Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah / Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

Share

Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2025-02-17 13:26:00

“Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”

Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …

“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.

“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”

“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”

“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.

Tapi, baru saja Lastri akan melenggang pergi, Guntur sudah memaksanya berhenti.

“Jangan pulang dulu dong, Ma. Aku belum makan. Perut aku keroncongan!” Guntur mencegah ibunya yang akan segera pulang. Lastri pun mengernyitkan keningnya secara spontan.

“Lho, kok? Apa si Talia gak masak buat kamu dulu?” ujar Lastri dengan penuh kekesalan. Dia refleks membalikan badan ke arah putranya lagi.

“Gak ada, Ma. Lihat saja di meja makan. Gak ada makanan sama sekali. Ada juga nasi tadi pagi di mejikom. Sepertinya dia sengaja deh begini. Dia udah menguntit aku sejak kepergian aku.” Guntur sangat ketus bukan main. Apalagi dia sesekali masih memegangi perut yang sudah mulai menabuh gendang meminta makanan.

“Benar-benar ya itu si Talia. Ribetin banget. Gak becus!” Lastri mendengus dengan kasar.

“Ya sudah, tolong buatin aku makan dong, Ma. Apa kek. Atau nasi goreng aja deh,” titah Guntur lagi. 

“Kamu masak mie aja deh sendiri. Pasti ada stok mie kan?” Lastri yang malas bergerak pun menyarankan. Tapi, tentu saja Guntur menolak. Karena selama ini, dia tidak pernah berkutat di dapur.

“Ya ampun, Ma, kalau makan mie instan, maag aku suka kambuh. Apalagi emang akhir-akhir ini lambungku kurang enak. Tolong dong, Ma! Lagian, aku gak bisa. Kalau nanti gosong kan gimana?” Jawaban Guntur tentu semakin membuat Lastri harus ekstra menahan diri. Jujur, dia sangat kesal pada Talia yang semena-mena pergi tanpa meninggalkan makanan untuk suaminya.

“Ya ampun, Tur, baru begini aja udah ribet hidupmu. Makanya cepet nikah sama perempuan itu. Jangan sampai kamu sengsara begini dalam waktu yang lama.” Lastri mendengus lagi.

“Setidaknya mungkin perlu habis masa Iddah Ineu, Ma.”

“Cari yang lain aja kali, Tur? Apalagi dia punya suami!” saran Lastri dengan geram. Kalau harus menunggu masa Iddah, tentu saja sangatlah lama. Lastri tidak ingin melihat anaknya apa-apa serba sendiri. Apalagi kalau sampai merepotkan dirinya.

“Ya ampun, Ma. Aku juga suka dan cinta sama dia. Aku gak bisa tinggalin dia gitu aja.”

Lastri mengerlingkan bola matanya.

“Sepertinya dia punya hal yang menarik dari Talia, makanya kamu betah sama wanita itu. Mama sih harap, dia bisa lebih baik daripada Talia. Kalau keukeuh, ya mau gimana.” Lastri pun memilih untuk mengikuti keputusan putranya.

“Pasti, Ma. Dia itu perempuan berpendidikan, pintar, dan pekerja keras. Dia juga bisa memahami aku.” Guntur menjawab dengan pasti.

“Okelah, Mama buatin nasi goreng buat kamu. Telor ada kan?” 

“Cari aja di kulkas, Ma.”

“Hemh.” 

Lastri melengos pergi dengan terpaksa. Padahal dia sudah lelah, ingin merebahkan badan dan tidur dengan sangat nyenyak. Tapi, keadaan memaksa dia harus berkecimpung dengan kompor dan penggorengan. Sudahlah, badannya yang semerbak oleh parfum itu kini jadi bau bumbu dapur.

Berkutat beberapa menit, akhirnya Lastri telah menyelesaikan pekerjaannya yang dia kira sangatlah rumit dan mengesalkan. Karena diri pribadi malah setiap makan itu pesan ke rumah makan. Kalau di rumah, paling masak yang instan saja.

“Ma, kok asin banget!” 

Setelah Lastri menyuguhkan nasi goreng pada Guntur beberapa detik yang lalu, Guntur pun protes. Suapan pertamanya gagal meluncur di lidah. Dia malah melepeh dengan mimik wajah yang tak mengenakan. Tentu saja Lastri pun langsung menyipitkan matanya.

“Eh, asin?”

“Mama rasain aja sendiri!” titah Guntur dengan kesal. Dia tidak habis pikir dengan masakan ibunya.

“Eh gak mau. Emang asin banget, ya? Mama gak mau coba ah, takut darting!” Lastri bergidik jijik.

“Mama gak nyobain dulu tadi?” 

“Gak. Mama kira-kira aja. Soalnya Mama malas dih, Tur. Lagian, delivery aja kenapa sih? Tahu kan sejak dulu Mama jarang banget masak? Mama tukang beli di warung makan!”

Jawaban ibunya sungguh membuat Guntur kecewa. Seakan saat itu juga Guntur membayangkan nasi goreng buatan istrinya yang sangat lezat dan tepat menyerang lidahnya. Arkh, tapi bayangan itu sirna saat dia memikirkan Ineu, selingkuhannya. Ineu akan jauh lebih baik dari Talia.

“Heurkh! Oke deh, aku delivery aja. Sambil nunggu mau bersih-bersih dulu. Mama gak bisa diandelin!”

Guntur membawa tubuhnya dengan kasar berdiri dari sofa. Ia pun segera pergi ke kamar sambil mengirim pesan ke tempat makanan yang dia inginkan. Lastri pun kini lega dan memilih pergi saja.

***

[Mas, aku besok akan gugat cerai suami aku. Tapi, kamu juga janji akan segera gugat cerai Talia kan?]

Pesan masuk yang kini sudah dibaca Guntur, membuat bibirnya yang sedang ketus itu tiba-tiba sedikit tersenyum. Guntur sangat menyambut baik pesan selingkuhannya itu.

[Baguslah, Sayang. Aku juga akan segera gugat Talia. Tapi, kalian kan mungkin gak ada masalah. Bisa cerai gimana?] 

Guntur membalas. Hingga detik kemudian pun pacarnya itu tak lama langsung merespon lagi.

[Aku sudah jujur sama dia, Mas. Aku masih cinta sama kamu. Aku minta kita pisah. Dan dia mau terima saja]

[Semudah itu?]

[Iya, Mas. Meski katanya dia gak mau cerai sama aku. Tapi aku gak cinta sama dia. Aku jujur. Jadi, besok kita akan urus perceraian. Lagian, aku juga apa yang diharepin dari dia yang cuma gaji UMR, kan? Aku cinta sama kamu, Mas. Aku ingin segera kita nikah]

[Oh gitu, ya? Semoga lancar ya, Sayang?]

[Do’ain ya, Mas? Kapan kamu mau gugat Talia? Besok aja kamu ke pengadilan. Biar cepet]

Tiba-tiba saja pesan itu tak kunjung terbalas. Hanya ceklis dua, tapi sudah berubah warna. Tentu saja karena Guntur masih melamun dan ragu. Apa dia harus secepat itu menggugat Talia? Bisa saja besok Talia kembali bukan?

Related chapters

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

    Last Updated : 2025-02-18
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

    Last Updated : 2025-02-19
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

    Last Updated : 2025-02-20
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

    Last Updated : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Bos Suami Talia

    “Bu Talia?”Sapaan itu membuat Talia bangkit dari kursi yang sejak tadi dia duduki. Pasalnya di sekitar hanya ada beberapa orang saja, dan sepertinya tidak ada lagi yang bernama Talia. Apalagi mobil itu berhenti tepat di hadapan Talia.Talia mendekat untuk memastikan. Atau dia salah lihat orang? Mana mungkin juga …“Pak Mirza?”Talia mengernyit lagi. Ternyata yang menyapanya itu benar pria yang pernah dikenalnya. Mirza Perwira Surya Atmaja. Pria yang menjadi pimpinan perusahaan di tempat suaminya bekerja.“Bu Talia sedang apa?” Pria itu mendongak dari dalam mobil. Hanya membuka kaca mobilnya untuk menyapa Talia.“Pak, saya sedang menunggu angkutan umum.” Sebenarnya Talia dipersilahkan untuk memakai kendaraan orang tuanya. Tapi, dia memilih untuk naik angkutan umum. Sambil melatih diri juga untuk berjalan kaki setelah sekian lama.Dia sadar, belum sah menjadi janda, dan masih terikat pernikahan secara hukum. Tap

    Last Updated : 2025-02-21
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dipanggil Bos

    “Pak Guntur, maaf Bapak dipanggil ke ruangan Pak Mirza.” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Guntur yang sedang berkutat di depan layar laptop. Tentu bukan wanita asing, tapi bawahan Guntur sendiri.“Oh iya. Sebentar lagi.” Guntur menjawab tanpa melirik.“Sekarang katanya, Pak.”Guntur pun kini seakan kaget atas perintah dari karyawannya itu. Dahinya mengkerut, lalu kini ia pun menjawab, “oke.”Wanita yang disuruh Mirza itu pun sudah meninggalkan ruangan Guntur. Entah kenapa perasaan Guntur sama sekali tidak enak. Apa jangan-jangan hubungan dirinya dengan Ineu bocor sampai ke atasan? Tapi mana mungkin? Dia sudah meminta teman sepekerjaannya yang tahu, untuk bungkam. Karena mereka pun punya rahasia masing-masing.Ah, mungkin ada hal lain. Guntur pun kini menutup laptopnya. Dia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruangan atasannya. Sebenarnya jantung Guntur sudah berdebar sejak kata ‘sekarang’ diucapkan oleh karyawannya. Pikirannya sudah campur aduk ke mana-mana, takut kalau at

    Last Updated : 2025-02-23
  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Siapa di antara Kalian Yang Akan Angkat Kaki

    “Silahkan siapa yang mau menjawab dan siapa yang mau menjelaskan.” Dengan tegas Mirza mengucapkannya lagi.“Memang sebenarnya ada apa, Pak?” Ineu bertanya lebih dulu. Seakan dia pura-pura tak paham apapun. Tidak pernah terjadi apa-apa. Diakhiri helaan nafas panjang, wanita dengan pakaian pas di badan, dan terlihat ketat itu, mencoba tenang. Hening, atasannya sama sekali tidak menjawab.Didiamkan bos, mereka malah saling lirik. Ineu sesekali melirik Guntur sekilas, pun dengan Guntur. Raut wajah mereka tidak bisa disembunyikan bahwa diri mereka sedang cemas berat.Tapi, sama sekali tidak ada tanggapan dari Mirza. Detik-detik itu sontak membuat Guntur dan Ineu berdebar-debar. Ah, kenapa jadi begini?“B–bisa jelaskan, Pak? Kami tidak paham. Ya kan, Pak Guntur?” Ineu kembali melancarkan sandiwaranya lagi. Tapi, entah itu berhasil atau tidak.“Baiklah, silahkan kalian berdua angkat kaki dari perusahaan saya!”JlebSeperti tersambar petir di siang bolong. Ineu dan Guntur terenyah seketika k

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Siapa di antara Kalian Yang Akan Angkat Kaki

    “Silahkan siapa yang mau menjawab dan siapa yang mau menjelaskan.” Dengan tegas Mirza mengucapkannya lagi.“Memang sebenarnya ada apa, Pak?” Ineu bertanya lebih dulu. Seakan dia pura-pura tak paham apapun. Tidak pernah terjadi apa-apa. Diakhiri helaan nafas panjang, wanita dengan pakaian pas di badan, dan terlihat ketat itu, mencoba tenang. Hening, atasannya sama sekali tidak menjawab.Didiamkan bos, mereka malah saling lirik. Ineu sesekali melirik Guntur sekilas, pun dengan Guntur. Raut wajah mereka tidak bisa disembunyikan bahwa diri mereka sedang cemas berat.Tapi, sama sekali tidak ada tanggapan dari Mirza. Detik-detik itu sontak membuat Guntur dan Ineu berdebar-debar. Ah, kenapa jadi begini?“B–bisa jelaskan, Pak? Kami tidak paham. Ya kan, Pak Guntur?” Ineu kembali melancarkan sandiwaranya lagi. Tapi, entah itu berhasil atau tidak.“Baiklah, silahkan kalian berdua angkat kaki dari perusahaan saya!”JlebSeperti tersambar petir di siang bolong. Ineu dan Guntur terenyah seketika k

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Dipanggil Bos

    “Pak Guntur, maaf Bapak dipanggil ke ruangan Pak Mirza.” Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Guntur yang sedang berkutat di depan layar laptop. Tentu bukan wanita asing, tapi bawahan Guntur sendiri.“Oh iya. Sebentar lagi.” Guntur menjawab tanpa melirik.“Sekarang katanya, Pak.”Guntur pun kini seakan kaget atas perintah dari karyawannya itu. Dahinya mengkerut, lalu kini ia pun menjawab, “oke.”Wanita yang disuruh Mirza itu pun sudah meninggalkan ruangan Guntur. Entah kenapa perasaan Guntur sama sekali tidak enak. Apa jangan-jangan hubungan dirinya dengan Ineu bocor sampai ke atasan? Tapi mana mungkin? Dia sudah meminta teman sepekerjaannya yang tahu, untuk bungkam. Karena mereka pun punya rahasia masing-masing.Ah, mungkin ada hal lain. Guntur pun kini menutup laptopnya. Dia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruangan atasannya. Sebenarnya jantung Guntur sudah berdebar sejak kata ‘sekarang’ diucapkan oleh karyawannya. Pikirannya sudah campur aduk ke mana-mana, takut kalau at

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Bos Suami Talia

    “Bu Talia?”Sapaan itu membuat Talia bangkit dari kursi yang sejak tadi dia duduki. Pasalnya di sekitar hanya ada beberapa orang saja, dan sepertinya tidak ada lagi yang bernama Talia. Apalagi mobil itu berhenti tepat di hadapan Talia.Talia mendekat untuk memastikan. Atau dia salah lihat orang? Mana mungkin juga …“Pak Mirza?”Talia mengernyit lagi. Ternyata yang menyapanya itu benar pria yang pernah dikenalnya. Mirza Perwira Surya Atmaja. Pria yang menjadi pimpinan perusahaan di tempat suaminya bekerja.“Bu Talia sedang apa?” Pria itu mendongak dari dalam mobil. Hanya membuka kaca mobilnya untuk menyapa Talia.“Pak, saya sedang menunggu angkutan umum.” Sebenarnya Talia dipersilahkan untuk memakai kendaraan orang tuanya. Tapi, dia memilih untuk naik angkutan umum. Sambil melatih diri juga untuk berjalan kaki setelah sekian lama.Dia sadar, belum sah menjadi janda, dan masih terikat pernikahan secara hukum. Tap

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Niat Melamar Pekerjaan

    Guntur meninggalkan rumah orang tua Talia dengan sangat emosi. Mobil yang dia parkir di depan melesat kencang sampai knalpotnya mengepulkan asap. Sepertinya dia benar-benar sakit hati, karena disepelekan.Dia sadar, memang dirinyalah yang selingkuh. Bahkan, sejak lama. Tapi, apa sih wanita? Seharusnya bisa memaafkan lah. Mau nafkah berapa? Akan dikasih!“Harkh, dasar orang-orang miskin! Ego mereka selangit. Nggak tahu aja mereka nyeselnya nanti bagaimana!”Guntur memukul setir dengan keras. Laju kendaraannya melesat kencang seperti orang brutal. Untung tidak ada polisi, kalau tidak, dia bisa diberhentikan. Apalagi jalan dari rumah Talia menuju rumahnya lumayan lengang.Di rumah orang tua Talia pun sama halnya. Ibu Talia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau Guntur memiliki sifat seperti tadi.“Gila memang suamimu, Talia. Ibu tidak tahu kalau karakter Guntur seperti itu. Angkuh mirip ibunya. Gila jabatan!” pekik Titi yang me

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Harus Kaget?

    “Ini apa, Mas?”Talia masih belum membuka amplop besar kuning keemasan itu. Yang talinya saja belum diputar untuk bisa dibuka.“Itu adalah keputusan final atas keinginan kamu.”Kening Talia benar-benar mengernyit dengan apa yang dikatakan oleh Guntur. Secepat kilat Talia pun langsung meraba benang yang jadi pengikat amplop itu. Dikeluarkannya isi di dalamnya, dan amplop putihlah yang ada di dalam sana.Tak ingin banyak bertanya lagi, Talia langsung membuka amplop yang tidak direkatkan itu. Sungguh luar biasa, apa yang dia inginkan nyatanya sudah dikabulkan.Talia tersenyum sinis. “Mas, Mas, nyerahin surat gugatan saja pakek drama segala. Dari tadi aja kamu kasih ke aku. Baguslah, aku senang melihat ini. Aku pikir apa.”Guntur kini memasang wajah kesal. Kenapa dia tidak melihat wajah penyesalan di paras istrinya? Kenapa Talia sangat gembira pisah darinya? Padahal, bagi Guntur, gelar janda itu sering diremehkan.Persetan d

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Banyak Drama

    Talia sebenarnya ingin mengusir Guntur. Karena pria itu pun telah menjatuhkan kata talaknya.Guntur main nyelonong masuk dan duduk di kursi rumah orang tua Talia. Entah apa yang akan dia katakan pada wanita yang secara hukum tetap masih jadi istrinya itu.Pria itu tidak datang dengan tangan kosong. Ada tas hitam ditentengnya. Mungkin akan pergi ke kantor, karena pakaiannya pun rapi. Hanya saja, kenapa harus ke rumah orang tua Talia dulu?Talia tidak duduk. Dia hanya berdiri karena malas harus menghadapi pria itu. Untuk menyodorkan minuman saja enggan. Biarkan, orang kaya tidak akan kekurangan air di jalan.“Ada apa kamu, Mas? Mau kasih undangan pernikahan?” ucap Talia lebih dulu, yang langsung dijawab kemudian oleh Guntur.“Aku beri kamu kesempatan sekali lagi, Talia. Kesempatan untuk kembali padaku. Bagaimana?”Pernyataan dan pertanyaan itu sontak membuat Talia heran bukan main? Kesempatan? Memang siapa di sini yang berbuat sal

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Talia Mual Karena ....

    “Kamu kenapa, Nak? Apa jangan-jangan ….”Talia sudah faham apa yang dimaksud oleh ibunya. Membuat pikirannya kini terombang-ambing oleh dugaan yang bisa saja benar adanya.Tidak, bagaimana kalau dia tengah hamil? Bukankah selama ini juga Talia tidak memakai KB, karena sulit untuk memiliki keturunan? Ah, haruskah dalam keadaan seperti ini? Di saat rumah tangganya sudah terkoyak oleh orang ke tiga?“Bu, bagaimana ini? Bukan aku menolak rezeki Tuhan. Tapi ….” Talia yang matanya masih merah bekas air mata itu semakin cemas. Kalau benar positif hamil, bagaimana bisa pergi dari Guntur?“Kamu jangan cemas dulu. Ayok bawa Talia ke klinik sambil berobat, Bu. Takut juga Talia masuk angin atau kena asam lambung. Biar kita pastikan semuanya.”Atas saran dari bapaknya, Talia pun manut untuk pergi ke klinik kesehatan. ***Talia masuk ke dalam ruangan dokter. Dia pun menunggu hasil setelah diperiksa darah dan urine sebelumny

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Alasan Untuk Tidak Memaafkan

    Setelah kepergian ibu mertuanya, Talia masih belum bisa menenangkan diri. Menangis sesenggukan atas apa yang dialami berulang kali. Dia tidak pernah menyangka, Guntur akan berbuat hal memalukan dan menjijikan dengan orang yang sama berkali-kali.Kalau tadi dia bisa menghadapi ibu mertuanya dengan tegar, sekarang setelah sendiri, tidak bisa. Apa yang dilihatnya tadi, dan apa yang selama ini terjadi, tidak berhenti mengiang di kepala.“Yang sabar ya, Nak. Ibu dan bapak hanya bisa mensupport kamu. Bagaimana keputusan kamu sebenarnya? Apa kamu benar ingin bercerai?” Titi–ibu kandung Talia kembali membuka suaranya. Setelah sejak lama dia mendiamkan dulu putrinya itu. Mungkin memang sebentar butuh ketenangan. Tapi, sudah cukup. Mereka harus bicara Titi mendekat dan kini ikut duduk di tepi ranjang kamar Talia.Paruh baya itu mengelus lembut punggung putrinya yang sedang terluka hati. Ingin menenangkan, semoga putrinya bisa lebih baik.“Kalau Talia harus ceritakan semuanya, Ibu pasti akan s

  • Mantan Suami Mengeluh Pasca Berpisah   Belum Cerai Beneran, Sudah Pusing

    “Tapi, kalau kamu nikah sama selingkuhan kamu itu, uang belanja Mama masih, kan? Gak akan dikurangi?”Tidak lain dan tidak bukan kekhawatiran Lastri hanyalah perihal uang bulanan. Guntur pikir ibunya itu mempermasalahkan apa. Tapi …“Ya ampun, Ma, cuma itu doang? Ya nggaklah, Ma. Malah Ineu kan kerja juga. Dia punya pemasukan, gak seperti Talia yang pengangguran. Kerjaannya cuma minta uang dari aku.” Guntur mengembuskan nafas dengan kasar.“Baguslah kalau begitu. Cepet-cepet aja kalian nikah, karena kamu juga musti ada yang urus. Si Ineu mau cerai juga sama suaminya?”“Iya, Ma. Dia kan gak cinta sama suaminya yang bloon itu. Cuma mau uangnya aja.”“Ya ampun, gak paham sama cinta anak zaman sekarang. Terserah deh, itu keputusan dan urusan kalian. Mama sekarang mau pulang dulu. Mama udah capek dan pegel. Mama mau istirahat. Awas, jangan minta Mama pergi ke rumah si Talia lagi. Malas Mama tuh!” celetuk Lastri dengan wajah yang masih menahan amarah pada keluarga besannya.Tapi, baru saja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status