untuk menginjak teras rumah besannya.

Bab terkait

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya.Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya.“Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya.“Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang gaji put

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Diselingkuhi Lagi?

    Diam-diam dia bersembunyi dan menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain.“Vilanya bagus banget, Mas!” “Iya, ini milik teman aku.” Sang pria menjawab, memeluk pinggang si wanita lebih erat, lalu mencium pelipis kekasihnya.“Oh iya, Mas, aku sudah beli barang yang aku lihatin ke kamu kemarin.” Si wanita memutar tubuhnya dan memeluk si pria dengan mesra. “Makasih ya, Mas, udah nurutin apa yang aku pengen.”“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu. Kamu itu segalanya bagi aku.” Si pria mencubit pelan dagu bulat wanita itu. Cukup! Keduanya bagai pengantin baru, dan Talia sudah tidak tahan lagi di tempat persembunyiannya.“Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas?”Seperti tersengat arus listrik, sepasang peselingkuh itu menoleh ke sumber suara. Mereka yang sedang saling berpelukan itu spontan berjarak setelah melihat kemunculan istri Guntur, pria yang sejak tadi bermesraan dengan wanita lain tersebut.Tubuh Talia bergetar, tapi sepasang matanya tampak tidak gentar saat menata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Sore itu

    Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaniny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Ibu Mertua Yang Baik?

    “Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.” Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya.Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya.“Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya.“Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?” Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang gaji put

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Minta Bantuan Ibu

    Talia pergi dari rumah itu. Dia tidak bisa mengendalikan emosi. Rasanya, kata maaf selama lima tahun bersama itu sudah cukup. Andai dia berikan lagi kesempatan, pasti Guntur akan melakukan hal yang sama lagi.Guntur mengejar Talia yang pergi hanya mengandalkan sandal jepit. Tidak ada motor apalagi mobil yang membantunya berlari. Dia hanya seorang diri.“Talia, jangan gil* kamu, ya? Kamu mau nyakitin hati orang tua kamu? Kalau kamu ketahuan mau cerai, mereka pasti akan sangat sedih. Kamu mau mereka sakit?”Di tepi gerbang Guntur menarik tangan istrinya dan bicara dengan suara keras. Tentu saja tetangga dekat rumah bila sedang ada di luar pun, pasti mendengar perdebatan mereka.“Luapkan saja amarah dan alasan kamu, Mas. Gak ada alasan lagi untuk aku bertahan. Aku sudah muak sama kamu!” tandas lagi Talia dengan nanar. Tangannya pun langsung melambai pada sosok pengendara ojek di kejauhan sana.“Arkh, kamu benar-benar, ya? Oke, silahkan saja kamu pergi! Aku gak akan merayu lagi agar kamu

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Sore itu

    Sore itu angin begitu kencang. Suaranya sampai membuat bising telinga Talia yang sedang tidak baik-baik saja. Lambaiannya mampu mengguncang tubuh entengnya yang sedang menguatkan diri menahan luka.Talia berkendara dengan mobil suaminya membelah jalan raya dengan begitu cepat. Kej@mnya angin, tak mampu membuatnya sejenak berhenti untuk menghangatkan diri dan mendinginkan isi kepala. Talia terus melaju agar dia secepatnya tiba di rumah. Guntur yang tadi sempat mengumpat dan mengatakan kata talak pun, kini seakan cemas dan khawatir. Dia yang telah berencana akan memadu kasih sepanjang hari dan malam bersama selingkuhannya, kini beralih pikiran ingin segera pergi.“Aku seneng istrimu sudah tahu, Mas. Talia memang harus faham dirinya itu siapa.” Dengan senyum penuh kemenangan perempuan bernama Ineu itu merangkul tubuh Guntur dari belakang. Tapi, apa yang dia harapkan berikutnya seperti lenyap.“Lepasin dulu, aku mau ngejar Talia.” Guntur mengurai pelukan wanita yang sejak tadi menemaniny

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Diselingkuhi Lagi?

    Diam-diam dia bersembunyi dan menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain.“Vilanya bagus banget, Mas!” “Iya, ini milik teman aku.” Sang pria menjawab, memeluk pinggang si wanita lebih erat, lalu mencium pelipis kekasihnya.“Oh iya, Mas, aku sudah beli barang yang aku lihatin ke kamu kemarin.” Si wanita memutar tubuhnya dan memeluk si pria dengan mesra. “Makasih ya, Mas, udah nurutin apa yang aku pengen.”“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu. Kamu itu segalanya bagi aku.” Si pria mencubit pelan dagu bulat wanita itu. Cukup! Keduanya bagai pengantin baru, dan Talia sudah tidak tahan lagi di tempat persembunyiannya.“Jadi begini kelakuanmu di belakangku, Mas?”Seperti tersengat arus listrik, sepasang peselingkuh itu menoleh ke sumber suara. Mereka yang sedang saling berpelukan itu spontan berjarak setelah melihat kemunculan istri Guntur, pria yang sejak tadi bermesraan dengan wanita lain tersebut.Tubuh Talia bergetar, tapi sepasang matanya tampak tidak gentar saat menata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status