Beranda / Romansa / Maid Istimewa Tuan Arrogant / D7. Tersesat di dalam Rumah

Share

D7. Tersesat di dalam Rumah

Penulis: Cheezyweeze
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 20:18:35

Ara melirik Jean yang sudah tertidur pulas. Kedua mata Ara belum bisa diajak kerjasama. Badan Ara sudah sangat lelah, akan tetapi kedua mata Ara semakin lebar. Pastinya di dalam kepala Ara berkeliaran berbagai macam hal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu malam.

"Fyuh, kenapa kecelakaan itu justru membuatku dilema? Dia sudah tidak ada hubungan apa-apa denganku, tapi kenapa aku masih belum ikhlas?"

Bukan Ara tidak ikhlas akan hubungan Ryan dan Ellen, tapi Ara tidak ikhlas tentang hal lain.

Ya, betul sekali. Ara tidak mengikhlaskan soal tempat tinggalnya. Susah payah Ara mengumpulkan uang dan bisa membeli sebuah rumah untuk melepas lelah, tapi rumah itu sekarang telah menjadi milik orang lain bahkan mungkin akan menjadi hak dari rentenir yang mengejar-ngejar Ara. Bahkan Ara juga belum menunjukkan rumah itu pada sang ibu. Hati dan pikiran Ara saat itu benar-benar berantakan. Rasanya dia ingin meluapkan semua emosinya, tapi kepada siapakah Ara akan meluapkan emosinya? Jawabannya tentu saja tidak ada, karena dua orang itu sudah berpindah alam.

Banyak kenangan yang dilalui Ara dan Ryan, tapi kenapa Ellen harus menusuknya dari belakang?

"Apakah aku kurang menarik?" ujar Ara lirih sambil matanya menatap langit-langit kamar dan akhirnya Ara terlelap dalam tidurnya.

Pagi menyambut hangat. Saat Jean sudah bersiap untuk memulai aktivitasnya, gadis itu tidak melihat Ara.

"Di mana dia?"

Ternyata Ara sedang termenung. Jean mendekati Ara yang sedang berdiri di depan sebuah jendela kaca yang besar di salah satu sudut dapur. Ara terlihat melamun di sana, padahal masih jam kerja. Jean takut jika nanti ketahuan oleh Albertina atau Georgina, Ara akan kena tegur. Justru Jean khawatir jika Ara masih kepikiran soal berita kecelakaan kemarin siang. Jean menyentuh bahu Ara dan membuat gadis itu terkejut.

"Kau baik-baik saja hari ini?"

Ara menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku baik-baik saja kok. Pasti kau berpikiran jika aku sedih karena berita kecelakaan itu?" Ara menarik napas panjang kedua netranya menatap jauh ke seberang sana, lalu Ara membalikkan badannya dan berhadapan dengan Jean. "Semalaman aku tidak bisa tidur karena aku merenungkan diri. Aku berpikir untuk mencoba ikhlas akan semua yang aku alami, karena dengan ikhlas semua akan terasa ringan dan tidak ada beban. Aku pun mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri.

***

Hari demi hari telah dilalui oleh Ara. Seminggu sudah Ara bekerja di rumah keluarga Chase dalam keadaan damai dan tentram. Hingga pada hari ke delapan sebuah pengumuman mengejutkan diumumkan oleh Georgina selalu asisten nyonya besar Marry.

"Aku minta tiga orang di antara kalian mengantarkan makan malam ke kamar nyonya besar."

Akhirnya terpilih Ara, Jean, dan satu orang maid lainnya untuk membawa makan malam ke kamar nyonya besar. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Ara yang sangat ingin menghirup udara segar. Ara ingin melihat suasana di luar dapur karena kehidupan dia sehari-hari hanya di sekitar dapur dan kamarnya saja.

Ara terkesima dan dibuat takjub. Rumah tempat Ara bekerja seperti istana. Indah dan megah. Ara menatap langit-langit rumah dan setiap sudut rumah tersebut. Begitu sangat luas sehingga Ara lupa dari sudut pintu mana dia keluar.

"Ara, percepat langkahmu," tegur Jean yang heran melihat Ara seperti orang kampung yang baru saja datang ke kota.

Sampailah mereka di kamar Nyonya besar dan kembali Ara dibuat ternganga akan isi kamar nyonya besar yang super mewah. Ara sempat membandingkan kamar tersebut dengan rumah milik dirinya.

'Wah, luas kamar ini hampir sama persis dengan luar rumahku,' batin Ara.

"Kalian letakkan saja makanan itu di meja dekat sofa," kata wanita tua yang duduk dengan kaki menyilang sambil tangannya memegang segelas anggur merah.

Dengan cekatan ketiganya menaruh makanan itu di meja. Setelah menyelesaikan tugasnya dan memberi hormat segeralah ketiganya pamit. Namun, perasaan Ara masih dibuat kagum akan keindahan isi rumah keluarga Chase. Setelah keluar dari kamar nyonya besar, Ara dikejutkan dengan sebuah bola yang menggelinding dan menabrak sepatunya. Bola itu berasal dari kamar yang tidak jauh dari kamar nyonya besar, kamar yang hanya selisih satu kamar saja. Ara menunduk dan mengambil bola tersebut, lalu Ara menoleh dan mendapatkan seorang anak laki-laki sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap bola yang dipegang Ara.

"Bola ini milikmu?" Ara mengangkat tangan kanannya.

Anak laki-laki itu mengangguk dan meminta bola itu. Ara mengulurkan tangannya dan anak laki-laki tersebut meraih bola itu lalu menutup pintu kamarnya. Celakanya Ara pada saat itu. Ara kehilangan jejak dari dua rekan kerjanya. Ara tampak bingung karena di sana ada banyak pintu. Ara tidak ingat pintu yang mana yang harus dia tuju. Ara berlari dan terus mencari, akan tetapi Ara tidak menemukannya. Gadis cantik itu terus berputar mencari pintu menuju ke dapur, tapi usaha Ara gagal hingga membuat Ara kebingungan dan kelelahan.

Ara terlihat frustrasi karena Ara kembali berpijak di tempat di mana dia bertemu dengan anak laki-laki itu.

"Apa aku tersesat? Aku bisa gila kalau begini." Ara mengacak-acak rambutnya.

Ara kembali melangkahkan kakinya, akan tetapi tiba-tiba Ara menghentikan langkahnya karena telinga Ara dibuat penasaran oleh suara rintihan seorang perempuan. Ara melangkah beberapa langkah dan Ara tidak sengaja menoleh ke satu kamar yang pintunya terbuka lebar. Di waktu bersamaan kedua mata Ara beradu pandang dengan sepasang mata milik seorang pria tampan dan gagah tanpa busana yang tengah bercinta dengan sang istri.

Ara terdiam mematung dengan mulut menganga. Ara tidak percaya dengan apa yang dia lihat detik itu juga. Ara melihat wanita itu dengan posisi duduk di atas pangkuan sang suami sedang melakukan penetrasi untuk memuaskan suaminya. Kedua mata pria tampan itu menatap tajam ke arah Ara tanpa sepengetahuan sang istri yang sedang sibuk bermain kuda. Hampir tiga puluh detik Ara tidak sadar, sebelum akhirnya tersadar dari lamunannya. Ara segera membalikkan badannya dan pergi dari tempat itu sebelum nona besar mengetahui jika dia mengintip. Hingga akhirnya hubungan suami istri itu selesai dan wanita itu sadar jika dia lupa menutup pintu kamarnya.

"Maafkan aku sayang. Aku lupa menutup pintunya." Mengenakan piyama tidurnya sambil melangkah dan menutup pintu kamar.

"Jacob sayang, apakah kau ingin aku puaskan sekali lagi," bujuk Mandy sambil meraba dada Jacob.

"Tidak. Aku sudah tidak berselera," tolak Jacob sambil menikmati segelas Champagne. Sedangkan Mandy sibuk memberi rangsangan pada Jacob agar Jacob mau mengulangi aktivitas bercinta mereka.

Ara dibuat panas dingin setelah menonton adegan panas tersebut. Wajahnya pucat ditambah lagi dia tersesat dan belum menemukan pintu untuk kembali ke dapur.

"Ara!"

Jean menepuk pundak Ara hingga membuat Ara terkejut dan hampir pingsan. Jantungnya serasa berhenti berdetak dan matanya sempat berkunang-kunang. Saat Ara ditanya oleh Jean, Ara hanya diam membisu. Ara masih terngiang-ngiang akan tajamnya sorot mata si pria tampan.

Bab terkait

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D8. Maid Istimewa

    Malam itu Ara kembali tidak bisa tidur. Ara terus dibayangi oleh bayang-bayang si pemilik sorot mata tajam yang mengerikan. Ara dibuat dilema antara khawatir dan takut jika pertemuan hari itu akan membuat bencana serta boomerang bagi diri Ara. Pagi harinya semua bekerja seperti biasanya, akan tetapi ada yang berbeda dari Ara. Ara tampak lesu dan kurang semangat. Ara tidak seceria seperti biasanya bahkan sering membuat kesalahan. Saat Ara memasak, masakannya cenderung berasa asin. Sampai Ara kena tegur maid lainnya. Beruntung tidak ada maid senior di dapur pada saat itu. Jika ada salah satu maid senior atau asisten nyonya besar pasti Ara akan kena marah. Bisa jadi Ara akan dipecat. "Ara, untuk hari ini lebih baik kau jangan memasak. Aku takut jika nanti masakannya tidak enak," saran dari Jean dan Ara pun menerima saran dari Jean. Ara memilih untuk bergeser. Ara mengakui jika dirinya tidak cukup fokus pada hari itu. "Ara, tolong ambilkan talenan." "Ini ...." Ara menyodorkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D9. Pengasuh Baru

    Terpilihnya Ara menjadi pengasuh Albert membuat Jean senang, tapi tidak untuk Ara. Ara justru merasa jika posisinya menjadi seorang pengasuh di rumah itu adalah kutukan. Bagaimana tidak? Posisi itu mengharuskan Ara harus pindah dan masuk ke dalam rumah serta menempati kamar khusus. Bagi Jean menjadi pengasuh Albert adalah penghargaan besar karena pasti upah kerja akan lebih besar dari hanya seorang maid yang berkecimpung di dapur saja. Jean terus memberi semangat agar mental Ara kuat dan bahagia jika sudah pindah ke dalam. Banyak maid yang merasa iri pada Ara dan mereka menggosipkan Ara ke sana dan kemari. Banyak yang ingin naik jabatan tapi hal itu jarang terjadi. Beruntungnya Ara terpilih dan yang memilihnya langsung adalah Tuan Besar Jacob. Ara memutuskan untuk mengemasi barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas. "Aku bingung dengan sikapmu itu, Jean. Apa kau senang jika aku tidak satu kamar denganmu lagi. Apa kau terganggu dengan rekan sekamar mu ini yang selalu berisik,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D11. Dasar Ular Medusa

    Kehadiran wanita paruh baya itu membuat Ara langsung berdiri tegap serta memberi hormat dengan membungkukkan badannya. Begitu juga dengan Albert yang langsung bangun dan menundukkan kepalanya. Situasi terlihat aneh dan membuat Ara tidak berani berkata apa-apa saat wanita paruh baya itu mendekatinya. Wanita paruh baya itu berdiri di depan ranjang Albert. Melirik Ara, lalu beralih melirik Albert. Ara semakin menundukkan kepalanya. "Albert, cepat mandi!" "Iya, nek." Albert segera berlari masuk ke dalam kamar mandi dan dia ditemani oleh maid yang lain. Wanita paruh baya itu duduk di ranjang Albert sambil melipat kedua tangannya di dada. Sorot mata tajamnya menatap Ara yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk. "Hari ini aku akan memberitahumu cara merawat Albert. Apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukannya serta hal penting apa yang harus kau lakukan," ucapnya tegas. "Baik, nyonya," sahut Ara dengan posisi masih menundukkan kepalanya. "Panggil aku nyonya besar. Kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D12. Rayuan Maut

    Ara sempat terkejut dengan sikap Albert yang menepis loyang tersebut. Ara bisa memahami isi hati Albert, kenapa bocah itu sampai menolak dan menepisnya. Mata Ara berkaca-kaca melihat Albert dan juga obat yang berceceran di lantai. Ara segera memungutnya agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan amarah atau teguran pada Ara. Lebih untungnya lagi Ara memunggungi CCTV. "Kenapa kau tidak mau minum obat?" "Aku tidak suka. Aku sehat dan aku tidak sakit. Lalu kenapa aku harus minum obat setiap hari. Obat itu sangat tidak enak, rasanya pahit. Aku sudah muak meminumnya," rengek Albert dengan mimik muka cemberut. Ara menghela napas panjang sambil menggerakkan kepalanya. Ara harus memutar otak untuk mencari cara agar Albert mau minum obat. Jika hal itu tidak dia lakukan, maka dia-lah yang akan kena marah. "Tuan muda, ingin makan sesuatu atau tidak?" rayu Ara. "Aku ingin makan permen," sahutnya sambil menatap A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D1. Sakit Hati

    "Apa aku harus menghamilimu juga seperti Ellen?"Ara mematung kala mengingat ucapan mantan kekasihnya beberapa waktu lalu.Hubungan mereka sejak SMA hancur begitu saja karena pengkhianatan pria itu dengan sahabat Ara!Parahnya lagi, rumah yang dia beli dengan uang hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun agar dapat memboyong Ibunya di ibu kota, justru digadaikan pria brengsek ituStress dan trauma membuat Ara menjadi tidak fokus dalam bekerja. Dia sering kena tegur oleh atasannya dan berakhir dipecat.Sungguh benar-benar malang nasib Ara.Hari-hari dia lalui dengan begitu berat, membuatnya tak punya arah dan tujuan hidup.Namun tadi sore, Ara menemukan fakta bahwa penagih utang mengejar dirinya! "Aku harus bagaimana sekarang?" lirih Ara kala berhenti di sebuah jembatan kecil.Didekatinya sisi jembatan tersebut.Menoleh ke bawah dan melihat derasnya air yang mengalir.Terbesit sudah dalam pikiran Ara untuk bunuh diri dan terjun dari jembatan itu. Namun, dilema mulai menghantuinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D2. Dewa Penolong

    "Kau bisa beristirahat di kamar ini. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu dan aku letakkan di atas kasur gulung," jelas Barnes. "Pa-pakaian untukku," balas Ara kikuk. "Jangan salah paham. Aku tinggal dengan adikku dan pakaian yang aku siapkan untukmu itu adalah pakaian milik adikku," jelas Barnes. "A-adikmu?" Ara merasa tidak enak. Barnes tersenyum melihat reaksi Ara. "Iya, adikku. Aku pikir ukuran pakaian adikku sama persis denganmu. Kau tidak perlu sungkan seperti itu. Anggap saja di rumah sendiri," jelas Barnes. "Lalu di mana adikmu?" tanya Ara karena sedari tadi Ara tidak melihat siapapun selain dirinya dan Barnes. "Adikku tidak di rumah. Dia kerja di rumah keluarga yang sangat kaya raya. Mungkin besok dia akan pulang ke rumah dan aku akan coba menanyakan padanya apakah di tempat dia kerja sedang membutuhkan tenaga?" "Aku jadi merepotkan mu," ujar Ara lesu. "Tidak masalah. Sesama perantauan harus saling tolong menolong. Kau bisa beristirahat dulu, aku akan membersi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D3. Pulang

    "Kenapa kau kunci pintunya?" ucap Barnes. Ara menepuk jidatnya sendiri, gadis itu benar-benar lupa jika pintunya dia kunci. "Ma-af, aku menguncinya karena tadi aku pergi mandi dan aku lupa membuka kuncinya," tutur Ara.Wajahnya menjadi merah seperti tomat, tapi selang beberapa menit Ara mengubah mimik wajahnya saat melihat gadis yang ada di belakang Bernas. "Oiya ... Ara, perkenalkan ini adikku." Bernas menarik tangan gadis itu hingga berdiri berjajar dengannya. "Halo ...," sapa gadis itu dengan ramah. Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Ara. Justru Ara terlihat masih sedikit canggung. Namun, akhirnya Ara membalas uluran tangan dari gadis itu. "Namaku Jean," lanjutnya tersenyum. "Aku———Ara," balas Ara sambil tersenyum.Dibalik senyuman itu, Ara mengira jika Jean adalah sosok gadis yang jutek.*** "Kau sedang mencari pekerjaan?" tanya Jean disela-sela makan malamnya bersama dengan Barnes dan juga Ara. "Eh, serius makanan ini enak sekali," lanjut Jean memuji masakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D4. Maid Cantik

    "Kenapa kau malah bengong di situ? Kau bisa masak atau tidak? Jika kau tidak bisa masak maka kau akan gugur!" Albertina menatap tajam pada Ara. "Kau tahu kan lowongan kerja apa yang sedang kami cari?" "Anda sedang mencari Chef," jawab Ara tegas kala tersadar. "Lalu kenapa kau masih bengong di situ? Kau bisa memasak?" "Eh--anu--itu---" "Ganti!" sela Albertina. "Tunggu! Maafkan Aku." "Masih banyak yang antri dan kau tidak masuk dalam kriteria." "Bagaimana bisa anda bilang jika aku tidak termasuk dalam kriteria, sedangkan anda sama sekali belum mempekerjakan ku." "Semua keputusan ada di tanganku." "Hmm ... jika kau mencari yang sempurna, maka semua yang antri di sini tidak ada yang masuk dalam kriteria," celetuk Ara membela dirinya sendiri juga yang lainnya. Pelayan di samping Albertina berbisik disusul senyum manis di bibir Albertina. "Baiklah. Kau diterima bekerja di sini.".... "A-apa? Aku diterima?" Ara terlihat tidak percaya. "Tidak diterima salah, diterima

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D12. Rayuan Maut

    Ara sempat terkejut dengan sikap Albert yang menepis loyang tersebut. Ara bisa memahami isi hati Albert, kenapa bocah itu sampai menolak dan menepisnya. Mata Ara berkaca-kaca melihat Albert dan juga obat yang berceceran di lantai. Ara segera memungutnya agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan amarah atau teguran pada Ara. Lebih untungnya lagi Ara memunggungi CCTV. "Kenapa kau tidak mau minum obat?" "Aku tidak suka. Aku sehat dan aku tidak sakit. Lalu kenapa aku harus minum obat setiap hari. Obat itu sangat tidak enak, rasanya pahit. Aku sudah muak meminumnya," rengek Albert dengan mimik muka cemberut. Ara menghela napas panjang sambil menggerakkan kepalanya. Ara harus memutar otak untuk mencari cara agar Albert mau minum obat. Jika hal itu tidak dia lakukan, maka dia-lah yang akan kena marah. "Tuan muda, ingin makan sesuatu atau tidak?" rayu Ara. "Aku ingin makan permen," sahutnya sambil menatap A

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D11. Dasar Ular Medusa

    Kehadiran wanita paruh baya itu membuat Ara langsung berdiri tegap serta memberi hormat dengan membungkukkan badannya. Begitu juga dengan Albert yang langsung bangun dan menundukkan kepalanya. Situasi terlihat aneh dan membuat Ara tidak berani berkata apa-apa saat wanita paruh baya itu mendekatinya. Wanita paruh baya itu berdiri di depan ranjang Albert. Melirik Ara, lalu beralih melirik Albert. Ara semakin menundukkan kepalanya. "Albert, cepat mandi!" "Iya, nek." Albert segera berlari masuk ke dalam kamar mandi dan dia ditemani oleh maid yang lain. Wanita paruh baya itu duduk di ranjang Albert sambil melipat kedua tangannya di dada. Sorot mata tajamnya menatap Ara yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk. "Hari ini aku akan memberitahumu cara merawat Albert. Apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukannya serta hal penting apa yang harus kau lakukan," ucapnya tegas. "Baik, nyonya," sahut Ara dengan posisi masih menundukkan kepalanya. "Panggil aku nyonya besar. Kau

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D9. Pengasuh Baru

    Terpilihnya Ara menjadi pengasuh Albert membuat Jean senang, tapi tidak untuk Ara. Ara justru merasa jika posisinya menjadi seorang pengasuh di rumah itu adalah kutukan. Bagaimana tidak? Posisi itu mengharuskan Ara harus pindah dan masuk ke dalam rumah serta menempati kamar khusus. Bagi Jean menjadi pengasuh Albert adalah penghargaan besar karena pasti upah kerja akan lebih besar dari hanya seorang maid yang berkecimpung di dapur saja. Jean terus memberi semangat agar mental Ara kuat dan bahagia jika sudah pindah ke dalam. Banyak maid yang merasa iri pada Ara dan mereka menggosipkan Ara ke sana dan kemari. Banyak yang ingin naik jabatan tapi hal itu jarang terjadi. Beruntungnya Ara terpilih dan yang memilihnya langsung adalah Tuan Besar Jacob. Ara memutuskan untuk mengemasi barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas. "Aku bingung dengan sikapmu itu, Jean. Apa kau senang jika aku tidak satu kamar denganmu lagi. Apa kau terganggu dengan rekan sekamar mu ini yang selalu berisik,"

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D8. Maid Istimewa

    Malam itu Ara kembali tidak bisa tidur. Ara terus dibayangi oleh bayang-bayang si pemilik sorot mata tajam yang mengerikan. Ara dibuat dilema antara khawatir dan takut jika pertemuan hari itu akan membuat bencana serta boomerang bagi diri Ara. Pagi harinya semua bekerja seperti biasanya, akan tetapi ada yang berbeda dari Ara. Ara tampak lesu dan kurang semangat. Ara tidak seceria seperti biasanya bahkan sering membuat kesalahan. Saat Ara memasak, masakannya cenderung berasa asin. Sampai Ara kena tegur maid lainnya. Beruntung tidak ada maid senior di dapur pada saat itu. Jika ada salah satu maid senior atau asisten nyonya besar pasti Ara akan kena marah. Bisa jadi Ara akan dipecat. "Ara, untuk hari ini lebih baik kau jangan memasak. Aku takut jika nanti masakannya tidak enak," saran dari Jean dan Ara pun menerima saran dari Jean. Ara memilih untuk bergeser. Ara mengakui jika dirinya tidak cukup fokus pada hari itu. "Ara, tolong ambilkan talenan." "Ini ...." Ara menyodorkan

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D7. Tersesat di dalam Rumah

    Ara melirik Jean yang sudah tertidur pulas. Kedua mata Ara belum bisa diajak kerjasama. Badan Ara sudah sangat lelah, akan tetapi kedua mata Ara semakin lebar. Pastinya di dalam kepala Ara berkeliaran berbagai macam hal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu malam. "Fyuh, kenapa kecelakaan itu justru membuatku dilema? Dia sudah tidak ada hubungan apa-apa denganku, tapi kenapa aku masih belum ikhlas?" Bukan Ara tidak ikhlas akan hubungan Ryan dan Ellen, tapi Ara tidak ikhlas tentang hal lain. Ya, betul sekali. Ara tidak mengikhlaskan soal tempat tinggalnya. Susah payah Ara mengumpulkan uang dan bisa membeli sebuah rumah untuk melepas lelah, tapi rumah itu sekarang telah menjadi milik orang lain bahkan mungkin akan menjadi hak dari rentenir yang mengejar-ngejar Ara. Bahkan Ara juga belum menunjukkan rumah itu pada sang ibu. Hati dan pikiran Ara saat itu benar-benar berantakan. Rasanya dia ingin meluapkan semua emosinya, tapi kepada siapakah Ara akan meluapkan emosinya? Jawaba

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D6. Kabar Buruk

    Mendengar teriakan sang nyonya tua, Albertina dan Georgina berlari menghadap Nyonya Marry. Wanita tua itu terlihat sangat kesal. Mandy sempat melarang ibunya itu, akan tetapi Mandy adalah anak yang selalu disetir oleh ibunya. Mandy tidak bisa melarang kehendak sang ibu. Namun, malam itu Mandy berani memprotes ibunya. "Ibu, sudahlah. Tidak perlu diperbesar. Tamu ku dari Korea, wajar saja jika aku meminta para chef untuk memasak masakan Korea," tutur Mandy. Mendengar penuturan Mandy, Marry memilih diam. Terlebih lagi saat para tamu mengomentari tentang menu makan malam pada saat itu. "Siapa yang memasak sup kuah ini? Rasanya sama persis seperti yang ada di negara Korea," puji salah satu tamu. Mandy langsung menyuruh Albertina dan Georgina untuk kembali ke tempatnya. Marry pun membalikkan badannya dan tersenyum pada tamu itu, begitu juga dengan Mandy. "Benarkah?" ujar Marry memastikan. Tamu itu menganggukkan kepalanya. "Kami memang punya chef yang sangat berpengalaman. Itupun kami da

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D5. Tugas Pertama

    "Hah? Apa?" sahut Ara melongo. "Ah, sudahlah. Aku terlalu capek saat mengobrol dengan mu untuk saat ini. Aku seperti sedang bicara dengan patung." Jean memangku dagunya sendiri. Jean terlihat merajuk pada Ara. Ara pun berusaha untuk menghiburnya. Celotehan Ara berhasil membuat Jean tertawa. Bagaimana pun juga kedatangan Ara di rumah keluarga Chase memberi warna yang berbeda. Kadang sikap polos Ara membuat para maid yang bekerja di rumah itu menjadi heran, terkadang Ara juga bisa tegas. "Ara, apakah kau punya kepribadian ganda?" tanya seorang maid yang baru saja masuk ke dapur. "Hah? Enak saja kau bilang aku punya kepribadian ganda," protes Ara. Dapur kembali ramai karena celotehan Ara dan maid-maid lainnya, tapi setelah itu dapur yang ukurannya sangat besar seperti dapur di restoran ternama mendadak menjadi hening. Albertina masuk ke dalam dapur bersama dengan Georgina. Mereka berdua adalah maid senior di rumah itu. Mereka lah yang paling awet bekerja di sana. Kedua maid

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D4. Maid Cantik

    "Kenapa kau malah bengong di situ? Kau bisa masak atau tidak? Jika kau tidak bisa masak maka kau akan gugur!" Albertina menatap tajam pada Ara. "Kau tahu kan lowongan kerja apa yang sedang kami cari?" "Anda sedang mencari Chef," jawab Ara tegas kala tersadar. "Lalu kenapa kau masih bengong di situ? Kau bisa memasak?" "Eh--anu--itu---" "Ganti!" sela Albertina. "Tunggu! Maafkan Aku." "Masih banyak yang antri dan kau tidak masuk dalam kriteria." "Bagaimana bisa anda bilang jika aku tidak termasuk dalam kriteria, sedangkan anda sama sekali belum mempekerjakan ku." "Semua keputusan ada di tanganku." "Hmm ... jika kau mencari yang sempurna, maka semua yang antri di sini tidak ada yang masuk dalam kriteria," celetuk Ara membela dirinya sendiri juga yang lainnya. Pelayan di samping Albertina berbisik disusul senyum manis di bibir Albertina. "Baiklah. Kau diterima bekerja di sini.".... "A-apa? Aku diterima?" Ara terlihat tidak percaya. "Tidak diterima salah, diterima

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D3. Pulang

    "Kenapa kau kunci pintunya?" ucap Barnes. Ara menepuk jidatnya sendiri, gadis itu benar-benar lupa jika pintunya dia kunci. "Ma-af, aku menguncinya karena tadi aku pergi mandi dan aku lupa membuka kuncinya," tutur Ara.Wajahnya menjadi merah seperti tomat, tapi selang beberapa menit Ara mengubah mimik wajahnya saat melihat gadis yang ada di belakang Bernas. "Oiya ... Ara, perkenalkan ini adikku." Bernas menarik tangan gadis itu hingga berdiri berjajar dengannya. "Halo ...," sapa gadis itu dengan ramah. Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Ara. Justru Ara terlihat masih sedikit canggung. Namun, akhirnya Ara membalas uluran tangan dari gadis itu. "Namaku Jean," lanjutnya tersenyum. "Aku———Ara," balas Ara sambil tersenyum.Dibalik senyuman itu, Ara mengira jika Jean adalah sosok gadis yang jutek.*** "Kau sedang mencari pekerjaan?" tanya Jean disela-sela makan malamnya bersama dengan Barnes dan juga Ara. "Eh, serius makanan ini enak sekali," lanjut Jean memuji masakan

DMCA.com Protection Status