Share

Gagal Membujuk? Ah ...

Aвтор: Kom Komala
last update Последнее обновление: 2025-01-27 10:12:43

“Apa? Mama gagal bujuk Talia pulang?”

Guntur mengangkat kasar tubuhnya yang sedari tadi duduk karena kesal dengan ibunya. Apa yang diharapkan nyatanya tidak bisa terjadi. Lastri tidak bisa membujuk Talia.

“Ya mau bagaimana lagi, Tur? Sudahlah, Mama gak mau lagi ke sana. Muka mamamu ini mau ditaruh di mana? Tadi aja sama ibunya si Talia Mama malah diusir pakek sapu!”

Lastri yang sempat membuat kesal anaknya itu kini tidak mau salah sendiri. Dia tidak ingin disalahkan karena tidak bisa mengembalikan keadaan.

Guntur memijat kepalanya dengan keras. Satu tangannya berkacak pinggang, yang seakan-akan pasti ambruk kalau tak dipegangi dengan erat.

“Mama tadi sudah pede akan bawa Talia pulang. Kok bisa jadi gagal? Mungkin drama Mama kurang kan?” pekik Guntur lagi.

“Tahu ah, Mama juga pusing. Ngapain sih kamu pertahanin perempuan yang udah gak mau sama kamu. Ya sudah saja kamu cepet bawa yang baru. Pasti si Talia cemburu dan menyesal sudah tinggalin kamu!”

Saran dan masukkan yang dikemas dalam kekesalan Lastri, membuat Guntur pun berfikir keras. Seharusnya dia memang tidak bersikukuh ingin terus bersama Talia. Punya apa wanita itu? Dia bisa mendapatkan yang lebih baik. Mungkin berpisah dari Talia itu akan jauh lebih bahagia.

Guntur membawa lagi tubuhnya untuk duduk di kursi. Otaknya seperti mengepulkan asap untuk mengambil keputusan yang sebenarnya. Karena mengusir dan membiarkan Talia tadi itu bukan keputusan yang matang.

“Tur, kamu itu seorang GM. Ingat, kamu jangan mau direndahkan. Kamu jangan mau ngemis sama perempuan biasa seperti si Talia. Sudahlah, kalau kamu mau milih selingkuhan kamu itu, ya nikahi aja dia segera. Beres kan? Di sana kamu bisa lihat nanti, Talia secemburu apa? Mama yakin, dia masih cinta sama kamu. Hanya saja, egonya tinggi. Apalagi hasutan kedua orang tuanya yang bikin si Talia berani memutuskan untuk berpisah.”

Masih hening di sana. Guntur belum menjawab atau menanggapi apa yang dikatakan oleh ibunya. Dia masih memikirkan hal lain yang menyangkut tentang dia dengan selingkuhannya.

“Bawalah si Ineu itu. Mama yakin, kamu gak akan salah pilih. Dia pasti lebih baik dari Talia.” Lastri kembali mengompori otak putranya.

Tidak ada nasehat atau wejangan sama sekali dari Lastri. Meski anaknya dia sadari telah melakukan kesalahan yang fatal dalam rumah tangga. Tapi, bagi Lastri itu tidak penting. Yang dia inginkan adalah, Guntur tidak kecewa padanya. Sebagai seorang ibu, haruslah dia mendukung anaknya.

“Oke, baiklah kalau itu yang kamu inginkan Talia. Sepertinya jalan perceraian adalah yang terbaik.” Guntur bicara sambil menatap kaca meja di depannya. Sambil mengeratkan taring-taringnya, dia meyakinkan dalam hati, kalau keputusannya itu sangat benar.

Lastri tersenyum sinis. Dia menghela nafas dengan lega, karena putranya mau ikut saran dirinya. Lagipula, Lastri yakin, selingkuhan Guntur akan jauh lebih baik dari menantunya saat ini.

“Bagus, itu memang keputusan yang bagus. Ingat, Tur, kamu jangan mau diinjak-injak harga diri oleh istrimu. Kamu harus punya keyakinan. Kamu jangan plin-plan. Kalau kamu punya wanita lain, perlihatkan pada Talia, kalau kamu jauh lebih baik dengan wanita itu. Faham kan maksud Mama?”

Lastri dengan penuh keyakinan ingin membuat anaknya bisa mengambil keputusan. Lastri juga tidak ingin dibuat malu lagi oleh besannya seperti apa yang terjadi tadi. Dia muak, dan malas kalau harus berhadapan lagi. Harga dirinya sudah diinjak-injak.

“Kapan kamu mau bawa perempuan itu ke Mama, hemh?” Lastri bertanya di tengah keheningan. Dia sangat penasaran dengan sosok perempuan yang bisa mengambil hati putranya itu.

Guntur masih memasang wajah gelisah. Apalagi menyangkut selingkuhannya yang bisa saja jadi masalah besar.

“Dia masih punya suami, Ma.”

Lastri yang sedang duduk santai sambil menyuap cemilan yang sudah tersedia di meja, kini tersentak kaget. Dia shock mendengar informasi yang keluar dari mulut Guntur.

“Hah, jadi dia punya suami?”

“Sebenarnya dia sebelumnya janda, Ma. Tapi, dia sudah menikah, karena menunggu kepastian dari aku yang lama. Jadi, dia menikah. Tapi, dia gak cinta sama suaminya.”

Lastri menelan air liurnya beberapa kali. Dia merasa putranya itu memang sudah gila. Tapi, apa daya sebagai ibu? Dia hanya bisa ikut alur yang dimau Guntur. Baginya, kalau Guntur marah, semuanya akan hancur.

“Sulit sih ini, Ma. Talia juga tahu, wanita itu masih punya suami. Pasti dia mengejek betul aku sama dia. Karena kita sama-sama selingkuh.” Guntur bicara lagi dengan wajah yang masih tidak lekang dari keresahan.

Guntur memang merencanakan ini semua. Dia akan menalak Talia, kalau pacarnya sudah resmi bercerai dengan suaminya. Tapi, rencana ini seperti datang lebih dini. Membuat Guntur belum ada persiapan sama sekali.

“Jadi kalian mau gimana? Mama sih bingung. Terserah kamu saja sih, Tur. Tapi ….”

“Tapi apa, Ma?” Guntur bertanya dengan sangat penasaran, sebab ibunya yang menahan kalimat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Marimar
emaknya juga edyan...
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

    Последнее обновление : 2025-02-17
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Последнее обновление : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Последнее обновление : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Последнее обновление : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

    Последнее обновление : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

    Последнее обновление : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Bos Suami Talia

    “Bu Talia?”Sapaan itu membuat Talia bangkit dari kursi yang sejak tadi dia duduki. Pasalnya di sekitar hanya ada beberapa orang saja, dan sepertinya tidak ada lagi yang bernama Talia. Apalagi mobil itu berhenti tepat di hadapan Talia.Talia mendekat untuk memastikan. Atau dia salah lihat orang? Mana mungkin juga …“Pak Mirza?”Talia mengernyit lagi. Ternyata yang menyapanya itu benar pria yang pernah dikenalnya. Mirza Perwira Surya Atmaja. Pria yang menjadi pimpinan perusahaan di tempat suaminya bekerja.“Bu Talia sedang apa?” Pria itu mendongak dari dalam mobil. Hanya membuka kaca mobilnya untuk menyapa Talia.“Pak, saya sedang menunggu angkutan umum.” Sebenarnya Talia dipersilahkan untuk memakai kendaraan orang tuanya. Tapi, dia memilih untuk naik angkutan umum. Sambil melatih diri juga untuk berjalan kaki setelah sekian lama.Dia sadar, belum sah menjadi janda, dan masih terikat pernikahan secara hukum. Tap

    Последнее обновление : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dipanggil Bos

    “Pak Guntur, maaf Bapak dipanggil ke ruangan Pak Mirza.” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Guntur yang sedang berkutat di depan layar laptop. Tentu bukan wanita asing, tapi bawahan Guntur sendiri. “Oh iya. Sebentar lagi.” Guntur menjawab tanpa melirik. “Sekarang katanya, Pak.” Guntur pun kini seakan kaget atas perintah dari karyawannya itu. Dahinya mengkerut, lalu kini ia pun menjawab, “oke.” Wanita yang disuruh Mirza itu pun sudah meninggalkan ruangan Guntur. Entah kenapa perasaan Guntur sama sekali tidak enak. Apa jangan-jangan hubungan dirinya dengan Ineu bocor sampai ke atasan? Tapi mana mungkin? Dia sudah meminta teman sepekerjaannya yang tahu, untuk bungkam. Karena mereka pun punya rahasia masing-masing. Ah, mungkin ada hal lain. Guntur pun kini menutup laptopnya. Dia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruangan atasannya. Sebenarnya jantung Guntur sudah berdebar sejak kata ‘sekarang’ diucapkan oleh karyawannya. Pikirannya sudah campur aduk ke mana-mana, t

    Последнее обновление : 2025-02-23

Latest chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Tidak Bisa Bicara Banyak

    Talia saat ini seperti akan dipermalukan oleh mantan keluarganya. Lihat saja, meski dia datang dengan Mirza, tapi sepertinya tetap dipandang sepele.“Talia, datang sama siapa? Laki-laki yang waktu itu mana?” Lastri nyeletuk dengan tatapan yang ingin mempermalukan Talia di depan beberapa orang. Tapi, kini langsung ditegur oleh Guntur yang secepatnya mendekat.“Bu, sudah. Ibu tahu, dia bosku?” Guntur membisikkan kalimat itu pada ibunya. Yang sontak saja itu membuat Lastri mematung diam. Guntur pun kembali ke kursi pelaminan.Talia dan Mirza yang menyadari pun hanya diam saja. Mereka melanjutkan langkah untuk menghampiri kedua mempelai.“Selamat ya, kalian memang cocok.” Talia menjulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. Dengan penuh kepuasan, Ineu pun menyalami balik. Sedangkan Guntur di samping Ineu, sepertinya merasa gelisah.“Makasih, Talia. Makasih juga udah datang, ya? Ini pasti berat lho!” kata Ineu lagi dengan jumawa. Ingin bicara lebih dari itu, tapi ada mantan bosnya di sana

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Jadi Wanita Kuat

    Talia berjalan bersama sejak awal dengan Mirza. Tidak ada lagi yang di kenali, ya kecuali keluarga dari keturunan Guntur sendiri. Tapi ya itu, mereka hanya cuek saja. Seakan tidak pernah ada hubungan kekerabatan di masa lalu.Entah mungkin otak mereka sudah diracuni oleh Lastri agar tidak menyapa Talia. Hingga saat Talia menyapa mereka pun, tak ada timbal balik yang baik. Membuat Talia jadi malas dan enggan berbaik hati pada mereka.“Ya ampun, Talia, datang juga, ya? Gak tahu malu, udah selingkuh, malah nampakkin muka.”Kalimat itu Talia dengar dari mulut salah seorang saudara Lastri. Yang juga didengar oleh Mirza.“Iya, tukang selingkuh. Bikin malu. Dia mau lepas dari ponakan kita yang seorang manajer kelas atas. Kasihan hidup dia.” Celetuk lagi yang lain. Padahal, selama ini komunikasi Talia dengan mereka juga tidak terlalu sering. Kalau bukan ada hajatan atau keluarga Guntur itu ada keperluan. Mereka tidak pernah akrab. Jadi, bukan masalah juga bagi Talia.Talia pun acuh saja. Dia

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Akhirnya Tidak sendiri

    “Bu, ayok, katanya mau ikut ke kondangan?”Talia yang sudah berpakaian rapi, juga berpoles dengan sedikit make-up tipis, mengernyit heran. Padahal ini sudah menjelang siang, tapi ibunya belum siap-siap.“Ah, Ibu nggak jadi ikut, Talia. Bapak ngajakin Ibu buat ke kebun.” Alasan ibu Talia yang tiba-tiba berubah dari sebelumnya.“Lho, katanya mau ikut? Katanya pengen lihat istri baru Mas Guntur.” Talia masih coba mengingatkan apa yang sudah ibunya katakan sebelumnya.“Nggak jadi, Talia. Lagipula Ibu malas. Takut kebawa emosi sama ibunya Guntur yang suka nyorocos itu.” Titi menambahkan lagi. Entah ada alasan apalagi yang membuat dia urung seketika.“Seriusan, Bu?” kata Talia lagi. Dia padahal sudah bersiap-siap, dan percaya diri akan hadir ke pernikahan Guntur bersama ibunya.“Iya, kamu saja sendiri ya?” Ibunya Talia nampak berkutat dengan sesuatu.Talia pun jadi bingung. Pergi sendiri memang tidak masalah baginya. Hanya saja, dia di sana perlu teman ngobrol. Entah harus dengan siapa diri

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Besok?

    “Ya sudah, Mas, silahkan kalau Mas mau ambil. Saya gak apa-apa kok.”Talia mengalah, menimbang dirinya pun tidak ada pesan dari siapapun untuk membeli makanan tersebut.“Hemh, di mana-mana kamu sukanya pencitraan, ya? Sok baik.”Mendengar itu Talia pun lumayan kesal. Padahal dirinya sudah berbaik hati untuk memberikan pancake, tapi Ardhya malah bicara aneh-aneh.“Oh ya sudah, bungkus, Mbak. Buat saya saja. Saya mau bayar. Totalnya berapa?”Ardhya bingung dengan keputusan Talia yang tiba-tiba saja berubah. Dia pikir wanita itu akan memaksa. Tapi, nyatanya malah omong belaka.“Baik, Mbak.” Pelayan mengangguk dan langsung mengemas pesanan.“Kamu sebenarnya niat ngasih gak, ya?” Ardhya pun protes lagi. Tentu saja Talia jadi sangat kesal.“Maaf ya, Mas, saya tidak suka pencitraan. Jadi saya gak akan kasih ini. Lebih baik saya makan dengan keluarga saya.”Talia langsung mengeluarkan dompet. Dia rogoh isinya untuk membayar pesanan. Sudah hafal estimasi harga, sehingga Talia pun tidak bingung

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Pinjam Uang

    Setelah keluar dari bank, Talia dikejar oleh Guntur. Tidak peduli meski dia merasa sudah bukan lagi suaminya. Tapi, Guntur masih menyimpan cemas terhadap Talia.“Talia, tunggu! Untuk apa kamu pinjam uang itu?”Ineu yang melihat Guntur lari pun merasa cemburu bukan main. Tapi, di sisi lain dia sedang menunggu panggilan dari teller yang tidak akan lama lagi. Talia menoleh dengan heran. Kenapa Guntur mengikutinya? Dia yang akan segera menghidupkan mesin motor pun urung seketika.“Ada apa ya, Mas? Bukan urusan kamu deh sepertinya, aku mau ambil uang berapapun.” Talia dengan kesalnya menjawab. “Talia, aku yakin kamu pinjam uang kan? Untuk apa? Sudah aku bilang, cerai dariku kamu pasti banyak utang.”Talia mengernyit heran. Kenapa pikiran Guntur selalu merendahkan dan menyepelekannya? Apa sulit untuk percaya kalau Talia memiliki uang dari hal lain?“Pinjam? Pinjam uang? Apa aku harus ya Mas pinjam uang ke bank? Apa kamu juga selalu berpikiran kalau aku ini miskin?”Di sekitar terlihat mas

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kamu Pinjam Uang, Ya? Haha

    “Setelah kami menimbang dari segala aspek, kami setuju ambil kesempatan dan tawaran dari perusahaan, Pak. Dan saat ini kami juga sedang mempersiapkan lahannya. Kami sudah memulai menanam untuk siap panen nanti.” Talia kini berada di sebuah ruangan. Dimna sedang ada pertemuan bersama manajer dan kepala pergudangan. “Baguslah kalau begitu, Mbak. Silahkan Mbak dibaca dulu kontraknya. Kalau sudah, kita akan tanda tangani bersama.” Talia pun membaca setiap detail isi dari kontrak kerjasama mereka. Meski dia dulu tidak faham, sekarang perlahan dia mulai harus bisa mengerti dan memahami, bagaimana cara menimbang kerjasama yang baik. Tanpa ada salah satu pihak yang akan dirugikan. Talia juga mencoba sedetail mungkin agar tidak ada penyelewengan. Dalam konteks tersebut, korupsi harga, jumlah, atau lain sebagainya. Semuanya murni dari tangan Talia langsung terpantau oleh petinggi pasar swalayan tersebut. “Baiklah, Pak, saya setuju. Semoga kami bisa konsisten, dan mampu memenuhi kebutu

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Apa?

    “Lho, Mama sudah punya nomor rekening, Ineu? Dari kapan, Ma? Aku gak denger nyebutin angka, barusan. Kapan Mama tahu nomornya? Aku juga gak lihat Mama buka hape kayak baca pesan. Ineu kan gak pegang hape.”Guntur langsung menyelidiki keheranannya. Tidak mungkin ibunya itu jadi seorang paranormal yang bisa mengetahui nomor-nomor rekening orang asing.Ineu hanya terdiam dengan gelisah. Dia berharap calon ibu mertuanya tidak bicara jujur apa yang sebenarnya telah terjadi. Tapi, Lastri namanya. Dia tentu saja akan menjawab apa adanya, apalagi ini soal uang. Mungkinkah dia dirugikan?Ineu melirik Lastri, seakan memberi pertanda agar Lastri tidak bicara dulu. Hanya saja, itu tidak bisa dilakukan. Calon mertuanya kini langsung jujur di depan Guntur.“Sebulan yang lalu, Ineu pernah pinjam uang lima juta ke Mama, Tur. Mama juga baru inget lagi. Katanya Ineu mau bayar dan dilebihin. Tapi, nyatanya baru bayar tiga juta ke Mama. Jadi, kapan mau bayar, In?” La

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Syok! Pinjam uang?

    “Apa, pinjam uang?”Lastri yang sedari tadi duduk dengan tenang, kini terperanjat kaget. Seperti dikagetkan macan jantan yang membuat bola matanya nyaris loncat.Kaget? Oh tentu. Pinjam uang sepuluh juta?“Ma, cuma sepuluh juta aja kok, Ma. Sebentar lagi sama Mas Guntur dibalikin kok, Ma. Mama jangan syok gitu ah.”Ineu dengan lihai mengikis jarak dengan calon mertuanya itu. Dia harus sebisa mungkin mengeluarkan jurus rayuan agar Lastri mau meminjamkan uang untuk pernikahan mereka.Guntur hanya terdiam seakan malu oleh ibunya. Malu dengan sikap Ineu yang berani merayu ibunya. Tapi, mau bagaimana lagi? Mereka harus segera melunasi gaun pengantin.Memang tadi datang-datang, tanpa basa-basi mereka langsung mengutarakan maksud. Ternyata, bukan hal bahagia yang Lastri dengar. Malah soal pinjam uang?“Kok bisa kalian gak punya uang sepuluh juta aja? Kamu gajian bulan kemarin masih ada lah, Tur? Terus kamu, Ineu, kamu pasti masih punya sisa uang pesangon kan?”Lastri belum terbujuk. Tanda ta

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Kata-katamu sadis

    “Ardhya, sini! Kita makan sama-sama. Ada Talia ini!”Talia tersentak sedikit dengan kehadiran Ardhya. Pria yang sama sekali tidak menyukainya, menurut Talia. Saat ini wanita yang berpakaian rapi dengan rambut diikat satu itu pun sedikit gelisah.Ardhya mengernyit. Dia tiba-tiba saja melihat ibunya sudah mem-booking meja untuk makan siang.“Mama, aku kira di parkiran!” tanya Ardhya dengan heran. Pria berpakaian rapi itu pun mengikis jarak dengan ibunya.Ardhya tidak mengerti juga, kenapa ada saja Talia di sana. Untuk ke dua kalinya bertemu di tempat yang sama. Padahal, menurut Ardhya, jarak rumah Talia ke tempat saat ini, lumayan jauh.“Kamu sedang apa di sini? Bukannya rumah kamu jauh dari sini, ya? Hemh, tapi namanya juga cewek, belanja sama belanja. Ke mana pun dikejar.”Belum ada angin belum ada hujan, tiba-tiba saja Talia mendengar kata-kata Ardhya yang sangat menyentil pendengarannya. Apa maksudnya?“Ardhya!” Bu Wanda menegur putranya yang tengil menurutnya, “kamu yang sopan don

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status