Share

Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil
Mama, Tolong! Ayah Mengunciku di Mobil
Author: Bisyarah Syifa

Bab 1

"Ma, tolong aku! Ayah mengunciku di dalam mobil."

Aku menerima telepon dari putriku pada pukul 2 siang di musim panas saat matahari sangat terik.

Aku panik ingin menyelamatkannya dan segera menelepon suamiku, tapi begitu telepon diangkat, suaranya terdengar tidak sabar.

"Anak Olivia sedang ngambek, aku mau menemaninya berkeliling taman hiburan. Jangan ganggu aku!"

Mendengar suara panggilan diputus, hanya satu yang ada dalam benakku.

Kalau terjadi apa-apa pada putriku, kalian harus membayarnya!

...

Pada pukul 2 siang saat matahari bersinar terang, aku sedang dalam perjalanan kerja di kota sebelah dan menerima telepon dari putriku yang berusia lima tahun, Rara.

Sepertinya menelepon dari tabletnya.

Dia berteriak ketakutan dengan suara terisak-isak.

"Mama, tolong aku!"

"Ayah mengunciku di dalam mobil."

Kepalaku berdengung, serasa hampir pingsan.

"Sayang, jangan menangis, jangan menangis .... Beri tahu Mama, kamu di mana? Mama akan cepat-cepat ke sana!"

Rara tampaknya sedikit lebih tenang dan terisak. "Aku di ..."

Namun, panggilan telepon tiba-tiba terputus.

Aku panik dan bergegas menelepon lagi, tapi nomornya tidak aktif.

Aku menelepon lagi, dan masih tetap tidak aktif.

Aku tahu mungkin baterainya habis.

Tidak, aku baru ingat sesuatu yang penting.

Aku pun cepat-cepat menelepon nomor suamiku, Bisma.

Tidak dijawab!

Aku telepon lagi, masih tidak dijawab!

Sementara itu, aku memanggil rekan-rekan kerjaku di kantor dan meminta mereka memanggilkan polisi.

Dan aku terus mencoba memanggil Bisma dengan panik.

Aku juga berlari menuju mobil, ingin segera pulang.

Untungnya, teleponku akhirnya tersambung!

Suara Bisma terdengar tidak sabar.

"Jangan menelepon lagi, aku sedang sibuk!"

Aku mendengar suara tawa gadis kecil dari sana.

"Ayah, aku mau main itu!"

Ayah?

Bagaimana mungkin seorang gadis kecil memanggilnya ayah?!

Tapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini.

Jantungku berdegup kencang saat aku bertanya, "Di mana kamu? Kenapa Rara terkunci di dalam mobil?!"

"Cepat selamatkan Rara ...."

Satu-satunya suara di ujung telepon adalah suara anak kecil yang sedang bermain.

Aku menyadari bahwa anak kecil ini sepertinya telah merebut ponselnya.

Suara itu terdengar kesal.

"Ayah, kamu sudah janji mau main bersamaku .... Nggak boleh telepon."

Bisma terdengar sangat ingin menghibur gadis kecil itu.

"Oke, oke, Ayah nggak akan telepon!"

"Dengar itu? Ayah, cepat matikan!" Suaranya lembut dan halus, sama sekali tidak menghiraukan teriakanku dari sini.

"Jangan matikan teleponnya, tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga.

Tut ... tut ... tut ....

Aku menelepon lagi, tapi ponselnya benar-benar dimatikan.

Aku menangis cemas dan hampir membanting ponselku.

Seorang rekan kerja menelepon. Dia sudah memberi tahu pihak kepolisian, tapi masalah semacam ini sulit ditangani. Lalu, aku diarahkan untuk bicara dengan kantor polisi setempat.

Mereka memintaku mengirimkan lokasi spesifik dari orang yang mencari bantuan ....

Lokasi spesifik .... Aku benar-benar harus mencari tahu lokasi spesifiknya sekarang.

Putriku berteriak minta tolong!

Aku mendesak diriku untuk tetap tenang dan berkepala dingin.

Karena setiap detik sangat berarti.

Hal yang paling penting sekarang adalah menemukan lokasi putriku.

Aku bergegas menghubungi rekan kerja Bisma.

Tapi tidak ada petunjuk sama sekali.

"Bisma sedang cuti hari ini!"

"Nggak bilang mau pergi ke mana!"

Guru TK Rara berkata, "Rara dijemput ayahnya pagi-pagi sekali!"

Dijemput di pagi hari?

Tapi saat aku tanya lagi ke mana mereka akan pergi, guru itu tidak tahu.

"Oh ya, ibunya Rara datang bersama seorang gadis kecil!"

Aku segera bertanya apakah si gadis kecil juga sekolah di sana dan seperti apa penampilannya.

"Rambutnya pirang dan ikal ...."

Dalam sekejap, aku tahu anak siapa itu!

Gadis kecil itu pasti anak Olivia.

Aku tahu seorang wanita bernama Olivia yang juga berambut pirang dan ikal.

Dia cinta pertama dan pujaan hati suamiku.

Bisma mencintai Olivia sejak SMA dan selalu mengikutinya.

Demi wanita itu, dia melepas kesempatan kuliah di universitas ternama, melepas kesempatan kerja yang lebih baik, dan bahkan melawan orang tuanya.

Namun, Olivia akhirnya menikah dengan seorang anak orang kaya, dan itu pun menikah setelah hamil duluan.

Bisma menerima undangan pernikahan itu dengan raut wajah seolah kehilangan jiwanya.

Dia mabuk, melukai dirinya sendiri, lalu melompat ke sungai.

Aku turut merasa sakit hati di sampingnya dan ikut melompat untuk mengejar.

Aku tidak bisa berenang dan hampir tenggelam.

Setelah diselamatkan oleh pejalan kaki, dia memelukku dan kata-kata pertamanya adalah, "Diana, ayo menikah!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status