Beranda / Rumah Tangga / Mahar 10 Miliar Wanita Sombong / BAB 7 - Langkah yang Tak Terduga

Share

BAB 7 - Langkah yang Tak Terduga

Penulis: Gataaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 04:36:02

Alea tidak bisa berhenti memikirkan pertemuanya dengan Ibu Reyhan. Tatapan tajam yang menilainya, pertanyaan-pertanyaan yang terasa seperti ujian, dan cara Reyhan hanya tersenyum santai seolah semua itu bukan masalah besar.

Malam itu, saat dia duduk di bangku apartemenya, secangkir teh hangat di tangannya, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Dia bukan wanita yang mudah goyah, tapi ada sesuatu tentang Reyhan yang perlahan mengikis pertahanannya.

Ponselnya bergetar diatas meja, nama Reyhan tertera di layar. Alea sempat rau sebelum mengangkatnya.

"Halo?'

"Apa yang sedang kau pikirkan?" suara reyhan terdengar lembut.

Alea tersenyum kecil. "Kenapa kau berpikir aku sedang memikirkan sesuatu?"

"Karena aku mengenalmu, dan pertemuan tadi pasti membuatmu berpikir."

Alea menghela napas. "Ibumu tidak terlalu menyukaiku, bukan?"

Reyhan tertawa kecil. "Dia hanya memastikan bahwa aku tidak salah memilih."

"Kau terdengar terlalu santai. Aku tidak tau apakah itu menyebalkan atau mengagumkan."

"Kau ingin aku panik?" Reyhan menggoda.

Alea memutas matanya meskipun Reyhan tidak bisa melihatnya. "Aku hanya ingin tau, apakah menurutmu aku cukup baik di mata Ibumu?"

Ada keheningan sesaat sebelum Reyhan menjawab, suasanya lebih serius kali ini. "Yang penting adalah kau cukup baik di mataku."

Alea merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tidak tau bagaimana harus merespons kata-kata itu.

###

Keesokan harinya, Alea sibbuk dengan pekerjaannya. Dia mencoba mengalihkan pikirannya, tetapi tetap saja, sesekali pikirannya melayang ke sosok Reyhan.

Saat makan siang, sahabatnya Karin, datang ke cafe tempat mereka bertemu.

"Kau terlihat seperti seseorang yang sedang menghadapi dilema besar," kata Karin sambil duduk di hadapan Alea.

Alea mendesah. "Aku bertemu Ibu Reyhan kemarin."

Karin mengangkat alis. "Wow, itu cepat sekali. Bagaimana reaksinya?"

Alea mengaduk kopinya. "Dia menilaiku."

"Ya, itu wajar. Kau kan calon mantunya."

Alea nyaris tersedak. "Aku belum sejauh itu!"

Karin tertawa. "Tapi Reyhan serius, kan?"

Alea mengigit bibirnya, "Aku tidak tau."

"Lalu, apa yang membuatmu ragu?"

Alea terdiam. Apa yang membuatnya ragu? Apakah itu karena latar belakang Reyhan yang jauh berbeda dengannya? Ataukah karena ia takut kehilangan kendali atas hidupnya jika dia benar-benar menerima pria itu?

###

Malam itu, Alea menrima pesan dari Reyhan.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat besok. Siapkan waktumu."

Alea sempat ingin bertanya kemana, tetapi akhirnya dia hanya menjawab singkat. "Baiklah."

Keesokan harinya, Reyhan menjemput Alea di depan apartemennya.

"Kemana kita akan pergi?" tanya alea begitu dia masuk ke dalam mobil.

Reyhan tersenyum misterius. "Kau akan tau nanti."

Mobil melaju meninggalkan pusat kota. Semakin lama, pemandangan gedung-gedung tinggi mauali berganti dengan pepohonan dan jalanan yang lebih sepi. Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang cukup luas. Sebuah rumah besar berdiri kokoh di lahan yang luas.

Alea menatap bangunan itu dengan bingung. "Ini..."

"Rumah keluargaku", kata Reyhan.

Alea menoleh tajam. "Kau bercanda?"

Reyhan terkekeh. "Tidak."

Alea tiba-tiba merasa gugup. "Kenapa kau membawa ku kesini?"

Reyhan menatapnay dalam. "Aku ingin kau melihat bagian lain dari hidupku."

Alea ragu, tetapi akhirnya mengikutinya msuk ke dalam rumah. 

Di dalam, suasana terasa begitu elegan dan mewah. Tapi yang mengejutkan Alea adalah seorang pria tua yang duduk di kursi roda di ruang tengah.

Reyhan berjalan mendekat. "Ayah ini, Alea."

Pria itu -Ayah Reyhan- mengamati Alea dengan tatapan tajam, tetapi kemudian tersenyum tipis. "Jadi ini gadisnya."

Alea merasa ada ketegangan yang berbeda di dalan ruangan itu. Tidak seperti Ibu Reyhan yang terkesan menilai dengan cara alus, Ayahnya terlihat lebih tajam.

"Kau sadar dengan siapa kau berurusan, Nona Alea?" tanya pria itu tiba-tiba.

Alea menatapnya dengan bingung. "Maksud anda?"

Pria itu menatap Reyhan sebentar sebelum kembali menatap Alea. "Reyhan bukan pria biasa, ada banyak hal yang mungkin belum kau tau tentangnya."

Alea menoleh ke Reyhan, mencari penjelasan. Tetapi pria itu hanya menatap Ayahnya dengan ekspresi tenang.

"Ayah.." suara Reyhan terdengan peringatan.

Ayahnya hanya tertawa kecil. "Aku hanya ingin memastikan bahwa gadis ini tau apa yang dia hadapi."

Alea merassakan dadanya sedikit sesak. Ada sesuatu, dalam percakapan ini yang terasa seperti peringatan.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berpamitan.

Di dalam mobil, Alea menoleh ke Reyhan. "Apa maksd dari semua itu?"

Reyhan menghela napas. "Ayahku hanya ingin menguji sejauh mana kau mengenalku."

Alea menatapya lama. "Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Reyhan?"

Reyhan menoleh, menatapnya dengan mata yang sulit di tebak. "Aku akan memberitahumu, tetapi kau harus berjanji untuk tetap mempercayaiku."

Alea mengigit bibirnya. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dia hadapi.

Dan pertanyaanya sekarang adalah, Apakah dia siap untuk itu?

Alea menatap Reyhan dalam diam. Kata-katanya tadi menggantung di udara, seakan menyembunyikan sesuatu yang lebih besar.

"Kau ingin aku mempercayaimu?"Alea mengulang pertanyaanya pelan. "Tapi bagaimana aku bisa jika kau terus menyimpan rahasia?"

Reyhan mentap ke depan, menghela napas panjang. "Aku tidak menyimpan rahasia darimu, Alea. Hanya saja, ada beberapa hal yang belum saatnya aku ceritakan."

Alea tersenyum sinis. "Itu terdengar seperti sesuatu yang dikatakan seseorang yang memang menyembunyikan sesuatu."

Reyhan mengerang kecil, seolah frustasi. "Baiklah. Aku akan memberitahumu sebagian."

ALea terdiam, menunggu.

"Ayahku bukan hanya seorang pengusaha biasa," Reyhan memulai. "Keluargaku memiliki bisnis yang sudah berjalan turun-menurun, dan bisnis itu... tidak selalu bersih."

Alea mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Reyhan menoleh padanya. "Aku tidak bisa menjelaskan detailnya sekarang. Tapi satu hal yang harus kau tahu, aku berusaha keluar dari bayangan keluargaku. aku tidak ingin hidup seperti mereka."

Alea terdiam. Ada sesuatu dalam nada suara Reyhan yang terdegar begitu serius, bahkan sedikit terluka.

"Kau takut aku kan pergi jika aku tau semuanya?" Alea bertanya.

Reyhan mentapnya lama sebelum akhirnya mengangguk. "Ya."

Alea tidak segera menjawab. Hatinya dipenuhi kebingungan. Dia tau, Reyhan bukan pria biasa. Tapi dia tidak pernah menyangka bahwa ada sesuatu yang lebih dalam yang dia sembunyikan.

Alea menghela napas. "Aku butuh waktu untuk memahami semua ini, Reyhan."

Reyhan menatapnya dengan penuh harapan. "Aku mengerti, tapi satu hal yang aku minta....jangan pergi dulu."

Alea tidak menjawab. Dia hanya menatap ke luar jendela, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

###

Malam itu, Alea tidak bisa tidur. Kata-kata Reyhan terus terngiang di kepalanya.

Aku berusaha keluar dari bayngan keluargaku.

Kata-kata itu terdengar penuh beban. Seolah ada sesuatu yang lebih besar yang dia coba tinggalkan.

Alea tau, dia seharusnya menjauh. Tapi hatinya berkata lain. Untuk permaka kalinya dalam hidupnya, dia merasa ingin bertahan, dan itu menakutinya lebih dari apapun.

Keesokan harinya, saat Alea sedang sibuk di kantornya, dia menrima pesan dari nomor tak di kenal.

"Berhati-hatilah dengan Reyhan"

Alea terdiam, membaca pesan itu berulang kali. Jantungnya berdegup lebih kencang.

Siapa yang mengirim pesan ini?

Dan yang lebih penting.......apa maksudnya?

Tangannya gemetar saat ia mencoba mengetik balasan, "Siapa ini?'

Namun, tak ada respons. stelah beberapa menit, dia mencoba menelpon nomor itu, tetapi hanya suara operaor yang menjawab, Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.

Alea mengiit bibirnya, sebuah firasat buruk merayapi benaknya.

Apakah pesan ini peringatan? Atau ancaman?

Hari itu berjalan lambat bagi Alea. Dia berushaa fokus pada pekerjaanya, tetapi pikirannya terus melayang ke pesan misterius itu.

Saat sore tiba, ponselnya kembali bergetar. Kali ini nama Reyhan muncul di layar.

Alea ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkatnya. "Halo?'

"Kau sibuk?" suara Reyhan terdengar seperti biasa saja tenang, tetapi ada sedikit nada kelelahan.

"Ada apa?"

"Aku ingin bertemu."

Alea mengigit bibirnya. Setelah pesan tadi siang, dia tak yakin ini waktu yang tepat. Tapi di sisi lain, dia juga butuh jawaban.

"Oke, dimana?"

"Aku jemput kamu sekarang."

Setengah jeam kemudian, Alea sudah duduk di dalam mobil Reyhan. Mereka tidak langsung berbicara. Alea mengamati eksperi Reyhan yang terlihat lebih serius dari biasanya.

"Kau kenapa?" akhirnya Alea bertanya.

Reyhan menghelanapas. "Aku baru saja bertemu dengan orang-orang dari perusahaan keluarga."

Alea mengerutkan kening. "Dan itu masalah?"

Reyhan menatap kedepan. "Mereka ingin aku kembali."

Alea diam.

"Aku sudah lama menjauh dari bisnis keluarga. Aku ingin membangun sesuatu sendiri. Tapi mereka tidak benar-benar melepaskanku."

Alea merasa ada sesuatu yang tidak di katakan Reyhan.

"Maksudmu......mereka mengancamu?"

Reyhan tersenyum kecil. "Bisa dibilang begitu."

Alea merasa bulu kuduknya berdiri. Teringat pesan yang ia terima tadi siang, hatinya semakin tidak tenang.

"Reyhan..." Alea menatapnya. "Ada seseorang yang mengirmku pesan anonim. Pesan itu menyuruhku berhati-hati denganmu."

Reyhan kangsung menoleh, ekspresinya berubah. "Apa?"

Alea mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan tersebut.

"Apa kau tau siapa yang mengirim ini?" Alea bertanya.

Reyhan terdiam beberapa saat sebelum menjawab pelan. "AKu punya dugaan."

Alea menunggu penjelasan.

Tapi Reyhan hanya menghela napas dan menyalakan mesin mobil.

"Aku akan mengantarmu pulang."

Di sepanjang perjalanan, Alea merasa ada yang janggal. Reyhan yang biasanya santai dan penuh percaya diri kiti tampak lebih tegang.

Saat mereka tiba di apartemen Alea, Reyhan tidak langsug pergi. Dia menetap Alea, seolah ingin mengatakan sesuatau tetapi ragu.

"Reyhan," Alea akhirnya membuka suara. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Reyhan terdiam sesaat, lalu berkata. "Aku butuh waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Jika sesuatu terjadi....jangan percaya siapapun selain aku."

Alea mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Reyhan hanya tersenyum kecil. "Aku janji, aku kan melindungimu."

Kemudian, tanpa menjelaskan lebih lanjut, dia pergi. 

Alea berdiri di depan apartemennya, perasaanya bercampur aduk. Dia tau, ini lebih dari sekedar masalah keluarga biasa. Dan sekarang, dia tidak bisa mengabaikan firasat buruh yang terus menghantuinnya.

Bab terkait

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 1 - Tawaran yang Tidak Masuk Akal

    Cahaya matahari sore menembus kaca jendela cafe mewah itu, menciptakan pantulan keemasan di atas meja marmer tempat Alea duduk. Di depannya, seorang pria dengan jas mahal dan wajah setajam ukiran patung duduk tenang, sorot matanya menusuk seolah menilai setiap gerakan Alea. Pria itu tidak terlihat gugup atau ragu, ia memancarkan aura percaya diri yang luar biasa. Alea menyilangkan kakinya, mengaduk kopinya perlahan sebelum mengangkat wajahnya dengan alis terangkat tinggi. "Aku tidak salah dengar, kan?" tanyanya, memastikan bahwa pria di depannya benar-benar mengatakan hal yang barusan ia dengar. Reyhan nama pria itu, hanya tersenyum tipis. "Tidak, kau tidak salah dengar," jawabnya. "Aku ingin menikahdengan mu, dan aku menawarkan mahar sepuluh miliar." Alea terkekeh, sebuah tawa kecil yang lebih sama dengan ejekan dibandingan hiburan, "Sepuluh miliar rupiah? Kau pikir aku wanita seperti apa?" Reyhan tidak terpengaruh oleh nada sarkastik Alea, ia mengangkat bahunya santai. "Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 2 - Pria itu Mengikutiku!

    Alea menghela napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang Reyhan yang terus berputar di kepalanya. Sudah dua hari berlalu sejak pertemuan aneh itu tapi, kata-kata pria itu seperti terpatri di pikirannya."Aku tau kau akan berubah pikiran, dan aku akan menunggumu."Kenapa dia terdengar begitu yakin, seakan-akan dia sudah tau bagaimana hidup Alea akan berjalan ke depan."Omong kosong," gumam Alea sambil menatap bayangan di cermin.Hari ini, dia harus menghadiri pertemuan dengan klien besar di restoran bintang lima. Tidak ada waktu untuk memikirkan pria sombong yang merasa bisa membeli segalanya dengan uang. Dengan cepat, dia mengambil tasnya dan keluar dari apartemen.Namun, langkahnya terhenti begitu saja ketika melihat seseorang berdiri di dekat pintu lobi.Reyhan.Alea mengerjap, memastikan bahwa matanya tidak salah melihat. Tapi tidak, itu memang pria itu. Berdiri santai dengan tangan di saku, ekspresi wajahnya tetap setenang kemaren. Begitu matanya bertemu dengan Alea, pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 3 - Perasaan yang Tidak Kuberi Nama

    Restoran mewah dengan pencahayaan redup menyambut kedatangan mereka. Aroma makanan khas Eropa memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin elegan. Alea berjalan dengan anggun di belakang Reyhan, masih berusaha memahami bagaimana dia bisa terjebak dalam situasi ini.Kenapa dia menyetujui makan malam ini?Dia yang selama ini selalu menjaga jarak dengan pria seperti Reyhan—pria kaya raya, percaya diri, dan merasa bisa mendapatkan apa pun—kenapa kali ini dia malah membiarkan dirinya masuk dalam permainan ini?Mereka duduk di meja yang sudah dipesan Reyhan. Pria itu memilih tempat di dekat jendela besar, di mana mereka bisa melihat pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Alea memegang gelas airnya dengan erat, berusaha tidak terlihat gugup.“Apa kau selalu setegang ini saat makan malam?” Reyhan bertanya santai, membuka menu.Alea melirik tajam. “Aku tidak tegang.”Reyhan tersenyum kecil, lalu menutup menu dan menatapnya. “Baiklah. Lalu kenapa kau terus menggenggam gelas itu seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 4 - Keberadaanmu Mengangguku, tapi Kehilanganmu Lebih Menganggu

    Malam itu, Alea tidak bisa tidur. Pikirannya penuh dengan kejadian di restoran tadi. Reyhan.Nadine.Dan... kebohongan besar yang Reyhan katakan begitu saja di depan Nadine.Kenapa dia bilang mereka bertunagan? apa tujuannya?Alea menggulung tubuhnya dibalik selimut, mencobanya melupakan, semakin bayangan Reyhan, muncul di kepalanya.Sial, kenapa dia terus memikirkan pria itu?____________________________________Keesokan paginya, Alea bangun dengan perasaan masih campur aduk. Tapi ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia punya pekerjaan, punya hidup sendiri, dan Reyhan bukan bagian dari itu.Atau..... setidaknya seharusnya begitu.Namun, semua itu tidak berubah ketika dia keluar dari apartemennya dan mendapati sebuah mobil sport hitam terpakir di depan.Dan seseorang bersandar santai di pintunya.ReyhanAlea mendesah panjang, "Apa yang kau lakukan di sini?"Reyhan menatapnya dengan senyum kecil, "Menjemput tunanganku."Alea menutup mata, mencoba mengendalikan emosi, "Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 5 - Saat Segalanya Menjadi Rumit

    Alea berusaha menyangkal perasannya. Setelah hari yang dia habiskan brsama Reyhan di taman hiburan, dia mencoba meyakinkan dirinya, bahwa itu tidak berarti apa-apa. Itu hanya hari yang menyenangkan, hanya momen yang kebetulan saja.Tapi kenyataanya....Dia mulai memikirkan Reyhan lebih dari yang seharusnya dan itu membuatnya frustasi.Keesokan harinya, Alea mencoba mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan. Dia menyibukkan diri di kantor, menumpuk tugas sebanyak mungkin agar tidak punya waktu untuk memikirkan Reyhan. Tapi rencananya gagal total ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya.Reyhan: Makan malam bersamaku malam ini, aku jemput jam 7.Alea menatap pesan itu lama, dia bisa saja menolak. Tapi entah kenapa, jari-jarinya malah mengetik balasan. Alea: Baiklah.Begitu pesan terkirim, dia langsung menyesal. Kenapa dia tidak bisa mengatakan 'tidak' pada pria itu?Malamnya, seperti yang telah dijanjikan, Reyhan datang tepat jam tujuh malam. Ketika Alea keluar apartemenya, dia menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 6 - Ujian Untuk Hati

    Sejak malam itu, segalanya berubah. Alea tidak bisa lagi menyangka perasaannya, tidak bisa lagi menghindari kenyataan bahwa Reyhan semakin masuk ke dalam hidupnya yakni ke dalam pikirannya. Tapi di saat yang sama, ketakutan mulai merayapi hatinya. Dia bukan tipe wanita yang mudah percaya. Dia tahu, dalam dunia ini segala sesuatu ada harganya dan dia masih belum bisa memastikan, apa harga yang harus dia bayar jika membiarkan Reyhan lebih jauh masuk ke dalam hidupnya. Hari itu, Alea menerima undangan makan siang dari Reyhan. Kal ki ini, bukan hanya mereka berdua. " Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang," kata Reyhan ditelepon. Alea sempat berfikir untuk menolak, tapi akhirnya setuju. Ketika tiba di restoran tempat mereka janjian, Alea sedikit terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang duduk dengan elegan di meja. Reyhan berdiri dan menyambut Alea dengan senyum. "Alea, ini ibuku." Alea terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum, "Senang bertemu dengan anda, Bu." Ibu Reyhan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11

Bab terbaru

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 7 - Langkah yang Tak Terduga

    Alea tidak bisa berhenti memikirkan pertemuanya dengan Ibu Reyhan. Tatapan tajam yang menilainya, pertanyaan-pertanyaan yang terasa seperti ujian, dan cara Reyhan hanya tersenyum santai seolah semua itu bukan masalah besar.Malam itu, saat dia duduk di bangku apartemenya, secangkir teh hangat di tangannya, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Dia bukan wanita yang mudah goyah, tapi ada sesuatu tentang Reyhan yang perlahan mengikis pertahanannya.Ponselnya bergetar diatas meja, nama Reyhan tertera di layar. Alea sempat rau sebelum mengangkatnya."Halo?'"Apa yang sedang kau pikirkan?" suara reyhan terdengar lembut.Alea tersenyum kecil. "Kenapa kau berpikir aku sedang memikirkan sesuatu?""Karena aku mengenalmu, dan pertemuan tadi pasti membuatmu berpikir."Alea menghela napas. "Ibumu tidak terlalu menyukaiku, bukan?"Reyhan tertawa kecil. "Dia hanya memastikan bahwa aku tidak salah memilih.""Kau terdengar terlalu santai. Aku tidak tau apakah itu menyebalkan atau mengagumkan.""Ka

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 6 - Ujian Untuk Hati

    Sejak malam itu, segalanya berubah. Alea tidak bisa lagi menyangka perasaannya, tidak bisa lagi menghindari kenyataan bahwa Reyhan semakin masuk ke dalam hidupnya yakni ke dalam pikirannya. Tapi di saat yang sama, ketakutan mulai merayapi hatinya. Dia bukan tipe wanita yang mudah percaya. Dia tahu, dalam dunia ini segala sesuatu ada harganya dan dia masih belum bisa memastikan, apa harga yang harus dia bayar jika membiarkan Reyhan lebih jauh masuk ke dalam hidupnya. Hari itu, Alea menerima undangan makan siang dari Reyhan. Kal ki ini, bukan hanya mereka berdua. " Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang," kata Reyhan ditelepon. Alea sempat berfikir untuk menolak, tapi akhirnya setuju. Ketika tiba di restoran tempat mereka janjian, Alea sedikit terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang duduk dengan elegan di meja. Reyhan berdiri dan menyambut Alea dengan senyum. "Alea, ini ibuku." Alea terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum, "Senang bertemu dengan anda, Bu." Ibu Reyhan m

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 5 - Saat Segalanya Menjadi Rumit

    Alea berusaha menyangkal perasannya. Setelah hari yang dia habiskan brsama Reyhan di taman hiburan, dia mencoba meyakinkan dirinya, bahwa itu tidak berarti apa-apa. Itu hanya hari yang menyenangkan, hanya momen yang kebetulan saja.Tapi kenyataanya....Dia mulai memikirkan Reyhan lebih dari yang seharusnya dan itu membuatnya frustasi.Keesokan harinya, Alea mencoba mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan. Dia menyibukkan diri di kantor, menumpuk tugas sebanyak mungkin agar tidak punya waktu untuk memikirkan Reyhan. Tapi rencananya gagal total ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya.Reyhan: Makan malam bersamaku malam ini, aku jemput jam 7.Alea menatap pesan itu lama, dia bisa saja menolak. Tapi entah kenapa, jari-jarinya malah mengetik balasan. Alea: Baiklah.Begitu pesan terkirim, dia langsung menyesal. Kenapa dia tidak bisa mengatakan 'tidak' pada pria itu?Malamnya, seperti yang telah dijanjikan, Reyhan datang tepat jam tujuh malam. Ketika Alea keluar apartemenya, dia menemukan

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 4 - Keberadaanmu Mengangguku, tapi Kehilanganmu Lebih Menganggu

    Malam itu, Alea tidak bisa tidur. Pikirannya penuh dengan kejadian di restoran tadi. Reyhan.Nadine.Dan... kebohongan besar yang Reyhan katakan begitu saja di depan Nadine.Kenapa dia bilang mereka bertunagan? apa tujuannya?Alea menggulung tubuhnya dibalik selimut, mencobanya melupakan, semakin bayangan Reyhan, muncul di kepalanya.Sial, kenapa dia terus memikirkan pria itu?____________________________________Keesokan paginya, Alea bangun dengan perasaan masih campur aduk. Tapi ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia punya pekerjaan, punya hidup sendiri, dan Reyhan bukan bagian dari itu.Atau..... setidaknya seharusnya begitu.Namun, semua itu tidak berubah ketika dia keluar dari apartemennya dan mendapati sebuah mobil sport hitam terpakir di depan.Dan seseorang bersandar santai di pintunya.ReyhanAlea mendesah panjang, "Apa yang kau lakukan di sini?"Reyhan menatapnya dengan senyum kecil, "Menjemput tunanganku."Alea menutup mata, mencoba mengendalikan emosi, "Aku

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 3 - Perasaan yang Tidak Kuberi Nama

    Restoran mewah dengan pencahayaan redup menyambut kedatangan mereka. Aroma makanan khas Eropa memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin elegan. Alea berjalan dengan anggun di belakang Reyhan, masih berusaha memahami bagaimana dia bisa terjebak dalam situasi ini.Kenapa dia menyetujui makan malam ini?Dia yang selama ini selalu menjaga jarak dengan pria seperti Reyhan—pria kaya raya, percaya diri, dan merasa bisa mendapatkan apa pun—kenapa kali ini dia malah membiarkan dirinya masuk dalam permainan ini?Mereka duduk di meja yang sudah dipesan Reyhan. Pria itu memilih tempat di dekat jendela besar, di mana mereka bisa melihat pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Alea memegang gelas airnya dengan erat, berusaha tidak terlihat gugup.“Apa kau selalu setegang ini saat makan malam?” Reyhan bertanya santai, membuka menu.Alea melirik tajam. “Aku tidak tegang.”Reyhan tersenyum kecil, lalu menutup menu dan menatapnya. “Baiklah. Lalu kenapa kau terus menggenggam gelas itu seper

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 2 - Pria itu Mengikutiku!

    Alea menghela napas panjang, mencoba mengusir pikiran tentang Reyhan yang terus berputar di kepalanya. Sudah dua hari berlalu sejak pertemuan aneh itu tapi, kata-kata pria itu seperti terpatri di pikirannya."Aku tau kau akan berubah pikiran, dan aku akan menunggumu."Kenapa dia terdengar begitu yakin, seakan-akan dia sudah tau bagaimana hidup Alea akan berjalan ke depan."Omong kosong," gumam Alea sambil menatap bayangan di cermin.Hari ini, dia harus menghadiri pertemuan dengan klien besar di restoran bintang lima. Tidak ada waktu untuk memikirkan pria sombong yang merasa bisa membeli segalanya dengan uang. Dengan cepat, dia mengambil tasnya dan keluar dari apartemen.Namun, langkahnya terhenti begitu saja ketika melihat seseorang berdiri di dekat pintu lobi.Reyhan.Alea mengerjap, memastikan bahwa matanya tidak salah melihat. Tapi tidak, itu memang pria itu. Berdiri santai dengan tangan di saku, ekspresi wajahnya tetap setenang kemaren. Begitu matanya bertemu dengan Alea, pria itu

  • Mahar 10 Miliar Wanita Sombong   BAB 1 - Tawaran yang Tidak Masuk Akal

    Cahaya matahari sore menembus kaca jendela cafe mewah itu, menciptakan pantulan keemasan di atas meja marmer tempat Alea duduk. Di depannya, seorang pria dengan jas mahal dan wajah setajam ukiran patung duduk tenang, sorot matanya menusuk seolah menilai setiap gerakan Alea. Pria itu tidak terlihat gugup atau ragu, ia memancarkan aura percaya diri yang luar biasa. Alea menyilangkan kakinya, mengaduk kopinya perlahan sebelum mengangkat wajahnya dengan alis terangkat tinggi. "Aku tidak salah dengar, kan?" tanyanya, memastikan bahwa pria di depannya benar-benar mengatakan hal yang barusan ia dengar. Reyhan nama pria itu, hanya tersenyum tipis. "Tidak, kau tidak salah dengar," jawabnya. "Aku ingin menikahdengan mu, dan aku menawarkan mahar sepuluh miliar." Alea terkekeh, sebuah tawa kecil yang lebih sama dengan ejekan dibandingan hiburan, "Sepuluh miliar rupiah? Kau pikir aku wanita seperti apa?" Reyhan tidak terpengaruh oleh nada sarkastik Alea, ia mengangkat bahunya santai. "Aku tid

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status