Beranda / CEO / Makin Tua Makin Cinta / Panggilan di Ujung Makan Malam

Share

Panggilan di Ujung Makan Malam

Penulis: Call Me Ans
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-06 23:00:26

            “Jadi udahlah, Pak. Kita nggak perlu khawatir sama ancaman Bapak.” Hana berseru tanpa ada sedikit pun kekhawatiran tersirat di wajahnya. Sementara di tempat duduknya, Pak Robert masih termasngu bingung.

            “Bagaimana mungkin aku nggak khawatir, Han. Aku tahu pasti siapa Pak Hartono. Nggak gampang mempertaruhkan perusahaan yang udah aku bangun belasan tahun lamanya, Han.”

            “Iya maksudku, Pak Robert boleh khawatir tapi jangan berlebihan,” jawab Hana sembari menangkap punggung tangan Pak Robert. “Kalau Pak Robert memikirkannya berlebihan ketakutan Pak Robert malah bisa jadi kenyataan. Kita tetap merahasiakan soal hubungan kita. Tapi tolong Pak Robert jangan cemas berlebihan. Oke?”

       &n

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Makin Tua Makin Cinta   Hana Pulang

    “Pak ya nggak bisa gitu dong. Hana kan juga perlu cari angin keluar sebentar. Hana nggak bisa di rumah sakit terus.” “Iya bapak ngerti, Han.” Nada bicara Pak Robert merendah. Namun dingin dan datar suaranya justru semakin terasa mencekam untuk Hana. “Tapi di mana pun tempatnya. Apa pun alasannya. Nggak ada pembenaran kalau kamu bohong, Han. Bapak nggak pernah ngajarin kamu bohong dari dulu.” Mendadak, bola mata Hana yang bening jadi basah. Bapaknya memang dari dulu selalu begini. Wataknya keras, sifat tak mau kalahnya membuat Hana memasang jarak cukup jauh agar tidak tersakiti oleh kalimat bapaknya sendiri. “Apa kamu nggak pulang ke rumah bapak marah, Han? E

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Makin Tua Makin Cinta   Malam Sebelum Kepergian

    Malam sebelum Hana pergi meninggalkan rumah.Kalau boleh dikata, Hana sebenarnya sedang kalap malam itu. Ia mencapai puncak lelahnya setelah setengah lamanya bertarung dengan dirinya sendiri. Apa-apa yang ia inginkan tak terwujud. Akal sehatnya masih sering kalah dengan hatinya yang belia. Jauh di dalam hati, Hana masih merindukan sosoknya. Arya, nama itu tak pernah gagal melumpuhkan akal sehatnya. Otak dan mulut Hana sepakat ia akan melupakan Arya secepat mungkin. Tapi hatinya enggan. Hatinya masih menyimpan rapat semua kenangan mereka. Jadi penyakit yang menggerogoti mental Hana pelan-pelan tanpa ia sadari. Jadi beban yang tak bisa ia bagi dengan siapa pun sebab sejak masuk PT. Cakra lingkaran pertemanan Hana ikut habis. Mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Makin Tua Makin Cinta   Muak

    Suara decit pelan pintu kamar Hana seketika menahan langkah Ibunya. Ia berbalik badan, berjalan pelan dan langsung berhamur memeluk tubuh Hana erat-erat. Perempuan yang usianya seumuran dengan Pak Robert menangis di pelukan Hana. “Akhinya kamu membukakan pintu juga sayang. Ibu kira kamu nggak bakal bukain pintu lagi,” ucapnya lirih disela-sela isak tangis. Diakui atau tidak, sifat cengeng Hana turun dari sang ibu. Dua orang perempuan di rumah ini sama-sama suka mellow. Mereka gampang melebih-lebihkan sesuatu. Sama seperti yang Hana rasakan sekarang. Bukannya lega api perasaan kesal Hana malah makin menjadi. Ibunya yang sebenarnya tidak ada salah apa-apa sekarang masuk daftar orang yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Makin Tua Makin Cinta   Hadiah dan Masalah

    Kembali ke rumah sakit. Sudah sejak dua jam yang lalu, Hana masih duduk di tempat yang sama. Di kursi sejajar dengan ibunya. Perempuan itu masih tergeletak di atas ranjang. Tubuh rentanya ditutup selimut, hanya kepala dan dua tangannya yang terlihat. Satu tangan jadi tempat jarum infus mendarat. Sementara satu tangannya yang lain masih dipeluk telapak tangan Hana. Jari-jari Hana seperti tak mau melewatkan sedetik pun tanpa mengelus punggung tangan ibunya. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Meski rasanya tak akan bisa membayar semua kesalahan yang Hana buat. “Bu bangunn,” pinta Hana dalam batin. Hatinya teriris melihat keadaan ibunya sekara

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Makin Tua Makin Cinta   Bagaimana Selanjutnya?

    “BAPAK TANYA TELEPON DARI SIAPA ITU!!!” bentak Pak Hartono. Matanya melotot, wajahnya memerah geram. “Bukan siapa-siapa, Pak.” Hana buru-buru menyembunyikan ponselnya di balik punggung. “Bapak nggak usah marah-marah gitu dong sama Hana. Ini lagi di rumah sakit, Pak. Malu…” Siapa juga yang akan mengira kalau Pak Hartono balik lagi. Satu setengah jam yang lalu kurang lebih, pria yang selalu berwajah tegang itu berpamitan pulang. Salah satu alasan Hana berani menelepon Pak Robert di depan kamarnya ya karena sang bapak sedang tidak ada di rumah sakit. Entah bagaimana ceritanya tahu-tahu dia sudah ada di rumah sakit ini. Muncul dengan tiba-tiba pas banget saat H

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Makin Tua Makin Cinta   Dia Kembali

    Perdebatan anak dan bapak di depan ruang perawatan ibunya ditutup dengan mengenaskan. Hana melongo, bingung, kaget, tak percaya, kecewa bercampur aduk jadi satu. Waktu berputar melambat, bola mata Hana yang basah menyorot tajam mata Pak Hartono tanpa rasa takut sedikit pun. Ini semua kelewatan. Apa yang dilakukan Bapaknya meledakkan sesuatu di dalam diri Hana “AAARGGHHH…., BAPAK APA-APAAN SIH??!” Hana berdiri dari kursinya. Secepat kilat tangannya menyambar ponsel dari tangan bapaknya. Melawan kerasnya remasan tangan Pak Hartono.“EMANG BAPAK KIRA BAYAR SEMUA HUTANG-HUTANG BAPAK ITU GAMPANG? HAH? EMANG BAYAR BIAYA PENGOBATAN IBU MURAH? BAPAK UDAH TUA KAN? MIKIR!! HANA BANTING TULANG KERJA BUAT KALIAN. BAPAK INI BISANYA CUMA BIKIN KACAU!&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Makin Tua Makin Cinta   Ke Atas?

    Hana bahkan sampai harus mengucek kedua matanya berulang kali demi memastikan orang yang berdiri di sebelahnya adalah benar-benar Arya. “Ka-kamu? Kamu beneran Arya kan?” Hana gelagapan. Ia sendiri sampai harus menampar kedua pipinya berulang kali. “A-aku nggak lagi mabuk kan? Eh… Pliss…” Hana melebarkan pandangannya. “Kamu beneran Arya kan?” “Hahahaha… “ Bukan menjawab pertanyaan Hana, laki-laki yang baru datang itu justru terpingkal-pingkal. Ia menarik satu kursi yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Duduk persis di sebelah Hana. “Iya.. gue Arya. Kenapa sih lo jadi kayak kaget gitu? Biasa aja deh ah.” Hana melon

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Makin Tua Makin Cinta   Malam Ini Saja

    “Cihhh… “ Hana bersungut, kepalanya menggeleng pelam. “Ke atas? Enteng banget tuh mulut,” cibirnya. Siapa juga yang tak kesal, 6 bulan lebih lamanya mereka tidak bertemu. 6 bulan lebih lamanya Hana mengubur mimpinya tinggal bersama dengan Arya. Selama itu juga semua kenangan tentang Arya masih terus melesat menjejali isi kepala. Kenangan manis, kenangan pahit, masam, menyenangkan, menyesakkan dada, semunya tanpa kecuali. Hana masih ingat betul bagaimana ia dan Arya bertemu di club basket. Hana masih ingat betul bagaimana Arya memujanya layaknya ratu. Ingatan Hana masih kuat untuk menampung semua kenangan manis bertahun-tahun lalu. Sama kuatnya dengan semua kenangan bur

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12

Bab terbaru

  • Makin Tua Makin Cinta   Akhir

    Genderang perang tak kasat mata ditabuh. Suaranya terdengar di telinga semua orang. Pintu yang digebrak paksa masih lebih sopan dari meledakkan pintu apartemen. Tapi sekarang, aroma kengeriannya tercium sama pekat. Semua orang memasang posisi siaga. “AAAAAA….. LEPASINNN… !!!” Intan lebih dulu berlari menarik dan mengevakuasi Hana. Sementara Pak Wahyu menerajang masuk, ke arah 8 orang yang sudah bersiaga. ‘Baaakkkk… Bukkk… Sraaakkk….!!!’ Satu tendangan di dada dan satu pukulan telak di belakang leher cukup menggelaprkan satu orang preman. Pak Wahyu mendarat manis, kaki memasang kuda-kuda, tangannya bersilang-silang layaknya pendekar. Tujuh orang membuka diri. Dengan cepat membentuk lingkaran dengan Pak Wakyu dan Pak Robert ada di tengah-tengahnya. ‘Plokkk… plok… plokkk…. !!!!’ Pak Hartono tersnyum licik. “Jadi ada yang mau jadi pahlawan sekarang.” Tenang ia melangkah menghampiri koper yang

  • Makin Tua Makin Cinta   Pertarungan Terakhir

    Mobil Ford hitam terus melaju meski hanya berisi dua orang, Pak Robert dan seorang sopir pribadi yang juga sekaligus paman Intan. Kemacetan yang menumpuk hampir setiap lampu merah dan sengatan matahari tak mengurutkan niat mereka. “Semua harus selesai hari ini. Harus.” Sejenak Pak Robert terpejam. Dingin udara dalam mobil tak berhasil mengusir atmosfer panas dan ambisinya yang membara. Sejenak kepalanya menoleh ke belakang. Memastikan brangkas hitam berisi surat-surat penting miliknya masih di bangku tengah. Satu-satunya senjata terakhir yang Pak Robert punya hanya itu. Kalau saja negosiasi ini gagal, maka yang terakhir harus ia pertahurkan adalah PT. Cakra.Ia yakin seratus perse

  • Makin Tua Makin Cinta   Yang Terjadi di Jakarta

    Gemetaran, tangan Hana tak lagi kuasa memegangnya. Ponsel barunya tergeletak begitu saja di atas meja. Hana ganti menggigiti ujung kuku jarinya. ‘Tinggg…. Tinggg…. !!!’ Mata Hana terbelalak, panggilan masuk ganti mendarat di ponselnya. Pak Robert menghubunginya balik. Jujur Hana bingung. Menoleh ke kanan kiri tapi tak ada satu pun orang. Hana menarik napas panjang mengurai sesak di dadanya. Tidak-tidak… Ia tidak boleh mengabaikannya. Orang ini yang dari tadi ia cari. Hatinya langsung bergetar begitu nama itu muncul di atas layar ponselnya. Dengan napas yang tertahan di tenggorokan, tangan Hana be

  • Makin Tua Makin Cinta   Mereka Datang

    “Kupikir-pikir memang sudah dari dulu aku harusnya pisah sama dia.” Suaranya layu, wajahnya tercenung kosong. Sudah setengah jam lamanya ia sama sekali tak menyinggung semangkuk bibir di depannya. Dari sejak bubur itu masih mengepulkan asap tipis dan aroma beras bercampur bumbu kacang sampai dingin. Sudah setengah jam juga Juni membiarkan kakaknya diam. Sampai lama-lama ia tidak tahan sendiri. “Sudahlah, Kak Feb.” Tak tahan, tangannya bergerak memeluk lengan kakaknya. “Dua bulan sudah Kak Febri kayak gini.” Api di matanya ikut padam. “Mau sampai kapan, Kak? Udah dong. Mending Kaka sekarang makan buburnya dulu deh. Enak kok. Nggak kayak dulu pas aku masih belajar masak.”

  • Makin Tua Makin Cinta   Apa Masih Sama?

    “Cie HP baru nih yee….” Usil tangan Dinda tahu-tahu menjumput ujung dagu Hana dari belakang. Tiba-tiba muncul sampai Hana melonjak kaget hampir terjatuh dari kursi kasir. Refleks menepis tangan Dinda yang justru terpingkal-pingkal melihat mimik kaget Hana yang menggemaskan. “Ishhhh…. Dinda setan… !!!” umpatnya. Telapak tangannya sudah diangkat hampir melayangkan tabokan tapi urung. Melihat Dinda terpingkal ia jadi ikut terpingkal. “Nyebelin ih….” “Lagian HP baru tuh harusnya traktiran kek. Ini anyep-anyep bae…” imbuh Dinda dengan bahasa jawanya yang medok. me “Eh, gue beli HP juga gara-gara Bos Steven ya. Enak a

  • Makin Tua Makin Cinta   Cara lain

    “Whatt???” Dahi Intan mengerut sampai mencetak sepasang jurang kecil di antara ujung alisnya. “Seriously?” Mulutnya terperangah tak percaya. Raut kagetnya bukan tanpa alasan, Intan adalah salah satu orang yang tahu masa lalu Pak Robeert dengan Helena. “Ja-jadi? Jadi setelah selingkuh dengan kakaknya sekarang dia?” Intan sampai tak bisa merampungkan kalimatnya. Tapi baik David maupun Pak Robert tahu apa yang ia pikirkan. Apa yang membuat ekspresi tak percaya di wajahnya masih bertahan sampai sekarang. “Oh my god…” Kepala Intan menggeleng. “Sumpah nggak habis pikir aku.” “Sudahlah, Tan.” Suara Pak Robert t

  • Makin Tua Makin Cinta   Dalang

    Ada yang membuat kantor PT. Cakra siang ini terasa lebih panas dari biasanya bagi Pak Robert. Bukan karena pendingin ruangan yang di mana-mana banyak bocor. Tapi akhirnya kasus yang sudah 3 bulan lebih mengendap menemukan benang merahnya. Pak Robert tak mau urusan ini jadi arang dalam sekam. Ia mau Intan mengurus sampai akar. Sampai sang dalang dari dua puluh lima orang IT yang ingin melarikan diri diketahui. ‘Klekkkk….’ Gagang pintu ruangan Hana yang skarang difungsikan untuk Intan berputar. Lembaran kaca tebal yang buram melambai terbuka. Pak Robert muncul dengan setela kemeja biru telur asin dibalut taxedo hitam dengan celana khaki berwarna senada.&

  • Makin Tua Makin Cinta   Hidup sendiri-sendiri

    “APA KAMU BILANG?!!” Benar saja, bahkan Bu Febri belum sampai merampungkan kalimatnya. “AKU?” Telunjuk Pak menuding mukanya yang sudah memerah padam. “AKU DISURUH MINTA MAAF SAMA LAKI-LAKI BANGSAT SATU ITU? NGGAK!!” “Pakkk… Tapi ini demi Hana…” Bu Febri bergelayut di lengan suaminya. “Tolong sekali ini saja, Pak. Demi Hana. Demi anak kita satu-satunya, Pak.” Suara rintihan Bu Febri terdengar begitu menyakitkan. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan Pak Hartono sampai-sampai ia tega membiarkan sang istri mengemis. “SEKALI ENGGAK YA ENGGAK!!” Pak Hartono makin melotot, menarik lepas tangannya yang digelayuti sang istr

  • Makin Tua Makin Cinta   Satu Syarat

    Setengah hari satu malam waktu terlewat. Bu Febri telah sampai kenyataan mau sebanyak apa waktu yang ia punya tak akan cukup. Ia tak akan berhasil membawa Hana pulang. Bukan karena usahanya membujuk Hana kurang. Bukan karena air mata yang jatuh masih kurang banyak. Hana sudah memberikan syarat padanya. Gadis itu berjanji mau pulang kembali ke rumah di Jakarta bersama-sama mereka setelah satu syaratnya terpenuhi. “Ibu hati-hati ya sampai di Jakarta,” bisik Hana di pintu terakhir dermaga tempat pengantar dan penumpang kapal penyeberangan harus berpisah. Dalam dekapa putrinya, susah payah Bu Febri menahan air mata. Hangat tubuh Hana. Aroma shampo yang masih sama di rambutnya. Suara centil y

DMCA.com Protection Status