Share

Bab 3. Diusir.

Penulis: Tifa Nurfa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 14:26:33

"Eh, eh, tunggu! Barang apa itu yang mau kamu bawa?!"

Tiba-tiba saja Ibu merangsek masuk kamar, dan dengan kasar menarik koper yang  handak aku tutup.

Aku terkejut.

"Barang-barang itu ...." 

Wanita paruh baya itu mengacak-acak koperku, menarik keluar benda-benda yang pernah Bima berikan. 

"Kamu kira kamu bisa pergi membawa semua ini? Nggak. Nggak bisa! Semua barang-barang ini, di beli dengan uang Bima. Jadi kamu tak berhak membawanya! Kamu yang menginginkan pergi dari sini, jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini, kecuali pakaian yang kamu pakai itu." 

Aku tersentak.

Ini bukan soal barang, tapi ini seperti penghinaan bagiku.

"Baik, aku tak butuh dengan semua barang-barang ini."

Sekar tertawa sinis, seolah merasa menang.

Dengan tangan kasar, ia menarik keluar perhiasan dari koperku, seakan ingin menghancurkan sisa-sisa harga diriku. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin membawa apapun lagi dari tempat ini, bahkan kenangan yang menyakitkan sekalipun.

Padahal beberapa perhiasan itu ada yang aku beli dengan uangku sendiri. Ya sudahlah, aku pun tak peduli lagi dengan semua barang-barang itu. 

"Kamu tidak berhak membawa apa-apa dari rumah ini. Kamu lupa, ketika kau du datang kemari kau tak membawa apapun, maka sekarang pun, silakan angkat kaki dari sini, tanpa membawa apapun, tak ada yang menghalangimu."

Lagi Ibu Sekar mengusirku tanpa perasaan. 

"Baik. Tapi ingat satu hal, Bu. Aku akan tetap menyelidiki kejanggalan yang menyebabkan aku keguguran, dan maka aku akan buat perhitungan dengan kalian!! ucapku seraya menatapnya tanpa rasa takut.

Sejenak wajah Bu Sekar terlihat pias. Tapi ia segera menguasai keadaan. Ia hanya mencebik tak menanggapi ucapanku.

Selang sehari pasca aku keguguran, aku sempat mendengar percakapan antara Bu Sekar dengan Kiara. Mereka seperti tengah membicarakan suatu hal yang mencurigakan.

"Rencana awal kota berhasil," ucap Bu Sekar kala itu, kemudian terdengar tawa menggelegar keduanya. Ketika itu Kiara mampir ke rumah ini.

Kalimat itu yang terdengar olehku.

Aku berjalan tanpa menoleh lagi. Melewati Kiara yang masih duduk manis di sofa ruang tamu. Ia tersenyum puas menatapku. 

Seakan mentertawakan kekalahanku.

Kilatan cahaya tanda akan turun hujan, makin membuat hatiku pilu.

Inilah akhir dari semuanya? Segala pengorbanan yang sudah aku lakukan, inikah yang aku dapatkan, Mas? 

Hujan mulai turun. Langit kelabu seolah turut merasakannya. Aku berjalan lebih cepat, mengabaikan tetesan air yang membasahi tubuhku. Aku tidak peduli. Rasanya, segalanya sudah tak ada lagi maknanya.

Tetes butir air hujan, mampu menyamarkan tetes air mata.

Aku terus melangkah di tengah gelapnya malam, dan gemuruh hujan petir menyambar. 

Aku memeluk tubuhku yang kini basah kuyup. 

Dingin angin menerpa sudah tak kuhiraukan lagi.

Aku terus berjalan memeluk luka.

Hingga tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingku berjalan. Mobil itu memancarkan cahaya dari lampu depan yang menyilaukan. Di tengah derasnya hujan dan gelapnya malam.

Kemudian suara pintu mobil yang terbuka. Aku masih berdiri tak bergeming.

"Masuk.”

Pria yang duduk di balik kemudi itu berucap. Suaranya masih sama seperti yang ada dalam ingatan, sekalipun aku lama tidak mendengarnya.

Namun, aku ragu. Apakah … aku berhak kembali ke tempatku semula?

Seperti menangkap keraguanku, pria itu turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang untukku. Lalu, tanpa mengucapkan apa pun lagi, pria itu membimbingku masuk ke dalam mobi. Tidak peduli badanku basah kuyup seperti ini.

“Kak–”

“Diam. Jangan katakan apa pun.” Pria itu menukas. Wajahnya mengeras. “Berani-beraninya ia melakukan ini padamu.”

Bab terkait

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 4. Kembali pada keluarga.

    Dia Pradipta, kakakku. "Apa yang terjadi? Sampai malam-malam begini di tengah hujan, kamu di luaran seperti ini?" Aku terdiam tak mampu menjawab, dengan kedua tangan memeluk diri, merasakan hawa dingin yang makin menusuk tulang, karena baju yang basah kuyup terkena AC mobil. Gerakan tangannya cepat mematikan pendingin di dalam mobil ini. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang gelap, dan derai hujan juga kilat yang menyambar. Tak lama terdengar ponselnya berdering. Ia langsung memasang headset dan mengangkat telepon. "Hallo, Aksa, lain kali kita bahas rencana kerjasama kita. Sekarang aku ada urusan mendadak. Sorry ya." Ia sepertinya ada janji dengan temannya, dan kini ia membatalkannya. Kembali hening menyelimuti. Kak Pradipta seakan memberiku waktu untuk menenangkan diri. Sesekali ia melirikku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Aku paham dua pasti kecewa. Mobil memasuki halaman yang luas. Bangunan apartemen menjulang tinggi berdiri kokoh dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 5. Mulai Bangkit.

    Bab 5 "Ya. Si Brengsek itu telah berani menyakitinya." Dengan siapa Kak Dipta bicara? Apa dia telpon Kak Arya? Aku tertegun. "Sepertinya memang mereka punya rencana jahat." "Iya Kak, itu pasti, tidak akan kubiarkan orang yang sudah menyakiti adik kecil kita, itu melenggang bebas. Aku pastikan mereka akan menyesal." Aku kembali merebahkan tubuhku di pembaringan. Kak Dipta sepertinya menghubungi Kak Arya, mereka berdua memang sangat sayang padaku, aku seakan gadis kecil kesayangan bagi mereka. Sejak dulu. Aku kembali memejamkan mata menjemput mimpi. *** "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Kak Dipta, pagi ini di meja makan. "Aku sudah lebih baik, Kak." "Oke. Hari ini kita akan pulang ke rumah. Rumah itu terlalu sepi sejak kamu memutuskan pergi demi laki-laki brengsek itu!" Aku tersenyum tipis. Kemudian mulai memotong roti sandwich yang sudah di siapkan oleh kakakku yang tampan satu ini. Selesai sarapan, kami akan langsung ke rumah. Rumah orang tua kami. Ham

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 1. Dianggap tidak becus.

    "Kamu keguguran karena nggak bisa jaga diri! Mau menyalahkan siapa lagi!?"Aku terkejut dengan ucapan Mas Bima. Sepasang mataku terbelalak tak percaya. Kata-kata suamiku itu seperti pisau yang menancap di hati, membuatku nyeri sampai terasa menyesakkan.Pria itu berdiri tegak di hadapanku dengan tangan berkacak pinggang, menatapku dengan marah.Kami baru kehilangan calon bayi kami beberapa hari yang lalu. Aku bisa memahami kemarahannya karena Mas Bima memang menantikan kelahiran anak laki-laki di tengah pernikahan kami yang sudah berusia dua tahun. Aku tahu ia menginginkan penerus, apalagi karena ibu mertuaku terus-menerus meminta cucu.Selama beberapa saat, aku tidak bisa mengatakan apa pun.“Mas,” Ketika aku bisa bersuara kembali, kusodorkan berkas pemeriksaan di tangan, “coba Mas lihat dulu. Hasil tes ini menunjukkan–”Tanpa memberikan kesempatan padaku untuk menyelesaikan kalimat, Mas Bima merebut berkas di tangan lalu membuangnya ke lantai.“Cukup, Nayra! Terimalah kenyataan bahw

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 2. Ceraikan aku.

    "Ini Kiara. Calon adik madumu."Ucapan Mas Bima bagai sambaran petir di siang bolong. “A-apa?” bisikku. Aku bisa melihat senyum di bibir Kiara menjadi senyum miring, seperti sedang mengejek.Bodohnya aku, aku tidak curiga. Aku menepis kecemburuan yang hadir, karena aku pikir, aku bisa memercayai Mas Bima sepenuh hati.Nyatanya aku salah.“Kamu sudah dengar, Nayra,” ucap Mas Bima. “Aku akan menikahi Kiara sebagai istri keduaku.”"Enggak Mas, aku nggak mau di madu." Aku berbisik.Mas Bima menghela napas. Tatapannya padaku tampak tajam. "Aku butuh keturunan.” Ia berucap tegas. “Lagipula, dokter sudah bilang kalau kamu akan sulit untuk hamil lagi.”“Toh,” lanjut Mas Bima. “Sekalipun hamil, memangnya kamu bisa jamin kamu bisa menjaga kandunganmu di waktu mendatang? Istri ceroboh.”Ucapannya benar-benar menyakitiku. Membuat dadaku makin lama makin sesak. Inikah perlakuan yang harus aku terima karena aku menikahi suamiku ini tanpa restu keluarga? Hingga aku harus menerima penghinaan seper

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 5. Mulai Bangkit.

    Bab 5 "Ya. Si Brengsek itu telah berani menyakitinya." Dengan siapa Kak Dipta bicara? Apa dia telpon Kak Arya? Aku tertegun. "Sepertinya memang mereka punya rencana jahat." "Iya Kak, itu pasti, tidak akan kubiarkan orang yang sudah menyakiti adik kecil kita, itu melenggang bebas. Aku pastikan mereka akan menyesal." Aku kembali merebahkan tubuhku di pembaringan. Kak Dipta sepertinya menghubungi Kak Arya, mereka berdua memang sangat sayang padaku, aku seakan gadis kecil kesayangan bagi mereka. Sejak dulu. Aku kembali memejamkan mata menjemput mimpi. *** "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Kak Dipta, pagi ini di meja makan. "Aku sudah lebih baik, Kak." "Oke. Hari ini kita akan pulang ke rumah. Rumah itu terlalu sepi sejak kamu memutuskan pergi demi laki-laki brengsek itu!" Aku tersenyum tipis. Kemudian mulai memotong roti sandwich yang sudah di siapkan oleh kakakku yang tampan satu ini. Selesai sarapan, kami akan langsung ke rumah. Rumah orang tua kami. Ham

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 4. Kembali pada keluarga.

    Dia Pradipta, kakakku. "Apa yang terjadi? Sampai malam-malam begini di tengah hujan, kamu di luaran seperti ini?" Aku terdiam tak mampu menjawab, dengan kedua tangan memeluk diri, merasakan hawa dingin yang makin menusuk tulang, karena baju yang basah kuyup terkena AC mobil. Gerakan tangannya cepat mematikan pendingin di dalam mobil ini. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang gelap, dan derai hujan juga kilat yang menyambar. Tak lama terdengar ponselnya berdering. Ia langsung memasang headset dan mengangkat telepon. "Hallo, Aksa, lain kali kita bahas rencana kerjasama kita. Sekarang aku ada urusan mendadak. Sorry ya." Ia sepertinya ada janji dengan temannya, dan kini ia membatalkannya. Kembali hening menyelimuti. Kak Pradipta seakan memberiku waktu untuk menenangkan diri. Sesekali ia melirikku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Aku paham dua pasti kecewa. Mobil memasuki halaman yang luas. Bangunan apartemen menjulang tinggi berdiri kokoh dan

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 3. Diusir.

    "Eh, eh, tunggu! Barang apa itu yang mau kamu bawa?!"Tiba-tiba saja Ibu merangsek masuk kamar, dan dengan kasar menarik koper yang handak aku tutup.Aku terkejut."Barang-barang itu ...." Wanita paruh baya itu mengacak-acak koperku, menarik keluar benda-benda yang pernah Bima berikan. "Kamu kira kamu bisa pergi membawa semua ini? Nggak. Nggak bisa! Semua barang-barang ini, di beli dengan uang Bima. Jadi kamu tak berhak membawanya! Kamu yang menginginkan pergi dari sini, jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini, kecuali pakaian yang kamu pakai itu." Aku tersentak.Ini bukan soal barang, tapi ini seperti penghinaan bagiku."Baik, aku tak butuh dengan semua barang-barang ini."Sekar tertawa sinis, seolah merasa menang.Dengan tangan kasar, ia menarik keluar perhiasan dari koperku, seakan ingin menghancurkan sisa-sisa harga diriku. Tapi aku tidak peduli. Aku tidak ingin membawa apapun lagi dari tempat ini, bahkan kenangan yang menyakitkan sekalipun.Padahal beberapa perhiasan itu

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 2. Ceraikan aku.

    "Ini Kiara. Calon adik madumu."Ucapan Mas Bima bagai sambaran petir di siang bolong. “A-apa?” bisikku. Aku bisa melihat senyum di bibir Kiara menjadi senyum miring, seperti sedang mengejek.Bodohnya aku, aku tidak curiga. Aku menepis kecemburuan yang hadir, karena aku pikir, aku bisa memercayai Mas Bima sepenuh hati.Nyatanya aku salah.“Kamu sudah dengar, Nayra,” ucap Mas Bima. “Aku akan menikahi Kiara sebagai istri keduaku.”"Enggak Mas, aku nggak mau di madu." Aku berbisik.Mas Bima menghela napas. Tatapannya padaku tampak tajam. "Aku butuh keturunan.” Ia berucap tegas. “Lagipula, dokter sudah bilang kalau kamu akan sulit untuk hamil lagi.”“Toh,” lanjut Mas Bima. “Sekalipun hamil, memangnya kamu bisa jamin kamu bisa menjaga kandunganmu di waktu mendatang? Istri ceroboh.”Ucapannya benar-benar menyakitiku. Membuat dadaku makin lama makin sesak. Inikah perlakuan yang harus aku terima karena aku menikahi suamiku ini tanpa restu keluarga? Hingga aku harus menerima penghinaan seper

  • Mantan Istri Membalas Suami Arogan   Bab 1. Dianggap tidak becus.

    "Kamu keguguran karena nggak bisa jaga diri! Mau menyalahkan siapa lagi!?"Aku terkejut dengan ucapan Mas Bima. Sepasang mataku terbelalak tak percaya. Kata-kata suamiku itu seperti pisau yang menancap di hati, membuatku nyeri sampai terasa menyesakkan.Pria itu berdiri tegak di hadapanku dengan tangan berkacak pinggang, menatapku dengan marah.Kami baru kehilangan calon bayi kami beberapa hari yang lalu. Aku bisa memahami kemarahannya karena Mas Bima memang menantikan kelahiran anak laki-laki di tengah pernikahan kami yang sudah berusia dua tahun. Aku tahu ia menginginkan penerus, apalagi karena ibu mertuaku terus-menerus meminta cucu.Selama beberapa saat, aku tidak bisa mengatakan apa pun.“Mas,” Ketika aku bisa bersuara kembali, kusodorkan berkas pemeriksaan di tangan, “coba Mas lihat dulu. Hasil tes ini menunjukkan–”Tanpa memberikan kesempatan padaku untuk menyelesaikan kalimat, Mas Bima merebut berkas di tangan lalu membuangnya ke lantai.“Cukup, Nayra! Terimalah kenyataan bahw

DMCA.com Protection Status