Share

D4. Maid Cantik

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2024-12-02 16:55:56

"Kenapa kau malah bengong di situ? Kau bisa masak atau tidak? Jika kau tidak bisa masak maka kau akan gugur!" Albertina menatap tajam pada Ara. "Kau tahu kan lowongan kerja apa yang sedang kami cari?" 

"Anda sedang mencari Chef," jawab Ara tegas kala tersadar.

"Lalu kenapa kau masih bengong di situ? Kau bisa memasak?"

"Eh--anu--itu---"

"Ganti!" sela Albertina.

"Tunggu! Maafkan Aku."

"Masih banyak yang antri dan kau tidak masuk dalam kriteria."

"Bagaimana bisa anda bilang jika aku tidak termasuk dalam kriteria, sedangkan anda sama sekali belum mempekerjakan ku."

"Semua keputusan ada di tanganku."

"Hmm ... jika kau mencari yang sempurna, maka semua yang antri di sini tidak ada yang masuk dalam kriteria," celetuk Ara membela dirinya sendiri juga yang lainnya.

Pelayan di samping Albertina berbisik disusul senyum manis di bibir Albertina. "Baiklah. Kau diterima bekerja di sini."

....

"A-apa? Aku diterima?" Ara terlihat tidak percaya.

"Tidak diterima salah, diterima juga salah. Apa kau ingin protes lagi?" Albertina bangkit dari duduknya.

"Ti-tidak. Terima kasih atas kesempatan yang anda berikan untuk saya," kata Ara sambil menundukkan kepalanya.

Namun, begitulah yang terjadi.

Awal yang baik untuk Ara.

Dia mendapatkan pekerjaan dan dia tidak akan merepotkan Barnes lagi. 

Bagi Ara menjadi tukang masak tidaklah buruk, yang penting Ara tidak merepotkan orang lain dan dia tetap bisa melanjutkan kehidupannya. Berkutat di dapur bukan lah hal baru bagi Ara, tapi bekerja di rumah yang begitu besar bak istana dengan banyak pelayan bagi Ara itu adalah hal baru.

****

"Akhirnya aku tidak tidak tidur sendirian lagi. Akhirnya aku punya teman satu kamar." Jean memeluk Ara dengan erat.

Dia mengantarkan Ara ke kamar. "Ara, kau bisa tidur di ranjang itu," tunjuk Jean pada sebuah ranjang kosong dan belum terpasang seprai. Ranjang itu saling berhadapan dengan ranjang milik Jean. Ara masuk ke dalam dan menaruh tas jinjing yang dia bawa. "Maaf, ruang kamar kita tidak terlalu lebar," lanjut Jean.

"Tidak masalah, Jean. Yang penting aku punya tempat untuk berteduh dan melepas lelah setelah seharian bekerja," balas Ara tersenyum.

Jean membuka lemari plastik atom dan mengeluarkan seprai dan sarung bantal guling. "Pakailah ini untuk ranjangmu itu."

"Terima kasih, Jean. Maaf merepotkanmu."

"Tidak masalah, Ara. Aku justru senang kau diterima kerja di sini. Baiklah. Aku akan kembali bekerja. Kau bisa membereskan ranjang mu dan beristirahat. Kamar mandi ada di samping. Jika kau lapar, di dalam lemari kayu dekat ranjang ku ada beberapa cemilan. Kau bisa memakannya." Lalu Jean meninggalkan Ara di kamar sendirian.

Ara berdiri berkacak pinggang melihat ranjangnya. Terbesit dalam pikiran Ara untuk merapikan ranjangnya terlebih dahulu setelah itu dia akan menyusun pakaiannya di lemari. Ara juga mendapatkan lemari plastik atom untuk tempat pakaiannya.

Selesai merapikan semuanya Ara membuka lemari kayu yang ada di samping ranjang Jean. Ara melihat beberapa cemilan tapi perut Ara masih kenyang.

"Lebih baik aku istirahat sebentar. Tenagaku terkuras habis saat sesi wawancara tadi," keluh Ara.

Ara pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang barunya yang sudah di desain sedemikian rupa bahkan wangi kopi aroma terapi yang dia gantungkan di pojok ranjangnya sudah menyebar dan menambah ketenangan dalam diri Ara.

***

Tak terasa, ini hari kedua Ara  bekerja.

Ara yang notabene-nya adalah gadis yang mudah berbaur dengan orang lain bahkan dengan mudahnya Ara dikenal dengan cepat oleh para maid senior di rumah itu. Kecantikan Ara pun menjadi buah bibir dikalangan maid terutama maid laki-laki.

Ara sangat kagum dengan keadaan rumah itu. Rumah yang begitu besar dan sangat luas serta taman-taman yang begitu indah. Saat tengah berjalan Ara tak henti-hentinya mendongak ke atas menatap ornamen dinding dengan pahatan demi pahatan yang begitu indah.

"Selera Tuan Chase sangat tinggi," cicitnya membuat Jean yang berjalan di depan menoleh ke belakang.

"Hah? Apa kau bilang?" tanya Jean. 

"Sepertinya majikan kita punya selera yang sangat tinggi," kata Ara mengulangnya dengan memegang ornamen yang ada di dinding.

"Eh, hati-hati," tukas Jean memegang tangan Ara.

"Apa? Kenapa?" ujar Ara terkejut.

"Hati-hati. Jangan sembarangan menyentuh ornamen ini. Kotor sedikit nanti Nyonya Marry akan marah," jelas Jean.

"Ketat sekali peraturan di rumah ini?"

"Benar. Parahnya jika beliau sudah tidak suka dengan salah satu maid yang bekerja di sini, siap-siap saja maid itu angkat kaki dari rumah ini," beber Jean.

"Hah? Angkat kaki? Maksudmu dipecat?" kata Ara, disambut anggukan dari Jean.

"Iya. Jika masih ingin bekerja di rumah ini harus menaati peraturan yang ada di rumah ini karena nyonya besar satu dan dua, mereka tidak suka dengan orang-orang yang suka usil, cari perhatian, atau cari muka. Kalau tuan besar, beliau selalu sibuk di kantor jadi jarang sekali ikut campur."

"Rumah ini begitu besar. Berapa orang yang tinggal di sini?" tanya Ara penasaran karena rumah itu begitu besar seperti sebuah istana.

"Ratusan," jawab Jean sambil menarik tangan Ara yang masih berdiri menatap taman yang ada di samping dekat dengan dapur.

"Hah? Serius? Ratusan?" Ara tampak terkejut mendengar penuturan dari Jean. "Aku jadi ingin jalan-jalan melihat sekeliling rumah ini," lanjut Ara antusias.

"Ara, sebenarnya bukan kapasitas kita untuk jalan-jalan mengelilingi rumah karena sebagai asisten chef tentu saja garis batas kita hanya di sekitaran dapur saja."

Ara menghela napas panjang. "Masa sih? Bahkan di jam istirahat pun tidak boleh?"

"Seperti yang aku bicarakan tadi. Jangankan kau yang masih baru. Aku yang sudah satu tahun kerja di sini pun sama sekali belum pernah menjelajahi setiap sudut yang ada di rumah ini bahkan wajah majikan kita pun aku belum pernah melihatnya," ungkap Jean.

Ara jadi merasa heran pada Jean. "Ah, merepotkan sekali. Apakah sesulit itu? Mereka membangun rumah ini dengan sangat megah dan indah, tapi kenapa para pelayan tampak seperti tinggal di penjara," cicit Ara.

"Hush, jangan bicara seperti itu. Di sini banyak CCTV." Jean menepuk bahu Ara dengan pelan. Ara pun mendongakkan kepalanya dan dia hanya melihat satu kamera.

"Hanya satu saja kok," tunjuk Ara dengan sangat polosnya.

"Eits ... bukan CCTV itu, tapi CCTV orang yang suka cari muka." Jean memegang tangan Ara.

"Maksudmu orang yang suka lapor ini dan itu."

"Tepat sekali. Jadi kita harus hati-hati dalam bertutur kata atau berbuat!"

Ara memutarkan kedua bola matanya.

Padahal, dia hanya pekerja di dapur, tapi sulit sekali!

"Sudahlah, Ara. Nikmati saja pekerjaan ini. Dari pada kau jadi pengangguran dan dikejar-kejar penagih hutang, kau mau pilih yang mana? Kau aman tinggal di sini, tidak ada penagih hutang yang berani masuk ke rumah ini. Keamanan terjaga dengan ketat. Kau bisa melihat para pengawal yang menjaga pintu gerbang depan," cicit Jean.

Ara hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali. Sebenarnya dia tidak fokus mendengar celotehan Jean. Apa yang diucapkan oleh Jean masuk ke telinga kanan Ara lalu keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak terekam di otak Ara.

"Ara--kau mendengarkan apa yang aku ucapkan?"


Related chapters

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D5. Tugas Pertama

    "Hah? Apa?" sahut Ara melongo. "Ah, sudahlah. Aku terlalu capek saat mengobrol dengan mu untuk saat ini. Aku seperti sedang bicara dengan patung." Jean memangku dagunya sendiri. Jean terlihat merajuk pada Ara. Ara pun berusaha untuk menghiburnya. Celotehan Ara berhasil membuat Jean tertawa. Bagaimana pun juga kedatangan Ara di rumah keluarga Chase memberi warna yang berbeda. Kadang sikap polos Ara membuat para maid yang bekerja di rumah itu menjadi heran, terkadang Ara juga bisa tegas. "Ara, apakah kau punya kepribadian ganda?" tanya seorang maid yang baru saja masuk ke dapur. "Hah? Enak saja kau bilang aku punya kepribadian ganda," protes Ara. Dapur kembali ramai karena celotehan Ara dan maid-maid lainnya, tapi setelah itu dapur yang ukurannya sangat besar seperti dapur di restoran ternama mendadak menjadi hening. Albertina masuk ke dalam dapur bersama dengan Georgina. Mereka berdua adalah maid senior di rumah itu. Mereka lah yang paling awet bekerja di sana. Kedua maid

    Last Updated : 2024-12-13
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D6. Kabar Buruk

    Mendengar teriakan sang nyonya tua, Albertina dan Georgina berlari menghadap Nyonya Marry. Wanita tua itu terlihat sangat kesal. Mandy sempat melarang ibunya itu, akan tetapi Mandy adalah anak yang selalu disetir oleh ibunya. Mandy tidak bisa melarang kehendak sang ibu. Namun, malam itu Mandy berani memprotes ibunya. "Ibu, sudahlah. Tidak perlu diperbesar. Tamu ku dari Korea, wajar saja jika aku meminta para chef untuk memasak masakan Korea," tutur Mandy. Mendengar penuturan Mandy, Marry memilih diam. Terlebih lagi saat para tamu mengomentari tentang menu makan malam pada saat itu. "Siapa yang memasak sup kuah ini? Rasanya sama persis seperti yang ada di negara Korea," puji salah satu tamu. Mandy langsung menyuruh Albertina dan Georgina untuk kembali ke tempatnya. Marry pun membalikkan badannya dan tersenyum pada tamu itu, begitu juga dengan Mandy. "Benarkah?" ujar Marry memastikan. Tamu itu menganggukkan kepalanya. "Kami memang punya chef yang sangat berpengalaman. Itupun kami da

    Last Updated : 2024-12-14
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D7. Tersesat di dalam Rumah

    Ara melirik Jean yang sudah tertidur pulas. Kedua mata Ara belum bisa diajak kerjasama. Badan Ara sudah sangat lelah, akan tetapi kedua mata Ara semakin lebar. Pastinya di dalam kepala Ara berkeliaran berbagai macam hal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu malam. "Fyuh, kenapa kecelakaan itu justru membuatku dilema? Dia sudah tidak ada hubungan apa-apa denganku, tapi kenapa aku masih belum ikhlas?" Bukan Ara tidak ikhlas akan hubungan Ryan dan Ellen, tapi Ara tidak ikhlas tentang hal lain. Ya, betul sekali. Ara tidak mengikhlaskan soal tempat tinggalnya. Susah payah Ara mengumpulkan uang dan bisa membeli sebuah rumah untuk melepas lelah, tapi rumah itu sekarang telah menjadi milik orang lain bahkan mungkin akan menjadi hak dari rentenir yang mengejar-ngejar Ara. Bahkan Ara juga belum menunjukkan rumah itu pada sang ibu. Hati dan pikiran Ara saat itu benar-benar berantakan. Rasanya dia ingin meluapkan semua emosinya, tapi kepada siapakah Ara akan meluapkan emosinya? Jawaba

    Last Updated : 2024-12-15
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D8. Maid Istimewa

    Malam itu Ara kembali tidak bisa tidur. Ara terus dibayangi oleh bayang-bayang si pemilik sorot mata tajam yang mengerikan. Ara dibuat dilema antara khawatir dan takut jika pertemuan hari itu akan membuat bencana serta boomerang bagi diri Ara. Pagi harinya semua bekerja seperti biasanya, akan tetapi ada yang berbeda dari Ara. Ara tampak lesu dan kurang semangat. Ara tidak seceria seperti biasanya bahkan sering membuat kesalahan. Saat Ara memasak, masakannya cenderung berasa asin. Sampai Ara kena tegur maid lainnya. Beruntung tidak ada maid senior di dapur pada saat itu. Jika ada salah satu maid senior atau asisten nyonya besar pasti Ara akan kena marah. Bisa jadi Ara akan dipecat. "Ara, untuk hari ini lebih baik kau jangan memasak. Aku takut jika nanti masakannya tidak enak," saran dari Jean dan Ara pun menerima saran dari Jean. Ara memilih untuk bergeser. Ara mengakui jika dirinya tidak cukup fokus pada hari itu. "Ara, tolong ambilkan talenan." "Ini ...." Ara menyodorkan

    Last Updated : 2024-12-16
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D9. Pengasuh Baru

    Terpilihnya Ara menjadi pengasuh Albert membuat Jean senang, tapi tidak untuk Ara. Ara justru merasa jika posisinya menjadi seorang pengasuh di rumah itu adalah kutukan. Bagaimana tidak? Posisi itu mengharuskan Ara harus pindah dan masuk ke dalam rumah serta menempati kamar khusus. Bagi Jean menjadi pengasuh Albert adalah penghargaan besar karena pasti upah kerja akan lebih besar dari hanya seorang maid yang berkecimpung di dapur saja. Jean terus memberi semangat agar mental Ara kuat dan bahagia jika sudah pindah ke dalam. Banyak maid yang merasa iri pada Ara dan mereka menggosipkan Ara ke sana dan kemari. Banyak yang ingin naik jabatan tapi hal itu jarang terjadi. Beruntungnya Ara terpilih dan yang memilihnya langsung adalah Tuan Besar Jacob. Ara memutuskan untuk mengemasi barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas. "Aku bingung dengan sikapmu itu, Jean. Apa kau senang jika aku tidak satu kamar denganmu lagi. Apa kau terganggu dengan rekan sekamar mu ini yang selalu berisik,"

    Last Updated : 2024-12-19
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D10. Dasar Ular Medusa

    Kehadiran wanita paruh baya itu membuat Ara langsung berdiri tegap serta memberi hormat dengan membungkukkan badannya. Begitu juga dengan Albert yang langsung bangun dan menundukkan kepalanya. Situasi terlihat aneh dan membuat Ara tidak berani berkata apa-apa saat wanita paruh baya itu mendekatinya. Wanita paruh baya itu berdiri di depan ranjang Albert. Melirik Ara, lalu beralih melirik Albert. Ara semakin menundukkan kepalanya. "Albert, cepat mandi!" "Iya, nek." Albert segera berlari masuk ke dalam kamar mandi dan dia ditemani oleh maid yang lain. Wanita paruh baya itu duduk di ranjang Albert sambil melipat kedua tangannya di dada. Sorot mata tajamnya menatap Ara yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk. "Hari ini aku akan memberitahumu cara merawat Albert. Apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukannya serta hal penting apa yang harus kau lakukan," ucapnya tegas. "Baik, nyonya," sahut Ara dengan posisi masih menundukkan kepalanya. "Panggil aku nyonya besa

    Last Updated : 2024-12-20
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D11. Rayuan Maut

    Ara sempat terkejut dengan sikap Albert yang menepis loyang tersebut. Ara bisa memahami isi hati Albert, kenapa bocah itu sampai menolak dan menepisnya. Mata Ara berkaca-kaca melihat Albert dan juga obat yang berceceran di lantai. Ara segera memungutnya agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan amarah atau teguran pada Ara. Lebih untungnya lagi Ara memunggungi CCTV. "Kenapa kau tidak mau minum obat?" "Aku tidak suka. Aku sehat dan aku tidak sakit. Lalu kenapa aku harus minum obat setiap hari. Obat itu sangat tidak enak, rasanya pahit. Aku sudah muak meminumnya," rengek Albert dengan mimik muka cemberut. Ara menghela napas panjang sambil menggerakkan kepalanya. Ara harus memutar otak untuk mencari cara agar Albert mau minum obat. Jika hal itu tidak dia lakukan, maka dia-lah yang akan kena marah. "Tuan muda, ingin makan sesuatu atau tidak?" rayu Ara. "Aku ingin makan permen," sahutnya sambil menatap Ara. Ara menggerakkan alisnya. "Tapi kau harus janji minum obat," k

    Last Updated : 2024-12-21
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D12. Ciuman Maut

    Ara membuka matanya saat ponselnya bergetar pada genggaman tangannya. Ara melirik layar ponselnya dan mengeja nama J-E-A-N. Ara memutarkan bola matanya dan menarik napas. "Tinggal satu atap, tapi kenapa harus begini caranya." Ara menggeser ikon hijau pada layar ponselnya dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya. "Halo, Ara. Apa kabar?" "Menurutmu?" "Aku yakin kau pasti senang tinggal di dalam sana. Kau sudah menjadi bagian dari maid senior. Enaknya lagi seminggu sekali kau pasti libur. Sungguh enak jadi dirimu di sana," oceh Jean. Ara hanya menarik napas dan mendengus kesal. "Pffff ... mudahnya bibirmu bicara, Jean. Kau tidak tahu jika aku seharian ini stres dan depresi," keluh Ara. "Tidak masalah kau mau stres atau depresi. Yang jelas seminggu sekali kau bisa libur. Kau bisa pergi keluar untuk membuang rasa penat yang kau rasakan selama kerja." "Makin lama aku ingin menj

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D72. Kontrak Perjanjian

    Kabar itu telah sampai di telinga Nyonya Merry dan wanita tua itu bergegas pergi. Nyonya Merry mengharapkan hal yang terbaik untuk ke depannya. Satu-satunya alasan yang membuat Nyonya Merry masih terus bersandiwara.Dia melahirkan seorang bayi laki-laki dan janji Nyonya Merry pun di penuhi. Dia membayar lunas pada gadis itu. Nyonya Merry begitu tampak sumringah mendapatkan bayi laki-laki yang berkulit putih dan dia begitu tampan. Wanita itu berharap jika kelak bayi itu membawa keberuntungan untuk dirinya dan juga Mandy, walaupun entah sekarang Mandy berada dimana.***Flashback 10 bulan yang lalu.Wajah Tessa tampak pucat saat mendengar vonis penyakit yang diderita oleh ayahnya dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tessa benar-benar merasa frustrasi dengan kejadian yang tengah menimpa dirinya. Tessa tidak bisa berbuat banyak karena posisinya juga masih sekolah. Sedangkan sang ibu juga tidak bisa berbuat banyak.Tessa terisak duduk di depan ruangan dokter. Tessa tidak sadar ji

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D71. Bayi Laki-laki

    Setelah kepergian Yosep, Mandy menahan rasa sakit yang cukup luar biasa. Beruntung Mandy masih mempunyai obat pereda rasa nyeri yang dulu dia minta dari Dokter Payne. Mandy hanya meminum obat tersebut saat rasa sakit itu menyerangnya. Tubuh Mandy benar-benar bergetar hebat, dia merasakan gemetaran diseluruh tubuhnya."Apa penyakitku semakin parah?" Tentunya Mandy sudah paham betul konsekuensinya saat dia mengambil keputusan menolak untuk dioperasi. Padahal Mandy bisa saja dioperasi pada saat itu dan dia tidak akan merasakan kesakitan yang sangat luar biasa.Mandy mellangkah gemetaran menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah meminum obatnya Mandy duduk dan terdiam sesaat untuk menunggu obat tersebut bekerja. Barulah setelah rasa sakit itu sirna sedikit demi sedikit, Mandy beranjak untuk mengambil sandwich yang dimaksud oleh Yosep tadi.Mandy menggigit sedikit demi sedikit untuk mengganjal perutnya yang sudah mulai lapar. Dia berniat setelah makan ingin segera beristirahat.Saat

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D70. Takdir Kehidupan

    Tidak ada yang bisa melawan takdir yang sudah digariskan oleh sang pemberi hidup. Kematian yang tidak bisa dicegah dan hal itu harus bisa diterima dengan lapang dada serta ikhlas melepaskannya. Itulah yang sedang dirasakan oleh Jacob. Mansion yang besar nan megah sekarang jadi terasa sangat sepi seperti halnya hati Jacob. Berbeda dengan Nyonya Merry yang begitu terlihat bahagia atas kematian Albert."Satu benalu lagi telah pergi. Tuhan benar-benar baik hati. Dia berpihak pada ku, jadi aku tidak perlu bersusah payah mengotori tanganku untuk menyingkirkan anak itu."Niat jahat memang selalu mulus di awal. Mungkin saat itu Nyonya Merry masih bisa tersenyum bahagia, tapi tidak untuk nanti.Sehari setelah kepergian Albert, Jacob sudah kembali disibukkan dengan rutinitasnya seperti biasa. Selama itu juga Jacob tidak pernah menanyakan keberadaan Mandy. Jacob terlihat acuh, ada atau tidak ada Mandy semua sama saja.Jacob merapikan dasi yang dia kenakan dan memakai jas, lalu meraih tas kerjan

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D69. Kematian dan Kelahiran

    Jacob menemukan Albert dalam keadaan sudah meninggal. Semua orang terlihat panik dan Jacob langsung membawa Albert ke Villa. Pagi itu juga Jacob dan dokter membawa Albert terbang ke Blackfort. Dua puluh menit setelah kepergian Albert, Ara sampai di villa milik Jacob dan bejalan tertatih-tatih menuju tempat favorit Albert. Namun, sayangnya Ara terlambat. Ara hanya menemukan setangkai mawar merah yang sudah sedikit layu serta beberapa bercak darah yang sudah mengering."Albert ...," ucap Ara lirih. Ara didampingi oleh Tobey."Tuan Muda Albert baru saja dibawa ke Blackfort, tapi dia sudah dalam keadaan meninggal," tutur seorang pegawai yang sedang berjaga di villa itu. "Aku terlambat. Aku telah jahat pada anak itu, Tobey ...." Ara menangis tersedu-sedu memeluk Tobey dengan erat. Rasa penyesalan menghantui Ara. Rasa itu begitu dalam tanpa bisa Ara bendung. Tangisan Ara pecah dan membuat semua orang yang ada di sana ikut larut dalam kesedihan atas kepergian Albert."Tuan, tadi aku menemuk

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D68. Albert Telah Meninggal

    Mansion tempat tinggal Jacob kembali ricuh karena tiba-tiba Albert kejang-kejang dan mimisan. Beruntung acara pesta ulang tahun Albert sudah berakhir.Jacob segera melarikan Albert ke rumah sakit dan Albert langsung mendapatkan penanganan langsung dari dokter yang sudah ahli. Di tengah kondisi Albert yang semakin memburuk, bocah itu selalu mengucapkan satu kata pada sang ayah, Jacob, "Ayah, aku ingin pergi ke Pulau Brillin untuk bertemu dengan ibu."Antara bingung ingin mengabulkannya atau tidak, tapi hal itu sangat tidak memungkinkan dan pihak dokter pun melarang keras agar Albert tidak pergi dari rumah sakit karena keadaannya yang sudah sangat parah serta bisa mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.Sementara itu di kota Daeson, Ara sudah selesai menulis sebuah surat dan bermaksud memberikan hadiah pada Albert beserta sepasang sepatu kecil untuk memberitahukan kabar bahagia. Ara begitu bahagia dan bersemangat. Ini adalah pertama kalinya setelah menikah Tobey melihat istrinya bisa

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D67. Permintaan Terakhir Albert

    Hari terus berganti begitu saja hingga minggu berlalu menjadi bulan. Tak terasa sudah tujuh bulan lamanya Jacob dan Ara berpisah. Keadaan Albert semakin parah, tubuhnya semakin kurus kering, rambutnya botak dan tidak lagi bisa tumbuh serta tubuhnya sudah tidak bertenaga seperti dulu.Setiap malam Albert selalu memanggil-manggil nama Ara dengan sebutan ibu. Hal itu terjadi setiap hari dan setiap malam karena rindu yang tidak kesampaian. Beberapa kali Jacob selalu membuainya dengan janji manis agar Albert mau minum obat.Semenjak kepergian Ara, tidak ada maid tetap yang mengurus dan merawat Albert. Jean yang sejatinya bersedia merawat Albert pun kewalahan karena bagaimana pun juga Jean bukan Ara yang bisa dengan tenang merawat Albert. Keadaan Albert begitu memprihatinkan sehingga Jacob harus sering meluangkan waktunya untuk menemani Albert di kamarnya karena Albert sudah tidak kuat untuk diajak berjalan-jalan keluar.Jacob selalu sabar ketika mendengar ocehan dari Albert yang selalu me

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D66. Budak Cinta (Bucin)

    Semua orang pasti diberi rasa untuk bisa mencintai seseorang dan semua orang pernah merasa sangat mencintai pasangan sampai rela melakukan apa saja demi dirinya, tanpa memedulikan diri sendiri. Tidak mau melihat sisi baik atau buruk nya seseorang yang dia cintai baginya dan tuli nya seseorang itu tidak mau mendengarkan sesuatu yang baik dan juga buruk dari nya. Itulah yang dinamakan budak cinta. Setiap orang yang pernah jatuh cinta dengan sangat sampai lupa akan segalanya dan akhirnya menyesali. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Mencintai seseorang dengan cara berlebihan memang salah. Apalagi sampai mengorbankan segalanya. "Bodohnya aku!" keluh Ara. Begitulah, Ara selalu menyalahkan dirinya, tapi dalam keadaan seperti itu, Ara masih mengharapkan kedatangan Jacob. Sebenarnya posisi Ara sangat beruntung ada pria yang bersedia menanggung beban dia. Bertanggung jawab akan keadaannya dan siap menjadi ayah dari bayi yang dikandungnya. Namun, bagi Tobey tentunya lain. Pasalnya Tob

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D65. Tidak Berkutik

    Nyonya Merry mengira jika Jacob sudah pergi ke kantor. Dia mulai bertingkah, merasa dirinya paling berkuasa. Nyonya Merry memarahi dua maid dan Albert yang tidak tahu apa-apa. Wanita paruh baya itu sering memarahi pegawainya, tapi tidak ada satu pun para pegawai yang berani melaporkan kepada Jacob dan pagi itu barulah Jacob melihat sendiri kelakuan sang mertua."Aku peringatkan pada ibu, jika ibu masih bertindak semena-mena di rumahku ini. Aku tidak segan untuk mengusir ibu dari rumah ini," hardik Jacob.Pernyataan Jacob langsung membuat Nyonya Merry kicep, bingung dan menundukkan kepalanya. Jujur saja Nyonya Merry baru kali ini melihat Jacob marah. Sebelumnya Jacob tidak pernah membantah.Jacob terus menatap ibu mertuanya itu dengan tatapan tajam. Entah apa yang ada dalam pikiran Jacob."Silakan ibu keluar dari kamar Albert jika memang ibu tidak kepentingan lain di kamar ini. Namun, jangan pernah masuk ke kamar ini jika hanya ingin memarahi seseorang," tutur Jacob. Jacob belum beranj

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D64. Ancaman Pengusiran

    Langkah kaki itu semakin mendekat. Jean dan Liz kembali melakukan aktivitas membereskan peralatan dapur yang baru mereka cuci. "Kalian berdua diperintahkan oleh Tuan Jacob untuk mengambil sisa makan malam di kamar tuan muda," ujar Georgina. Jean dan Liz bergegas menuju ke dalam rumah. Saat sampai di depan kamar Albert, Liz yang hendak mengetuk pintu terkejut ketika pintu itu terbuka dan muncul lah Jacob dari dalam. "Bereskan itu. Setelahnya kalian boleh istirahat." "Baik, tuan." Kedua segera masuk ke dalam dan mengambil piring dan gelas sisa makan malam sang tuan beserta putranya. "Tunggu. Aku perintahkan pada kalian, mulai besok kalian lah yang mengurus Albert. Usahakan agar dia mau makan dan minum obat. Entah bagaimana cara kalian. Akan kuberi upah dua kali lipat untuk kalian," jelas Jacob. Keduanya saling pandang antara ragu dan bingung, "Bagaimana?" lanjutnya bertanya. "Ehm, maaf tuan. Apa kita perlu pindah kamar?" Jean kembali memberanikan diri untuk bertanya. Jacob terhen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status