Share

Ibu Mertua Yang Baik?

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2025-01-13 17:03:37

“Maaf, Ma, Talia sangat sakit hati. Dan ini bukan untuk kali pertama.”

Lastri sudah tiba di rumah orang tua Talia. Tentu saja beberapa menit yang lalu dia sudah menjelaskan maksud kedatangannya. Dia percaya diri bahwa kali ini pun akan berhasil membujuk menantunya.

Orang tua Talia yang tidak terlalu banyak ikut campur, memilih tetap diam sambil menyimak. Mereka juga belum begitu tahu banyak. Karena Talia belum sempat curhat segalanya. Lastri pun buru-buru datang sebelum membiarkan Talia terpengaruh oleh ibu dan ayahnya.

“Pikiran tentang masa depan kalian, Talia. Guntur itu sudah mapan. Maaf, bukan membaguskan anak sendiri. Tapi, tidak banyak laki-laki yang punya pekerjaan bagus dengan gaji tinggi, Talia.” Lastri seperti seorang salesgirl yang terus mempromosikan putranya. Padahal di mata Talia, Guntur sudah jelek sejelek-jeleknya.

“Maksud Mama, gaji Mas Guntur besar itu seberapa ya, Ma?”

Alih-alih mendapatkan jawaban atas permintaan, Lastri malah dilempar pertanyaan tentang gaji putranya. Tentu saja perempuan paruh baya itu pun harus sedikit menahan rasa kesal. Dia tidak boleh buru-buru mengambil keputusan apapun.

“Ya kamu tahu lah gaji GM. Puluhan juta. Apalagi itu perusahaan bagus, Talia.” Lastri menjawab dengan penuh percaya diri. Ibu dan ayah Talia yang ada di sana, hanya saling melirik tanpa kata. Tapi di wajah mereka tersirat banyak makna.

Detik kemudian, Talia seperti tersenyum sempit. Matanya mengedar ke arah lain seakan ingin menertawakan sesuatu.

“Maaf, puluhan juta, Ma? Aku sih baru tahu. Biar Talia kasih tahu ya, Ma. Talia dikasih uang untuk dapur itu sebesar dua juta perbulan. Itu plus beli kebutuhan Talia seperti bedak, dan lipstik. Belum lagi kebutuhan kamar mandi dan alat-alat yang kami perlukan lainnya. Ternyata sebesar itu ya gajinya, Ma?” Pertanyaan Talia yang santai namun menusuk itu membuat Lastri menelan liurnya. Dia menahan nafas di dada atas ungkapan menantunya.

“Tapi kamu dikasih uang lain kan? Mama sih gak yakin dia cuma kasih uang segitu.” Lastri tidak mau anaknya direndahkan. Dengan tingkah polah bicaranya, dia berusaha agar menantunya itu tidak merasakan sakit hati. Pun dengan besannya. Bisa-bisa, ajakan untuk kembali ditolak, bukan?

“Ada sih, Ma, tapi itu kalau Mas Guntur bawa makanan dari luar. Itu mungkin lebihnya. Untuk beli pakaian bagus saja harus nunggu lebaran, Ma. Apa Mama nggak tahu?” ucap Talia lagi seakan ingin menghukum ibu mertuanya dengan segala kenyataan.

“Ah gak mungkin sih, gak mungkin. Kamu pasti mengada-ada kan?” Tanggapan Lastri tersebut tentu saja berdasarkan inisiatif saja. Karena sebenarnya, ia pun tahu pengeluaran putranya pada sang istri. Bisa dibilang, Lastri ikut campur dalam hal keuangan ini.

“Tapi ya semua orang gak akan percaya sih, Ma. Sama sekali gak akan percaya. Talia pun selama ini tidak pernah mengadu sedikit pun, sama siapapun. Sama ayah, sama ibu pun. Tapi, sekarang Talia seakan gimana ya, Ma? Bosan atau gimana sih menurut Mama, kalau terus dikhianati?” Pertanyaan Talia yang menohok pada mertuanya itu membuat Lastri kembali menarik ujung bibirnya. Dia rasa, kali ini Talia seperti akan susah dibujuk.

“Talia, dulu suami Mama juga gitu. Tapi, Mama sering memaafkan dan memaafkan kok? Mama akhirnya hanya bisa dipisahkan oleh maut. Mama juga sering diselingkuhi, Talia, Tapi Mama harus bisa memaafkan. Apalagi ya Mama melihat masa depan.” Jawaban Lastri yang begitu sangat meyakinkan itu membuat Talia merekahkan bibirnya.

“Oh, sudah ada turunan ya, Ma? Maaf ya, Ma, tapi Talia bukan Mama yang pemaaf.”

Seperti diserang oleh lawan namun tak bisa berkutik. Lastri merasa bahwa menantunya kali ini sudah pandai bicara. Padahal, dulu dia sangat mudah luluh. Apa-apa cuma menangis, dan tentu kata maaf mudah meluncur dari pita suaranya.

“Mungkin Mama meski diselingkuhi, Mama diratukan, Ma. Mama dikasih ART. Mama dikasih uang bulanan yang melimpah. Atau entah aku nggak tahu alasan apa saja yang membuat Mama bertahan seperti cerita Mama barusan. Hanya saja, aku jauh dari cerita seperti itu, Ma.”

“Kamu jangan terlalu menjelekkan Guntur di hadapan orang tua kamu. Mama tahu Guntur seperti apa. Dia saja kasih uang ke Mama perbulan sampai lima jutaan. Belum lagi kalau Mama minta lagi. Gak mungkin ke kamu cuma ngasih segitu.”

Lastri yang terpancing untuk membaguskan putranya itu kini seakan keceplosan. Selama ini Talia tidak tahu uang sebesar itu sering mengalir ke rekening ibu mertuanya. Padahal, dia tidak akan marah, karena seorang anak laki-laki memang berhak memberikan ibunya uang, apalagi dia seorang janda.

Mendengar kejujuran yang tidak direncanakan oleh Lastri, kedua orang tua Talia pun seperti kaget. Mereka kembali saling lirik tak menyangka. Kenapa menantu mereka pelit pada istri? Padahal, gajinya saja katanya besar?

Talia memalingkan pandangan dengan senyum sinis. Lastri yang sudah keceplosan itu kini jadi tidak enak duduk. Dia sebisa mungkin ingin meralat dan mengalihkan keadaan.

“Ehm. Maksudnya ya, maksud Mama itu, kalau Mama minta buat keperluan, meski gede, dia kasih lho. Tapi dia juga sering bilang, istri itu yang utama. Jadi, kamu pasti hanya mengada-ada saja. Tapi Talia, maafkan Guntur, ya? Maafin dia lah. Dia khilaf. Mama mohon, bimbing dia ke jalan yang benar.”

Lastri seakan ingin membuat menantu dan besannya amnesia dengan apa yang dia ucapkan kenyataannya tadi. Dia tidak ingin disebut ibu yang bergantung pada anak.

“Sudahlah, Ma, aku nggak apa-apa kok. Sama sekali aku nggak keberatan Mas Guntur kasih uang berapapun sama Mama. Ya, meski aku sama sekali nggak tahu besarannya. Dan nyatanya Mama sudah bilang tadi. Tapi jangan khawatir, Mama nggak usah jadi merasa sukar begitu. Lagian, sekarang aku kan ada di sini, Ma. Uang Mas Guntur nggak akan untuk aku lagi.” Kata-kata Talia membuat Lastri semakin bersikukuh untuk membuat Talia kembali.

“Jangan gitu dong, Talia. Jangan marah begini. Kamu itu perempuan baik-baik. Mama nggak ingin kehilangan kamu, Tal. Mama udah sreg sama kamu.” Lastri seakan membuat mimik wajah sedihnya. Seakan jadi faktor pendukung agar Talia bisa iba dan memikirkan keputusannya untuk berpisah.

“Terimakasih, Ma. Selama ini Talia juga menganggap Mama sebagai ibu mertua yang baik. Seringkali Mama memanggil Talia ke rumah hanya agar kita sering bersama kan? Misal kita sama-sama nyuci, ngepel, dan bersih-bersih gitu ya, Ma? Talia juga sebenarnya nggak mau kehilangan mertua yang sesayang itu sama Talia. Sampai-sampai apa-apa Mama seperti menganggap aku sebagai anak sendiri kan? Gak segan nyuruh ini dan itu.”

Lastri bungkam dengan dada yang memanas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marimar
bahkan di balikin semua omongan si mertua
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagang Sapu Melayang

    Mendengar tuturan kalimat Talia yang diduga manis namun akhirnya malah terasa menyindir, sontak membuat dada Lastri terangkat habis. Paruh baya yang sudah tak memiliki suami itu kini membuat sorot matanya refleks menajam. Dia kecewa, kenapa bisa Talia mengeluarkan racun namun seperti dikemas oleh madu?“Oh, jadi seperti itu ya, Bu Lastri? Saya tidak pernah tahu selama ini kalau anak saya sering dipanggil ke rumah Bu Lastri untuk bantu-bantu. Sesering itukah? Ya ampun, Bu, saya saja gak berani kalau anak sudah berumah tangga. Kalau seperti itu, namanya bukan mantu harus berbakti. Jangan-jangan anak saya dijadikan pembantu ya? Pantas saja saya heran. Suami anak saya katanya manager, gajinya besar. Tapi di rumah anak saya yang besar kok tidak ada pembantu ya? Jadi begitu ceritanya?”Ibu Talia yang sejak tadi menahan kesal, kini akhirnya memberanikan diri membuka suara. Dia baru bisa bicara setelah tahu kenyataan putrinya diperlakukan selama ini. “Eh, Bu Titi jangan asal bicara ya? Kenap

    Last Updated : 2025-01-13
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Gagal Membujuk? Ah ...

    “Apa? Mama gagal bujuk Talia pulang?”Guntur mengangkat kasar tubuhnya yang sedari tadi duduk karena kesal dengan ibunya. Apa yang diharapkan nyatanya tidak bisa terjadi. Lastri tidak bisa membujuk Talia.“Ya mau bagaimana lagi, Tur? Sudahlah, Mama gak mau lagi ke sana. Muka mamamu ini mau ditaruh di mana? Tadi aja sama ibunya si Talia Mama malah diusir pakek sapu!” Lastri yang sempat membuat kesal anaknya itu kini tidak mau salah sendiri. Dia tidak ingin disalahkan karena tidak bisa mengembalikan keadaan.Guntur memijat kepalanya dengan keras. Satu tangannya berkacak pinggang, yang seakan-akan pasti ambruk kalau tak dipegangi dengan erat.“Mama tadi sudah pede akan bawa Talia pulang. Kok bisa jadi gagal? Mungkin drama Mama kurang kan?” pekik Guntur lagi.“Tahu ah, Mama juga pusing. Ngapain sih kamu pertahanin perempuan yang udah gak mau sama kamu. Ya sudah saja kamu cepet bawa yang baru. Pasti si Talia cemburu dan menyesal sudah tinggalin kamu!” Saran dan masukkan yang dikemas dala

    Last Updated : 2025-01-27
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

    Last Updated : 2025-02-17
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Last Updated : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Last Updated : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Tidak Bisa Bicara Banyak

    Talia saat ini seperti akan dipermalukan oleh mantan keluarganya. Lihat saja, meski dia datang dengan Mirza, tapi sepertinya tetap dipandang sepele.“Talia, datang sama siapa? Laki-laki yang waktu itu mana?” Lastri nyeletuk dengan tatapan yang ingin mempermalukan Talia di depan beberapa orang. Tapi, kini langsung ditegur oleh Guntur yang secepatnya mendekat.“Bu, sudah. Ibu tahu, dia bosku?” Guntur membisikkan kalimat itu pada ibunya. Yang sontak saja itu membuat Lastri mematung diam. Guntur pun kembali ke kursi pelaminan.Talia dan Mirza yang menyadari pun hanya diam saja. Mereka melanjutkan langkah untuk menghampiri kedua mempelai.“Selamat ya, kalian memang cocok.” Talia menjulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. Dengan penuh kepuasan, Ineu pun menyalami balik. Sedangkan Guntur di samping Ineu, sepertinya merasa gelisah.“Makasih, Talia. Makasih juga udah datang, ya? Ini pasti berat lho!” kata Ineu lagi dengan jumawa. Ingin bicara lebih dari itu, tapi ada mantan bosnya di sana

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Jadi Wanita Kuat

    Talia berjalan bersama sejak awal dengan Mirza. Tidak ada lagi yang di kenali, ya kecuali keluarga dari keturunan Guntur sendiri. Tapi ya itu, mereka hanya cuek saja. Seakan tidak pernah ada hubungan kekerabatan di masa lalu.Entah mungkin otak mereka sudah diracuni oleh Lastri agar tidak menyapa Talia. Hingga saat Talia menyapa mereka pun, tak ada timbal balik yang baik. Membuat Talia jadi malas dan enggan berbaik hati pada mereka.“Ya ampun, Talia, datang juga, ya? Gak tahu malu, udah selingkuh, malah nampakkin muka.”Kalimat itu Talia dengar dari mulut salah seorang saudara Lastri. Yang juga didengar oleh Mirza.“Iya, tukang selingkuh. Bikin malu. Dia mau lepas dari ponakan kita yang seorang manajer kelas atas. Kasihan hidup dia.” Celetuk lagi yang lain. Padahal, selama ini komunikasi Talia dengan mereka juga tidak terlalu sering. Kalau bukan ada hajatan atau keluarga Guntur itu ada keperluan. Mereka tidak pernah akrab. Jadi, bukan masalah juga bagi Talia.Talia pun acuh saja. Dia

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Akhirnya Tidak sendiri

    “Bu, ayok, katanya mau ikut ke kondangan?”Talia yang sudah berpakaian rapi, juga berpoles dengan sedikit make-up tipis, mengernyit heran. Padahal ini sudah menjelang siang, tapi ibunya belum siap-siap.“Ah, Ibu nggak jadi ikut, Talia. Bapak ngajakin Ibu buat ke kebun.” Alasan ibu Talia yang tiba-tiba berubah dari sebelumnya.“Lho, katanya mau ikut? Katanya pengen lihat istri baru Mas Guntur.” Talia masih coba mengingatkan apa yang sudah ibunya katakan sebelumnya.“Nggak jadi, Talia. Lagipula Ibu malas. Takut kebawa emosi sama ibunya Guntur yang suka nyorocos itu.” Titi menambahkan lagi. Entah ada alasan apalagi yang membuat dia urung seketika.“Seriusan, Bu?” kata Talia lagi. Dia padahal sudah bersiap-siap, dan percaya diri akan hadir ke pernikahan Guntur bersama ibunya.“Iya, kamu saja sendiri ya?” Ibunya Talia nampak berkutat dengan sesuatu.Talia pun jadi bingung. Pergi sendiri memang tidak masalah baginya. Hanya saja, dia di sana perlu teman ngobrol. Entah harus dengan siapa diri

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Besok?

    “Ya sudah, Mas, silahkan kalau Mas mau ambil. Saya gak apa-apa kok.”Talia mengalah, menimbang dirinya pun tidak ada pesan dari siapapun untuk membeli makanan tersebut.“Hemh, di mana-mana kamu sukanya pencitraan, ya? Sok baik.”Mendengar itu Talia pun lumayan kesal. Padahal dirinya sudah berbaik hati untuk memberikan pancake, tapi Ardhya malah bicara aneh-aneh.“Oh ya sudah, bungkus, Mbak. Buat saya saja. Saya mau bayar. Totalnya berapa?”Ardhya bingung dengan keputusan Talia yang tiba-tiba saja berubah. Dia pikir wanita itu akan memaksa. Tapi, nyatanya malah omong belaka.“Baik, Mbak.” Pelayan mengangguk dan langsung mengemas pesanan.“Kamu sebenarnya niat ngasih gak, ya?” Ardhya pun protes lagi. Tentu saja Talia jadi sangat kesal.“Maaf ya, Mas, saya tidak suka pencitraan. Jadi saya gak akan kasih ini. Lebih baik saya makan dengan keluarga saya.”Talia langsung mengeluarkan dompet. Dia rogoh isinya untuk membayar pesanan. Sudah hafal estimasi harga, sehingga Talia pun tidak bingung

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Pinjam Uang

    Setelah keluar dari bank, Talia dikejar oleh Guntur. Tidak peduli meski dia merasa sudah bukan lagi suaminya. Tapi, Guntur masih menyimpan cemas terhadap Talia.“Talia, tunggu! Untuk apa kamu pinjam uang itu?”Ineu yang melihat Guntur lari pun merasa cemburu bukan main. Tapi, di sisi lain dia sedang menunggu panggilan dari teller yang tidak akan lama lagi. Talia menoleh dengan heran. Kenapa Guntur mengikutinya? Dia yang akan segera menghidupkan mesin motor pun urung seketika.“Ada apa ya, Mas? Bukan urusan kamu deh sepertinya, aku mau ambil uang berapapun.” Talia dengan kesalnya menjawab. “Talia, aku yakin kamu pinjam uang kan? Untuk apa? Sudah aku bilang, cerai dariku kamu pasti banyak utang.”Talia mengernyit heran. Kenapa pikiran Guntur selalu merendahkan dan menyepelekannya? Apa sulit untuk percaya kalau Talia memiliki uang dari hal lain?“Pinjam? Pinjam uang? Apa aku harus ya Mas pinjam uang ke bank? Apa kamu juga selalu berpikiran kalau aku ini miskin?”Di sekitar terlihat mas

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kamu Pinjam Uang, Ya? Haha

    “Setelah kami menimbang dari segala aspek, kami setuju ambil kesempatan dan tawaran dari perusahaan, Pak. Dan saat ini kami juga sedang mempersiapkan lahannya. Kami sudah memulai menanam untuk siap panen nanti.” Talia kini berada di sebuah ruangan. Dimna sedang ada pertemuan bersama manajer dan kepala pergudangan. “Baguslah kalau begitu, Mbak. Silahkan Mbak dibaca dulu kontraknya. Kalau sudah, kita akan tanda tangani bersama.” Talia pun membaca setiap detail isi dari kontrak kerjasama mereka. Meski dia dulu tidak faham, sekarang perlahan dia mulai harus bisa mengerti dan memahami, bagaimana cara menimbang kerjasama yang baik. Tanpa ada salah satu pihak yang akan dirugikan. Talia juga mencoba sedetail mungkin agar tidak ada penyelewengan. Dalam konteks tersebut, korupsi harga, jumlah, atau lain sebagainya. Semuanya murni dari tangan Talia langsung terpantau oleh petinggi pasar swalayan tersebut. “Baiklah, Pak, saya setuju. Semoga kami bisa konsisten, dan mampu memenuhi kebutu

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Apa?

    “Lho, Mama sudah punya nomor rekening, Ineu? Dari kapan, Ma? Aku gak denger nyebutin angka, barusan. Kapan Mama tahu nomornya? Aku juga gak lihat Mama buka hape kayak baca pesan. Ineu kan gak pegang hape.”Guntur langsung menyelidiki keheranannya. Tidak mungkin ibunya itu jadi seorang paranormal yang bisa mengetahui nomor-nomor rekening orang asing.Ineu hanya terdiam dengan gelisah. Dia berharap calon ibu mertuanya tidak bicara jujur apa yang sebenarnya telah terjadi. Tapi, Lastri namanya. Dia tentu saja akan menjawab apa adanya, apalagi ini soal uang. Mungkinkah dia dirugikan?Ineu melirik Lastri, seakan memberi pertanda agar Lastri tidak bicara dulu. Hanya saja, itu tidak bisa dilakukan. Calon mertuanya kini langsung jujur di depan Guntur.“Sebulan yang lalu, Ineu pernah pinjam uang lima juta ke Mama, Tur. Mama juga baru inget lagi. Katanya Ineu mau bayar dan dilebihin. Tapi, nyatanya baru bayar tiga juta ke Mama. Jadi, kapan mau bayar, In?” La

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Syok! Pinjam uang?

    “Apa, pinjam uang?”Lastri yang sedari tadi duduk dengan tenang, kini terperanjat kaget. Seperti dikagetkan macan jantan yang membuat bola matanya nyaris loncat.Kaget? Oh tentu. Pinjam uang sepuluh juta?“Ma, cuma sepuluh juta aja kok, Ma. Sebentar lagi sama Mas Guntur dibalikin kok, Ma. Mama jangan syok gitu ah.”Ineu dengan lihai mengikis jarak dengan calon mertuanya itu. Dia harus sebisa mungkin mengeluarkan jurus rayuan agar Lastri mau meminjamkan uang untuk pernikahan mereka.Guntur hanya terdiam seakan malu oleh ibunya. Malu dengan sikap Ineu yang berani merayu ibunya. Tapi, mau bagaimana lagi? Mereka harus segera melunasi gaun pengantin.Memang tadi datang-datang, tanpa basa-basi mereka langsung mengutarakan maksud. Ternyata, bukan hal bahagia yang Lastri dengar. Malah soal pinjam uang?“Kok bisa kalian gak punya uang sepuluh juta aja? Kamu gajian bulan kemarin masih ada lah, Tur? Terus kamu, Ineu, kamu pasti masih punya sisa uang pesangon kan?”Lastri belum terbujuk. Tanda ta

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kata-katamu sadis

    “Ardhya, sini! Kita makan sama-sama. Ada Talia ini!”Talia tersentak sedikit dengan kehadiran Ardhya. Pria yang sama sekali tidak menyukainya, menurut Talia. Saat ini wanita yang berpakaian rapi dengan rambut diikat satu itu pun sedikit gelisah.Ardhya mengernyit. Dia tiba-tiba saja melihat ibunya sudah mem-booking meja untuk makan siang.“Mama, aku kira di parkiran!” tanya Ardhya dengan heran. Pria berpakaian rapi itu pun mengikis jarak dengan ibunya.Ardhya tidak mengerti juga, kenapa ada saja Talia di sana. Untuk ke dua kalinya bertemu di tempat yang sama. Padahal, menurut Ardhya, jarak rumah Talia ke tempat saat ini, lumayan jauh.“Kamu sedang apa di sini? Bukannya rumah kamu jauh dari sini, ya? Hemh, tapi namanya juga cewek, belanja sama belanja. Ke mana pun dikejar.”Belum ada angin belum ada hujan, tiba-tiba saja Talia mendengar kata-kata Ardhya yang sangat menyentil pendengarannya. Apa maksudnya?“Ardhya!” Bu Wanda menegur putranya yang tengil menurutnya, “kamu yang sopan don

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status