Share

Mantan Istri Membalas Suami Arogan
Mantan Istri Membalas Suami Arogan
Penulis: Tifa Nurfa

Bab 1. Dianggap tidak becus.

Penulis: Tifa Nurfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 14:25:14

"Kamu keguguran karena nggak bisa jaga diri! Mau menyalahkan siapa lagi!?"

Aku terkejut dengan ucapan Mas Bima. Sepasang mataku terbelalak tak percaya. Kata-kata suamiku itu seperti pisau yang menancap di hati, membuatku nyeri sampai terasa menyesakkan.

Pria itu berdiri tegak di hadapanku dengan tangan berkacak pinggang, menatapku dengan marah.

Kami baru kehilangan calon bayi kami beberapa hari yang lalu. Aku bisa memahami kemarahannya karena Mas Bima memang menantikan kelahiran anak laki-laki di tengah pernikahan kami yang sudah berusia dua tahun. Aku tahu ia menginginkan penerus, apalagi karena ibu mertuaku terus-menerus meminta cucu.

Selama beberapa saat, aku tidak bisa mengatakan apa pun.

“Mas,” Ketika aku bisa bersuara kembali, kusodorkan berkas pemeriksaan di tangan, “coba Mas lihat dulu. Hasil tes ini menunjukkan–”

Tanpa memberikan kesempatan padaku untuk menyelesaikan kalimat, Mas Bima merebut berkas di tangan lalu membuangnya ke lantai.

“Cukup, Nayra! Terimalah kenyataan bahwa kamu memang wanita yang tidak becus!”

Sesak kembali mengisi dadaku.

Sejak mengusahakan kehamilan lewat program hamil beberapa waktu yang lalu, aku selalu makan makanan sehat, tidak macam-macam. Olahraga, minum vitamin, istirahat cukup … semua aku lakukan sesuai anjuran dokter. Hingga akhirnya aku hamil.

Setelahnya pun, selama hamil, aku tetap menjaga semuanya sesuai anjuran dokter, bahkan sampai membatasi aktivitasku. Aku curahkan semua perhatianku pada calon bayi tersebut. Mas Bima melihatnya sendiri.

Tapi kenapa suamiku itu bisa bilang begitu?

“Mas, kamu tahu sendiri bagaimana usahaku menjaga bayi kita,” jawabku meski dengan suara bergetar. “Aku sudah melakukan yang terbaik. Bahkan menjaga makanan yang masuk. Karena itu, aku menyadari ada yang salah.”

Usai makan siang hari itu, tiba-tiba merasakan nyeri dan kontraksi pada perut bagian bawah. Padahal usia kandunganku masih 12 minggu.

Hingga kemudian, darah keluar dari jalur lahirku dan aku dinyatakan telah keguguran saat tiba di rumah sakit. Ketika memeriksa penyebabnya, dokter sempat menyinggung bahwa aku mengonsumsi zat asing entah apa.

Aku kembali memungut berkas pemeriksaan yang tadi dibuang Mas Bima. “Ini buktinya, Mas. Kata dokter juga ada zat asing yang ditemukan. Siang itu aku hanya makan masakan buatan Mama–”

“Cukup!” Mas Bima membentakku. Suamiku itu melangkah mendekatiku. Tubuhnya yang tinggi membuatku makin terasa kecil di hadapannya, sementara matanya menyorotkan amarah. “Kamu yang tidak becus, kenapa jadi menyalahkan ibuku!?”

Aku terkesiap. “Bukan seperti itu–”

“Sudahlah! Tingkahmu hari ini membuatku makin yakin,” ucap Mas Bima kemudian. “Aku memutuskan untuk menikah lagi.”

Ucapan suamiku itu membuatku terbelalak. Tubuhku limbung, sampai aku harus mundur beberapa langkah. Duniaku seakan runtuh seketika.

“Apa?” bisikku, nyaris tidak terdengar. “Bagaimana–siapa–”

“Dia adalah wanita yang cerdas dan berpendidikan. Sopan juga. Bahkan Ibu menyukainya.” Mas Bima berucap dengan tegas. Aku melihat sorot kemarahan di matanya berangsur menghilang saat kami membicarakan sosok itu. “Kalau aku bertemu dengannya lebih dulu, aku pasti akan memilihnya dibanding kamu yang memberiku anak saja tidak sanggup.”

Tanganku mengepal. Sebagian untuk menguatkan diriku, sebagian karena marah mendengar ucapannya.

Kami baru saja kehilangan calon bayi kami, dan suamiku ini sudah mau menikah lagi?

“Mas, aku tidak–”

“Selamat malam, Mas Bima–lho, ada Nayra juga. Kupikir sudah tidur.”

Suara itu mengalun lembut, memutus ucapanku. Seketika, aku menoleh ke arah pintu.

Di sana, berdiri seorang perempuan dalam balutan kemeja pas di badan dan rok span yang membalut kakinya, menonjolkan setiap lekuk tubuh perempuan itu tanpa kecuali. Saat mata kami bertatapan, bibirnya yang dipoles lipstik warna merah tersenyum manis.

“Malam, Nayra. Ibu dan Mas Bima memintaku datang.”

Kiara Alviena—nama yang dulu hanya sekadar sebutan samar dari suamiku. Namun, baru kusadari, makin lama nama itu makin sering disebut. Oleh Mas Bima, bahkan oleh ibu mertuaku.

Aku pikir, tidak ada masalah. Karena Mas Bima terlampau santai tiap kali menyebut nama itu di sela-sela percakapan kami, enteng saja, seolah tak berarti apa-apa.

"Dia itu rekan kerja yang menyenangkan, Nay." Mas Bima selalu berkata, sambil tersenyum. “Bahkan mungkin bisa jadi teman untukmu.”

Bodohnya, aku tidak curiga. Aku terlalu percaya pada suamiku itu.

Tepat seperti dugaanku, Mas Bima menghampiri Kiara dan menggandeng tangannya.

“Ini Kiara. Calon adik madumu.”

Bab terkait

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 2. Ceraikan aku.

    "Ini Kiara. Calon adik madumu."Ucapan Mas Bima bagai sambaran petir di siang bolong. “A-apa?” bisikku. Aku bisa melihat senyum di bibir Kiara menjadi senyum miring, seperti sedang mengejek.Bodohnya aku, aku tidak curiga. Aku menepis kecemburuan yang hadir, karena aku pikir, aku bisa memercayai Mas Bima sepenuh hati.Nyatanya aku salah.“Kamu sudah dengar, Nayra,” ucap Mas Bima. “Aku akan menikahi Kiara sebagai istri keduaku.”"Enggak Mas, aku nggak mau di madu." Aku berbisik.Mas Bima menghela napas. Tatapannya padaku tampak tajam. "Aku butuh keturunan.” Ia berucap tegas. “Lagipula, dokter sudah bilang kalau kamu akan sulit untuk hamil lagi.”“Toh,” lanjut Mas Bima. “Sekalipun hamil, memangnya kamu bisa jamin kamu bisa menjaga kandunganmu di waktu mendatang? Istri ceroboh.”Ucapannya benar-benar menyakitiku. Membuat dadaku makin lama makin sesak. Inikah perlakuan yang harus aku terima karena aku menikahi suamiku ini tanpa restu keluarga? Hingga aku harus menerima penghinaan seper

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 3. Diusir.

    "Eh, eh, tunggu! Barang apa itu yang mau kamu bawa?!"Tiba-tiba saja Ibu merangsek masuk kamar, dan dengan kasar menarik koper yang handak aku tutup.Aku terkejut."Barang-barang itu ...." Wanita paruh baya itu mengacak-acak koperku, menarik keluar benda-benda yang pernah Bima berikan. "Kamu kira kamu bisa pergi membawa semua ini? Nggak. Nggak bisa! Semua barang-barang ini, di beli dengan uang Bima. Jadi kamu tak berhak membawanya! Kamu yang menginginkan pergi dari sini, jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini, kecuali pakaian yang kamu pakai itu." Aku tersentak.Ini bukan soal barang, tapi ini seperti penghinaan bagiku."Baik, aku tak butuh dengan semua barang-barang ini."Sekar tertawa sinis, seolah merasa menang.Dengan tangan kasar, ia menarik keluar perhiasan dari koperku, seakan ingin menghancurkan sisa-sisa harga diriku. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin membawa apapun lagi dari tempat ini, bahkan kenangan yang menyakitkan sekalipun.Padahal beberapa perhiasan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 4. Kembali pada keluarga.

    Dia Pradipta, kakakku. "Apa yang terjadi? Sampai malam-malam begini di tengah hujan, kamu di luaran seperti ini?" Aku terdiam tak mampu menjawab, dengan kedua tangan memeluk diri, merasakan hawa dingin yang makin menusuk tulang, karena baju yang basah kuyup terkena AC mobil. Gerakan tangannya cepat mematikan pendingin di dalam mobil ini. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang gelap, dan derai hujan juga kilat yang menyambar. Tak lama terdengar ponselnya berdering. Ia langsung memasang headset dan mengangkat telepon. "Hallo, Aksa, lain kali kita bahas rencana kerjasama kita. Sekarang aku ada urusan mendadak. Sorry ya." Ia sepertinya ada janji dengan temannya, dan kini ia membatalkannya. Kembali hening menyelimuti. Kak Pradipta seakan memberiku waktu untuk menenangkan diri. Sesekali ia melirikku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Aku paham dua pasti kecewa. Mobil memasuki halaman yang luas. Bangunan apartemen menjulang tinggi berdiri kokoh dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 5. Mulai Bangkit.

    Bab 5 "Ya. Si Brengsek itu telah berani menyakitinya." Dengan siapa Kak Dipta bicara? Apa dia telpon Kak Arya? Aku tertegun. "Sepertinya memang mereka punya rencana jahat." "Iya Kak, itu pasti, tidak akan kubiarkan orang yang sudah menyakiti adik kecil kita, itu melenggang bebas. Aku pastikan mereka akan menyesal." Aku kembali merebahkan tubuhku di pembaringan. Kak Dipta sepertinya menghubungi Kak Arya, mereka berdua memang sangat sayang padaku, aku seakan gadis kecil kesayangan bagi mereka. Sejak dulu. Aku kembali memejamkan mata menjemput mimpi. *** "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Kak Dipta, pagi ini di meja makan. "Aku sudah lebih baik, Kak." "Oke. Hari ini kita akan pulang ke rumah. Rumah itu terlalu sepi sejak kamu memutuskan pergi demi laki-laki brengsek itu!" Aku tersenyum tipis. Kemudian mulai memotong roti sandwich yang sudah di siapkan oleh kakakku yang tampan satu ini. Selesai sarapan, kami akan langsung ke rumah. Rumah orang tua kami. Ham

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 5. Mulai Bangkit.

    Bab 5 "Ya. Si Brengsek itu telah berani menyakitinya." Dengan siapa Kak Dipta bicara? Apa dia telpon Kak Arya? Aku tertegun. "Sepertinya memang mereka punya rencana jahat." "Iya Kak, itu pasti, tidak akan kubiarkan orang yang sudah menyakiti adik kecil kita, itu melenggang bebas. Aku pastikan mereka akan menyesal." Aku kembali merebahkan tubuhku di pembaringan. Kak Dipta sepertinya menghubungi Kak Arya, mereka berdua memang sangat sayang padaku, aku seakan gadis kecil kesayangan bagi mereka. Sejak dulu. Aku kembali memejamkan mata menjemput mimpi. *** "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Kak Dipta, pagi ini di meja makan. "Aku sudah lebih baik, Kak." "Oke. Hari ini kita akan pulang ke rumah. Rumah itu terlalu sepi sejak kamu memutuskan pergi demi laki-laki brengsek itu!" Aku tersenyum tipis. Kemudian mulai memotong roti sandwich yang sudah di siapkan oleh kakakku yang tampan satu ini. Selesai sarapan, kami akan langsung ke rumah. Rumah orang tua kami. Ham

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 4. Kembali pada keluarga.

    Dia Pradipta, kakakku. "Apa yang terjadi? Sampai malam-malam begini di tengah hujan, kamu di luaran seperti ini?" Aku terdiam tak mampu menjawab, dengan kedua tangan memeluk diri, merasakan hawa dingin yang makin menusuk tulang, karena baju yang basah kuyup terkena AC mobil. Gerakan tangannya cepat mematikan pendingin di dalam mobil ini. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang gelap, dan derai hujan juga kilat yang menyambar. Tak lama terdengar ponselnya berdering. Ia langsung memasang headset dan mengangkat telepon. "Hallo, Aksa, lain kali kita bahas rencana kerjasama kita. Sekarang aku ada urusan mendadak. Sorry ya." Ia sepertinya ada janji dengan temannya, dan kini ia membatalkannya. Kembali hening menyelimuti. Kak Pradipta seakan memberiku waktu untuk menenangkan diri. Sesekali ia melirikku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Aku paham dua pasti kecewa. Mobil memasuki halaman yang luas. Bangunan apartemen menjulang tinggi berdiri kokoh dan

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 3. Diusir.

    "Eh, eh, tunggu! Barang apa itu yang mau kamu bawa?!"Tiba-tiba saja Ibu merangsek masuk kamar, dan dengan kasar menarik koper yang handak aku tutup.Aku terkejut."Barang-barang itu ...." Wanita paruh baya itu mengacak-acak koperku, menarik keluar benda-benda yang pernah Bima berikan. "Kamu kira kamu bisa pergi membawa semua ini? Nggak. Nggak bisa! Semua barang-barang ini, di beli dengan uang Bima. Jadi kamu tak berhak membawanya! Kamu yang menginginkan pergi dari sini, jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini, kecuali pakaian yang kamu pakai itu." Aku tersentak.Ini bukan soal barang, tapi ini seperti penghinaan bagiku."Baik, aku tak butuh dengan semua barang-barang ini."Sekar tertawa sinis, seolah merasa menang.Dengan tangan kasar, ia menarik keluar perhiasan dari koperku, seakan ingin menghancurkan sisa-sisa harga diriku. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin membawa apapun lagi dari tempat ini, bahkan kenangan yang menyakitkan sekalipun.Padahal beberapa perhiasan itu

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 2. Ceraikan aku.

    "Ini Kiara. Calon adik madumu."Ucapan Mas Bima bagai sambaran petir di siang bolong. “A-apa?” bisikku. Aku bisa melihat senyum di bibir Kiara menjadi senyum miring, seperti sedang mengejek.Bodohnya aku, aku tidak curiga. Aku menepis kecemburuan yang hadir, karena aku pikir, aku bisa memercayai Mas Bima sepenuh hati.Nyatanya aku salah.“Kamu sudah dengar, Nayra,” ucap Mas Bima. “Aku akan menikahi Kiara sebagai istri keduaku.”"Enggak Mas, aku nggak mau di madu." Aku berbisik.Mas Bima menghela napas. Tatapannya padaku tampak tajam. "Aku butuh keturunan.” Ia berucap tegas. “Lagipula, dokter sudah bilang kalau kamu akan sulit untuk hamil lagi.”“Toh,” lanjut Mas Bima. “Sekalipun hamil, memangnya kamu bisa jamin kamu bisa menjaga kandunganmu di waktu mendatang? Istri ceroboh.”Ucapannya benar-benar menyakitiku. Membuat dadaku makin lama makin sesak. Inikah perlakuan yang harus aku terima karena aku menikahi suamiku ini tanpa restu keluarga? Hingga aku harus menerima penghinaan seper

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 1. Dianggap tidak becus.

    "Kamu keguguran karena nggak bisa jaga diri! Mau menyalahkan siapa lagi!?"Aku terkejut dengan ucapan Mas Bima. Sepasang mataku terbelalak tak percaya. Kata-kata suamiku itu seperti pisau yang menancap di hati, membuatku nyeri sampai terasa menyesakkan.Pria itu berdiri tegak di hadapanku dengan tangan berkacak pinggang, menatapku dengan marah.Kami baru kehilangan calon bayi kami beberapa hari yang lalu. Aku bisa memahami kemarahannya karena Mas Bima memang menantikan kelahiran anak laki-laki di tengah pernikahan kami yang sudah berusia dua tahun. Aku tahu ia menginginkan penerus, apalagi karena ibu mertuaku terus-menerus meminta cucu.Selama beberapa saat, aku tidak bisa mengatakan apa pun.“Mas,” Ketika aku bisa bersuara kembali, kusodorkan berkas pemeriksaan di tangan, “coba Mas lihat dulu. Hasil tes ini menunjukkan–”Tanpa memberikan kesempatan padaku untuk menyelesaikan kalimat, Mas Bima merebut berkas di tangan lalu membuangnya ke lantai.“Cukup, Nayra! Terimalah kenyataan bahw

DMCA.com Protection Status