Home / Romansa / Mahar 700 juta dari Tuan Satya / Bab 7 : Senyum-Senyum Sendiri

Share

Bab 7 : Senyum-Senyum Sendiri

Author: BintangFajar
last update Last Updated: 2023-09-18 20:29:10

"Sean! Apa lagi yang kamu lakukan?!"

Satya yang sedang telpon segera mengakhiri sambungan telponnya. Buru-buru ia masuk dan mendapati Qinan berada di lantai sedang memegangi lututnya sambil meringis kesakitan. Tatapan tajamnya langsung tertuju pada Sean yang sedang berdiri di samping Qinan.

"Bukan Om. Ini bukan salah Sean, aku cuma mau ke kamar mandi tapi ternyata kakiku sakit banget. Sshh," segera Qinan mencari alasan. Padahal ia sendiri kesal bukan main karena tendangan Sean benar-benar membuat lututnya terasa bengkok.

"Jangan bohong. Aku denger sendiri kamu teriakan nama Sean tadi," ucap Satya. Ia melihat ke arah Qinan dan Sean secara bergantian.

"Oh, itu. Ehm, aku jatuh dan yang ada Sean. Jadi aku reflek panggil nama Sean. Mau minta tolong, tapi ya Sean mana kuat menopang tubuhku yang besar ini, Sean kan hanya bocah 6 tahun," kilah Qinan sambil berdiri dibantu oleh Satya.

"Benar begitu, Sean?"

"Apa perlu Sean jawab, padahal Tante itu sudah menjelaskannya sendiri?" Sean memutar bola matanya malas.

"Papa hanya memastikan Sean. Selama ini kamu kan selalu buat masalah sama Tante Qinan. Lagipula apa susahnya jawab iya, kalau memang itu benar."

"Huh, Papa selalu aja nyalahin Sean. Su'udzon sama Sean, bela aja terus Tante itu," ketus Sean. Ia kemudian melengos pergi ke luar kamar. Menuju Pak Devan yang baru saja masuk ke kamar rawat inap Qinan. "Pak Devan, Sean lapar. Ayo cari makan, Sean males sama dua orang itu,"

Pak Devan menatap Satya meminta persetujuan. Satya meresponnya dengan menganggukan kepala. Lalu keduanya pergi meninggalkan ruangan, menyisakan Satya yang hanya berdua dengan Qinan.

Selepas kepergian Sean, Qinan terbitkan senyum kecil di bibirnya. Dalam hatinya ia memuji betapa cerdas otak bocah nakal itu. Juga aktingnya yang patut diacungi jempol. Terlebih saat Sean sempat menunjukan ponselnya pada Qinan sebelum benar-benar keluar ruangan. Qinan jadi tak sabar untuk mengecek gawainya, apa kiranya yang dimaksud Sean itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?!" tanya Satya yang menangkap lengkungan kecil di bibir Qinan.

Qinan beralih menatap Satya. Oh, jadi tadi Satya memeperhatikannya ya? Buktinya Satya tau kalau Qinan senyum. Semoga saja senyumnya tadi terlihat manis oleh Satya. Aamiin.

"Aku? Ini bukan senyum, tapi meringis nahan sakit." Qinan tak bakat bohong pasalnya. Jadi ya asal jawab saja, meski mungkin agak tak nyambung jatuhnya.

"Om," panggil Qinan sebelum Satya bertanya lebih jauh perihal ia yang senyum-senyum sendiri dan jawabannya yang tak nyambung tadi.

"Apa?"

"Qinan kebelet pipis,"

"Terus?"

Qinan hela nafasnya panjang. "Bantuin ke kamar mandi Om, susah buat jalan," sambung Qinan lagi dengan tatapan memelas.

"Ha?" Satya membeo dibuatnya. Pasalnya hal itu tak masuk dalam kamusnya. Sama sekali tidak. Apa-apaan Qinan itu minta diantarkan ke kamar mandi.

"Ayo buruan Om. Udah di ujung ini," rengek Qinan sambil memegangi bawah perutnya.

"Hish. Iya iya," Satya akhirnya mengalah dan mulai memapah Qinan berjalan menuju kamar mandi.

"Makasih Om. Om tolong tutup pintunya dan pegangin dari luar,"

"Iya iya. Diturutin lama-lama nglunjak ya?" gerutu Satya sambil meraih handle pintu dan menutupnya dari luar.

"Yang bener nutupnya Om!" teriak Qinan dari dalam kamar mandi.

"Iya."

"Jangan dulu pergi sebelum aku selesai."

"Iya!" Lama-lama bertambah ketusnya Satya itu mendengar Qinan yang memdadak cerewet. Mana kenapa harus bertambah sakit di kaki Qinan itu. Yang bukan tak mungkin itu akan menyebabkan Qinan belum boleh pulang malam ini. Padahal Satya sudah menyusun rencana matang untuk bertemu Sofiana malam ini, dengan Sean juga.

Dan itu nyaris terancam gagal.

"Om,"

"APALAGIII??!!!"

"Udah Om, bantuin keluarnya."

°°°

Satya duduk dengan gelisah, pasalnya sudah satu jam tapi Sean belum juga kembali. Di telpon berkali-kali juga tak di angkat oleh bocah itu. Terkahir Satya telpon pak Devan, katanya Sean hanya akan kembali jika Satya yang menjemputnya dan meminta maaf padanya.

"Udahlah Om, temui Sean. Minta maaf sama dia. Bagaimanapun Om juga salah, tanpa mendengar alasan Sean tapi langsung marah-marah sama dia. Terus pake ditambahin asal tuduh sama Sean soal aku yang jatuh tadi. Ya pantes aja Sean marah sama Om, apalagi selama ini Om nggak pernah bersikap kaya gitu sama Sean," ucap Qinan panjang lebar. Ia sedari tadi duduk bersandar pada brankar, sedang Satya di sampingnya.

Satya memutar bola matanya malas. Setelah sekian lama, Qinan sepertinya kembali ke setelan pabriknya. Cerewet! Padahal selama hampir 4 bulan ditawan di rumahnya, sebagai istri versi budak, Qinan itu manutan sekali. Dan irit bicara, membuat Satya sejuk telinganya.

Tapi hari ini? Baru sebentar bersamanya saja, kupingnya terasa panas karena bibir kecil Qinan selalu saja menyuarakan banyak kata.

Dari tadi Qinan terus berbicara soal Sean, Sean dan Sean. Padahal Qinan sebagai pihak yang selalu terdzolimi kalau kata Satya. Tapi selalu saja Qinan membelanya. Seolah kenakalan Sean adalah hal yang sangat wajar, dan tak perlu di permasalahkan. Justru sibuk menyalahkan Satya, karena perilaku menyimpang Sean adalah hasil kurangnya perhatian orangtuanya.

"Om, sana. Ini udah hampir sore," bujuk Qinan lagi.

"Aku nggak salah. Ngapain harus minta maaf," jawab Satya, kekeh dengan persepsinya. Tapi anehnya, biar begitu tubuhnya tetap bergerak bangun.

"Segala maksa anaknya suruh belajar minta maaf sama ucapin makasih. Sendirinya aja suruh minta maaf aja nggak mau," gerutu Qinan sambil membetulkan posisi duduknya.

"Kamu ngomongin aku?" Satya menghentikan langkahnya, lalu menolehkan kepalanya ke belakang. Qinan hanya mengedikkan bahunya sambil melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Nggak usah cerewet dan banyak protes deh. Aku nggak suka."

"Emangnya kalau aku kalem dan penurut, Om bakal suka?"

Related chapters

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 8 : Alasan

    "Sean sudah mau pulang Om?" tanya Qinan kini sambil memakan jatah makan malamnya. Tentu makan sendiri, Satya mana mau menyuapi. Mau menemani Qinan di Rumah Sakit saja sudah untung. Walau sebenarnya Qinan bertanya-tanya, kok mau orang itu menyelakan waktunya untuk menunggui Qinan?"Sudah," jawab Satya acuh. Dia kemudian duduk di kursi tunggu sambil menyandarkan punggungnya. Persis seperti yang dilakukan Sean siang tadi, mata Satya juga memejam setelahnya."Jangan lupa makan Om. Om beli aja keluar, aku nggak apa-apa kok ditinggal.""Iya. Buruan dimakan obatnya, habis itu tidur. Jangan berisik, kupingku capek dengerin kamu ngomong dari tadi," jawab Satya jujur. Pasalnya memang betul, Qinan hari ini banyak sekali bicara."Oh, jadi Om dengerin aku ngomong dari tadi? Kirain enggak, abisnya Om diem aja,"Satya hanya melirik Qinan sekilas, lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu Qinan menuruti titah Satya dengan segera meminum obatnya, tapi karena letaknya agak jauh Qinan jadi susah me

    Last Updated : 2023-09-19
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

    Qinan menghela nafasnya panjang. Ia hanya bisa menatap kepergian Satya tanpa menahannya dengan sepatah katapun. Sepertinya bicarapun untuk apa, Qinan siapa bagi Satya saat ini?Ya, walaupun sebenarnya ingin ia berteriak meminta Satya agar tak perlu mengejar Sofiana. Lalu membeberkan kelakuan wanita pujaan Satya yang sesungguhnya. Tapi mana bisa?Lagi-lagi Qinan itu siapa bagi Satya? Punya posisi apa ia di hati Satya? Dan yang jelas, punya bukti apa?Baiklah, untuk saat ini biar Qinan tahan dan perpanjang stok kesabarannya dulu. "Perjalananmu baru akan dimulai, Qinandra Larasati. Bermainlah dengan cantik kalau perlu lebih cantik dari permainan Sofiana itu," lirih Qinan. Ia tersenyum smirk kemudian. "Cih, airmata buaya." Rasanya Qinan ingin tertawa saat melihat akting Sofiana tadi, menangis? Wow.Ya, mungkin Qinan juga nantinya harus belajar demikian.°°°Sementara Qinan melewati malamnya sendirian di Rumah Sakit. Satya dan Sofiana kini tengah berdua di apartemen milik Satya, yang saat i

    Last Updated : 2023-09-19
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 10 : Semua Aman

    "Kamu nggak perlu khawatir Sayang, aku hanya perlu dukunganmu. Aku akan tetap meluangkan waktu untukmu, juga Sean. Datang ke sini setiap kamu merindukanku, aku akan selalu siap menemanimu." Sofiana kalungkan lengannya di leher Satya, sementara tangan satunya menari di rahang tegas Satya. Jambang tipis milik lelaki matang itu masih menjadi favoritnya. Berhenti dibenda kenyal kemerahan milik Satya, Sofiana usap lembut kemudian mendaratkan bibirnya di sana, singkat."Asal itu bukan di jam kerja. Datanglah kapanpun kamu mau," sambungnya lagi. Tangan Sofiana mulai bergerak turun dan berhenti pada dada bidang Satya."Keputusanmu membuatku kecewa Sof,""Iya aku tau. Aku siap mendapat hukuman darimu."Sofiana bergerak mundur dengan tangannya tetap berada di posisi semula. Sofiana menjatuhkan diri ke ranjang yang artinya juga Satya ikut terbawa bersamanya. Tatapan mereka saling mengunci. Hingga setelahnya mereka tak bisa lagi terkendali. Di saat rindu itu sendiri belum terbayar tuntas, emosi,

    Last Updated : 2023-09-20
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 11 : Rahasia

    "Satya juga sudah memberikannya Ma. Sean itu cucu Mama!" Satya langsung terpancing emosi saat Iriana membahas cucu. Ya, dari dulu Iriana memang tak pernah menganggap Sean sebagai cucunya."Mama nggak yakin dia itu anakmu." Iriana mengucapkan itu dengan renyah, lalu dengan santainya duduk menyilangkan kaki."Ma!" Suara Satya meninggi. Wajah Satya memerah karena dikuasai marah. Sepatah kalimat yang diucapkan mamanya dengan santai itu begitu menyayat hati Satya. Gemuruh di dadanya meletup setiap kali membahas Sean dengan mamanya. "Sampai kapanpun Mama nggak akan anggap dia cucu Mama Sat!" Iriana tekankan lagi kalimatnya. Yang artinya sama saja mengobar bara api yang sudah menyala di dada Satya, Satya bergerak maju karena tak terima akan ucapan mamanya."Apa aku juga bukan anak Papa?!" Kata yang sejak lama ingin Satya lontarkan akhirnya terucap juga. Dengan sungguh-sungguh Satya tanyakan itu. "Jaga ucapanmu Sat! Jelas kamu ini anak Mama dan Papa!" Iriana yang tak t

    Last Updated : 2023-09-21
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 12 : Ada apa denganmu Sat?

    "Apa rencana kamu sebenarnya?" tanya Satya usai menutup pintu kamarnya."Nggak ada, aku cuma ngelakuin perintah kamu aja," jawab Qinan sambil berjalan menuju lemari. Menyiapkan baju kerja untuk suaminya. Jalannya sudah tak tertatih, Qinan itu strong. Kemarin juga tak terlalu sakit sebenarnya. Hanya saja ia mengabulkan permintaan Sean. Mengulur waktu agar bocah itu menyiapkan mentalnya untuk bertemu Sofiana."Apa kamu sadar, dengan kamu mengajak Mama tinggal di sini, itu sama aja ngundang masalah baru." Satya mengekori langkah Qinan dan berhenti di dekatnya. Qinan hentikan gerakannya sebentar, lalu meraup udara banyak-banyak."Kamu itu ngomong apa si Mas? Dia itu Mama kamu loh, berarti selama ini kamu anggap Mama sebagai sumber masalah?" tanya Qinan pada Satya."Bisa-bisanya kamu bicara sesantai itu setelah melihat sendiri kelakuan Mama tadi pagi," ucap Satya. Ia mendecih, menatap remeh pada Qinan."Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau aku punya anak kaya k

    Last Updated : 2023-09-28
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 13 : Apa Om pernah tanya?

    Krumpyaaangg!Suara sumbang dari kamar sebelah membuat Qinan berjingkat mundur dan segera melepaskan diri dari Satya. Ia canggung dan kikuk sendiri, untuk menatap Satya ia tak berani. Ia sendiri tak tau sejak kapan ia jadi seberani ini. Memulai lebih dulu? Ah, Qinan mendekati gila rupanya.Satya sendiri tercekat. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Tak seharusnya ia melakukan hal itu dengan Qinan. Dia dan seluruh hatinya adalah milik Sofiana. Melakukan hal itu membuatnya merasa telah mengkhianati belahan jiwanya itu."Urus Sean!" titah Satya segera karena yakin suara itu berasal dari kamar Sean. Setelahnya ia berlalu keluar kamar tanpa sepatah katapun lagi. Barang hanya menengok wajah Qinan yang sudah seperti orang cengo pun tidak.'Kamu benar-benar sudah memulai langkahmu Qinan? Nggak papa, itu nggak salah Qinan. Satya itu suamimu!'Qinan katakan itu pada dirinya sendiri sebab tak karuan sekali menahan gejolak di dalam sana. Berdebar, gemetar, dan ... juju

    Last Updated : 2024-03-25
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 1 : Tidak menjual cerita sedih

    "Haarggghhh ... !" Qinan acak-acak rambutnya frustasi. Penampilannya saat ini hampir tak layak. Wajah pucat, kantung mata menghitam, wajah penuh peluh dan rambut yang baru saja ia buat berantakan.Dipikir sampai gila pun jawabannya akan tetap sama. Tak ketemu! Tak ada! Tak akan dapat! Bagaimana pula dalam waktu yang hanya tersisa tujuh jam ia akan menemukan malaikat yang akan memberinya uang sebesar tujuh ratus juta.Salahnya memang diberi waktu 3 hari dari pihak Rumah Sakit tapi tak ia gunakan dengan baik. Dengan percaya diri Qinan mengira akan mendapatkan uang itu dengan cara yang benar dan elegan. Bekerja atau meminjam di bank bank misalnya. Hasilnya? Sudah jelas sekarang bahwa semuanya adalah NIHIL! NOL BESAR yang ia dapat, tanpa angka tujuh sebagai pembuka."Apa aku terima saja tawaran dari Tante Esma?"Sebuah ide gila muncul dengan silaunya di otak Qinan yang sudah mulai keruh, sangat keruh. Ia tak menemukan cara lain yang lebih mustajab dibanding ide gila itu. Qinan yakin sekar

    Last Updated : 2023-08-24
  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 2 : Mahar 700 juta

    "Saya tidak berminat bercanda denganmu Om." balas Qinan dengan raut datar. Sebenarnya ia sedang menyadarkan dirinya sendiri yang mungkin saat ini sedang berkhayal terlalu tinggi. Bukannya apa ia hanya takut saking tingginya sampai melampaui batas yang seharusnya lalu akhirnya sakit karena jatuhnya terlalu dalam jika sadar."Saya serius! Ikut saya ke mobil."Qinan coba telisik wajah Satya, barangkali ia memang bercanda tingkat dewa dan Qinan sebagai pihak penonton yang tak paham. Tapi ternyata tak seperti itu. Satya memang serius."Tak selalu harus terjun ke jurang saat kamu menemui jalan buntu. Putar balik pun tidak apa. Kadang solusimu terlewat tanpa kamu sadari," ucap Satya lagi yang menyadari jika Qinan meragukannya. "Dan untuk kali ini, bukan terlewat. Tapi saya yang menghalangimu menemukan solusi. Masuklah ke mobil sebelum mereka melihatmu."Qinan angguki tawaran Satya. Ia melangkah menuju mobil dengan Satya memapahnya. Tak ingin salah paham dan gagal fokus. Tapi Qinan akui ia se

    Last Updated : 2023-08-24

Latest chapter

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 13 : Apa Om pernah tanya?

    Krumpyaaangg!Suara sumbang dari kamar sebelah membuat Qinan berjingkat mundur dan segera melepaskan diri dari Satya. Ia canggung dan kikuk sendiri, untuk menatap Satya ia tak berani. Ia sendiri tak tau sejak kapan ia jadi seberani ini. Memulai lebih dulu? Ah, Qinan mendekati gila rupanya.Satya sendiri tercekat. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Tak seharusnya ia melakukan hal itu dengan Qinan. Dia dan seluruh hatinya adalah milik Sofiana. Melakukan hal itu membuatnya merasa telah mengkhianati belahan jiwanya itu."Urus Sean!" titah Satya segera karena yakin suara itu berasal dari kamar Sean. Setelahnya ia berlalu keluar kamar tanpa sepatah katapun lagi. Barang hanya menengok wajah Qinan yang sudah seperti orang cengo pun tidak.'Kamu benar-benar sudah memulai langkahmu Qinan? Nggak papa, itu nggak salah Qinan. Satya itu suamimu!'Qinan katakan itu pada dirinya sendiri sebab tak karuan sekali menahan gejolak di dalam sana. Berdebar, gemetar, dan ... juju

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 12 : Ada apa denganmu Sat?

    "Apa rencana kamu sebenarnya?" tanya Satya usai menutup pintu kamarnya."Nggak ada, aku cuma ngelakuin perintah kamu aja," jawab Qinan sambil berjalan menuju lemari. Menyiapkan baju kerja untuk suaminya. Jalannya sudah tak tertatih, Qinan itu strong. Kemarin juga tak terlalu sakit sebenarnya. Hanya saja ia mengabulkan permintaan Sean. Mengulur waktu agar bocah itu menyiapkan mentalnya untuk bertemu Sofiana."Apa kamu sadar, dengan kamu mengajak Mama tinggal di sini, itu sama aja ngundang masalah baru." Satya mengekori langkah Qinan dan berhenti di dekatnya. Qinan hentikan gerakannya sebentar, lalu meraup udara banyak-banyak."Kamu itu ngomong apa si Mas? Dia itu Mama kamu loh, berarti selama ini kamu anggap Mama sebagai sumber masalah?" tanya Qinan pada Satya."Bisa-bisanya kamu bicara sesantai itu setelah melihat sendiri kelakuan Mama tadi pagi," ucap Satya. Ia mendecih, menatap remeh pada Qinan."Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau aku punya anak kaya k

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 11 : Rahasia

    "Satya juga sudah memberikannya Ma. Sean itu cucu Mama!" Satya langsung terpancing emosi saat Iriana membahas cucu. Ya, dari dulu Iriana memang tak pernah menganggap Sean sebagai cucunya."Mama nggak yakin dia itu anakmu." Iriana mengucapkan itu dengan renyah, lalu dengan santainya duduk menyilangkan kaki."Ma!" Suara Satya meninggi. Wajah Satya memerah karena dikuasai marah. Sepatah kalimat yang diucapkan mamanya dengan santai itu begitu menyayat hati Satya. Gemuruh di dadanya meletup setiap kali membahas Sean dengan mamanya. "Sampai kapanpun Mama nggak akan anggap dia cucu Mama Sat!" Iriana tekankan lagi kalimatnya. Yang artinya sama saja mengobar bara api yang sudah menyala di dada Satya, Satya bergerak maju karena tak terima akan ucapan mamanya."Apa aku juga bukan anak Papa?!" Kata yang sejak lama ingin Satya lontarkan akhirnya terucap juga. Dengan sungguh-sungguh Satya tanyakan itu. "Jaga ucapanmu Sat! Jelas kamu ini anak Mama dan Papa!" Iriana yang tak t

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 10 : Semua Aman

    "Kamu nggak perlu khawatir Sayang, aku hanya perlu dukunganmu. Aku akan tetap meluangkan waktu untukmu, juga Sean. Datang ke sini setiap kamu merindukanku, aku akan selalu siap menemanimu." Sofiana kalungkan lengannya di leher Satya, sementara tangan satunya menari di rahang tegas Satya. Jambang tipis milik lelaki matang itu masih menjadi favoritnya. Berhenti dibenda kenyal kemerahan milik Satya, Sofiana usap lembut kemudian mendaratkan bibirnya di sana, singkat."Asal itu bukan di jam kerja. Datanglah kapanpun kamu mau," sambungnya lagi. Tangan Sofiana mulai bergerak turun dan berhenti pada dada bidang Satya."Keputusanmu membuatku kecewa Sof,""Iya aku tau. Aku siap mendapat hukuman darimu."Sofiana bergerak mundur dengan tangannya tetap berada di posisi semula. Sofiana menjatuhkan diri ke ranjang yang artinya juga Satya ikut terbawa bersamanya. Tatapan mereka saling mengunci. Hingga setelahnya mereka tak bisa lagi terkendali. Di saat rindu itu sendiri belum terbayar tuntas, emosi,

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 9 : Jangan Salahkan Aku

    Qinan menghela nafasnya panjang. Ia hanya bisa menatap kepergian Satya tanpa menahannya dengan sepatah katapun. Sepertinya bicarapun untuk apa, Qinan siapa bagi Satya saat ini?Ya, walaupun sebenarnya ingin ia berteriak meminta Satya agar tak perlu mengejar Sofiana. Lalu membeberkan kelakuan wanita pujaan Satya yang sesungguhnya. Tapi mana bisa?Lagi-lagi Qinan itu siapa bagi Satya? Punya posisi apa ia di hati Satya? Dan yang jelas, punya bukti apa?Baiklah, untuk saat ini biar Qinan tahan dan perpanjang stok kesabarannya dulu. "Perjalananmu baru akan dimulai, Qinandra Larasati. Bermainlah dengan cantik kalau perlu lebih cantik dari permainan Sofiana itu," lirih Qinan. Ia tersenyum smirk kemudian. "Cih, airmata buaya." Rasanya Qinan ingin tertawa saat melihat akting Sofiana tadi, menangis? Wow.Ya, mungkin Qinan juga nantinya harus belajar demikian.°°°Sementara Qinan melewati malamnya sendirian di Rumah Sakit. Satya dan Sofiana kini tengah berdua di apartemen milik Satya, yang saat i

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 8 : Alasan

    "Sean sudah mau pulang Om?" tanya Qinan kini sambil memakan jatah makan malamnya. Tentu makan sendiri, Satya mana mau menyuapi. Mau menemani Qinan di Rumah Sakit saja sudah untung. Walau sebenarnya Qinan bertanya-tanya, kok mau orang itu menyelakan waktunya untuk menunggui Qinan?"Sudah," jawab Satya acuh. Dia kemudian duduk di kursi tunggu sambil menyandarkan punggungnya. Persis seperti yang dilakukan Sean siang tadi, mata Satya juga memejam setelahnya."Jangan lupa makan Om. Om beli aja keluar, aku nggak apa-apa kok ditinggal.""Iya. Buruan dimakan obatnya, habis itu tidur. Jangan berisik, kupingku capek dengerin kamu ngomong dari tadi," jawab Satya jujur. Pasalnya memang betul, Qinan hari ini banyak sekali bicara."Oh, jadi Om dengerin aku ngomong dari tadi? Kirain enggak, abisnya Om diem aja,"Satya hanya melirik Qinan sekilas, lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu Qinan menuruti titah Satya dengan segera meminum obatnya, tapi karena letaknya agak jauh Qinan jadi susah me

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 7 : Senyum-Senyum Sendiri

    "Sean! Apa lagi yang kamu lakukan?!"Satya yang sedang telpon segera mengakhiri sambungan telponnya. Buru-buru ia masuk dan mendapati Qinan berada di lantai sedang memegangi lututnya sambil meringis kesakitan. Tatapan tajamnya langsung tertuju pada Sean yang sedang berdiri di samping Qinan."Bukan Om. Ini bukan salah Sean, aku cuma mau ke kamar mandi tapi ternyata kakiku sakit banget. Sshh," segera Qinan mencari alasan. Padahal ia sendiri kesal bukan main karena tendangan Sean benar-benar membuat lututnya terasa bengkok. "Jangan bohong. Aku denger sendiri kamu teriakan nama Sean tadi," ucap Satya. Ia melihat ke arah Qinan dan Sean secara bergantian."Oh, itu. Ehm, aku jatuh dan yang ada Sean. Jadi aku reflek panggil nama Sean. Mau minta tolong, tapi ya Sean mana kuat menopang tubuhku yang besar ini, Sean kan hanya bocah 6 tahun," kilah Qinan sambil berdiri dibantu oleh Satya."Benar begitu, Sean?""Apa perlu Sean jawab, padahal Tante itu sudah menjelaskannya sendiri?" Sean memutar bo

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 6 Terluka

    "Tapi nggak di sini juga kan Om? Bisa kan Om bilangnya di rumah, nanti. Ini Rumah Sakit, Om."Jujur saja, Qinan memang sempat salah terka. Tapi sebisa mungkin ia tutupi dengan seolah-olah tak baper akan perhatian kecil Satya. Qinan itu kenapa juga lemah begini jika dihadapkan dengan Satya. Perhatian sekecil itu saja sudah membuat Qinan merasa spesial."Aku tau! Tak usah mengajariku!"Satya tarik nafasnya dalam-dalam, selaan dari Qinan membuatnya lupa akan banyak hal yang ingin ia sampaikan pada Sean.Sekali lagi Satya ingin tegaskan, ini bukan karena ia merasa khawatir atau menaruh perhatian lebih pada Qinan. Ini semua murni karena Satya ingin mendidik Sean menjadi lelaki yang sesungguhnya, bertanggung jawab dan gentle. Tidak seperti Sean yang di hadapannya saat ini. Bocah pembuat ulah, tempramen dan semaunya. Padahal jika Satya ingat-ingat, Sean dulunya tak begitu.Satya turunkan badannya menjadi setengah berdiri, hingga tingginya selaras dengan Sean kini. Satya tatap dalam diam kedu

  • Mahar 700 juta dari Tuan Satya   Bab 5 : Khawatirkah?

    "Ck, belum apa-apa sudah sombong. Buktikan saja kalau memang bisa!" tantang Sean. Bocah itu memicingkan matanya, lalu melenggang menuju kursi tunggu. Lagaknya sudah seperti pria dewasa saja bocah itu."Yak?! Kamu menantangku bocah kecil?!" Qinan jadi ikut tersulut emosinya dikatai begitu oleh Sean. Tapi tak dalam arti sebenarnya, Qinan tau Sean hanya sedang menyalakan semangatnya saja. "Tidak. Aku tau kamu tidak akan bisa. Kamu itu payah dalam segala hal." Sean menaruh ranselnya di lalu duduk menyender sambil bersedekap. "Tapi ya, coba saja. Aku hanya ingin melihatnya.""Itu sama aja, dasar anaknya Satya," gerutu Qinan."Ya. Aku memang anaknya suamimu," balas Sean. Padahal jika Qinan lihat, mata anak itu memejam. Tapi masih sempat-sempatnya membalas ucapan Qinan tadi."Ck, bicara dan bertingkahlah seperti bocah 6 tahun, Sean. Kamu ini lebih mirip kakek-kakek kalau terus seperti itu,""Kamu akan melihat Sean yang sesungguhnya kalau bisa membuktikan ucapanmu y

DMCA.com Protection Status