Share

Bab 3

Author: Bisyarah Syifa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Bu Diana, mobil suamimu ada di parkiran kantor!"

"Diana, taman hiburan kota sudah minta bantuan teman-teman driver ojek online, tapi belum ada tanda-tanda."

"Diana, Olivia nggak ada di kantor. Katanya dia sedang perjalanan kerja di luar kota dengan laki-laki entah siapa."

"Bantu aku cari tahu mobilnya!" Aku hampir berteriak.

"Rara masih di dalam mobil!"

Pemandangan di depanku berbayang-bayang fatamorgana karena cahaya matahari terik.

Aku merasa seperti terjebak dalam fatamorgana juga. Aku sudah melaju kencang, tidak peduli pada apa pun.

Jangan khawatir, sayangku.

Mobilku semakin mendekati kota.

Tapi aku tidak santai sama sekali.

Ponsel Bisma masih mati.

Sama seperti dia tidak pulang di malam hari.

Rara tidak bisa tidur dan menangis ingin dipeluk ayahnya.

"Mungkin Ayah tersesat? Ma, ayo kita cari Ayah?"

Aku tidak tega mengatakan padanya bahwa ayahnya sedang berada di rumah orang lain saat ini ....

Aku mengelabuinya, mengatakan bahwa ayahnya bekerja lembur.

Dia lalu menangis-nangis ingin pergi ke kantor ayahnya untuk menemani ayahnya.

Ketika Bisma pulang keesokan paginya dan mengetahui kami sedang mencari-cari di luar, dia langsung marah.

"Bukannya sudah kubilang jangan bawa-bawa Rara dalam urusan kita?"

"Diana, bisakah kamu lebih dewasa."

Tangan kecil putriku memegangi wajahku yang kuyu.

"Mama, Rara sayang mama, jangan merokok lagi!"

Semenjak mengetahui tentang perubahan sikap Bisma, aku mulai merokok diam-diam di balkon.

Pergi atau bertahan, sebuah pertanyaan yang rumit.

Putriku seperti orang dewasa, diam-diam menyembunyikan rokokku.

Aku mencoba untuk tidak menunjukkan kesedihanku, tapi matanya tajam dan tetap bisa melihatnya.

Dia memegang kepalaku dan meniup untuk menghilangkan sakitku.

"Fuh, fuh, sakit Mama hilang."

Dia hanyalah seorang gadis kecil yang masih perlu perawatan orang lain.

Sebelum aku pergi dalam perjalanan kerjaku kali ini, dia bahkan berjinjit untuk memelukku.

"Rara sayang Mama!"

"Jangan lama-lama ya, ayo kita ke taman hiburan dan beri kejutan untuk Ayah."

...

Bruk!

Aku baru sadar bahwa mobilku menyerempet pagar pembatas.

Karena takut, aku mengabaikan kerusakan pada mobilku.

Lajuku tidak melambat.

Telepon berdering lagi.

Jantungku berdebar kencang saat melihat nama Bisma dan aku buru-buru menjawabnya.

Dia memberondongiku dengan pertanyaan.

Aku tidak peduli sama sekali.

"Bisma, dengarkan aku. Di mana kamu sekarang?"

"Di mana Rara?"

"Dia terkunci di dalam mobil. Kamu harus cepat-cepat menyelamatkannya ...."

Namun, dia seperti tidak mendengarkan sama sekali dan masih marah-marah.

"Diana, apa maksudmu?"

"Kamu ingin memata-matai kegiatanku?"

"Apa perlu sampai sejauh ini?"

Gadis kecil di sebelah juga tertawa. "Aku nggak suka Rara, dia rebut es krim Mama dariku."

Aku menahan amarah dan membendung teriakanku.

"Bisma, periksa Rara sebentar."

Pria itu terdiam sejenak.

"Kenapa bawa-bawa Rara lagi?"

"Lintang sedang ngambek, aku cuma menemaninya main di taman hiburan sebentar. Kamu malah bersekongkol dengan Rara cari-cari masalah?"

"Kamu terlalu memanjakan Rara."

Suara gadis sialan itu terdengar lagi.

"Rara jahat."

"Dia sedang nonton kartun di mobil!"

"Tidur seperti babi, ngok ngok."

Aku akhirnya mengerti.

Ternyata dia meninggalkan putrinya di dalam mobil dan memberinya tontonan kartun agar tidak mengganggu waktunya bersama putri pujaan hatinya.

Tapi Rara tidak suka karun sedikit pun. Dia hanya ingin ditemani mama dan ayahnya.

Tidak, tidak. Bisma kali ini mengunci Rara di dalam mobil saat Rara sedang tidur.

Aku ngeri membayangkan kepanikan Rara saat dia terbangun.

Suara teriakannya meminta tolong sekali lagi berputar-putar di kepalaku.

"Bisma, aku ulangi lagi, pergilah ke mobil sekarang juga dan keluarkan anakmu."

"Aku mohon padamu. Aku akan setuju bercerai, ambil semua hartanya."

"Aku nggak berharap apa-apa. Aku nggak peduli kamu ingin bersama Olivia."

"Aku cuma ingin Rara ...."

Tak disangka, bisikanku dan kerendahan diriku tidak membuatnya sadar.

"Kamu ingin memanfaatkan Rara untuk memaksaku lagi? Nggak bisakah kamu perhatian sedikit kepada Lintang?"

"Dia sudah kehilangan ayahnya ...."

"Olivia berjuang keras membesarkan Lintang ...."

Aku berteriak dengan suara terisak, "Aku sedang membicarakan Rara sekarang. Hidup dan mati Rara."

Dia juga tidak sabar. "Lagi-lagi Rara lagi. Kamu cuma peduli dengan Rara. Lintang menutup diri karena kehilangan ayahnya ...."

"Rara baik-baik saja di dalam mobil nonton kartun. AC-nya nyala."

Aku gemetar karena marah.

"Beraninya kamu meninggalkan dia sendirian di mobil!"

"Aku cuma mohon satu hal, beri tahu aku pelat nomornya."

Dia hanya mendengus.

"Lalu apa? Apa menurutmu aku nggak tahu niat jahatmu?"

"Memanfaatkan nama Rara lagi. Berhenti cari gara-gara."

"Kamu bahkan keterlaluan sampai menyuruh orang untuk mencari keberadaanku. Ya sudah, lanjut cari."

Telepon ditutup tanpa basa-basi lagi.

Ponselnya dimatikan lagi.

Aku sangat marah dan sangat menyesal, hanya bisa berteriak di dalam mobil.

Tanganku menghantam setir mobil dengan keras.

Aku benar-benar sudah tidak tahan. Aku hanya ingin lokasi Rara.

Ponselku tiba-tiba berdering. Suara rekan kerjaku, Vena.

"Diana, menepi dulu!"

"Cepat katakan!"

"Diana, tenangkan diri dulu. Kita sudah menemukan Rara, tapi ..."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rani Saidah
menegangkan bacanya
goodnovel comment avatar
Yani
menarik sekali
goodnovel comment avatar
Merissa Harto
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 4

    Aku tiba di rumah sakit.Saat itu sudah sekitar pukul 5 sore. Aku menerobos lampu merah beberapa kali untuk sampai ke sini.Vena dan beberapa teman sedang menungguku dengan wajah cemas."Situasinya kurang optimis, tenangkan dirimu dulu."Pandangan mataku menggelap.Aku berjalan ke depan pintu ruang gawat darurat.Malaikat kecilku ada di dalam, masih berusaha diselamatkan.Kenapa sampai seperti ini?Bukankah hanya terkunci di dalam mobil? Kenapa bisa begitu serius?Dia kemarin memeluk dan menciumku dengan manis sebelum aku pergi, memintaku agar jangan pergi terlalu lama.Kenapa bisa dalam sekejap mata, dia harus dilarikan ke ruang gawat darurat ....Aku memikirkan kemungkinan terburuk sepanjang perjalanan. Aku tetap tidak menyangka masalahnya akan menjadi sangat serius.Vena memberitahuku bagaimana Rara ditemukan."Polisi lalu lintas membantu melacak mobil Olivia, tapi mobilnya nggak ada di taman hiburan ....""Lalu kami memeriksa rekaman CCTV di pintu masuk TK dan menemukan mobilnya."

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 5

    Aku berlari menghambur ke arahnya.Namun, aku melihat dia mendesah dan menggelengkan kepala. Jantungku terasa seakan berdetak dalam kehampaan.Aku mengguncang dokter itu. "Dokter, Rara baik-baik saja, 'kan!"Dia mencoba menenangkan aku, dan mengatakan bahwa Rara sementara ini harus dirawat di ICU."Di mana ayahnya?""Sebaiknya minta dia datang secepatnya."Dengan putus asa dan marah, aku ingin meraih dokter itu, berlutut dan memintanya untuk berusaha lebih keras.Tapi aku kemudian melihat anak kesayanganku yang tubuhnya terhubung dengan selang-selang, didorong di ranjang rumah sakit menuju ICU.Aku bagaikan binatang yang kehilangan jiwanya, berlari liar dengan air mata dan ingus yang tak terbendung."Rara, Rara, kamu bisa melewatinya, Rara-ku sayang."Mata Rara terpejam rapat dan setiap jengkal kulitnya ditutupi perban.Wajahnya pucat, diam dan tak berjiwa.Malaikat kecil itu kini terbaring di ranjang rumah sakit seperti boneka yang rusak.Padahal dia masih melompat-lompat penuh gembir

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 6

    Saat aku hendak menerobos pergi, polisi berseru melalui pengeras suara."Bu Diana, tenanglah!""Kami sudah menghubungi suamimu!"Bagus.Bagus sekali, kebetulan aku dan Rara sedang mencarinya.Rara selalu berharap kami bisa bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh.Rara, sayangku.Kamu mungkin bisa bertemu dengan ayahmu sebentar lagi."Pak Bisma?""Saya dari Polres Adibara. Jadi begini, putri bapak meninggal dunia ....""Istri Bapak terlalu terpukul dan membawa pergi jenazahnya ...."Ada keheningan di seberang telepon selama setengah detik, lalu terdengar suara dingin."Diana, hebat sekali kamu. Bisa minta orang pura-pura jadi polisi?""Atau kamu ingin aku ikut main pura-pura juga bersamamu?""Jenazah Rara? Aku ingin lihat bagaimana Rara pura-pura mati!""..."Ketika mendengar kalimat ini, aku tidak bisa menahan tawa.Tertawa terbahak-bahak. Air mata berderai tanpa bisa dihentikan."Benar, sudah kubilang Rara baik-baik saja, Rara sedang pura-pura!""Rara sayangku sedang pura-pura!""R

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 7

    Saat kami hendak mencari tiket, dia menelepon.Aku memberi isyarat kepada Rara bahwa itu adalah telepon dari ayahnya, lalu mengangkat telepon."Diana, siapa yang menyuruhmu datang ke Disney?""Kamu membuatku muak, Diana. Ini hanya akan membuatku semakin membencimu ...."Aku merendahkan suaraku."Ssst, jangan sampai Rara dengar!""Rara sudah lama ingin main ke sini. Kebetulan kamu juga sedang di sini, pas sekali ...."Bisma marah besar. "Rara lagi, Rara lagi. Kamu ... kamu 'kan tahu kondisi Lintang sekarang. Kenapa kamu selalu bawa-bawa Rara dan membuatnya kesal?"Aku berkata dengan dingin, "Tenang saja, aku dan Rara rela membiarkanmu menemani dia sebentar lagi. Anak sialan itu akan jadi anakmu mulai sekarang."Bisma berteriak, "Apa katamu? Sudah kubilang, jangan main-main! Tunggu di gerbang, biar aku keluar mencarimu. Jangan mendatangi kami."Lalu kepada wanita di sampingnya dia berkata, "Kamu pergi dulu dengan Lintang, aku akan mencarinya ....""Lebih mudah menemukannya kalau kita ber

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 8

    "Rara, lihat betapa berisiknya dia, nggak seperti kamu."Di titik tertinggi kincir ria, tanah di bawah terlihat sangat kecil.Aku tahu ada ventilasi udara kecil di atas kabin yang bisa untuk tempat keluar satu orang.Dengan segenap tenaga, aku memanjat keluar, lalu menarik putriku serta anak sialan itu.Kami sampai di penyangga yang terhubung ke kabin-kabin kincir ria, berupa jalur jeruji selebar satu meter.Lintasan itu terhubung dengan poros kincir ria.Aku meluncur menuruni lintasan bersama Rara dan si kecil yang pingsan.Meluncur ke bawah ....Hari sudah petang, jadi sudah sepi. Tidak ada yang menyadari kami di sini. Kami sangat kecil dalam bayangan kincir ria yang sangat besar.Di bagian luar jeruji, terdapat berbagai macam lampu warna-warni yang indah.Di dalam jeruji sangat gelap.Aku dan Rara meluncur turun seperti sedang bermain perosotan.Si gadis kecil sialan masih tak sadarkan diri.Setelah beberapa menit, kami akhirnya meluncur melintasi lintasan sepanjang ratusan meter da

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 9

    "Sayang, aku mohon padamu, keluarlah.""Sayang, maafkan aku, jangan sakiti Lintang ....""Rara, di mana kamu, Rara sayang ...."Aku mengangkat telepon. "Menyakitinya? Dia cuma menemani Rara. Kamu mau jadi ayah tiri anak lain, makanya Rara cemburu. Apa kamu nggak malu?""Tutup teleponnya?""Rara minta aku menutup teleponnya, jadi kututup dulu ya ....""Kamu suruh orang memata-matai kegiatan kami? Dasar menjijikkan. Benar 'kan, Rara?""Menjijikkan!"Anak sialan di sampingku berteriak, "Ayah, tolong aku, tolong aku!"Aku menyumpal kaus kaki ke mulutnya."Rara ingin main bersamaku. Katanya kalian berisik, jadi harus dikurung di dalam mobil ....""Kenapa, Rara? Oke, oke, jangan main ponsel terus."Sama seperti yang Bisma lakukan sebelumnya, mematikan ponsel dengan tenang karena rengekan si kecil.Biarkan semua harapan padam sepenuhnya.Terjadi kekacauan di bawah sana.Suara Olivia terdengar di siaran. "Anakku nggak bersalah, Diana, aku rela bersujud kepadamu.""Diana, aku mohon.""Diana, ak

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 1

    "Ma, tolong aku! Ayah mengunciku di dalam mobil."Aku menerima telepon dari putriku pada pukul 2 siang di musim panas saat matahari sangat terik.Aku panik ingin menyelamatkannya dan segera menelepon suamiku, tapi begitu telepon diangkat, suaranya terdengar tidak sabar."Anak Olivia sedang ngambek, aku mau menemaninya berkeliling taman hiburan. Jangan ganggu aku!"Mendengar suara panggilan diputus, hanya satu yang ada dalam benakku.Kalau terjadi apa-apa pada putriku, kalian harus membayarnya!...Pada pukul 2 siang saat matahari bersinar terang, aku sedang dalam perjalanan kerja di kota sebelah dan menerima telepon dari putriku yang berusia lima tahun, Rara.Sepertinya menelepon dari tabletnya.Dia berteriak ketakutan dengan suara terisak-isak."Mama, tolong aku!""Ayah mengunciku di dalam mobil."Kepalaku berdengung, serasa hampir pingsan."Sayang, jangan menangis, jangan menangis .... Beri tahu Mama, kamu di mana? Mama akan cepat-cepat ke sana!"Rara tampaknya sedikit lebih tenang d

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 2

    Wajahnya tanpa ekspresi, tapi pada saat itu aku merasa seperti orang yang paling bahagia di seluruh dunia.Karena aku mencintainya sejak lama. Mencintai dalam diam, dan tidak pernah meminta apa pun.Kupikir, aku akhirnya telah membuatnya terkesan.Kami menikah dan memiliki Rara tak lama kemudian.Aku salah mengira bahwa hari-hari kami akan bahagia dan lancar selamanya.Namun suatu hari, aku melihat dia melamun menatap ponselnya, menangis tersedu-sedu.Aku diam-diam mengambil ponselnya dan menemukan sebuah berita buruk.Terjadi kecelakaan mobil yang serius, dan seorang wanita bersama anaknya selamat.Sedangkan suaminya meninggal dengan tragis.Dalam foto-foto berita, wanita tersebut berambut ikal panjang dan sangat cantik.Itu Olivia, yang sudah lama tidak kulihat.Bisma memaksa dirinya untuk tetap tenang. "Aku cuma kasihan pada mereka!"Selama beberapa hari berikutnya, dia sering melamun.Dia bahkan lupa hari-hari penting keluarga kami.Misalnya, ulang tahunku dan Rara, jadwal imunisas

Latest chapter

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 9

    "Sayang, aku mohon padamu, keluarlah.""Sayang, maafkan aku, jangan sakiti Lintang ....""Rara, di mana kamu, Rara sayang ...."Aku mengangkat telepon. "Menyakitinya? Dia cuma menemani Rara. Kamu mau jadi ayah tiri anak lain, makanya Rara cemburu. Apa kamu nggak malu?""Tutup teleponnya?""Rara minta aku menutup teleponnya, jadi kututup dulu ya ....""Kamu suruh orang memata-matai kegiatan kami? Dasar menjijikkan. Benar 'kan, Rara?""Menjijikkan!"Anak sialan di sampingku berteriak, "Ayah, tolong aku, tolong aku!"Aku menyumpal kaus kaki ke mulutnya."Rara ingin main bersamaku. Katanya kalian berisik, jadi harus dikurung di dalam mobil ....""Kenapa, Rara? Oke, oke, jangan main ponsel terus."Sama seperti yang Bisma lakukan sebelumnya, mematikan ponsel dengan tenang karena rengekan si kecil.Biarkan semua harapan padam sepenuhnya.Terjadi kekacauan di bawah sana.Suara Olivia terdengar di siaran. "Anakku nggak bersalah, Diana, aku rela bersujud kepadamu.""Diana, aku mohon.""Diana, ak

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 8

    "Rara, lihat betapa berisiknya dia, nggak seperti kamu."Di titik tertinggi kincir ria, tanah di bawah terlihat sangat kecil.Aku tahu ada ventilasi udara kecil di atas kabin yang bisa untuk tempat keluar satu orang.Dengan segenap tenaga, aku memanjat keluar, lalu menarik putriku serta anak sialan itu.Kami sampai di penyangga yang terhubung ke kabin-kabin kincir ria, berupa jalur jeruji selebar satu meter.Lintasan itu terhubung dengan poros kincir ria.Aku meluncur menuruni lintasan bersama Rara dan si kecil yang pingsan.Meluncur ke bawah ....Hari sudah petang, jadi sudah sepi. Tidak ada yang menyadari kami di sini. Kami sangat kecil dalam bayangan kincir ria yang sangat besar.Di bagian luar jeruji, terdapat berbagai macam lampu warna-warni yang indah.Di dalam jeruji sangat gelap.Aku dan Rara meluncur turun seperti sedang bermain perosotan.Si gadis kecil sialan masih tak sadarkan diri.Setelah beberapa menit, kami akhirnya meluncur melintasi lintasan sepanjang ratusan meter da

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 7

    Saat kami hendak mencari tiket, dia menelepon.Aku memberi isyarat kepada Rara bahwa itu adalah telepon dari ayahnya, lalu mengangkat telepon."Diana, siapa yang menyuruhmu datang ke Disney?""Kamu membuatku muak, Diana. Ini hanya akan membuatku semakin membencimu ...."Aku merendahkan suaraku."Ssst, jangan sampai Rara dengar!""Rara sudah lama ingin main ke sini. Kebetulan kamu juga sedang di sini, pas sekali ...."Bisma marah besar. "Rara lagi, Rara lagi. Kamu ... kamu 'kan tahu kondisi Lintang sekarang. Kenapa kamu selalu bawa-bawa Rara dan membuatnya kesal?"Aku berkata dengan dingin, "Tenang saja, aku dan Rara rela membiarkanmu menemani dia sebentar lagi. Anak sialan itu akan jadi anakmu mulai sekarang."Bisma berteriak, "Apa katamu? Sudah kubilang, jangan main-main! Tunggu di gerbang, biar aku keluar mencarimu. Jangan mendatangi kami."Lalu kepada wanita di sampingnya dia berkata, "Kamu pergi dulu dengan Lintang, aku akan mencarinya ....""Lebih mudah menemukannya kalau kita ber

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 6

    Saat aku hendak menerobos pergi, polisi berseru melalui pengeras suara."Bu Diana, tenanglah!""Kami sudah menghubungi suamimu!"Bagus.Bagus sekali, kebetulan aku dan Rara sedang mencarinya.Rara selalu berharap kami bisa bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh.Rara, sayangku.Kamu mungkin bisa bertemu dengan ayahmu sebentar lagi."Pak Bisma?""Saya dari Polres Adibara. Jadi begini, putri bapak meninggal dunia ....""Istri Bapak terlalu terpukul dan membawa pergi jenazahnya ...."Ada keheningan di seberang telepon selama setengah detik, lalu terdengar suara dingin."Diana, hebat sekali kamu. Bisa minta orang pura-pura jadi polisi?""Atau kamu ingin aku ikut main pura-pura juga bersamamu?""Jenazah Rara? Aku ingin lihat bagaimana Rara pura-pura mati!""..."Ketika mendengar kalimat ini, aku tidak bisa menahan tawa.Tertawa terbahak-bahak. Air mata berderai tanpa bisa dihentikan."Benar, sudah kubilang Rara baik-baik saja, Rara sedang pura-pura!""Rara sayangku sedang pura-pura!""R

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 5

    Aku berlari menghambur ke arahnya.Namun, aku melihat dia mendesah dan menggelengkan kepala. Jantungku terasa seakan berdetak dalam kehampaan.Aku mengguncang dokter itu. "Dokter, Rara baik-baik saja, 'kan!"Dia mencoba menenangkan aku, dan mengatakan bahwa Rara sementara ini harus dirawat di ICU."Di mana ayahnya?""Sebaiknya minta dia datang secepatnya."Dengan putus asa dan marah, aku ingin meraih dokter itu, berlutut dan memintanya untuk berusaha lebih keras.Tapi aku kemudian melihat anak kesayanganku yang tubuhnya terhubung dengan selang-selang, didorong di ranjang rumah sakit menuju ICU.Aku bagaikan binatang yang kehilangan jiwanya, berlari liar dengan air mata dan ingus yang tak terbendung."Rara, Rara, kamu bisa melewatinya, Rara-ku sayang."Mata Rara terpejam rapat dan setiap jengkal kulitnya ditutupi perban.Wajahnya pucat, diam dan tak berjiwa.Malaikat kecil itu kini terbaring di ranjang rumah sakit seperti boneka yang rusak.Padahal dia masih melompat-lompat penuh gembir

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 4

    Aku tiba di rumah sakit.Saat itu sudah sekitar pukul 5 sore. Aku menerobos lampu merah beberapa kali untuk sampai ke sini.Vena dan beberapa teman sedang menungguku dengan wajah cemas."Situasinya kurang optimis, tenangkan dirimu dulu."Pandangan mataku menggelap.Aku berjalan ke depan pintu ruang gawat darurat.Malaikat kecilku ada di dalam, masih berusaha diselamatkan.Kenapa sampai seperti ini?Bukankah hanya terkunci di dalam mobil? Kenapa bisa begitu serius?Dia kemarin memeluk dan menciumku dengan manis sebelum aku pergi, memintaku agar jangan pergi terlalu lama.Kenapa bisa dalam sekejap mata, dia harus dilarikan ke ruang gawat darurat ....Aku memikirkan kemungkinan terburuk sepanjang perjalanan. Aku tetap tidak menyangka masalahnya akan menjadi sangat serius.Vena memberitahuku bagaimana Rara ditemukan."Polisi lalu lintas membantu melacak mobil Olivia, tapi mobilnya nggak ada di taman hiburan ....""Lalu kami memeriksa rekaman CCTV di pintu masuk TK dan menemukan mobilnya."

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 3

    "Bu Diana, mobil suamimu ada di parkiran kantor!""Diana, taman hiburan kota sudah minta bantuan teman-teman driver ojek online, tapi belum ada tanda-tanda.""Diana, Olivia nggak ada di kantor. Katanya dia sedang perjalanan kerja di luar kota dengan laki-laki entah siapa.""Bantu aku cari tahu mobilnya!" Aku hampir berteriak."Rara masih di dalam mobil!"Pemandangan di depanku berbayang-bayang fatamorgana karena cahaya matahari terik.Aku merasa seperti terjebak dalam fatamorgana juga. Aku sudah melaju kencang, tidak peduli pada apa pun.Jangan khawatir, sayangku.Mobilku semakin mendekati kota.Tapi aku tidak santai sama sekali.Ponsel Bisma masih mati.Sama seperti dia tidak pulang di malam hari.Rara tidak bisa tidur dan menangis ingin dipeluk ayahnya."Mungkin Ayah tersesat? Ma, ayo kita cari Ayah?"Aku tidak tega mengatakan padanya bahwa ayahnya sedang berada di rumah orang lain saat ini ....Aku mengelabuinya, mengatakan bahwa ayahnya bekerja lembur.Dia lalu menangis-nangis ingi

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 2

    Wajahnya tanpa ekspresi, tapi pada saat itu aku merasa seperti orang yang paling bahagia di seluruh dunia.Karena aku mencintainya sejak lama. Mencintai dalam diam, dan tidak pernah meminta apa pun.Kupikir, aku akhirnya telah membuatnya terkesan.Kami menikah dan memiliki Rara tak lama kemudian.Aku salah mengira bahwa hari-hari kami akan bahagia dan lancar selamanya.Namun suatu hari, aku melihat dia melamun menatap ponselnya, menangis tersedu-sedu.Aku diam-diam mengambil ponselnya dan menemukan sebuah berita buruk.Terjadi kecelakaan mobil yang serius, dan seorang wanita bersama anaknya selamat.Sedangkan suaminya meninggal dengan tragis.Dalam foto-foto berita, wanita tersebut berambut ikal panjang dan sangat cantik.Itu Olivia, yang sudah lama tidak kulihat.Bisma memaksa dirinya untuk tetap tenang. "Aku cuma kasihan pada mereka!"Selama beberapa hari berikutnya, dia sering melamun.Dia bahkan lupa hari-hari penting keluarga kami.Misalnya, ulang tahunku dan Rara, jadwal imunisas

  • Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil   Bab 1

    "Ma, tolong aku! Ayah mengunciku di dalam mobil."Aku menerima telepon dari putriku pada pukul 2 siang di musim panas saat matahari sangat terik.Aku panik ingin menyelamatkannya dan segera menelepon suamiku, tapi begitu telepon diangkat, suaranya terdengar tidak sabar."Anak Olivia sedang ngambek, aku mau menemaninya berkeliling taman hiburan. Jangan ganggu aku!"Mendengar suara panggilan diputus, hanya satu yang ada dalam benakku.Kalau terjadi apa-apa pada putriku, kalian harus membayarnya!...Pada pukul 2 siang saat matahari bersinar terang, aku sedang dalam perjalanan kerja di kota sebelah dan menerima telepon dari putriku yang berusia lima tahun, Rara.Sepertinya menelepon dari tabletnya.Dia berteriak ketakutan dengan suara terisak-isak."Mama, tolong aku!""Ayah mengunciku di dalam mobil."Kepalaku berdengung, serasa hampir pingsan."Sayang, jangan menangis, jangan menangis .... Beri tahu Mama, kamu di mana? Mama akan cepat-cepat ke sana!"Rara tampaknya sedikit lebih tenang d

DMCA.com Protection Status