Share

Bab 36

Penulis: Dania Zahra
"Memangnya dia belum mengambil tindakan apa pun?" Ivana terkejut dan meneruskan, "Benar juga. Pak Bendy sangat sibuk dan sering lembur. Dia mungkin nggak punya waktu mengajakmu kencan."

Livy merasa lucu. Dia tidak menyangka Ivana mengira Bendy menyukainya. Siapa suruh Bendy menanyakan kesehatannya waktu makan tadi? Asal tahu saja, Bendy selalu bersikap kaku di perusahaan. Dia juga maniak kerja dan selalu menjaga jarak dengan para staf. Dia tidak mungkin memberi perhatian seperti tadi.

"Ivana, mungkin cuma salah paham. Pak Bendy mungkin cuma iseng tadi." Livy berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Namun, Ivana menyela, "Mana mungkin salah paham! Dia pasti punya maksud lain padamu! Kapan kamu pernah melihat Pak Bendy memberi perhatian pada orang lain?"

"Livy, aku rasa kamu dan Pak Bendy cocok kok. Selain itu, Pak Bendy orang kepercayaan Pak Preston. Kalau kalian bersama, kelak kamu punya pijakan kuat di Grup Sandiaga. Bu Annie nggak bakal menindasmu lagi!"

Livy merasa sangat canggung. D
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 37

    Jika Annie mencari masalah nanti, Livy punya alasan yang cukup untuk melawan. Hanya saja, Livy merasa heran. Dia sudah di sini selama dua jam, tetapi Preston tidak mengungkit tentang kontrak dan terus bekerja. Apa mungkin Preston baru akan membalas masalah pribadi setelah jam pulang kerja?Livy merasa gelisah. Ketika memilah data, dia terus terbayang akan berbagai kemungkinan yang terjadi. Hal ini membuat efisiensi kerjanya kurang baik.Sore hari, matahari terbenam. Ruang kantor yang luas mulai gelap. Preston menutup laptopnya dengan kuat. Suara keras itu sontak menarik perhatian Livy.Keempat mata bertatapan. Livy khawatir Preston mengira dirinya tidak fokus bekerja, jadi buru-buru mengalihkan tatapannya ke layar komputer. Tiba-tiba, terdengar Presto bertanya dengan pelan, "Sudah siap?""Kira-kira masih ada 15 menit. Maaf, Pak. Aku agak ngantuk tadi, makanya agak lambat," sahut Livy. Dia mengira dirinya menjadi penghambat untuk Preston sehingga merasa agak takut."Di sini cuma ada kit

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 38

    Napas yang panas berembus di leher Livy. Livy terkejut sesaat. Dia tanpa sadar ingin mendorong pria di depannya, tetapi malah melihat tatapan yang tidak puas itu."Ada apa?" tanya Preston dengan agak kesal saat melihat penolakan Livy.Livy sungguh kebingungan melihat situasi ini. Bukannya Preston ingin membatalkan kontrak? Bukannya Preston menyukai Zoey?"Pak, aku ...." Livy tampak ragu-ragu untuk bicara. Dia tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan isi pikirannya.Preston bersikap sangat sabar. Kedua matanya yang hitam terus menatap Livy lekat-lekat. Dia bisa merasakan suasana hati Livy kurang baik hari ini."Kamu mau bilang apa?" tanya Preston. Dia berharap Livy mengutarakan isi hatinya dan bukan memendamnya sendirian. Ada alasan Preston memilih Livy. Livy adalah gadis polos, tidak seperti wanita licik di luar sana.Ketika melihat Preston memberinya perhatian, Livy mengira Preston ingin dirinya yang berinisiatif menawarkan. Dengan begitu, Preston mungkin tidak akan merasa bersalah at

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 39

    Cem... cemburu? Livy sontak membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin? Livy tahu dirinya tidak cemburu, tetapi Preston mengira dia cemburu. Astaga, ternyata para pria begitu percaya diri."Pak, kalau kamu memang tertarik pada adikku, aku bisa membantu hubungan kalian. Aku juga bakal berinisiatif membatalkan kontrak. Yang penting nenekku bisa melanjutkan ...."Sebelum Livy menyelesaikan permohonannya, Preston tiba-tiba menyela, "Aku nggak tertarik pada Zoey."Livy termangu. Dia menatap ekspresi serius Preston, tiba-tiba merasa dirinya memang sudah salah paham."Dengan prestasinya yang begitu buruk, aku sudah sangat menghargaimu karena menerimanya sebagai pekerja magang," jelas Preston. Dia sudah pernah menjelaskan hal ini kepada Livy. Entah bagaimana Livy masih salah paham."Tapi ...." Livy menggigit bibirnya. "Aku hampir dipecat dua hari setelah kita menikah. Kamu bilang kamu bukan orang yang pilih kasih dan mementingkan kinerja. Lalu, kenapa kamu menerima Zoey karena aku ...."Livy men

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 40

    Senyuman Zoey seketika membeku. Kemudian, dia bertanya dengan ekspresi menyanjung, "Pak Preston masih mau lanjut kerja ya?" Zoey seperti tidak merasakan penolakan Preston. Dia mengira Preston hanya sibuk.Di bawah meja, Livy makin cemas. Jika Zoey tahu dia bersembunyi di kolong meja, hasilnya akan sangat merepotkan."Kamu nggak seharusnya datang kemari." Preston tidak menanggapi pertanyaan Zoey, melainkan berkata dengan dingin.Zoey sontak terkejut. Dia menyadari dirinya terlalu berinisiatif. Apa inisiatifnya ini yang membuat Preston kehilangan minat padanya? Atau mungkin Preston tidak ingin orang luar tahu hubungan mereka, makanya melarangnya kemari?Pikiran Zoey agak kacau. Apa dia seharusnya menunggu Preston memanggilnya dan bukan mengambil inisiatif mencarinya?"Keluar." Ketika melihat Zoey mematung di tempat, Preston yang kehilangan kesabaran akhirnya mengusirnya."Maaf, Pak. Aku cuma ingin berterima Kasih padamu dengan mentraktirmu makan. Aku nggak berniat membuatmu marah. Aku pe

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 41

    Livy melihat ke arah Preston dengan bingung. Dia menjelaskan dengan suara rendah, "Aku pikir hubungan kalian cukup baik. Kalau nggak, dia nggak akan datang ke Grup Sandiaga untuk mencarimu.""Sudahlah, kali ini memang salahku. Masa magangnya cuma satu bulan. Kalau nggak lolos, dia akan langsung dikeluarkan. Sisanya akan ditangani dengan prosedur biasa," tambah Preston.Livy sangat terkejut. Dia berkedip dan merasa ragu apakah dia salah dengar. Kalau dilakukan sesuai prosedur, dengan kemampuan Zoey, dia pasti akan dikeluarkan setelah sebulan.Apa Preston benar-benar menerima Zoey hanya karena dirinya? Jadi, pria itu bukan tertarik pada Zoey?"Aku ...." Livy terdiam sejenak. Dia menjilat bibirnya sebelum berucap dengan canggung, "Aku berpikir terlalu jauh sebelumnya. Maaf."Preston selalu terlihat tegas dan tidak pernah memberi perlakuan istimewa. Itu sebabnya, Livy pun berpikiran lain."Apalagi, hari ini kamu makan di kantin padahal sebelumnya kamu nggak pernah ke sana. Ini tepat di har

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 42

    Livy tiba-tiba merasa pusing. Pandangannya mulai kabur dan tubuhnya ikut goyah. Setelah jatuh lemas ke atas meja, wajahnya yang sudah pucat pun terlihat."Livy!" seru Preston. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggendong Livy. Pada saat itu, Livy sudah lemah, matanya kabur, bahkan tak sanggup merespons. Tatapannya benar-benar kosong.Dengan langkah cepat, Preston membawanya ke pantri. Suara air mengalir terdengar. Tak lama kemudian, aroma manis cokelat memenuhi udara.Preston membawa secangkir cokelat panas ke dekat Livy dan memaksanya untuk meminumnya dengan lembut.Kehangatan dari minuman itu menyebar di perut Livy. Akhirnya, kesadarannya perlahan kembali. Wajahnya pun mulai berangsur-angsur memerah.Livy berucap, "Pak Preston, aku ...."Preston mengernyit. Dia terlihat cemas ketika bertanya, "Sudah lebih baik?"Preston sendiri punya masalah lambung. Dengan pengalamannya, dia bisa tahu bahwa Livy mengalami gejala gula darah rendah.Itulah sebabnya Preston langsung memberinya coke

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 43

    Namun, Preston justru merasa jengkel dengan tindakan Livy yang berusaha menghindari kecurigaan.Lift sudah datang, lalu keduanya masuk dan turun ke lantai bawah dalam diam.Bendy sudah menunggu di samping mobil sambil membawa sebuah kantong. Dari logonya, Livy tahu kantong itu dari toko serba ada di sebelah gedung Grup Sandiaga."Pak Preston, ini pesanan Bapak," ucap Bendy sambil menyerahkan kantong itu dengan sopan.Preston tidak mengambil kantong itu, melainkan melirik Bendy. Bendy segera mengerti maksud atasannya dan segera berpaling memberikan kantong itu pada Livy.Preston menatap wajah kebingungan Livy dan berkata, "Bawa ke mobil."Mendengar nada sebal dari ucapan Preston, Livy tidak berani banyak tanya. Dia menerima kantong itu dan menggumamkan terima kasih pada Bendy, lalu segera naik ke mobil.Di dalam mobil yang sempit, aroma makanan dari dalam kantong langsung tercium di udara. Perut Livy langsung berbunyi protes.Preston bertopang dagu dan memandang ke luar jendela tanpa me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 44

    Ciuman itu makin lama makin intens. Livy hampir sesak napas dan merintih pelan tanda menyerah. Mendengar itu, Preston baru melepaskannya.Livy membuka matanya yang berkabut dan pandangannya refleks tertuju pada bibir pria itu. Bibirnya sangat tipis dan terkesan sedikit dingin. Namun, Livy tahu betul betapa panas dan posesifnya bibir itu saat berciuman.Ketika bertemu tatapan dalam Preston, Livy merasakan sensasi panas di tubuhnya. Dia meneguk saliva dan bertanya dengan gugup, "Apa kita boleh naik ke atas dulu?" Dia malu untuk melangkah lebih jauh di dalam mobil.Sorot mata Preston tiba-tiba menggelap. Tatapannya yang lekat seakan-akan sanggup menelan Livy sepenuhnya. Dia bertanya dengan suara serak, "Kamu tahu apa yang kamu katakan?"Tadinya, Preston tidak berencana untuk tidur dengan Livy malam ini. Bagaimanapun, dia tidak bisa terus-menerus menempelinya. Apalagi, wanita itu juga sedang tidak enak badan. Namun ....Jantung Livy berdebar kencang di bawah tatapan Preston. Dia menunduk m

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 298

    Kalimat ini benar-benar kejam saat memarahi seorang pria. Chloe sama sekali tidak menjaga harga diri Stanley. Sungguh tajam dan mematikan. Bagaimanapun, pria paling pantang kemampuan ranjangnya dicela.Wajah Stanley sontak memucat, lalu akhirnya menjadi suram. Namun, karena ada orang lain di tempat itu, dia merasa malu untuk marah. Dia hanya bisa menenangkan Chloe dengan nada memelas."Ya sudah, aku tahu kamu cuma main-main di luar untuk membuatku kesal. Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku nggak akan melakukannya lagi. Kalau kamu nggak enak badan, aku akan menemanimu selama dua hari ke depan dan menjadi pelayan pribadimu, oke?"Ugh .... Livy hampir muntah mendengarnya. Untung saja dia sedang lapar, jadi perutnya kosong. Kalau tidak, dia pasti sudah muntah karena mual."Nggak perlu repot-repot. Oh, mantan pacarmu masih ada di sini. Sepertinya dia juga sakit. Pak Stanley, kalau kamu peduli dan menanyakan kabarnya, mungkin kalian bisa balikan lagi," sindir Chloe yang kembali menyerang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 297

    Menahan rasa pedih di hatinya, Livy berbalik untuk pergi. Samar-samar, dia mendengar Preston di belakangnya mengangkat telepon.Nada bicaranya tiba-tiba menjadi lembut, bahkan terdengar agak hangat. "Sylvia, aku masih sibuk.""Ya, aku nggak akan lupa."Mendengar sampai di situ, Livy hanya bisa tersenyum getir. Perbedaan antara cinta dan tidak cinta memang sangat jelas.Livy kembali ke kantornya, tumpukan pekerjaan masih menggunung. Dia mengusap perutnya yang mulai terasa lapar, lalu akhirnya memutuskan untuk turun dan mencari sesuatu untuk dimakan.Saat pintu lift terbuka, terlihat beberapa orang dari departemen lain yang masih lembur. Ketika melihat Livy, pandangan mereka menunjukkan penghinaan. Beberapa bahkan mendesaknya ke bagian paling dalam lift, seolah-olah Livy adalah sesuatu yang menakutkan."Itu dia, 'kan?""Ya, benar. Dia nggak terlihat seperti wanita penggoda, tapi trik yang digunakannya sangat hebat.""Hahaha, jangan bicara begitu. Gimana kalau dia dengar nanti?""Biarkan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 296

    Livy mengikuti Bendy ke ruangan Preston. Ekspresi pria itu terlihat kurang baik, tangannya memegang tablet, sepertinya sedang membaca pesan di grup.[ Livy dan Pak Bendy mesra sekali. Livy pasti sangat mencintainya. ]Setelah membaca satu per satu komentar, Preston perlahan-lahan mendongak menatap Livy yang berdiri di depannya. "Apa pendapatmu setelah mendengar orang-orang bilang kamu sangat cocok dengan Bendy?"Wajah Bendy langsung menjadi muram. Fitnah, ini benar-benar fitnah! Bukankah setiap kali dia mencari Livy karena perintah Preston? Dia hanya menjalankan tugas, tetapi foto-foto itu malah digunakan oleh orang lain untuk membuat masalah."Ini ... semua ini cuma kesalahpahaman." Livy menggigit bibirnya, menatap Bendy dengan agak canggung dan berkata, "Pak Bendy, apa kamu bisa meluangkan waktu untuk menjelaskan hal ini kepada semua orang?""Baik, aku akan segera mengurusnya." Setelah berkata demikian, Bendy langsung berlari keluar, khawatir dirinya akan terlibat dalam pertengkaran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 295

    Livy terpaku mendengar sindiran terakhir dari rekan kerjanya yang segera diikuti oleh tawa sinis."Berani melakukannya tapi nggak berani mengakuinya, ya?"Salah satu rekan kerja lainnya menarik lengannya dan berkata, "Sudahlah, jangan terlalu keras. Nanti dia atur kita jadi petugas kebersihan seperti yang dilakukannya sama adiknya."Usai bicara, para rekan kerjanya pun pergi.Livy yang kebingungan, menoleh ke Ivana yang masih di sampingnya. "Apa aku melakukan sesuatu yang membuat mereka marah?" tanyanya ragu.Ivana tampak sedikit canggung dan ragu-ragu sebelum akhirnya berkata pelan, "Livy, kamu benar-benar minta bantuan agar Zoey dipindahkan ke departemen pemasaran?"Livy terkejut dan segera bertanya, "Dari mana kamu tahu soal itu?"Ivana menghela napas panjang. "Grup obrolan perusahaan sudah heboh soal itu! Aku yakin kamu punya alasan sendiri dan aku tahu kamu bukan orang seperti yang mereka bicarakan. Tapi sekarang, di kantor ... rumor itu sudah menyebar ke mana-mana."Livy merasa s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 294

    Livy tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagaimanapun, ini adalah area umum, jadi melihat orang lewat adalah hal yang wajar. Saat kembali ke mejanya, Sherly baru kembali setelah beberapa waktu.Livy segera berdiri dan bersiap untuk melaporkan perkembangan proyek. Namun, suara salah satu rekan kerja di sebelahnya tiba-tiba terdengar. "Bu Sherly, tadi pakaian yang Anda pakai bagus sekali. Kenapa sekarang ganti baju lagi?"Sherly tersenyum tipis, lalu merapikan rambutnya dengan anggun dan menjawab, "Tadi agak kotor, jadi aku ganti."Setelah itu, dia menoleh ke arah Livy dengan ekspresi lembut dan memberikan komentar yang terdengar penuh perhatian, "Livy, tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Seharusnya kamu istirahat saja di rumah. Aku nggak mau kehilangan salah satu talenta terbaik di departemen sekretaris ini."Ucapan itu segera membuat rekan-rekan lain di sana memandang Livy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada rasa iri yang tidak bisa disembunyikan.Livy terkejut dan buru-buru berkata, "

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 293

    Livy hanya menggelengkan kepala dengan senyum pahit.Bergantung pada orang lain hanyalah kesia-siaan. Bahkan Preston yang masih berstatus sebagai suaminya saja bisa bersikap seperti ini padanya. Apalagi jika mereka bercerai nanti, siapa tahu apakah Livy akan menjadi korban balas dendamnya atau tidak.Livy harus fokus membangun kariernya sendiri. Hanya dengan memiliki kekuatan dan kemandirian, dia bisa hidup lebih baik.....Keesokan paginya, Livy bangun lebih awal untuk pergi ke kantor.Sherly sudah mengirimkan laporan perkembangan proyek selama dua hari terakhir. Begitu tiba di meja kerjanya, Livy langsung tenggelam dalam pekerjaannya.Seperti biasa, Ivana datang tepat waktu. Saat melihat Livy, dia terlihat terkejut. "Livy, bukannya kamu lagi sakit? Kenapa baru istirahat satu hari sudah masuk kerja lagi?""Aku sudah merasa lebih baik sekarang, jadi aku masuk. Proyek ini cukup banyak kerjaan, jadi aku nggak bisa terus beristirahat," jelas Livy dengan singkat."Iya juga sih." Ivana meng

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 292

    Amarah Preston hampir meluap dari dadanya. Genggaman tangannya di pergelangan Livy semakin erat, seolah ingin menghancurkan tulangnya.Tatapan dingin penuh kemarahan terpancar dari matanya, membuat Livy semakin gemetar. Air mata mengalir deras dari matanya karena rasa sakit yang tak tertahankan.Dengan suara terisak, dia mencoba menjelaskan, "Sayang, aku dan Nicky cuma teman. Bukan seperti yang kamu pikirkan. Kami nggak melakukan apa-apa ... bisa nggak kamu percaya padaku?""Percaya padamu?" Preston tertawa sinis, kemudian melepaskan genggamannya dengan kasar. Dia bersandar ke sofa dan menatapnya dengan pandangan penuh ejekan."Livy, ucapanmu nggak berarti apa-apa. Lebih baik buktikan dengan tindakan bahwa kamu nggak bisa meninggalkan aku."Livy tertegun. Buktikan? Mengapa dia harus membuktikannya?Dengan hati-hati, dia menyembunyikan pergelangan tangannya yang sakit di balik tubuhnya. Kemudian, dia bertanya dengan suara serak, "Kamu ... nggak ingin aku pergi, bukan?"Livy menatap Pres

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 291

    Pria itu bertubuh tinggi dan tegap. Auranya saat ini begitu menekan hingga membuat orang merasa tertekan."Pak Preston." Nicky menyeka sudut bibirnya yang berdarah sambil memberikan senyum sopan. "Namaku Nicky.""Aku nggak tertarik mengenal orang yang nggak ada hubungannya denganku," balas Preston dengan ketus, lalu langsung menggenggam tangan Livy dan menariknya.Tangan Livy yang baru saja terluka akibat pegangan Nicky, kini digenggam erat oleh Preston dengan kasar. Rasa sakit itu membuat air matanya hampir mengalir."Pak Preston, tangan Livy terluka!" kata Nicky dengan cemas dan mencoba mendekat. Namun, tatapan dingin dari wajah Preston membuatnya mundur dengan gugup."Dia itu istriku. Nggak butuh perhatianmu!" Suara Preston semakin dingin, dengan nada penuh ketegasan yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya."Kalau begitu, boleh aku bertanya, Pak Preston? Apakah Anda benar-benar melindungi istri Anda dengan baik?" Nicky tahu bahwa kata-katanya akan memancing masalah, tetapi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 290

    Livy ragu sejenak. Dia tahu Nicky selalu menganggapnya sebagai teman baik, dan kemungkinan besar telepon semalam telah membuatnya khawatir.Setelah memastikan melalui cermin bahwa luka-lukanya sudah tertutup dengan baik dan tidak terlihat, dia berganti pakaian dan turun ke bawah.Mobil Nicky terparkir di dekat air mancur yang tidak jauh dari rumahnya."Maaf ya, Nicky, semalam aku cuma terlalu tertekan. Maaf kalau aku mengganggumu," kata Livy dengan nada menyesal.Temannya tidak banyak, terutama setelah dia putus dengan Stanley. Livy awalnya berpikir bahwa hubungan mereka juga akan berakhir, tetapi nyatanya, Nicky tetap menjadi temannya."Nggak apa-apa. Orang yang bisa masuk ke Grup Sandiaga pasti orang-orang hebat, jadi wajar kalau merasa tertekan. Tapi, Livy, kamu sudah sangat luar biasa," jawab Nicky sambil memperhatikan Livy dengan saksama.Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Livy darinya. Namun, mengingat posisinya sebagai teman biasa, dia merasa tidak punya hak untuk bertanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status