Beranda / Romansa / Mahar 700 juta dari Tuan Satya / Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

Share

Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

Penulis: BintangFajar
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-19 23:49:02

Qinan menghela nafasnya panjang. Ia hanya bisa menatap kepergian Satya tanpa menahannya dengan sepatah katapun. Sepertinya bicarapun untuk apa, Qinan siapa bagi Satya saat ini?

Ya, walaupun sebenarnya ingin ia berteriak meminta Satya agar tak perlu mengejar Sofiana. Lalu membeberkan kelakuan wanita pujaan Satya yang sesungguhnya. Tapi mana bisa?Lagi-lagi Qinan itu siapa bagi Satya? Punya posisi apa ia di hati Satya? Dan yang jelas, punya bukti apa?

Baiklah, untuk saat ini biar Qinan tahan dan perpanjang stok kesabarannya dulu. "Perjalananmu baru akan dimulai, Qinandra Larasati. Bermainlah dengan cantik kalau perlu lebih cantik dari permainan Sofiana itu," lirih Qinan. Ia tersenyum smirk kemudian. "Cih, airmata buaya." Rasanya Qinan ingin tertawa saat melihat akting Sofiana tadi, menangis? Wow.

Ya, mungkin Qinan juga nantinya harus belajar demikian.

°°°

Sementara Qinan melewati malamnya sendirian di Rumah Sakit. Satya dan Sofiana kini tengah berdua di apartemen milik Satya, yang saat ini ditempati Sofiana. Satya terpaksa ke sana karena ia rasa itu adalah tempat terbaik keduanya bicara dengan kepala dingin tanpa merasa terganggu oleh apapun dan siapapun. Di sini mereka bebas menyuarakan apa saja, pun Satya bebas melakukan apapun pada Sofiana.

"Aku hanya takut kamu berpaling dariku, biar bagaimanapun gadis itu lebih muda dariku. Dan kalau aku lihat-lihat dia cukup cantik," ujar Sofiana setelah perdebatan panjang mereka. Sofiana berucap lirih sambil menunduk. Satya raih dagu Sofiana agar menghadap ke arahnya, ia seka lembut airmata yang mengaliri pipi putih Sofiana.

"Dari dulu aku selalu di kelilingi wanita cantik. Tapi dari dulu juga aku hanya mencintaimu, Sof. Kamu tau aku sangat mencintaimu, dan jatuh cinta bukan keahlianku." Satya katakan itu dengan menatap dalam kedua netra hitam Sofiana.

"A-aku hanya takut kehilangamu Sat," ucap Sofiana lagi. Untuk satu hal ini Sofiana memang sungguh-sungguh mengatakannya. Memang tulus dari dalam hatinya. Ia memang takut Satya mulai mencintai Qinan.

Sofiana memang mencintai Satya, biarpun cintanya tak lagi tulus seperti semula, tapi tetap saja melibat Satya mulai perhatian pada wanita lain membuat hati Sofiana merasakan cemburu. Apalagi jika mengingat posisinya yang belum menjadi apa-apanya Satya, ia merasa posisinya sedikit terancam.

"Kalau begitu menikahlah denganku. Maka ketakutanmu akan berakhir," pungkas Satya. Satya juga lelah menjalani hubungan tanpa status dengan wanita yang begitu dicintainya. Ia ingin menempatkan wanita itu di posisi yang seharusnya. Sebagai istrinya.

"Kamu bahkan sudah menikah dengan perempuan lain Sat,"

"Aku akan menceraikannya segera lalu menikah denganmu. Jangan pusingkan itu,"

Andai itu dulu, jelas Sofiana langsung anggukan kepalanya dan menyerukan kata 'ya' dengan yakinnya. Tapi sekarang semuanya berbeda, hinaan keluarga Satya dulu masih terngiang jelas di memory otak Sofiana. Begitu dalam dan menyayat, sampai membelokkan cinta Sofiana yang dulunya tulus menjadi keruh bercampur sebuah dendam yang akan ia tuntaskan.

Sofiana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Satya. Jelas itu membuat dahi Satya berkerut, cekalan di dagu Sofiana mengendur, seiring tatapan teduh Satya yang juga memudar menjadi keraguan.

"Kalau begitu semua yang kamu ucapkan tadi bohong. Kamu nggak takut kehilanganku sama sekali," tegas Satya yang mulai malas membahas hal serupa. Sofiana selalu menolak saat Satya mengajaknya menikah.

"Bukannya aku nggak mau menikah sama kamu Sat. Aku mau, aku mau menikah dan jadi istri sahmu juga. Tapi aku tanya sekarang, apa orang tuamu akan merestuinya? Apa mereka akan memberi restu jika kamu menikah dengan wanita kelas rendahan seperti aku ini sekarang?"

Alasan itu lagi, dan selalu itu yang Sofiana lontarkan. Satya sampai tak paham apa itu hanya alasan atau memang betul sumber kegundahan Sofiana.

"Aku yakin mereka nggak akan setuju Sat, nggak akan! Mereka tetap sama, hanya menganggapku sebagai wanita murahan yang menikah sama kamu kareja mengincar hartamu."

"Berhenti bicarakan itu Sof! Aku tau kamu bukan wanita seperti itu."

"Tapi sayangnya mereka nggak tau Sat, bahkan kamu sendiri nggak bisa menyakinkan mereka kalau aku bukan wanita seperti itu Sat."

Satya menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya dengan kasar. Satya kini berusaha meyakinkan Sofiana lagi, ia raih kedua bahu Sofiana dengan tangannya. Ia tatap netra hitam wanitanya dalam-dalam. "Aku mohon maafkan ucapan orangtuaku, maafkan mereka Sof. Kalau kamu terus seperti ini, hanya akan menghambat laju hubungan kita kedepannya. Aku ingin segera menikah denganmu, hanya itu."

"Aku juga sama. Tapi bukan dengan status wanita rendahan seperti yang orangtuamu katakan, melainkan dengan status yang sepadan." Sofiana turunkan kedua tangan Satya dari bahunya, pelan. "Mulai besok aku akan bekerja di ZaZ.group. Aku harap kamu nggak menghalangi niatku," ucap Sofiana dengan tegas.

"A-Apa? ZaZ.group? Kalau kamu mau bekerja bisa denganku langsung Sof, kenapa harus ZaZ.group?" Satya menatap Sofiana dengan kecewa.

Sofiana mendecih pelan. "Kalau aku bekerja denganmu, sama aja nggak akan merubah apapun tentang pandangan orang tuamu terhadapku Sat. Aku harap kamu mengerti dengan keputusanku. Aku hanya ingin bisa bersanding denganmu dengan kata layak untuk mereka. Dituding benalu dan wanita yang hanya mengincar hartamu itu nggak enak Sat, sakit!"

'Terlalu sakit, sampai perkataan itu sendiri akhirnya menjadi tujuanku menjalin hubungan denganmu Sat.'

'Jangan salahkan aku jadi begini Sat, itu semua karena do'a yang selalu mereka lontarkan terang-terangan di depanku. Yang aku lakukan ke depannya hanya sebatas mengabulkan do'a dan keinginan mereka.'

Bab terkait

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 10 : Semua Aman

    "Kamu nggak perlu khawatir Sayang, aku hanya perlu dukunganmu. Aku akan tetap meluangkan waktu untukmu, juga Sean. Datang ke sini setiap kamu merindukanku, aku akan selalu siap menemanimu." Sofiana kalungkan lengannya di leher Satya, sementara tangan satunya menari di rahang tegas Satya. Jambang tipis milik lelaki matang itu masih menjadi favoritnya. Berhenti dibenda kenyal kemerahan milik Satya, Sofiana usap lembut kemudian mendaratkan bibirnya di sana, singkat."Asal itu bukan di jam kerja. Datanglah kapanpun kamu mau," sambungnya lagi. Tangan Sofiana mulai bergerak turun dan berhenti pada dada bidang Satya."Keputusanmu membuatku kecewa Sof,""Iya aku tau. Aku siap mendapat hukuman darimu."Sofiana bergerak mundur dengan tangannya tetap berada di posisi semula. Sofiana menjatuhkan diri ke ranjang yang artinya juga Satya ikut terbawa bersamanya. Tatapan mereka saling mengunci. Hingga setelahnya mereka tak bisa lagi terkendali. Di saat rindu itu sendiri belum terbayar tuntas, emosi,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 11 : Rahasia

    "Satya juga sudah memberikannya Ma. Sean itu cucu Mama!" Satya langsung terpancing emosi saat Iriana membahas cucu. Ya, dari dulu Iriana memang tak pernah menganggap Sean sebagai cucunya."Mama nggak yakin dia itu anakmu." Iriana mengucapkan itu dengan renyah, lalu dengan santainya duduk menyilangkan kaki."Ma!" Suara Satya meninggi. Wajah Satya memerah karena dikuasai marah. Sepatah kalimat yang diucapkan mamanya dengan santai itu begitu menyayat hati Satya. Gemuruh di dadanya meletup setiap kali membahas Sean dengan mamanya. "Sampai kapanpun Mama nggak akan anggap dia cucu Mama Sat!" Iriana tekankan lagi kalimatnya. Yang artinya sama saja mengobar bara api yang sudah menyala di dada Satya, Satya bergerak maju karena tak terima akan ucapan mamanya."Apa aku juga bukan anak Papa?!" Kata yang sejak lama ingin Satya lontarkan akhirnya terucap juga. Dengan sungguh-sungguh Satya tanyakan itu. "Jaga ucapanmu Sat! Jelas kamu ini anak Mama dan Papa!" Iriana yang tak t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 12 : Ada apa denganmu Sat?

    "Apa rencana kamu sebenarnya?" tanya Satya usai menutup pintu kamarnya."Nggak ada, aku cuma ngelakuin perintah kamu aja," jawab Qinan sambil berjalan menuju lemari. Menyiapkan baju kerja untuk suaminya. Jalannya sudah tak tertatih, Qinan itu strong. Kemarin juga tak terlalu sakit sebenarnya. Hanya saja ia mengabulkan permintaan Sean. Mengulur waktu agar bocah itu menyiapkan mentalnya untuk bertemu Sofiana."Apa kamu sadar, dengan kamu mengajak Mama tinggal di sini, itu sama aja ngundang masalah baru." Satya mengekori langkah Qinan dan berhenti di dekatnya. Qinan hentikan gerakannya sebentar, lalu meraup udara banyak-banyak."Kamu itu ngomong apa si Mas? Dia itu Mama kamu loh, berarti selama ini kamu anggap Mama sebagai sumber masalah?" tanya Qinan pada Satya."Bisa-bisanya kamu bicara sesantai itu setelah melihat sendiri kelakuan Mama tadi pagi," ucap Satya. Ia mendecih, menatap remeh pada Qinan."Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau aku punya anak kaya k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 13 : Apa Om pernah tanya?

    Krumpyaaangg!Suara sumbang dari kamar sebelah membuat Qinan berjingkat mundur dan segera melepaskan diri dari Satya. Ia canggung dan kikuk sendiri, untuk menatap Satya ia tak berani. Ia sendiri tak tau sejak kapan ia jadi seberani ini. Memulai lebih dulu? Ah, Qinan mendekati gila rupanya.Satya sendiri tercekat. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Tak seharusnya ia melakukan hal itu dengan Qinan. Dia dan seluruh hatinya adalah milik Sofiana. Melakukan hal itu membuatnya merasa telah mengkhianati belahan jiwanya itu."Urus Sean!" titah Satya segera karena yakin suara itu berasal dari kamar Sean. Setelahnya ia berlalu keluar kamar tanpa sepatah katapun lagi. Barang hanya menengok wajah Qinan yang sudah seperti orang cengo pun tidak.'Kamu benar-benar sudah memulai langkahmu Qinan? Nggak papa, itu nggak salah Qinan. Satya itu suamimu!'Qinan katakan itu pada dirinya sendiri sebab tak karuan sekali menahan gejolak di dalam sana. Berdebar, gemetar, dan ... juju

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 1 : Tidak menjual cerita sedih

    "Haarggghhh ... !" Qinan acak-acak rambutnya frustasi. Penampilannya saat ini hampir tak layak. Wajah pucat, kantung mata menghitam, wajah penuh peluh dan rambut yang baru saja ia buat berantakan.Dipikir sampai gila pun jawabannya akan tetap sama. Tak ketemu! Tak ada! Tak akan dapat! Bagaimana pula dalam waktu yang hanya tersisa tujuh jam ia akan menemukan malaikat yang akan memberinya uang sebesar tujuh ratus juta.Salahnya memang diberi waktu 3 hari dari pihak Rumah Sakit tapi tak ia gunakan dengan baik. Dengan percaya diri Qinan mengira akan mendapatkan uang itu dengan cara yang benar dan elegan. Bekerja atau meminjam di bank bank misalnya. Hasilnya? Sudah jelas sekarang bahwa semuanya adalah NIHIL! NOL BESAR yang ia dapat, tanpa angka tujuh sebagai pembuka."Apa aku terima saja tawaran dari Tante Esma?"Sebuah ide gila muncul dengan silaunya di otak Qinan yang sudah mulai keruh, sangat keruh. Ia tak menemukan cara lain yang lebih mustajab dibanding ide gila itu. Qinan yakin sekar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 2 : Mahar 700 juta

    "Saya tidak berminat bercanda denganmu Om." balas Qinan dengan raut datar. Sebenarnya ia sedang menyadarkan dirinya sendiri yang mungkin saat ini sedang berkhayal terlalu tinggi. Bukannya apa ia hanya takut saking tingginya sampai melampaui batas yang seharusnya lalu akhirnya sakit karena jatuhnya terlalu dalam jika sadar."Saya serius! Ikut saya ke mobil."Qinan coba telisik wajah Satya, barangkali ia memang bercanda tingkat dewa dan Qinan sebagai pihak penonton yang tak paham. Tapi ternyata tak seperti itu. Satya memang serius."Tak selalu harus terjun ke jurang saat kamu menemui jalan buntu. Putar balik pun tidak apa. Kadang solusimu terlewat tanpa kamu sadari," ucap Satya lagi yang menyadari jika Qinan meragukannya. "Dan untuk kali ini, bukan terlewat. Tapi saya yang menghalangimu menemukan solusi. Masuklah ke mobil sebelum mereka melihatmu."Qinan angguki tawaran Satya. Ia melangkah menuju mobil dengan Satya memapahnya. Tak ingin salah paham dan gagal fokus. Tapi Qinan akui ia se

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 3 : Sof?

    "I-Ini rumah Om?" tanya Qinan. Ia menatap takjub pada bangunan rumah lantai 3 beserta beberapa mobil berbaris rapi di garasi. Halamannya juga luas dan terdapat air mancur sebagai pusatnya."Tutup mulutmu atau nanti semua lalat akan masuk," Satya berucap tanpa ekspresi."Kekagumanmu akan bertambah-tambah nanti saat masuk. Jadi jangan perlihatkan semuanya di sini!" sambungnya lagi.'Ck, sombong juga kalau sudah masuk kandangnya,' batin Qinan.Benar kata Satya, begitu manapakan kaki dalam hunian itu, decak kagum tak bisa Qinan sembunyikan dari wajahnya. Mimpi apa Qinan semalam, sampai ia begitu beruntung hari ini, bertubi-tubi keberuntungannya. Sudah beres soal ayahnya saja Qinan lebih dari bersyukur. Lebih-lebih kini ia dalam waktu singkat sudah menjadi istri seorang rupawan dan hartawan macam Satya. Istri sah pula. Bukankah ini lebih dari ekspetasinya.Dan, jika ini mimpi Qinan berharap agar tidak bangun saja. Terlalu sayang untuk dilewatkan. Ataukah mungkin ini adalah penawar dari get

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 4 : Aku akan menaklukannya

    "Tidak! Aku sudah menunggumu sejak lama, mereka biar menjadi urusanku. Kamu tetaplah di situ, jangan kemana-mana! Aku akan menjemputmu sekarang!"Dengan tergesa-gesa Satya memakai jaketnya, semetara telponnya masih ia apit di telinganya. Terus meyakinkan lawan bicaranya kalau dia akan menemuinya. Qinan memperhatikan hal itu dibalik pintu kamar Sean. Ada wajah tak biasa yang tak pernah Qinan lihat saat bersamanya.Binar bahagia itu terpancar dari sorot matanya juga bibirnya yang sejak sambungan telpon itu terhubung terus saja melengkungkan senyum. "Lima belas menit. Ah tidak, tidak. Sepuluh menit lagi aku sampai, tunggu aku, mengerti!"Satya berlari kecil menuruni anak tangga dengan sesekali bersiul ria. Sementara Qinan, entah mengapa jadi tinggi rasa ingin taunya. Melihat Sean juga sedang tertidur membuatnya berinisiatif membuntuti Satya diam-diam."Pak Devan, saya pakai motornya. Jangan bilang siapa-siapa kalau saya pergi." Qinan gegas merebut kontak motor Pak Devan yang baru saja p

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26

Bab terbaru

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 13 : Apa Om pernah tanya?

    Krumpyaaangg!Suara sumbang dari kamar sebelah membuat Qinan berjingkat mundur dan segera melepaskan diri dari Satya. Ia canggung dan kikuk sendiri, untuk menatap Satya ia tak berani. Ia sendiri tak tau sejak kapan ia jadi seberani ini. Memulai lebih dulu? Ah, Qinan mendekati gila rupanya.Satya sendiri tercekat. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Tak seharusnya ia melakukan hal itu dengan Qinan. Dia dan seluruh hatinya adalah milik Sofiana. Melakukan hal itu membuatnya merasa telah mengkhianati belahan jiwanya itu."Urus Sean!" titah Satya segera karena yakin suara itu berasal dari kamar Sean. Setelahnya ia berlalu keluar kamar tanpa sepatah katapun lagi. Barang hanya menengok wajah Qinan yang sudah seperti orang cengo pun tidak.'Kamu benar-benar sudah memulai langkahmu Qinan? Nggak papa, itu nggak salah Qinan. Satya itu suamimu!'Qinan katakan itu pada dirinya sendiri sebab tak karuan sekali menahan gejolak di dalam sana. Berdebar, gemetar, dan ... juju

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 12 : Ada apa denganmu Sat?

    "Apa rencana kamu sebenarnya?" tanya Satya usai menutup pintu kamarnya."Nggak ada, aku cuma ngelakuin perintah kamu aja," jawab Qinan sambil berjalan menuju lemari. Menyiapkan baju kerja untuk suaminya. Jalannya sudah tak tertatih, Qinan itu strong. Kemarin juga tak terlalu sakit sebenarnya. Hanya saja ia mengabulkan permintaan Sean. Mengulur waktu agar bocah itu menyiapkan mentalnya untuk bertemu Sofiana."Apa kamu sadar, dengan kamu mengajak Mama tinggal di sini, itu sama aja ngundang masalah baru." Satya mengekori langkah Qinan dan berhenti di dekatnya. Qinan hentikan gerakannya sebentar, lalu meraup udara banyak-banyak."Kamu itu ngomong apa si Mas? Dia itu Mama kamu loh, berarti selama ini kamu anggap Mama sebagai sumber masalah?" tanya Qinan pada Satya."Bisa-bisanya kamu bicara sesantai itu setelah melihat sendiri kelakuan Mama tadi pagi," ucap Satya. Ia mendecih, menatap remeh pada Qinan."Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau aku punya anak kaya k

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 11 : Rahasia

    "Satya juga sudah memberikannya Ma. Sean itu cucu Mama!" Satya langsung terpancing emosi saat Iriana membahas cucu. Ya, dari dulu Iriana memang tak pernah menganggap Sean sebagai cucunya."Mama nggak yakin dia itu anakmu." Iriana mengucapkan itu dengan renyah, lalu dengan santainya duduk menyilangkan kaki."Ma!" Suara Satya meninggi. Wajah Satya memerah karena dikuasai marah. Sepatah kalimat yang diucapkan mamanya dengan santai itu begitu menyayat hati Satya. Gemuruh di dadanya meletup setiap kali membahas Sean dengan mamanya. "Sampai kapanpun Mama nggak akan anggap dia cucu Mama Sat!" Iriana tekankan lagi kalimatnya. Yang artinya sama saja mengobar bara api yang sudah menyala di dada Satya, Satya bergerak maju karena tak terima akan ucapan mamanya."Apa aku juga bukan anak Papa?!" Kata yang sejak lama ingin Satya lontarkan akhirnya terucap juga. Dengan sungguh-sungguh Satya tanyakan itu. "Jaga ucapanmu Sat! Jelas kamu ini anak Mama dan Papa!" Iriana yang tak t

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 10 : Semua Aman

    "Kamu nggak perlu khawatir Sayang, aku hanya perlu dukunganmu. Aku akan tetap meluangkan waktu untukmu, juga Sean. Datang ke sini setiap kamu merindukanku, aku akan selalu siap menemanimu." Sofiana kalungkan lengannya di leher Satya, sementara tangan satunya menari di rahang tegas Satya. Jambang tipis milik lelaki matang itu masih menjadi favoritnya. Berhenti dibenda kenyal kemerahan milik Satya, Sofiana usap lembut kemudian mendaratkan bibirnya di sana, singkat."Asal itu bukan di jam kerja. Datanglah kapanpun kamu mau," sambungnya lagi. Tangan Sofiana mulai bergerak turun dan berhenti pada dada bidang Satya."Keputusanmu membuatku kecewa Sof,""Iya aku tau. Aku siap mendapat hukuman darimu."Sofiana bergerak mundur dengan tangannya tetap berada di posisi semula. Sofiana menjatuhkan diri ke ranjang yang artinya juga Satya ikut terbawa bersamanya. Tatapan mereka saling mengunci. Hingga setelahnya mereka tak bisa lagi terkendali. Di saat rindu itu sendiri belum terbayar tuntas, emosi,

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

    Qinan menghela nafasnya panjang. Ia hanya bisa menatap kepergian Satya tanpa menahannya dengan sepatah katapun. Sepertinya bicarapun untuk apa, Qinan siapa bagi Satya saat ini?Ya, walaupun sebenarnya ingin ia berteriak meminta Satya agar tak perlu mengejar Sofiana. Lalu membeberkan kelakuan wanita pujaan Satya yang sesungguhnya. Tapi mana bisa?Lagi-lagi Qinan itu siapa bagi Satya? Punya posisi apa ia di hati Satya? Dan yang jelas, punya bukti apa?Baiklah, untuk saat ini biar Qinan tahan dan perpanjang stok kesabarannya dulu. "Perjalananmu baru akan dimulai, Qinandra Larasati. Bermainlah dengan cantik kalau perlu lebih cantik dari permainan Sofiana itu," lirih Qinan. Ia tersenyum smirk kemudian. "Cih, airmata buaya." Rasanya Qinan ingin tertawa saat melihat akting Sofiana tadi, menangis? Wow.Ya, mungkin Qinan juga nantinya harus belajar demikian.°°°Sementara Qinan melewati malamnya sendirian di Rumah Sakit. Satya dan Sofiana kini tengah berdua di apartemen milik Satya, yang saat i

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 8 : Alasan

    "Sean sudah mau pulang Om?" tanya Qinan kini sambil memakan jatah makan malamnya. Tentu makan sendiri, Satya mana mau menyuapi. Mau menemani Qinan di Rumah Sakit saja sudah untung. Walau sebenarnya Qinan bertanya-tanya, kok mau orang itu menyelakan waktunya untuk menunggui Qinan?"Sudah," jawab Satya acuh. Dia kemudian duduk di kursi tunggu sambil menyandarkan punggungnya. Persis seperti yang dilakukan Sean siang tadi, mata Satya juga memejam setelahnya."Jangan lupa makan Om. Om beli aja keluar, aku nggak apa-apa kok ditinggal.""Iya. Buruan dimakan obatnya, habis itu tidur. Jangan berisik, kupingku capek dengerin kamu ngomong dari tadi," jawab Satya jujur. Pasalnya memang betul, Qinan hari ini banyak sekali bicara."Oh, jadi Om dengerin aku ngomong dari tadi? Kirain enggak, abisnya Om diem aja,"Satya hanya melirik Qinan sekilas, lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu Qinan menuruti titah Satya dengan segera meminum obatnya, tapi karena letaknya agak jauh Qinan jadi susah me

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 7 : Senyum-Senyum Sendiri

    "Sean! Apa lagi yang kamu lakukan?!"Satya yang sedang telpon segera mengakhiri sambungan telponnya. Buru-buru ia masuk dan mendapati Qinan berada di lantai sedang memegangi lututnya sambil meringis kesakitan. Tatapan tajamnya langsung tertuju pada Sean yang sedang berdiri di samping Qinan."Bukan Om. Ini bukan salah Sean, aku cuma mau ke kamar mandi tapi ternyata kakiku sakit banget. Sshh," segera Qinan mencari alasan. Padahal ia sendiri kesal bukan main karena tendangan Sean benar-benar membuat lututnya terasa bengkok. "Jangan bohong. Aku denger sendiri kamu teriakan nama Sean tadi," ucap Satya. Ia melihat ke arah Qinan dan Sean secara bergantian."Oh, itu. Ehm, aku jatuh dan yang ada Sean. Jadi aku reflek panggil nama Sean. Mau minta tolong, tapi ya Sean mana kuat menopang tubuhku yang besar ini, Sean kan hanya bocah 6 tahun," kilah Qinan sambil berdiri dibantu oleh Satya."Benar begitu, Sean?""Apa perlu Sean jawab, padahal Tante itu sudah menjelaskannya sendiri?" Sean memutar bo

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 6 Terluka

    "Tapi nggak di sini juga kan Om? Bisa kan Om bilangnya di rumah, nanti. Ini Rumah Sakit, Om."Jujur saja, Qinan memang sempat salah terka. Tapi sebisa mungkin ia tutupi dengan seolah-olah tak baper akan perhatian kecil Satya. Qinan itu kenapa juga lemah begini jika dihadapkan dengan Satya. Perhatian sekecil itu saja sudah membuat Qinan merasa spesial."Aku tau! Tak usah mengajariku!"Satya tarik nafasnya dalam-dalam, selaan dari Qinan membuatnya lupa akan banyak hal yang ingin ia sampaikan pada Sean.Sekali lagi Satya ingin tegaskan, ini bukan karena ia merasa khawatir atau menaruh perhatian lebih pada Qinan. Ini semua murni karena Satya ingin mendidik Sean menjadi lelaki yang sesungguhnya, bertanggung jawab dan gentle. Tidak seperti Sean yang di hadapannya saat ini. Bocah pembuat ulah, tempramen dan semaunya. Padahal jika Satya ingat-ingat, Sean dulunya tak begitu.Satya turunkan badannya menjadi setengah berdiri, hingga tingginya selaras dengan Sean kini. Satya tatap dalam diam kedu

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 5 : Khawatirkah?

    "Ck, belum apa-apa sudah sombong. Buktikan saja kalau memang bisa!" tantang Sean. Bocah itu memicingkan matanya, lalu melenggang menuju kursi tunggu. Lagaknya sudah seperti pria dewasa saja bocah itu."Yak?! Kamu menantangku bocah kecil?!" Qinan jadi ikut tersulut emosinya dikatai begitu oleh Sean. Tapi tak dalam arti sebenarnya, Qinan tau Sean hanya sedang menyalakan semangatnya saja. "Tidak. Aku tau kamu tidak akan bisa. Kamu itu payah dalam segala hal." Sean menaruh ranselnya di lalu duduk menyender sambil bersedekap. "Tapi ya, coba saja. Aku hanya ingin melihatnya.""Itu sama aja, dasar anaknya Satya," gerutu Qinan."Ya. Aku memang anaknya suamimu," balas Sean. Padahal jika Qinan lihat, mata anak itu memejam. Tapi masih sempat-sempatnya membalas ucapan Qinan tadi."Ck, bicara dan bertingkahlah seperti bocah 6 tahun, Sean. Kamu ini lebih mirip kakek-kakek kalau terus seperti itu,""Kamu akan melihat Sean yang sesungguhnya kalau bisa membuktikan ucapanmu y

DMCA.com Protection Status