Share

Bab 44

Penulis: Dania Zahra
Ciuman itu makin lama makin intens. Livy hampir sesak napas dan merintih pelan tanda menyerah. Mendengar itu, Preston baru melepaskannya.

Livy membuka matanya yang berkabut dan pandangannya refleks tertuju pada bibir pria itu. Bibirnya sangat tipis dan terkesan sedikit dingin. Namun, Livy tahu betul betapa panas dan posesifnya bibir itu saat berciuman.

Ketika bertemu tatapan dalam Preston, Livy merasakan sensasi panas di tubuhnya. Dia meneguk saliva dan bertanya dengan gugup, "Apa kita boleh naik ke atas dulu?" Dia malu untuk melangkah lebih jauh di dalam mobil.

Sorot mata Preston tiba-tiba menggelap. Tatapannya yang lekat seakan-akan sanggup menelan Livy sepenuhnya. Dia bertanya dengan suara serak, "Kamu tahu apa yang kamu katakan?"

Tadinya, Preston tidak berencana untuk tidur dengan Livy malam ini. Bagaimanapun, dia tidak bisa terus-menerus menempelinya. Apalagi, wanita itu juga sedang tidak enak badan. Namun ....

Jantung Livy berdebar kencang di bawah tatapan Preston. Dia menunduk m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 45

    "Ada yang bilang kalau Pak Preston menyukai adikmu. Bahkan ada juga yang bilang kalau mereka berdua sudah bersama," ucap Ivana.Ivana melanjutkan dengan penuh semangat, "Waktu jam pulang kerja kemarin, seseorang melihat adikmu pergi ke kantor CEO di lantai puncak. Oh iya, bukannya kamu merapikan data di lantai puncak kemarin? Kamu nggak lihat apa-apa?""Nggak, tuh. Zoey nggak bersama Pak Preston, semua itu hanya rumor nggak berdasar," bantah Livy.Ivana membalas sambil mengibaskan tangannya, "Ada yang memotret mereka dan mengunggahnya secara anonim di situs perusahaan. Aku sempat melihatnya, tapi waktu aku mau menyimpannya untuk diperlihatkan padamu, unggahan itu sudah diblokir. Mencurigakan, 'kan?"Livy tentu saja tahu apa yang terjadi kemarin. Hanya saja, dia tidak leluasa menjelaskannya.Livy juga tidak menyangka ada yang memotret Zoey saat gadis itu datang mencari Preston di kantor CEO. Grup Sandiaga ini sangat berbahaya. Ada mata-mata di mana-mana. Apa hubungannya dengan Preston b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 46

    Berhubung Annie sudah mengancam seperti itu, Livy pun tidak kuasa untuk menolak. Dia tidak punya pilihan selain menyanggupi, "Baik, Bu Annie."Annie menatap Livy lekat-lekat dan bertanya dengan dingin, "Kenapa aku nggak melihatmu turun waktu kamu kerja di lantai puncak kemarin? Apa kamu dan Pak Preston pulang sama-sama?"Jantung Livy berdebar. Dia segera menyunggingkan senyum canggung dan membantah, "Nggak, aku pulang duluan setelah selesai merapikan dokumen."Livy merasa Annie mencurigai hubungannya dengan Preston, jadi dia harus menepis kecurigaannya. Apalagi, alasan Annie selalu bersikap sinis padanya tidak lain karena Preston."Terus, kenapa aku nggak melihatmu pulang kerja?" tanya Annie sambil memicingkan matanya, terus mendesak Livy untuk buka mulut."Gula darah rendahku kambuh kemarin. Pak Preston menyuruhku pulang lebih awal, mungkin itu sebabnya Bu Annie nggak melihatku," sahut Livy, berpura-pura tenang.Merasa Livy tidak sedang berbohong, Annie menghela napas lega. Namun, dia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 47

    Sekarang, aroma itu juga tercium dari tubuh Livy. Annie terbakar api cemburu saat memikirkan asal aroma itu. Sialan! Dia tidak boleh membiarkan Livy menang lagi. Preston hanya miliknya seorang!....Setengah jam sebelum jam pulang kerja, Livy merampungkan tugasnya lebih awal. Kemudian, dia berkemas dan pergi bersama Annie.Livy sudah pernah kerja lapangan beberapa kali sebelumnya. Orang yang ditemuinya adalah perwakilan dari perusahaan mitra. Biasanya, pertemuan itu dilangsungkan selama jam kerja di kafe atau restoran.Namun, kali ini Annie membawanya ke kelab. Selain itu, mereka juga pergi pada malam hari, jadi Livy harus lembur.Bangunan bergaya Elupa itu membentang hampir separuh jalan. Papan nama neon "De Royal" bersinar terang, menonjolkan atmosfer pesta.Livy jarang menikmati kehidupan malam, tetapi bukan berarti dia tidak tahu tempat apa De Royal itu. Kelab ini adalah tempat bersenang-senang terbesar di ibu kota. Banyak orang kaya dan berpengaruh yang menghabiskan uang mereka di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 48

    Wajah pria itu terkesan mesum, tidak berbeda jauh dengan fotonya. Berbagai botol anggur berderet rapi di atas meja di depannya.Annie mendekati pria itu sambil tersenyum. Kemudian, dia menjabat tangannya dan berucap, "Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Pak Wijaya. Jalanan agak macet, jadi kami sedikit terlambat."Pria yang dipanggil "Pak Wijaya" itu mendongak dengan malas dan menyahut pelan, "Bu Annie, orang-orang Grup Sandiaga benar-benar sombong. Kamu membuatku menunggu selama satu jam, lalu begitu datang, kamu hanya meminta maaf? Ini kurang tulus, 'kan?"Setelah mendapat kode, gadis di pelukan Wijaya lantas membuka botol anggur di meja sambil tersenyum."Sesuai aturan, orang yang terlambat harus dihukum minum tiga gelas. Kalau nggak, aku akan merasa diremehkan!" ucap Wijaya sambil menyeringai.Annie diam-diam mendorong Livy maju, lalu berucap sambil tersenyum, "Pak Wijaya, ini kelalaianku. Hanya saja, hari ini aku sedang nggak enak badan dan baru minum obat. Sekarang aku benar-bena

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 49

    Annie terkekeh-kekeh, lalu membentak tegas, "Bu Livy, saat ini kamu sedang mewakili perusahaan. Kalau kamu menyinggung Pak Wijaya hingga kerja sama gagal, apa kamu sanggup bertanggung jawab? Cepat ke sini!"Annie sengaja mengancam Livy. Jika Livy menolak, takutnya besok Annie akan membuat laporan ke departemen SDM bahwa Livy membuat masalah saat kerja lapangan dan menyinggung klien.Peraturan di Grup Sandiaga sangat ketat. Setiap performa karyawan akan dijatuhi hukuman dan diberikan penghargaan yang setimpal.Livy mungkin tidak akan langsung dipecat karena menyinggung klien. Namun, namanya akan masuk dalam catatan hitam dan gajinya akan dikurangi.Jika pelanggaran yang dilakukannya mencapai jumlah tertentu, kontrak kerjanya dengan Grup Sandiaga otomatis akan berakhir.Memikirkan jumlah pengeluaran yang akan timbul setelah neneknya dipindahkan ke Sanatorium Sejahtera, Livy terpaksa menggertakkan gigi dan menurut.Livy tidak bisa mengandalkan Preston selamanya. Selain itu, Wijaya belum t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 50

    Brak! Pintu toilet ditendang terbuka. Tubuh Livy gemetar ketakutan. Sekarang kesadarannya kian jernih.Begitu menoleh, Livy melihat Wijaya berjalan masuk sambil tersenyum mesum. Pria itu mendekat dan mencekal lengannya.Wajah Livy sontak memucat dan isi kepalanya kosong. Sebelum dia sempat bereaksi, Wijaya sudah menariknya keluar dari toilet dan menyeretnya ke sofa.Gadis yang tadi melayani Wijaya sudah pergi. Kini hanya tertinggal Livy dan pria itu di dalam ruang VIP yang besar.Livy menyadari keganjilan situasi ini dan meronta sambil berteriak minta tolong. Dia lalu berlari menuju pintu. Namun, Livy yang sedang mabuk berat jelas tidak bisa menandingi Wijaya. Baru berlari beberapa langkah, dia sudah ditarik kembali.Seluruh dunia serasa berputar. Livy mendadak sudah ditindih di atas sofa. Bau rokok dan alkohol yang kental memenuhi hidungnya. Saat dia membuka matanya, dia berhadapan dengan sederet gigi kuning kehitaman. Huek! Livy memalingkan wajah dan muntah di lantai.Tangan Wijaya j

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 51

    Tak disangka, dia rela menggunakan cara seperti ini. Tak heran pepatah lama mengatakan bahwa hati perempuan bisa menjadi sangat kejam. Namun, sekarang Livy telah benar-benar melihat kedok asli dari Annie, tetapi tidak ada lagi jalan untuk kembali.Di sini, dia tidak bisa memanggil pertolongan .... Nenek!Wajah Nenek yang lembut muncul di benaknya. Jika Nenek tahu dia diperlakukan seperti ini, pasti nenek akan merasa sedih. Dia tidak bisa menyerah begitu saja!Saat Livy sekali lagi ditekan ke sofa, dia mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk mendorong Rambisi dengan keras. Rambisi yang tak menduga serangan itu, terjatuh ke lantai dengan langkah yang goyah. Ketika dia bangkit dengan marah, Livy meraih botol minuman keras di dekatnya dan menghantamkannya ke kepala Rambisi.Suara benturan yang keras terdengar segera setelahnya.Livy terpaku ketakutan melihat Rambisi terkapar di depannya. Matanya terbuka lebar, sementara darah segar mengalir deras dari dahinya. Namun, suara keras tadi ternya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 52

    "Astaga! Kak, istrimu sudah sadar!" ujar David sambil mengangkat kacamata berbingkai emasnya. Dia hampir saja bersiul ke arah Preston, tetapi langsung berhenti setelah mendapat tatapan tajam darinya."Pak Preston, aku harus meluruskan masalah ini! Rambisi adalah saksi, dia nggak boleh mati .... Kalau dia mati, aku nggak akan bisa lepas dari tuduhan," ucap Livy lemah.Bagaimanapun, kepala Rambisi terluka karena ulahnya. Jika Rambisi benar-benar mati, bukankah itu berarti ... dia akan dianggap sebagai pembunuh? Mengerikan sekali! Tubuh Livy bergetar ketakutan dan pikirannya terasa kosong."Hahaha ...." Sebelum Livy sempat bereaksi, terdengar suara tawa yang keras dari samping.Dengan kaget, Livy mendongak melihat David yang sedang tertawa terbahak-bahak di sampingnya. Apa yang menurutnya lucu? Livy bahkan sudah hampir mati ketakutan!"Serius nih, Kak. Kenapa istrimu pengecut begini? Terus, tadi dia manggil kamu ... Pak Preston?" David benar-benar hampir gila karena tertawa. "Kalian benar

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 357

    Seth yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti dan membuka pintu ruang rapat. Livy mengikutinya masuk dan segera menyerahkan dokumen itu.Tanpa terlalu memperhatikan, Seth membolak-balikkan dokumen itu, lalu menatap Livy dengan sorot mata penuh arti. "Aku nggak tahu Ryan punya teman perempuan."Ryan berdeham pelan. "Ceritanya panjang. Kak, cepat tandatangani dokumen itu. Aku mau ajak Livy makan nanti. Kebetulan, kami bertemu hari ini."Seth berdecak. "Enak saja! Aku belum menyelesaikan urusan denganmu. Jadi, kamu merasa kamu nggak bisa kabur lagi karena aku sudah kembali ke negara ini, makanya kamu datang sendiri untuk berdamai?"Ryan hanya bisa pasrah, menerima takdirnya sebagai asisten sementara. Dia menuangkan teh untuk mereka berdua, lalu menghela napas. "Kak, kamu ini kakakku. Kita sudah lama nggak ketemu. Apa aku nggak boleh datang menemuimu?""Semoga memang begitu." Seth menarik kembali tatapannya.Livy mendengar percakapan mereka dalam diam, merasa suasana di ruangan ini begitu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 356

    Sebelum Livy melangkah lebih jauh, resepsionis itu mengernyit sambil berteriak dengan panik, "Satpam, cepat hentikan wanita ini!"Tak lama kemudian, seorang satpam langsung menghalangi jalan Livy. Dia buru-buru menjelaskan dengan cemas, "Aku sekretaris dari Grup Sandiaga. Aku datang untuk mengantar dokumen. Ada dokumen yang sangat penting yang harus ditandatangani oleh Pak Rayn!"Dua satpam itu sama sekali tidak menggubris perkataannya. Mereka hanya berdiri di hadapannya seperti gunung yang kokoh. Livy mulai gelisah dan ingin menerobos masuk.Namun, perbedaan kekuatan antara pria dan wanita terlalu besar. Salah satu satpam di sisi kiri langsung menahan bahu Livy karena melihatnya menolak untuk mundur.Dalam sekejap, rasa sakit menjalar hingga membuat mata Livy berkaca-kaca."Lebih baik kamu pergi dari sini. Kalau nggak, aku akan memanggil polisi!" Satpam itu menatapnya dengan ekspresi dingin."Aku ...." Livy masih ingin menjelaskan."Ada apa ini?" Suara yang familier terdengar dari ara

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 355

    Livy butuh kesempatan ini untuk menambah pengalamannya dan memperkuat resume-nya. Seperti yang diduga, setelah mendengar kata-kata itu, ekspresi Sherly berubah sedikit kaku."Livy, aku cuma memikirkan kesehatanmu," katanya dengan nada yang lebih datar. "Tapi kalau kamu benar-benar ingin ikutan, jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu nanti."Mendengar perkataannya, Livy merasa agak lega. Dia juga tidak ingin memperburuk hubungan dengan Sherly, jadi dia segera berkata dengan sopan, "Terima kasih, Bu Sherly!"Begitu kembali ke mejanya, Ivana segera mengiriminya rencana awal proyek. Tak lama kemudian, pembagian tugas diumumkan."Livy, begini," kata Sherly mendatanginya. "Jadwal kerja sudah disusun sebelumnya. Aku nggak nyangka kamu akan ikut, jadi sementara ini, satu-satunya posisi yang tersisa adalah tugas lapangan. Kalau kamu nggak keberatan, aku akan menugaskanmu ke sana."Nada bicaranya terdengar seolah sedang berunding. Namun, Livy tahu bahwa ini bukan tawaran pilihan. Dia tidak pu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 354

    Pertanyaan itu membuat Livy terdiam dan bingung. Apa maksudnya dengan "begitu ingin meninggalkannya"? Kalau Livy tidak ingin pergi, apakah dia bisa benar-benar bertahan di sisi Preston?Pada akhirnya, Preston tidak pernah menjadi miliknya.Sylvia sedang dalam proses pemulihan dan begitu dia benar-benar sembuh, Livy pasti akan disingkirkan. Entah kapan, Preston akan mengajukan perceraian. Livy hanya ingin menyiapkan jalan keluar untuk dirinya sendiri setelah pernikahan ini berakhir."Nggak dengar?" Dagu Livy tiba-tiba diangkat paksa, memaksanya menatap langsung ke dalam mata Preston.Dalam tekanan seperti itu, dia hanya bisa berbisik pelan dan balik bertanya, "Jadi ... Sayang, kamu nggak akan menceraikanku? Apakah kita akan terus seperti ini selamanya?"Setelah Livy berkata demikian, tatapan Preston berubah dingin. Cengkeramannya di dagu Livy sedikit menguat, seolah menahan sesuatu. Namun, hanya dalam hitungan detik, dia tiba-tiba melepaskannya."Nggak perlu dibahas. Tidurlah." Nada bic

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 353

    "Model yang kupilih cukup simpel, jadi kamu bisa pakai waktu kerja juga." Preston benar-benar memikirkan semuanya kali ini.Sebagai karyawan seperti Livy, jika dia memakai perhiasan mencolok atau barang bermerek mahal di kantor, pasti akan menarik perhatian orang lain."Terima kasih, Sayang," ujar Livy, meskipun di dalam hatinya ada sedikit perasaan tak nyaman. Apakah semua ini dipilih oleh Sylvia?"Nggak suka?" Preston menatap ekspresi Livy, tidak bisa menjelaskan perasaannya sendiri.Perjalanan bisnisnya kali ini sangat sibuk, tetapi dia tetap meluangkan waktu sepanjang sore untuk memilih hadiah ini untuknya. Dia mengira Livy akan senang. Namun, melihat raut wajahnya yang begitu datar, Preston merasa tidak puas."Bukan nggak suka, aku cuma agak capek," jawab Livy, lalu menyembunyikan wajahnya di bantal."Kalau capek, istirahatlah." Preston meletakkan kotak hadiah di samping tempat tidur, lalu ikut naik ke ranjang dan berbaring. "Kamu yakin nggak mau ambil cuti satu hari lagi? Masih a

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 352

    Livy menoleh dengan bingung, lalu terkejut saat melihat Preston yang baru saja mendorong pintu hingga terbuka.Kepalanya terasa sedikit pusing karena hawa panas dari air hangat. Dengan refleks, dia segera menutupi dadanya dengan kedua tangan dan berseru, "Kamu masuk tanpa ketuk pintu dulu!""Aku sudah ketuk, kamu yang nggak dengar," jawab Preston. Matanya sekilas menyapu ke arah Livy sebelum dia mulai melepas pakaiannya dengan tenang.Livy merasa canggung dan buru-buru mematikan video pendek di ponselnya. Melihat Preston semakin melepas pakaiannya, dia langsung merasa panik."Kalau kamu mau mandi, aku keluar dulu ...," ujarnya dengan tergesa-gesa."Buru-buru sekali? Lanjutkan saja mandimu. Bak mandinya cukup besar, kita berdua muat," kata Preston datar, seolah itu adalah hal yang wajar.Kemejanya yang hitam sudah terlepas, memperlihatkan tubuhnya yang berotot dengan garis-garis perut yang tajam dan menggoda. Livy menelan ludah. Pikirannya seketika kosong dan wajahnya mulai memanas."Ak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 351

    Bagaimanapun, Preston selalu memahami satu hal. Untuk bisa mengelola perusahaan dalam jangka panjang, tubuh adalah aset terpenting. Dia hampir tidak pernah melewatkan waktu makan. Bahkan di sela-sela kesibukannya, dia masih meluangkan waktu untuk berolahraga.Benar-benar definisi pria lajang berkualitas tinggi."Preston, meskipun sudah makan dengan baik di luar negeri, aku ingat kamu pernah bilang kalau kamu nggak terbiasa sama makanan di sana. Sekarang kamu sudah kembali, makanlah lebih banyak," ucap Sylvia yang merasa tidak rela dirinya diabaikan.Sambil tersenyum manis, dia mengambil sepotong daging sapi dan meletakkannya ke dalam piring Preston."Oh iya, Preston, besok aku ada jadwal pemeriksaan. Aku agak khawatir, bisa nggak kamu temani aku? Kata dokter, hasil pemeriksaan besok akan menentukan apakah aku bisa kembali melakukan olahraga es lagi atau nggak.""Oke, aku temani kamu besok siang," jawab Preston dengan nada datar.Kilatan kepuasan melintas di mata Sylvia. Dia lalu mengam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 350

    Livy merasa wajahnya panas karena malu dan hatinya terasa sesak. Dia tahu bahwa Sylvia selalu tidak menyukainya dan terus berusaha membuatnya merasa terhina. Namun, yang lebih menyakitkan baginya adalah Preston tidak pernah membelanya.Preston tidak pernah berdiri di pihaknya. Meskipun demikian, Livy tidak mau kalah. Bahkan jika tidak ada yang membelanya, Livy tidak merasa pernah melakukan kesalahan apa pun. Dia tidak seharusnya diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita yang jelas-jelas adalah orang ketiga."Bu Sylvia, aku akui pakaianku mungkin nggak semahal punyamu. Tapi ini bukan barang pasar murah, kualitasnya juga bagus. Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku bisa menjauh darimu," ujar Livy.Lalu, dia sedikit menyipitkan matanya dan melanjutkan, "Tapi jujur saja ...."Livy menggigit bibirnya sebelum berkata lebih lanjut, "Aku juga punya barang-barang bermerk. Kualitasnya nggak seistimewa yang dikatakan orang-orang. Jadi, aku nggak yakin ketidaknyamananmu benar-benar berasal dari b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 349

    Begitu mendengar bahwa Preston sudah kembali, Livy merasakan kegembiraan yang bahkan tidak dia sadari sebelumnya. Dia segera mengenakan mantel dan turun ke bawah.Di luar, salju turun perlahan. Bahkan, dia sudah bersiap dengan sebuah payung di tangannya. Pintu mobil terbuka dan wajah Preston yang dingin pun terlihat."Sayang ...." Livy baru saja melangkah cepat dan memanggilnya dengan lembut. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kalimatnya, Livy melihat seseorang yang lain di dalam mobil. Orang itu adalah Sylvia.Dengan berhati-hati, Sylvia meraih bahu Preston. Ekspresinya begitu alami saat dia turun dari mobil. "Preston, jangan terlalu khawatir. Aku sudah bilang, aku baik-baik saja," ujar Sylvia dengan nada seolah-olah sedang mencoba meyakinkan Preston.Bibirnya sedikit mengerucut, menampilkan ekspresi menggemaskan yang tampak begitu indah.Langkah Livy yang awalnya ingin maju tiba-tiba terhenti. Dia hanya bisa berdiri diam, menatap keduanya tanpa berkata apa-apa. Dari cara Sylvia mela

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status