Kenapa di dunia ini harus ada nama yang sama?
Kenapa pula ada nama yang serupa?Apakah dunia memang sempit sampai semuanya berjumpa?🍃🍃🍃APA benar Galih dan Aji mantan kekasihnya adalah orang yang sama?Dara merenung begitu Pak Adnan membawa bos barunya pergi untuk berkeliling ke divisi lain. Teman-temannya sudah kembali ke kubikel masing-masing. Namun, Dara belum beranjak sama sekali. Dia masih berdiri diam dengan kepala menunduk menatap lantai kantor yang menerbangkan pikirannya kembali ke ingatannya sembilan tahun silam.Aji, mantan kekasihnya, memang tampan, tapi hanya itu kelebihannya. Tubuhnya tinggi, kurus kerempeng tanpa daging, dan kulitnya cenderung cokelat kehitaman. Aji dalam ingatannya terlihat layaknya anak laki-laki dekil dan menyedihkan.Aji memang terkenal pintar, dia juga berasal dari keluarga kaya, walau tidak pernah mengatakannya pada siapa pun selain Dara—karena Dara pernah dibawa pulang untuk dikenalkan pada ayah dan ibunya setelah mereka resmi pacaran.Penampilan Aji ke sekolah selalu biasa saja. Dia naik sepeda tua yang terlihat layaknya rongsokan yang dipungut dari ujung gang. Dara tidak mengerti, kenapa Aji tidak bersikap layaknya anak orang kaya pada umumnya. Aji lebih terlihat sama seperti Dara yang memang hidup sederhana. Alasan itu pula yang membuat Dara mau menerima cintanya tanpa berpikir dua kali, karena berpikir Aji sama seperti dirinya.Jujur, saat pertama kali Aji mengenalkannya pada kedua orang tuanya. Dara agak terkejut, dia merasa minder, sekaligus takut. Lalu, dua tahun kemudian, saat Aji mengatakan akan melanjutkan kuliah di luar negeri, pikirannya sangat kalut, dan satu-satunya jawaban untuk menenangkan semua ketakutan di dalam hatinya hanyalah putus.Dia memutuskan hubungan itu secara sepihak. Melepaskan laki-laki yang begitu baik padanya, terlalu baik untuknya, dan ia mulai hidup dalam rasa bersalah karena telah menyakiti hati orang yang terlihat begitu tulus mencintainya.Dara mendesah kasar. Kalau memang Aji dan Galih adalah orang yang sama. Bagaimana bisa dia berubah sedrastis ini? Bagaimana hidup benar-benar serasa tidak adil sekali untuknya?Ketika setiap malam dia sibuk memikirkan sang mantan, bagaimana kabarnya setelah kejadian itu, dan bagaimana keadaannya sekarang. Merenung setiap malam dengan rasa bersalah yang menyesakkan.Sedangkan orang itu, kini menjadi pria tampan, gagah, dengan kulit wajah bersih, dan otot-otot panas yang tampak menggiurkan walaupun masih terbungkus pakaian. Hilang sudah mantan kekasihnya yang kurus kerempeng dan menyedihkan.Atau sebenarnya mereka memang dua orang yang berbeda?Lalu, kenapa tadi Galih tampak begitu memperhatikannya?Apa itu hanya anggapannya saja?Atau ada orang lain yang bernama lengkap sama seperti mantan kekasihnya dan mereka tidak sengaja bertemu? Misal, seperti dia dan Dira yang bertemu di tempat yang sama, padahal mereka tidak saling mengenal sebelumnya?Dara menganggap kemungkinan terakhir yang benar. Dia pun kembali menggiling memori, mengingat-ingat nama 'Galih Aji Prasetya' selain mantan kekasihnya.Namun, Dara berani bersumpah, dia tidak pernah mengenal Aji kedua lainnya. Hanya ada satu Aji di hidupnya dan dia itu telah menjadi mantan kekasihnya."Kamu menghalangi jalan."Kata-kata itu membuat Dara terlonjak, dia bahkan baru sadar telah berdiri di sana lebih lama dari seharusnya. Dara melirik teman-temannya yang sudah berada di balik kubikel masing-masing dengan kepala melongok ingin tahu ke arah mereka."Maaf, Pak, saya akan kembali bekerja sekarang juga."Dara menunduk setelah memamerkan senyum andalan miliknya. Dia sudah melangkah menuju kubikelnya saat Galih bicara, "Jangan terlalu sering tersenyum pada saya. Asal kamu tahu saja, senyumanmu terlihat mengerikan bagi saya.""Baik, Pak Aji." Dara tidak sengaja memanggilnya begitu, tapi raut mengeras yang terpampang di depan wajahnya membuatnya membatu."Jangan pernah memanggil saya dengan nama tengah saya, kamu mengerti?" Suaranya terdengar tajam dan dingin. Rahangnya mengeras, giginya bergemeletuk cukup keras, dan Dara benar-benar merasa takut padanya sekarang.Dara hanya bisa mengangguk-angguk dan berlari menjauh secepat yang ia bisa.Entah Aji atau Galih adalah orang yang sama atau tidak, tapi Dara tidak mengenal orang ini!Galih tampak lebih menyeramkan dan menakutkan. Dia sangat berbeda dengan Aji yang begitu lembut dan penyayang dalam ingatannya.Mereka pasti dua orang yang berbeda!Kalaupun memang sama, anggap saja Galih ini adalah kembaran Aji yang sifatnya sangat berkebalikan dengan mantannya. Karena Aji yang dia ingat begitu baik layaknya malaikat, jadi mustahil mereka orang yang sama, kan?Tidak juga ..., batinnyaDan Dara ingin menangis, karena perubahan drastis yang terjadi pada mantan kekasihnya.Apa jangan-jangan dia berubah seperti ini karena Dara pelakunya? Jika hal itu benar-benar mungkin, Dara harus meminta maaf padanya setelah ini."Gue yakin banget, kalian pasti punya hubungan apa-apa. Masa iya, baru ketemu beberapa saat aja dia udah ngatain senyuman lo mengerikan?" __fans, yang tak terima.🍃🍃🍃"FIX, bos baru kita bakal lebih nyebelin dari yang kemarin!" komentar Dira begitu mereka selesai memesan makan dan duduk di meja paling ujung, tempat biasa mereka istirahat di kafetaria kantor yang ada di lantai satu.Dara menatap Dira dengan wajah ingin tahu. Biasanya Dira jarang berkomentar mengenai bos baru mereka, karena rata-rata bos mereka akan selalu menyayangi Dira layaknya anak emas kantor. Dira memang selalu terkenal baik di mana-mana. Bukan hanya fisiknya yang sempurna, tapi pekerjaannya pun selalu luar biasa. Tak jarang kalau dia benar-benar menjadi anak emas di divisi mereka."Tumben lo bisa komentar gitu?" tanya Dara, yang kini sibuk memakan makan siangnya secara lahap.Di divisi mereka ada delapan orang, empat di antara adalah orang-orang tua yang lebih dianggap senior di antara mereka. Dan empat orang
Masih haruskah mengintip dasar hati, kalau kenyataannya dia masih cinta mati?🍃🍃🍃DARIPADA memusingkan perasaan mantan pada dirinya yang sekarang. Dia lebih memilih pusing memikirkan perasaannya sendiri yang tak kunjung menemukan titik terang.Sembilan tahun memang panjang. Sangat panjang, sampai cukup untuk membuat seseorang berubah secara signifikan.Aji atau Galih, jika memang orang yang sama, jelas-jelas dia telah berubah drastis. Dia makin tampan, makin dewasa, makin gagah, mempesona, dan satu lagi dia sangatlah mapan. Lahir di keluarga kaya raya dan kini malah menjadi bosnya.Bagaimana Dara bisa lepas dari pesonanya, jika dalam sembilan tahun terakhir otaknya hanya memikirkan keadaan mantan kekasihnya?Dara tidak benar-benar bisa move on dari Aji. Move on bagaimana, kalau setiap malam dia masih suka galau sendiri. Dia yang memilih memutus hubungan, tapi dia juga yang menyesal setengah mati.Apakah ada yang lebih mengenaskan nasibnya daripada seorang Dara?Dara mendesah kasar.
Apa yang diharapkan dari pria lajang tampan dan mapan, tentu saja seorang pasangan.🍃🍃🍃DARA memegangi sebuah album foto lama yang berisi fotonya dengan Aji saat masih remaja. Foto-foto alay yang mereka hasilkan selama tiga tahun pacaran.Dara memegangi satu demi satu lembar foto dengan berbagai pose itu dengan wajah muram. Semuanya hanya kenangan. Masa lalu yang tak lagi kembali terjadi di masa depan.Aji sudah melupakan semuanya. Aji sudah melupakan tentang kebahagiaan mereka dulu, bahkan status hubungan mereka di masa lalu.Jujur, dia lebih merasa sakit hati saat Galih tidak mau mengakuinya sebagai mantan pacar, daripada hinaan Felicia secara terang-terangan pada dirinya. Namun, Dara mencoba berpikir lebih realistis sekarang.Mungkin, Galih malu mengakuinya sebagai mantan. Apalagi alasan berakhirnya hubungan mereka, karena Dara yang mengakhirinya lebih dulu.Mantan ... kenangan yang harus dilupakan.Dara mengalihkan pandangannya ke kalender yang terpasang di tembok kamarnya. Sebu
"Gue lagi mikir, ini hari apa, sih, sampai gue bisa sial banget seharian ini?"🍃🍃🍃APES itu nasib.Dara tahu, tapi dia benar-benar lagi apes hari ini. Bagaimana tidak? Berangkat kerja tiba-tiba motor mati di jalan, tidak bisa menyala. Dapat tumpangan gratis, tapi akhirnya dia harus terjebak macet dan lari-larian sampai tempat kerja.Berhenti sejenak di dekat pagar kantor, niatnya mengambil napas sejenak sebelum masuk bangunan, tapi mobil Felicia lewat untuk menghancurkan kubangan air lumpur dari lubang jalan dekat pagar yang langsung mengguyur tubuhnya.Bak tikus kecemplung got, Dara harus menerima keadaannya dengan lapang dada. Untung malaikat baik hati masih sedikit berpihak padanya saat dia masuk kantor dan langsung bertemu Dira."Ya ampun, Ra, lo kenapa bisa jadi kayak gini?!" tanyanya terdengar panik. Dira mendekati Dara, melihat kondisi temannya yang mengenaskan. "Gue kayaknya bawa baju ganti di mobil, lo ke toilet dulu, deh, gue ambilin bajunya bentar!"Dara mengangguk dan me
Kamu tahu rasanya terjebak di antara cerita cinta masa lalu?Sesek, nggak enak, kayak di bus penuh orang dan kamu ada di tengah lagi desak-desakan.🍃🍃🍃NIAT bertemu klien dan mengambil motornya dari bengkel sirna sudah begitu Galih meminta Agus mengerjakan tugas lain di kantor. Dara pun keberatan menemui klien sendirian, karena selain sedang tidak bawa kendaraan, klien yang satu ini juga agak ... menjengkelkan."Apa kamu mau berangkat menemui klien dengan saya?" tawar Galih tiba-tiba.Ragu-ragu, Dara menatap Agus yang menganggukkan kepala. "Daripada lo sendirian ketemu mereka, mending sama Pak Bos, biar ada yang ngelindungin lo kalau sampai terjadi apa-apa," kata Agus pelan.Dara pun menganggukkan kepala menatap Galih. "Baik, Pak.""Kalian janji temu di mana dan jam berapa?" Dara menyebutkan waktu dan tempat mereka bertemu dengan klien, sebelum pamit dari sana. Dia tetap harus naik taksi, karena ia tidak mungkin meminta numpang ke mobil Galih atau mobil Felicia setelah peristiwa ta
DARA merasa dirinya sedang ditelanjangi dengan perlahan. Sekeras apa pun dia berusaha menutupi, orang di depannya seperti bisa melihat bentuk tubuhnya dengan pasti.Tentu saja karena pakaiannya yang ketat itu sudah lebih dari cukup untuk membuat siapa pun membayangkan bayang-bayang lekuk tubuhnya. Namun, tetap saja dia tidak berharap orang ini akan melakukan hal menjijikkan itu padanya.Dara duduk dengan rasa tak nyaman. Dia ingin segera pulang saja. Terlebih karena dia tidak melakukan apa-apa di sana. Dia yang harusnya bekerja kini hanya duduk diam, karena pekerjaannya diambil alih Galih secara tiba-tiba. Pria itu yang menjelaskan semuanya kepada klien mereka, tapi tetap saja pria tua yang menjadi klien itu terus memandangi tubuh Dara."Nak Dara sudah punya pacar?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Galih berhenti bicara dan menatap klien dengan tatapan dingin yang menakutkan.Dara hanya meringis mendengarnya. "Belum, Pak.""Apakah Nak Dara tertarik dengan pria yang sudah matang?" Perta
DARA akhirnya sampai di bengkel tempat ia menitipkan motornya tadi pagi. Dia mencari-cari montir yang tadi pagi mengantarnya sampai lampu merah, tapi yang dia lihat hanyalah pria lain yang diselimuti oli di seluruh wajah.Dara mengernyit. Dia ingat, pria ini adalah sosok yang sebelumnya dipanggil "Yo" oleh pria yang dia pasrahi motor tadi pagi. Dengan segera Dara mendekatinya."Mas Yo, motor saya sudah selesai diperbaiki?" tanyanya pada pria itu.Si Yo menoleh, menatapnya beberapa saat tanpa berkedip, sebelum menggeleng kuat-kuat. "Maaf, Mbak, ciri-ciri motornya seperti apa?""Vespa keluaran lama warnanya biru," kata Dara mantap.Mas Yo mengitarkan pandangannya ke sekitar, tampak berpikir sejenak sebelum menunjuk satu-satunya vespa warna biru yang ada di bengkel. "Adanya vespa lama ya satu itu, Mbak. Tapi kata teman saya tadi, Mbak yang punya bajunya warna hijau dan bakal diambil siang ini." Mas Yo melirik pakaian Dara, warnanya putih, jadi bukan dia pemilik motornya.Dara mengalihkan
Tidak bisakah kau diam saja dan mengabaikan semuanya? Kenapa kau harus ikut campur masalah yang tak seharusnya kau urus dalam hidupmu?🍃🍃🍃KEMBALINYA Dara siang itu berhasil menarik perhatian teman-teman satu divisinya. Bukan hanya karena tidak terlihatnya Galih di sisinya, juga karena sebuah jaket hitam khas milik seorang pria yang sedang dia gunakan sekarang."Lo sendirian, Ra? Pak Bos mana?" tanya Agus yang menyambut kedatangan Dara untuk pertama kalinya.Semuanya menoleh dan lantas menanyakan hal serupa pada Dara.Dara mengangkat bahu, tampak acuh tak acuh saat menjawab, "Mana gue tahu, kita kan pisah waktu balik. Gue ke bengkel, dia langsung balik ke kantor. Mungkin dia lagi makan siang kali?"Dara meringis pelan, teringat kalau dirinya sendiri belum makan siang. Dia berniat pamit pada teman-temannya untuk makan saat tiba-tiba saja Dira mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya berhenti berdetak."Tapi dia belum ada kelihatan batang hidungnya dari tadi lho, Ra? Mungkin nggak