Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah / Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

Share

Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2025-02-17 13:26:00

“Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”

Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …

“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.

“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”

“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”

“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.

Tapi, baru saja Lastri akan melenggang pergi, Guntur sudah memaksanya berhenti.

“Jangan pulang dulu dong, Ma. Aku belum makan. Perut aku keroncongan!” Guntur mencegah ibunya yang akan segera pulang. Lastri pun mengernyitkan keningnya secara spontan.

“Lho, kok? Apa si Talia gak masak buat kamu dulu?” ujar Lastri dengan penuh kekesalan. Dia refleks membalikan badan ke arah putranya lagi.

“Gak ada, Ma. Lihat saja di meja makan. Gak ada makanan sama sekali. Ada juga nasi tadi pagi di mejikom. Sepertinya dia sengaja deh begini. Dia udah menguntit aku sejak kepergian aku.” Guntur sangat ketus bukan main. Apalagi dia sesekali masih memegangi perut yang sudah mulai menabuh gendang meminta makanan.

“Benar-benar ya itu si Talia. Ribetin banget. Gak becus!” Lastri mendengus dengan kasar.

“Ya sudah, tolong buatin aku makan dong, Ma. Apa kek. Atau nasi goreng aja deh,” titah Guntur lagi. 

“Kamu masak mie aja deh sendiri. Pasti ada stok mie kan?” Lastri yang malas bergerak pun menyarankan. Tapi, tentu saja Guntur menolak. Karena selama ini, dia tidak pernah berkutat di dapur.

“Ya ampun, Ma, kalau makan mie instan, maag aku suka kambuh. Apalagi emang akhir-akhir ini lambungku kurang enak. Tolong dong, Ma! Lagian, aku gak bisa. Kalau nanti gosong kan gimana?” Jawaban Guntur tentu semakin membuat Lastri harus ekstra menahan diri. Jujur, dia sangat kesal pada Talia yang semena-mena pergi tanpa meninggalkan makanan untuk suaminya.

“Ya ampun, Tur, baru begini aja udah ribet hidupmu. Makanya cepet nikah sama perempuan itu. Jangan sampai kamu sengsara begini dalam waktu yang lama.” Lastri mendengus lagi.

“Setidaknya mungkin perlu habis masa Iddah Ineu, Ma.”

“Cari yang lain aja kali, Tur? Apalagi dia punya suami!” saran Lastri dengan geram. Kalau harus menunggu masa Iddah, tentu saja sangatlah lama. Lastri tidak ingin melihat anaknya apa-apa serba sendiri. Apalagi kalau sampai merepotkan dirinya.

“Ya ampun, Ma. Aku juga suka dan cinta sama dia. Aku gak bisa tinggalin dia gitu aja.”

Lastri mengerlingkan bola matanya.

“Sepertinya dia punya hal yang menarik dari Talia, makanya kamu betah sama wanita itu. Mama sih harap, dia bisa lebih baik daripada Talia. Kalau keukeuh, ya mau gimana.” Lastri pun memilih untuk mengikuti keputusan putranya.

“Pasti, Ma. Dia itu perempuan berpendidikan, pintar, dan pekerja keras. Dia juga bisa memahami aku.” Guntur menjawab dengan pasti.

“Okelah, Mama buatin nasi goreng buat kamu. Telor ada kan?” 

“Cari aja di kulkas, Ma.”

“Hemh.” 

Lastri melengos pergi dengan terpaksa. Padahal dia sudah lelah, ingin merebahkan badan dan tidur dengan sangat nyenyak. Tapi, keadaan memaksa dia harus berkecimpung dengan kompor dan penggorengan. Sudahlah, badannya yang semerbak oleh parfum itu kini jadi bau bumbu dapur.

Berkutat beberapa menit, akhirnya Lastri telah menyelesaikan pekerjaannya yang dia kira sangatlah rumit dan mengesalkan. Karena diri pribadi malah setiap makan itu pesan ke rumah makan. Kalau di rumah, paling masak yang instan saja.

“Ma, kok asin banget!” 

Setelah Lastri menyuguhkan nasi goreng pada Guntur beberapa detik yang lalu, Guntur pun protes. Suapan pertamanya gagal meluncur di lidah. Dia malah melepeh dengan mimik wajah yang tak mengenakan. Tentu saja Lastri pun langsung menyipitkan matanya.

“Eh, asin?”

“Mama rasain aja sendiri!” titah Guntur dengan kesal. Dia tidak habis pikir dengan masakan ibunya.

“Eh gak mau. Emang asin banget, ya? Mama gak mau coba ah, takut darting!” Lastri bergidik jijik.

“Mama gak nyobain dulu tadi?” 

“Gak. Mama kira-kira aja. Soalnya Mama malas dih, Tur. Lagian, delivery aja kenapa sih? Tahu kan sejak dulu Mama jarang banget masak? Mama tukang beli di warung makan!”

Jawaban ibunya sungguh membuat Guntur kecewa. Seakan saat itu juga Guntur membayangkan nasi goreng buatan istrinya yang sangat lezat dan tepat menyerang lidahnya. Arkh, tapi bayangan itu sirna saat dia memikirkan Ineu, selingkuhannya. Ineu akan jauh lebih baik dari Talia.

“Heurkh! Oke deh, aku delivery aja. Sambil nunggu mau bersih-bersih dulu. Mama gak bisa diandelin!”

Guntur membawa tubuhnya dengan kasar berdiri dari sofa. Ia pun segera pergi ke kamar sambil mengirim pesan ke tempat makanan yang dia inginkan. Lastri pun kini lega dan memilih pergi saja.

***

[Mas, aku besok akan gugat cerai suami aku. Tapi, kamu juga janji akan segera gugat cerai Talia kan?]

Pesan masuk yang kini sudah dibaca Guntur, membuat bibirnya yang sedang ketus itu tiba-tiba sedikit tersenyum. Guntur sangat menyambut baik pesan selingkuhannya itu.

[Baguslah, Sayang. Aku juga akan segera gugat Talia. Tapi, kalian kan mungkin gak ada masalah. Bisa cerai gimana?] 

Guntur membalas. Hingga detik kemudian pun pacarnya itu tak lama langsung merespon lagi.

[Aku sudah jujur sama dia, Mas. Aku masih cinta sama kamu. Aku minta kita pisah. Dan dia mau terima saja]

[Semudah itu?]

[Iya, Mas. Meski katanya dia gak mau cerai sama aku. Tapi aku gak cinta sama dia. Aku jujur. Jadi, besok kita akan urus perceraian. Lagian, aku juga apa yang diharepin dari dia yang cuma gaji UMR, kan? Aku cinta sama kamu, Mas. Aku ingin segera kita nikah]

[Oh gitu, ya? Semoga lancar ya, Sayang?]

[Do’ain ya, Mas? Kapan kamu mau gugat Talia? Besok aja kamu ke pengadilan. Biar cepet]

Tiba-tiba saja pesan itu tak kunjung terbalas. Hanya ceklis dua, tapi sudah berubah warna. Tentu saja karena Guntur masih melamun dan ragu. Apa dia harus secepat itu menggugat Talia? Bisa saja besok Talia kembali bukan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marimar
sok atuh Guntur. nikahin itu hantu valakor.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Last Updated : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Last Updated : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

    Last Updated : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Bos Suami Talia

    “Bu Talia?”Sapaan itu membuat Talia bangkit dari kursi yang sejak tadi dia duduki. Pasalnya di sekitar hanya ada beberapa orang saja, dan sepertinya tidak ada lagi yang bernama Talia. Apalagi mobil itu berhenti tepat di hadapan Talia.Talia mendekat untuk memastikan. Atau dia salah lihat orang? Mana mungkin juga …“Pak Mirza?”Talia mengernyit lagi. Ternyata yang menyapanya itu benar pria yang pernah dikenalnya. Mirza Perwira Surya Atmaja. Pria yang menjadi pimpinan perusahaan di tempat suaminya bekerja.“Bu Talia sedang apa?” Pria itu mendongak dari dalam mobil. Hanya membuka kaca mobilnya untuk menyapa Talia.“Pak, saya sedang menunggu angkutan umum.” Sebenarnya Talia dipersilahkan untuk memakai kendaraan orang tuanya. Tapi, dia memilih untuk naik angkutan umum. Sambil melatih diri juga untuk berjalan kaki setelah sekian lama.Dia sadar, belum sah menjadi janda, dan masih terikat pernikahan secara hukum. Tap

    Last Updated : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dipanggil Bos

    “Pak Guntur, maaf Bapak dipanggil ke ruangan Pak Mirza.” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Guntur yang sedang berkutat di depan layar laptop. Tentu bukan wanita asing, tapi bawahan Guntur sendiri. “Oh iya. Sebentar lagi.” Guntur menjawab tanpa melirik. “Sekarang katanya, Pak.” Guntur pun kini seakan kaget atas perintah dari karyawannya itu. Dahinya mengkerut, lalu kini ia pun menjawab, “oke.” Wanita yang disuruh Mirza itu pun sudah meninggalkan ruangan Guntur. Entah kenapa perasaan Guntur sama sekali tidak enak. Apa jangan-jangan hubungan dirinya dengan Ineu bocor sampai ke atasan? Tapi mana mungkin? Dia sudah meminta teman sepekerjaannya yang tahu, untuk bungkam. Karena mereka pun punya rahasia masing-masing. Ah, mungkin ada hal lain. Guntur pun kini menutup laptopnya. Dia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruangan atasannya. Sebenarnya jantung Guntur sudah berdebar sejak kata ‘sekarang’ diucapkan oleh karyawannya. Pikirannya sudah campur aduk ke mana-mana, t

    Last Updated : 2025-02-23
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Siapa di antara Kalian Yang Akan Angkat Kaki

    “Silahkan siapa yang mau menjawab dan siapa yang mau menjelaskan.” Dengan tegas Mirza mengucapkannya lagi. “Memang sebenarnya ada apa, Pak?” Ineu bertanya lebih dulu. Seakan dia pura-pura tak paham apapun. Tidak pernah terjadi apa-apa. Diakhiri helaan nafas panjang, wanita dengan pakaian pas di badan, dan terlihat ketat itu, mencoba tenang. Hening, atasannya sama sekali tidak menjawab. Didiamkan bos, mereka malah saling lirik. Ineu sesekali melirik Guntur sekilas, pun dengan Guntur. Raut wajah mereka tidak bisa disembunyikan bahwa diri mereka sedang cemas berat. Tapi, sama sekali tidak ada tanggapan dari Mirza. Detik-detik itu sontak membuat Guntur dan Ineu berdebar-debar. Ah, kenapa jadi begini? “B–bisa jelaskan, Pak? Kami tidak paham. Ya kan, Pak Guntur?” Ineu kembali melancarkan sandiwaranya lagi. Tapi, entah itu berhasil atau tidak. “Baiklah, silahkan kalian berdua angkat kaki dari perusahaan saya!” Jleb Seperti tersambar petir di siang bolong. Ineu dan Guntur tere

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Apa? Yang akan dijodohkan adalah ...

    “Itu, semuanya sudah saya ganti rugi. Beres kan?” Ardhya nampak sudah mengotak-atik handphone miliknya. Sedangkan orang yang berseteru di sana sudah tidak ada lagi. Bahkan, kendaraannya pun sudah enyah. Ya, hanya Ardhya yang sanggup dan mampu bertanggung jawab di cafe plus resto itu.“Terima kasih. Tapi bukan berarti Mas nanti bisa porak-porandakan lagi kafe ini ya, Mas? Ini peringatan. Kalau sampai terjadi lagi, saya gak akan segan-segan bawa Mas ke kantor polisi!” kata manajer itu sedikit mengancam. Dia terlihat sudah melihat nominal uang masuk, untuk memperbaiki barang-barang yang rusak. Di sana ternyata sudah ada Talia. Dia tadi maju ke depan dan ikut menengahi. Apalagi Talia juga merasa kalau itu sebuah perikemanusiaan. Talia datang untuk meredam suasana. Sayangnya, perempuan yang masih diakui Ardhya masih pacarnya itu sudah pergi dengan pria yang berseteru dengan Ardhya. Mereka juga seperti menghindar, tak mau ganti rugi.Ardhya sudah

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Karena Cemburu?

    Talia menepikan kendaraan. Dia seperti melihat Ardhya yang ada dalam perkelahian itu. Ada juga seorang wanita yang menjerit-jerit, seakan berusaha menengahi. Ditambah orang-orang sekitar, mereka meraih keduanya masing-masing untuk menghentikan perseteruan.“Cukup, kalian kayak anak kecil!” pekik wanita yang memakai pakaian seksi itu. Talia melihat dengan jelas, memang benar di sana Ardhya. Apa sedang memperebutkan wanita?“Sudah-sudah, kalian akan kami bawa ke kantor polisi kalau terus membuat gaduh!” Salah seorang warga berkata. Keduanya pun kini memang nampak sejenak meredam emosi.Talia semakin mendekat. Dia sangat penasaran, kenapa sampai mereka beradu? Padahal tadi Ardhya baik-baik saja, malah marah-marah pada Talia. Sekarang berhenti di tempat berbeda, dan sudah berkelahi?“Mas, bagaimana, kalian mau kami bawa?” tanya salah seorang warga lagi yang sedang menahan pria asing yang satunya. Mereka tampak sebaya, pasti sedang memperebutkan sesuatu.“Oke, kita pergi saja. Dasar orang

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Pemerasan

    “Mas Ardhya, maafin saya, Mas. Saya gak sengaja. Tadi saya ….” Talia benar-benar sulit untuk bicara. Menjelaskan apa? Ardhya tidak akan tahu menahu dengan kronologi yang terjadi.Talia terlihat bingung. Dia takut juga dikira mengada-ada. Kok bisa kebetulan itu mobilnya Ardhya ya?“Saya, apa? Kamu ngapain coba di sini? Jelasin kalau bener lagi ada sesuatu.” Ardhya sengaja menggertak Talia yang kini mematung kebingungan. Ardhya menyangka, kalau itu hanya akal-akalan Talia agar bisa merusak dan mengganggu hidupnya. Ardhya menduga Talia dendam pada dirinya.“Saya … saya lagi ….” Intinya Talia juga bingung. Apa dia perlu bicara kalau sedang mengintip Mirza tadi yang sedang berkomplot dengan preman? Tapi Ardhya tahu apa? Ini sama sekali bukan urusannya.“Pokoknya kamu harus ganti rugi. Lihat, mobil saya jadi lecet!”Talia yang masih kebingungan pun kaget bukan main. Dia seperti disambar oleh petir ketika diminta ganti r

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Apa Hanya Settingan?

    Saat ini Talia berada di perjalanan pulang. Dia memutuskan untuk tidak ikut bersama Mirza karena tidak enak sama sekali.Tadi Talia coba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja itu untuk memperjarak agar perasaan Mirza tidak semakin dalam pada dirinya.Talia berharap Mirza bisa bertemu dengan perempuan lain dan memikirkan orang lain. Kalau terus dekat dan sering jalan bersama Bagaimana bisa Mirza melupakan Talia?Talia membawa kendaraan dengan lumayan kencang. Rasa trauma memang masih melanda tapi dia ingin segera berada di rumah.Untung saja di perjalanan pun ramai. Dia yakin, preman tadi sudah kabur jauh.Sampai di rumah nanti, rencana Talia yaitu ingin mengompres bagian tubuhnya yang dirasa memar. Setelah itu dia pun ingin istirahat.Masih mengendarai dengan penuh kecemasan, Talia pun mengingat sesuatu. Entah kenapa ada benda yang tidak ikut dengannya. Tadi, perasaan pergi ke kondangan dia ditemani tas kecil. Sekarang mana?Talia pun kini menepi lagi. Badan terasa rings

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dijambret

    “Turun, woy! Turun!”Suara itu membuat Talia lumayan gentar. Kenapa ada preman yang mengikutinya? Apa dia akan dijahati? Apalagi jalan menuju sepi.Talia pun terus saja menancap gas. Dia tidak mau berhenti meski sebuah motor yang ditumpangi dua orang itu terus mengejarnya. Bahkan menghimpit kendaraannya yang nyaris terguling ke sisi kiri.Talia ingin berusaha menuju tempat yang ramai. Tapi nihil, dua orang jahat itu berhasil membuat dirinya jatuh.Brakg!“Arkh!”Talia mengerang kesakitan. Meski terlihat tidak parah dan berdarah, tapi rasa sakit pasti sudah dia rasakan.“Woi, sudah gue bilang turun. Mana uang lho?”Talia benar-benar resah dan gelisah. Dia tidak melihat orang yang mendekat. Ada motor yang berlalu lalang pun, tidak sampai membuatnya jadi pusat perhatian.Kenapa berani sekali merampok di siang bolong seperti ini? Talia benar-benar bingung bercampur dengan ketakutan.“Toloooong!” Talia berteriak meminta pertolongan. Salah satu dari dua preman itu terburu-buru turun untuk m

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Tidak Bisa Bicara Banyak

    Talia saat ini seperti akan dipermalukan oleh mantan keluarganya. Lihat saja, meski dia datang dengan Mirza, tapi sepertinya tetap dipandang sepele.“Talia, datang sama siapa? Laki-laki yang waktu itu mana?” Lastri nyeletuk dengan tatapan yang ingin mempermalukan Talia di depan beberapa orang. Tapi, kini langsung ditegur oleh Guntur yang secepatnya mendekat.“Bu, sudah. Ibu tahu, dia bosku?” Guntur membisikkan kalimat itu pada ibunya. Yang sontak saja itu membuat Lastri mematung diam. Guntur pun kembali ke kursi pelaminan.Talia dan Mirza yang menyadari pun hanya diam saja. Mereka melanjutkan langkah untuk menghampiri kedua mempelai.“Selamat ya, kalian memang cocok.” Talia menjulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. Dengan penuh kepuasan, Ineu pun menyalami balik. Sedangkan Guntur di samping Ineu, sepertinya merasa gelisah.“Makasih, Talia. Makasih juga udah datang, ya? Ini pasti berat lho!” kata Ineu lagi dengan jumawa. Ingin bicara lebih dari itu, tapi ada mantan bosnya di sana

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Jadi Wanita Kuat

    Talia berjalan bersama sejak awal dengan Mirza. Tidak ada lagi yang di kenali, ya kecuali keluarga dari keturunan Guntur sendiri. Tapi ya itu, mereka hanya cuek saja. Seakan tidak pernah ada hubungan kekerabatan di masa lalu.Entah mungkin otak mereka sudah diracuni oleh Lastri agar tidak menyapa Talia. Hingga saat Talia menyapa mereka pun, tak ada timbal balik yang baik. Membuat Talia jadi malas dan enggan berbaik hati pada mereka.“Ya ampun, Talia, datang juga, ya? Gak tahu malu, udah selingkuh, malah nampakkin muka.”Kalimat itu Talia dengar dari mulut salah seorang saudara Lastri. Yang juga didengar oleh Mirza.“Iya, tukang selingkuh. Bikin malu. Dia mau lepas dari ponakan kita yang seorang manajer kelas atas. Kasihan hidup dia.” Celetuk lagi yang lain. Padahal, selama ini komunikasi Talia dengan mereka juga tidak terlalu sering. Kalau bukan ada hajatan atau keluarga Guntur itu ada keperluan. Mereka tidak pernah akrab. Jadi, bukan masalah juga bagi Talia.Talia pun acuh saja. Dia

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Akhirnya Tidak sendiri

    “Bu, ayok, katanya mau ikut ke kondangan?”Talia yang sudah berpakaian rapi, juga berpoles dengan sedikit make-up tipis, mengernyit heran. Padahal ini sudah menjelang siang, tapi ibunya belum siap-siap.“Ah, Ibu nggak jadi ikut, Talia. Bapak ngajakin Ibu buat ke kebun.” Alasan ibu Talia yang tiba-tiba berubah dari sebelumnya.“Lho, katanya mau ikut? Katanya pengen lihat istri baru Mas Guntur.” Talia masih coba mengingatkan apa yang sudah ibunya katakan sebelumnya.“Nggak jadi, Talia. Lagipula Ibu malas. Takut kebawa emosi sama ibunya Guntur yang suka nyorocos itu.” Titi menambahkan lagi. Entah ada alasan apalagi yang membuat dia urung seketika.“Seriusan, Bu?” kata Talia lagi. Dia padahal sudah bersiap-siap, dan percaya diri akan hadir ke pernikahan Guntur bersama ibunya.“Iya, kamu saja sendiri ya?” Ibunya Talia nampak berkutat dengan sesuatu.Talia pun jadi bingung. Pergi sendiri memang tidak masalah baginya. Hanya saja, dia di sana perlu teman ngobrol. Entah harus dengan siapa diri

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Besok?

    “Ya sudah, Mas, silahkan kalau Mas mau ambil. Saya gak apa-apa kok.”Talia mengalah, menimbang dirinya pun tidak ada pesan dari siapapun untuk membeli makanan tersebut.“Hemh, di mana-mana kamu sukanya pencitraan, ya? Sok baik.”Mendengar itu Talia pun lumayan kesal. Padahal dirinya sudah berbaik hati untuk memberikan pancake, tapi Ardhya malah bicara aneh-aneh.“Oh ya sudah, bungkus, Mbak. Buat saya saja. Saya mau bayar. Totalnya berapa?”Ardhya bingung dengan keputusan Talia yang tiba-tiba saja berubah. Dia pikir wanita itu akan memaksa. Tapi, nyatanya malah omong belaka.“Baik, Mbak.” Pelayan mengangguk dan langsung mengemas pesanan.“Kamu sebenarnya niat ngasih gak, ya?” Ardhya pun protes lagi. Tentu saja Talia jadi sangat kesal.“Maaf ya, Mas, saya tidak suka pencitraan. Jadi saya gak akan kasih ini. Lebih baik saya makan dengan keluarga saya.”Talia langsung mengeluarkan dompet. Dia rogoh isinya untuk membayar pesanan. Sudah hafal estimasi harga, sehingga Talia pun tidak bingung

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status