JIKA semalam Dara bisa membawa motornya berkelit memasuki jalanan sempit untuk mencegah Galih mengikutinya, kali ini dia tidak bisa melakukannya. Bahkan hanya untuk menang kecepatan saja dia tidak mampu melakukannya.Motor vespa keluaran lama miliknya jelas bukan saingan motor harley Galih yang terlihat gagah. Sebenarnya mengusir pria itu sekarang cukup mudah. Dara hanya perlu menerima tawarannya untuk balikan, lalu memaksa Galih untuk pulang.Sayang, Dara masih merasa enggan untuk balikan dengannya. Selain perbedaan kasta yang membuatnya ragu, juga karena pria itu memiliki kini masa lalu yang sedikit membuat hati Dara terluka saat membayangkannya.Dara masih tidak bisa menerima fakta, Galih telah merusak dirinya dengan sengaja. Perbuatannya itu membuat jarak baru yang begitu lebar di antara mereka. Dara bahkan mulai ragu, apakah dia masih mengenal sosoknya atau tidak.Galih memang berkata dia sudah berubah, tapi tidak ada kepastian jika dia kembali berulah. Jika dia berulah sebagai k
"BESOK pagi-pagi banget aku ke sini lagi, soalnya aku mau anterin kalian ke stasiun kereta api," kata Galih sebelum dia benar-benar pergi."Kamu nggak usah repot-repot gitu, deh. Kami bisa berangkat sendiri kok," tolak Dara mentah-mentah."Aku enggak repot, Dara. Besok kantor juga libur. Jadi nggak masalah kalau aku nganter kalian pagi-pagi banget kayak gitu." Galih tetap kukuh dengan niatnya."Tapi aku berangkatnya jam dua pagi, Aji." Dara mengembuskan napas kasar.Kenapa Galih kukuh sekali mau mengantarnya pergi, sih?"Kamu nggak usah aneh-aneh gitu, deh. Aku kan bisa nyewa gocar atau taksi online, jadi kamu nggak harus antar jemput segala."Galih menatapnya dengan tatapan tidak suka. "Kamu harus mau dianterin sama aku atau aku bakal larang kamu buat pergi besok?" ancamnya dengan raut wajah serius.Dara langsung mencibir, "Kamu mau larang aku kayak gimana coba? Bukannya kamu udah kasih izin aku buat cuti dari kantor, ya?""Nurut aja kenapa, sih, Ra? Aku yang nganter nggak ngerasa ud
GALIH benar benar datang menjemputnya di pagi buta. Dia bahkan datang jam satu pagi, lalu kisruh sendiri di rumah Dara untuk menggotong koper koper besar bawaan ibu dan adiknya.Dia sudah seperti kurir pengangkut barang alih alih orang yang datang untuk carmuk di depan keluarga Dara.Saat sampai stasiun kereta api, Galih bahkan tetap di sana sampai keretanya benar benar berangkat. Dia hanya melambaikan tangan dan membiarkan Dara pergi bersama keluarganya menuju kampung halaman mereka.Galih menghela napas kasar. Satu minggu berhubungan jarak jauh dengan pujaan hatinya, apakah dia sanggup melakukannya?Sanggup atau tidak, dia harus bisa melakukannya.Sebenarnya, Galih sudah bisa resign dari pekerjaan sementaranya mulai bulan depan, karena sumber masalah sudah ditemukan juga calon penggantinya sudah didapatkan.Hanya saja dia belum mau pergi, karena Dara bekerja sebagai bawahannya. Dia masih ingin tebar pesona, cari kesempatan, dan pedekate ulang dengan mantan pacar cantiknya ini. Setid
"AKU mau kita putus!" kata seorang gadis berambut lurus panjang yang melewati bahu pada sosok laki-laki yang kini hanya bisa membatu. Beberapa helai rambutnya ditiup angin hingga menutupi sebagian wajah cantiknya."Kenapa?" balas laki-laki itu setelah mendapatkan kembali kesadarannya. Tangannya terulur merapikan helai-helai rambut di wajah kekasihnya. Dia terlihat tenang, tidak seperti beberapa saat ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut kekasihnya. "Aku nggak bisa LDR-an sama kamu." Gadis itu menggeleng kuat-kuat. "Aku nggak bisa, Ji. Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Aku nggak akan bisa menahan rindu selama itu." Tangan laki-laki itu berhenti bergerak. "Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" Laki-laki itu menelan ludahnya susah payah. "Aku sudah memberitahumu sejak dua bulan yang lalu. Kamu bisa melarangku pergi sejak saat itu, tapi kenapa baru hari ini kamu mengatakannya, Dara?" Dara menggelengkan kepala. "Aku nggak tahu, Ji. Awalnya, aku pikir kita bisa menjalaniny
"Katanya, kalau jodoh nggak ke mana."🍃🍃🍃PAGI-PAGI sekali, Dira sudah membawa beberapa cup kopi ke setiap kubikel yang seruangan dengannya. Terutama, sebuah kopi susu dengan rasa amat manis khusus untuk Dara—yang katanya, kembaran beda ayah dan ibu dengannya.Dara jelas tahu diri untuk tidak menyamakan dirinya dengan Dira, karena fisik mereka jauh berbeda. Andara Prameswari hanyalah gadis yang tingginya menyamping dengan kulit kuning langsat, jarang merawat diri dengan baik hingga jerawat rajin absen setiap bulan. Mungkin, satu-satunya hal yang bisa ia banggakan dari fisiknya hanyalah dua buah menggantung di depan dadanya.Beda dengan Dira, Andira Pratiwi, walau ukuran payudaranya tidaklah besar, tapi dia memiliki tinggi semampai, bertubuh langsing, dengan rambut lurus panjang sepunggung, senyuman maut, tak lupa kulit putih bersih tanpa jerawat yang selalu membuat Dara iri bukan main padanya.Bak langit dan bumi, keduanya jauh berbeda. Hanya nama yang hampir mirip dan seluruh rekan
Kenapa di dunia ini harus ada nama yang sama?Kenapa pula ada nama yang serupa?Apakah dunia memang sempit sampai semuanya berjumpa?🍃🍃🍃APA benar Galih dan Aji mantan kekasihnya adalah orang yang sama?Dara merenung begitu Pak Adnan membawa bos barunya pergi untuk berkeliling ke divisi lain. Teman-temannya sudah kembali ke kubikel masing-masing. Namun, Dara belum beranjak sama sekali. Dia masih berdiri diam dengan kepala menunduk menatap lantai kantor yang menerbangkan pikirannya kembali ke ingatannya sembilan tahun silam.Aji, mantan kekasihnya, memang tampan, tapi hanya itu kelebihannya. Tubuhnya tinggi, kurus kerempeng tanpa daging, dan kulitnya cenderung cokelat kehitaman. Aji dalam ingatannya terlihat layaknya anak laki-laki dekil dan menyedihkan.Aji memang terkenal pintar, dia juga berasal dari keluarga kaya, walau tidak pernah mengatakannya pada siapa pun selain Dara—karena Dara pernah dibawa pulang untuk dikenalkan pada ayah dan ibunya setelah mereka resmi pacaran.Penampi
"Gue yakin banget, kalian pasti punya hubungan apa-apa. Masa iya, baru ketemu beberapa saat aja dia udah ngatain senyuman lo mengerikan?" __fans, yang tak terima.🍃🍃🍃"FIX, bos baru kita bakal lebih nyebelin dari yang kemarin!" komentar Dira begitu mereka selesai memesan makan dan duduk di meja paling ujung, tempat biasa mereka istirahat di kafetaria kantor yang ada di lantai satu.Dara menatap Dira dengan wajah ingin tahu. Biasanya Dira jarang berkomentar mengenai bos baru mereka, karena rata-rata bos mereka akan selalu menyayangi Dira layaknya anak emas kantor. Dira memang selalu terkenal baik di mana-mana. Bukan hanya fisiknya yang sempurna, tapi pekerjaannya pun selalu luar biasa. Tak jarang kalau dia benar-benar menjadi anak emas di divisi mereka."Tumben lo bisa komentar gitu?" tanya Dara, yang kini sibuk memakan makan siangnya secara lahap.Di divisi mereka ada delapan orang, empat di antara adalah orang-orang tua yang lebih dianggap senior di antara mereka. Dan empat orang
Masih haruskah mengintip dasar hati, kalau kenyataannya dia masih cinta mati?🍃🍃🍃DARIPADA memusingkan perasaan mantan pada dirinya yang sekarang. Dia lebih memilih pusing memikirkan perasaannya sendiri yang tak kunjung menemukan titik terang.Sembilan tahun memang panjang. Sangat panjang, sampai cukup untuk membuat seseorang berubah secara signifikan.Aji atau Galih, jika memang orang yang sama, jelas-jelas dia telah berubah drastis. Dia makin tampan, makin dewasa, makin gagah, mempesona, dan satu lagi dia sangatlah mapan. Lahir di keluarga kaya raya dan kini malah menjadi bosnya.Bagaimana Dara bisa lepas dari pesonanya, jika dalam sembilan tahun terakhir otaknya hanya memikirkan keadaan mantan kekasihnya?Dara tidak benar-benar bisa move on dari Aji. Move on bagaimana, kalau setiap malam dia masih suka galau sendiri. Dia yang memilih memutus hubungan, tapi dia juga yang menyesal setengah mati.Apakah ada yang lebih mengenaskan nasibnya daripada seorang Dara?Dara mendesah kasar.