Jika Annie mencari masalah nanti, Livy punya alasan yang cukup untuk melawan. Hanya saja, Livy merasa heran. Dia sudah di sini selama dua jam, tetapi Preston tidak mengungkit tentang kontrak dan terus bekerja. Apa mungkin Preston baru akan membalas masalah pribadi setelah jam pulang kerja?Livy merasa gelisah. Ketika memilah data, dia terus terbayang akan berbagai kemungkinan yang terjadi. Hal ini membuat efisiensi kerjanya kurang baik.Sore hari, matahari terbenam. Ruang kantor yang luas mulai gelap. Preston menutup laptopnya dengan kuat. Suara keras itu sontak menarik perhatian Livy.Keempat mata bertatapan. Livy khawatir Preston mengira dirinya tidak fokus bekerja, jadi buru-buru mengalihkan tatapannya ke layar komputer. Tiba-tiba, terdengar Presto bertanya dengan pelan, "Sudah siap?""Kira-kira masih ada 15 menit. Maaf, Pak. Aku agak ngantuk tadi, makanya agak lambat," sahut Livy. Dia mengira dirinya menjadi penghambat untuk Preston sehingga merasa agak takut."Di sini cuma ada kit
Napas yang panas berembus di leher Livy. Livy terkejut sesaat. Dia tanpa sadar ingin mendorong pria di depannya, tetapi malah melihat tatapan yang tidak puas itu."Ada apa?" tanya Preston dengan agak kesal saat melihat penolakan Livy.Livy sungguh kebingungan melihat situasi ini. Bukannya Preston ingin membatalkan kontrak? Bukannya Preston menyukai Zoey?"Pak, aku ...." Livy tampak ragu-ragu untuk bicara. Dia tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan isi pikirannya.Preston bersikap sangat sabar. Kedua matanya yang hitam terus menatap Livy lekat-lekat. Dia bisa merasakan suasana hati Livy kurang baik hari ini."Kamu mau bilang apa?" tanya Preston. Dia berharap Livy mengutarakan isi hatinya dan bukan memendamnya sendirian. Ada alasan Preston memilih Livy. Livy adalah gadis polos, tidak seperti wanita licik di luar sana.Ketika melihat Preston memberinya perhatian, Livy mengira Preston ingin dirinya yang berinisiatif menawarkan. Dengan begitu, Preston mungkin tidak akan merasa bersalah at
Cem... cemburu? Livy sontak membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin? Livy tahu dirinya tidak cemburu, tetapi Preston mengira dia cemburu. Astaga, ternyata para pria begitu percaya diri."Pak, kalau kamu memang tertarik pada adikku, aku bisa membantu hubungan kalian. Aku juga bakal berinisiatif membatalkan kontrak. Yang penting nenekku bisa melanjutkan ...."Sebelum Livy menyelesaikan permohonannya, Preston tiba-tiba menyela, "Aku nggak tertarik pada Zoey."Livy termangu. Dia menatap ekspresi serius Preston, tiba-tiba merasa dirinya memang sudah salah paham."Dengan prestasinya yang begitu buruk, aku sudah sangat menghargaimu karena menerimanya sebagai pekerja magang," jelas Preston. Dia sudah pernah menjelaskan hal ini kepada Livy. Entah bagaimana Livy masih salah paham."Tapi ...." Livy menggigit bibirnya. "Aku hampir dipecat dua hari setelah kita menikah. Kamu bilang kamu bukan orang yang pilih kasih dan mementingkan kinerja. Lalu, kenapa kamu menerima Zoey karena aku ...."Livy men
Senyuman Zoey seketika membeku. Kemudian, dia bertanya dengan ekspresi menyanjung, "Pak Preston masih mau lanjut kerja ya?" Zoey seperti tidak merasakan penolakan Preston. Dia mengira Preston hanya sibuk.Di bawah meja, Livy makin cemas. Jika Zoey tahu dia bersembunyi di kolong meja, hasilnya akan sangat merepotkan."Kamu nggak seharusnya datang kemari." Preston tidak menanggapi pertanyaan Zoey, melainkan berkata dengan dingin.Zoey sontak terkejut. Dia menyadari dirinya terlalu berinisiatif. Apa inisiatifnya ini yang membuat Preston kehilangan minat padanya? Atau mungkin Preston tidak ingin orang luar tahu hubungan mereka, makanya melarangnya kemari?Pikiran Zoey agak kacau. Apa dia seharusnya menunggu Preston memanggilnya dan bukan mengambil inisiatif mencarinya?"Keluar." Ketika melihat Zoey mematung di tempat, Preston yang kehilangan kesabaran akhirnya mengusirnya."Maaf, Pak. Aku cuma ingin berterima Kasih padamu dengan mentraktirmu makan. Aku nggak berniat membuatmu marah. Aku pe
Livy melihat ke arah Preston dengan bingung. Dia menjelaskan dengan suara rendah, "Aku pikir hubungan kalian cukup baik. Kalau nggak, dia nggak akan datang ke Grup Sandiaga untuk mencarimu.""Sudahlah, kali ini memang salahku. Masa magangnya cuma satu bulan. Kalau nggak lolos, dia akan langsung dikeluarkan. Sisanya akan ditangani dengan prosedur biasa," tambah Preston.Livy sangat terkejut. Dia berkedip dan merasa ragu apakah dia salah dengar. Kalau dilakukan sesuai prosedur, dengan kemampuan Zoey, dia pasti akan dikeluarkan setelah sebulan.Apa Preston benar-benar menerima Zoey hanya karena dirinya? Jadi, pria itu bukan tertarik pada Zoey?"Aku ...." Livy terdiam sejenak. Dia menjilat bibirnya sebelum berucap dengan canggung, "Aku berpikir terlalu jauh sebelumnya. Maaf."Preston selalu terlihat tegas dan tidak pernah memberi perlakuan istimewa. Itu sebabnya, Livy pun berpikiran lain."Apalagi, hari ini kamu makan di kantin padahal sebelumnya kamu nggak pernah ke sana. Ini tepat di har
Livy tiba-tiba merasa pusing. Pandangannya mulai kabur dan tubuhnya ikut goyah. Setelah jatuh lemas ke atas meja, wajahnya yang sudah pucat pun terlihat."Livy!" seru Preston. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggendong Livy. Pada saat itu, Livy sudah lemah, matanya kabur, bahkan tak sanggup merespons. Tatapannya benar-benar kosong.Dengan langkah cepat, Preston membawanya ke pantri. Suara air mengalir terdengar. Tak lama kemudian, aroma manis cokelat memenuhi udara.Preston membawa secangkir cokelat panas ke dekat Livy dan memaksanya untuk meminumnya dengan lembut.Kehangatan dari minuman itu menyebar di perut Livy. Akhirnya, kesadarannya perlahan kembali. Wajahnya pun mulai berangsur-angsur memerah.Livy berucap, "Pak Preston, aku ...."Preston mengernyit. Dia terlihat cemas ketika bertanya, "Sudah lebih baik?"Preston sendiri punya masalah lambung. Dengan pengalamannya, dia bisa tahu bahwa Livy mengalami gejala gula darah rendah.Itulah sebabnya Preston langsung memberinya coke
Namun, Preston justru merasa jengkel dengan tindakan Livy yang berusaha menghindari kecurigaan.Lift sudah datang, lalu keduanya masuk dan turun ke lantai bawah dalam diam.Bendy sudah menunggu di samping mobil sambil membawa sebuah kantong. Dari logonya, Livy tahu kantong itu dari toko serba ada di sebelah gedung Grup Sandiaga."Pak Preston, ini pesanan Bapak," ucap Bendy sambil menyerahkan kantong itu dengan sopan.Preston tidak mengambil kantong itu, melainkan melirik Bendy. Bendy segera mengerti maksud atasannya dan segera berpaling memberikan kantong itu pada Livy.Preston menatap wajah kebingungan Livy dan berkata, "Bawa ke mobil."Mendengar nada sebal dari ucapan Preston, Livy tidak berani banyak tanya. Dia menerima kantong itu dan menggumamkan terima kasih pada Bendy, lalu segera naik ke mobil.Di dalam mobil yang sempit, aroma makanan dari dalam kantong langsung tercium di udara. Perut Livy langsung berbunyi protes.Preston bertopang dagu dan memandang ke luar jendela tanpa me
Ciuman itu makin lama makin intens. Livy hampir sesak napas dan merintih pelan tanda menyerah. Mendengar itu, Preston baru melepaskannya.Livy membuka matanya yang berkabut dan pandangannya refleks tertuju pada bibir pria itu. Bibirnya sangat tipis dan terkesan sedikit dingin. Namun, Livy tahu betul betapa panas dan posesifnya bibir itu saat berciuman.Ketika bertemu tatapan dalam Preston, Livy merasakan sensasi panas di tubuhnya. Dia meneguk saliva dan bertanya dengan gugup, "Apa kita boleh naik ke atas dulu?" Dia malu untuk melangkah lebih jauh di dalam mobil.Sorot mata Preston tiba-tiba menggelap. Tatapannya yang lekat seakan-akan sanggup menelan Livy sepenuhnya. Dia bertanya dengan suara serak, "Kamu tahu apa yang kamu katakan?"Tadinya, Preston tidak berencana untuk tidur dengan Livy malam ini. Bagaimanapun, dia tidak bisa terus-menerus menempelinya. Apalagi, wanita itu juga sedang tidak enak badan. Namun ....Jantung Livy berdebar kencang di bawah tatapan Preston. Dia menunduk m