Beranda / Fantasi / Maha Dimensi / Hal yang Mengejutkan

Share

Hal yang Mengejutkan

Penulis: Alen D.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-22 12:45:25

Deo melangkah dengan pasti tanpa keraguan sedikit pun. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruang kerja Dewingga, menarik napas sejenak dan memasang kembali indera ke-enamnya.

“Sedikit curang harusnya ‘gak masalah, ‘kan?” tanya Deo pada diri sendiri, memastikan keadaan sekitar.

“Pak Wingga masih di ruangan Pak Affandra, aku masih bisa santai sedikit dan punya waktu kasih minuman ini. Malam ini Pak Wingga akan menghabiskan malam bersamaku. Dinda bukan lagi administrasi biasa.”

Astaga, Bu Dinda yang terkenal paling sopan ternyata cuma kedok doang! Dalam hati Deo berkata. Tak percaya apa yang baru saja dia tahu.

“Si Kirana pasti kalah satu langkah dariku. Pak Affandra tak tersentuh. Tak ada rotan akar pun jadi, kata pepatah begitu, ‘kan?”

Dinda administrator dari Dewingga sibuk dengan pikirannya untuk melakukan rencana penjebakan.

“Ck! Dasar ya. Apa bagusnya sama manusia tanpa ekspresi itu?” gumam Deo pelan.

Terlalu asyik dengan kegiatannya, sampai lupa pada tujuan utama. Masih sibuk mendengarkan pikiran rekan kerja, tanpa sadar, Dewingga sudah berdiri di belakang.

“Apa kau digaji untuk melamun?” Suara berat Dewingga membuyarkan “kegiatan menguping” Deolinda.

“Eh, bu-bukan begitu, Pak.” Deolinda menjawab gugup.

Dengan kepala yang menunduk, Deolinda menggeser badan dan memberikan akses untuk Dewingga masuk ke ruang kerjanya. Entah apa alasannya, Deolinda selalu tidak memiliki keberanian menatap tiga pria terkenal di gedung ini.

“Mana laporannya?” tanya Dewingga begitu duduk di kursi kerja.

Deolingga menyerahkan berkas yang sedari tadi dia bawa tanpa mengarahkan wajah ke Dewingga. Namun, ekor mata melirik Dinda yang menatap kedua orang itu dengan intens.

Dasar, Bu Dinda. Mukanya udah seperti apa itu? ejek Deolinda dalam hati. Gimana cara kasih tahu ke Pak Wingga, ya? Di dalam cangkir itu ada obat bahaya. Yang ada aku bakal disangka gila.

Batin Deolinda berperang, antara memberitahu atau tidak. Karena tidak akan ada manusia yang percaya akan kemampuannya itu.

Atau, kalau aku kasih tahu, yang ada mereka bakal manfaatin aku juga? Dijadiin alat buat baca pikiran lawan bisnis. Deolinda terperanjat begitu menyadari kemungkinan lainnya.

“Hei, kau!” Dewingga sedikit membentak. “Kau di sini untuk bekerja atau melamun?”

“M-maaf, Pak,” balas Deolinda gugup dan langsung menatap wajah Dewingga. Seketika itu juga, dia pun terdiam.

Hah? Apa ini? Deolinda diam dan mematung.

“Ehem.” Suara batuk Dinda sontak mengalihkan perhatian Deolinda. “Pak Wingga dari tadi bicara sama Ibu.”

“O-oh. Iya, Bu. Maaf.”

“Ya, sudah. Sekarang kamu ikut saya ke ruangan Pak Affandra. Semoga saja dia suka sama laporan ini.” Dewingga berdiri.

Deolinda masih saja tidak bersuara, hanya berjalan mengikuti dari belakang saja. Namun, otaknya mencari tahu sesuatu dengan liar.

Pak Wingga apa ‘gak punya pikiran? tanya Deo dalam hati.

Matanya tak lepas menatap kepala bagian belakang kepala Dewingga, seraya mencari-cari apa yang ada dalam pikiran pria itu. Selama ini, Deo membaca banyak hal yang dipikirkan oleh manusia, tapi, tidak dengan Dewingga.

Di tempat lain, seseorang menunggu penuh kemenangan, Affandra Bhaumik yang juga sang Maha Dimensi. Dia duduk dan bersandar dengan penuh keyakinan.

“Satu sudah kutemukan. Tidak tahu yang mana Mireco terkuat, tapi, setidaknya pekerjaanku sedikit lagi akan selesai,” monolog Affandra dan merasa lega.

Ingatannya kembali, tepat malam sebelum rapat dengan Divisi Human Capital dilaksanakan. Tanpa sengaja mendengar Mireco sedang bekerja.

Saat itu, Maha yang sedang mengawasi ketiga dimensi dari kursi kebesarannya, seseorang yang dipanggil ayah sedang memaksa anak perempuannya untuk menjadi alat bayar utang.

“Kau harus mau!” Suara berat pria mabuk terdengar lantang di kepala Maha.

Dengan cepat, retina mata mencari tahu yang sebenarnya terjadi, mengamati sesaat, lalu mengambil keputusan.

“Tidak mau, Pa! Papa yang berjudi, kenapa harus aku yang membayar?” balas si anak terdengar kuat menolak kemauan sang Ayah.

Maha baru akan mengambil tindakan, dia tidak bisa membuat keputusan tanpa pertimbangan, ini dunia manusia, jangan sampai satu kekacauan menimbulkan kekacauan lain.

“Kau, papa tak tahu diri. Berhenti!” Suara yang sedang dicari oleh Maha terdengar.

Maha berhenti, si ayah terdiam seperti terkena hipnotis, si anak perempuan langsung mengambil jarak dan mencari tempat perlindungan.

“Pergilah. Serahkan dirimu dan rentenir itu ke polisi. Katakan pada mereka, kau akan menjual putrimu untuk melunasi semua utang judi.”

“Mireco,” desis Maha. Pencarian Maha beralih, manik mata mencari ketiga dunia yang dia kendalikan. “Ketemu,” ucap Maha.

Tak jauh dari tempat dia berdiri, masih di dalam gedung pencakar langit ini, manik mata Maha Dimensi-Deenege- menemukan Deolinda yang sedang fokus menatap lurus ke depan.

“Jadi, seperti itu kau mengendalikan Mireco?” tanya Maha dengan suara lirih. “Tubuh menegang, kedua telapak tangan terkepal kuat. Kau sedang menhan marah, hah?” Maha masih mengamati Deolinda dengan bersedekap dada.

Suara ketukan menyadarkan Maha dan mempersiapkan diri menyambut yang sudah ditunggu 20 tahun ini. Perasaan luar biasa menyeruak, seperti seorang siswa yang sedang menunggu dipanggil untuk menerima penghargaan.

“Ada apa ini?” tanya Maha bingung pada diri sendiri. “Baru sekali ini aku merasakan hal ini. Apa mungkin karena aku akan menyelesaikan masa di semesta ini?”

Kembali suara ketukan terdengar. Maha tersentak karena sempat melamun, “Masuk.” Suara tegas Maha terdengar.

Dewingga dan Deolinda masuk begitu mendapatkan izin.

“Pak, saya bersama staf HRD membawa laporan notulen yang Anda minta,” kata Dewingga menerangkan.

“Baik. Berikan laporannya,” pinta Maha lagi. “Silakan, Ibu Deolinda menjelaskan isi laporan ini secara ringkas.”

Deolinda tidak menjawab, hanya diam karena masih sibuk membaca isi pikiran Dewingga yang tak terdengar.

“Kosong?” gumam Deolinda tak sadar dia sudah ada di mana.

“Hei, kau melamun lagi?” tanya Dewingga dengan sedikit membentak.

“Eh, ti-tidak, Pak,” gugup Deolinda membalas. Wajah terangkat dan ...

“Aaa ....” Deolinda tiba-tiba berteriak begitu melihat sekeliling.

Apa ini? Tempat apa ini? tanyanya dalam hati. Apa ini memang desain ruang kerja Pak Affandra?

Deolinda seketika itu juga menjadi lemas. Kedua kaki tak mampu lagi menopang tubuh kecil dan kurus.

“Kau kenapa?” tanya Dewingga bingung yang mendapati reaksi perempuan itu. “Apa kau sakit?”

Deolinda termangu masih mencerna apa yang dia lihat barusan. Menarik napas berkali-kali seperti seorang yang sakit asmanya kambuh.

“P-pak, i-ini ....” Deolinda bingung harus bicara apa.

Bagaimana mungkin aku bertanya ke Pak Wingga? Dia pasti pikir aku gila. Apalagi dengan Pak Affandra. Tempat apa ini? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Deolinda.

“Berdirilah.”   

Tangan Maha terjulur, Dewingga menatap bingung dan tak mengerti. Deo menatap tangan itu ragu. Pria yang tak lain atasan tertinggi sekaligus pemilik perusahaan menawarkan bantuan.

“Pak Affandra mau bantuin?” tanya Deo sangat pelan dan bingung dengan keadaan sekarang.

“Ya, aku menawarkan bantuan untukmu. Dan, aku ....” Affandra berjongkok di hadapan Deolinda. “Mendengar semuanya.”

Bab terkait

  • Maha Dimensi   Tidak Masuk Akal

    Dewingga menatap tak percaya adegan yang sedang tayang langsung. Tepat di depan mata, tangan Maha menjulur dengan senyum terukir di bibir.“Pak ....” Dewingga menatap Maha dengan pertanyaan yang tergambar di bola mata.Maha menoleh, “Lihat saja.”Deolinda yang masih mencerna apa yang baru saja dia lihat, menatap uluran tangan kanan Maha. Mata yang kosong dan otak yang berpikir keras.“Berdirilah,” ucap Maha lagi. “Dan lihat sekelilingmu.”Deolinda mengikuti perintah Maha dengan kepala yang terangkat perlahan seraya tangan menerima bantuan dari si bos besar.“A-apa ini?” tanya Deolinda setelah dia melihat sekeliling.“Ini dinamakan Vehritio,” jelas Maha.“Ap ... apa ....” Deolinda terhenti saat Maha merentangkan kedua tangannya.“Maha.” Dewingga mencoba memotong.Maha menunjukkan wujudnya yang bukan manusia, wuj

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Maha Dimensi   Berita Lain

    “Tidak perlu kau suruh. Aku sudah punya sejak tahun 1925. Dunia hiburan sudah sejak lama sekali kumiliki. Jadi, tidak perlu kau suruh atau pun kau pinta, aku sudah memilikinya.”Pernyataan Affandra membuat Deolinda terperangah. Malam sudah sangat larut dan dia masih sibuk menatap langit-langit kamar kosnya sambil mengolah setiap ucapan pria kaya raya itu.“Astaga!” pekik Deolinda yang sontak bangun dari rebahnya. “Tadi, kan. Aku keluar ruangan Pak Affandra ‘gak pamit?” Diam lagi sambil memikirkan hal yang mungkin terjadi. “Tolol,” makinya pada diri sendiri sambil mengacak-acak rambut.“Kalau besok aku dipanggil, ‘gimana? Terus dikasih SP? Masa iya, baru sebulan kerja aku langsung kena SP?” cerca Deolinda menyadari kebodohannya.Deolinda tidak tenang, kantuk berat sudah menyerang, tapi, otak masih menyuruh berpikir hal buruk karena perilaku negatif yang dilakukan pada atasan tertinggi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Maha Dimensi   Iblis di Balik Wajah Tampan

    Berusaha bersikap wajar di hadapan psikiater perusahaan memang pilihan terbaik saat ini. Wajah tampan, terlihat ramah dengan senyum memikat, tak disangka memiliki hati iblis. “Ini laporan “profiling” pegawai Departemen Service Quality, Bu ....” “Deolinda, Pak. Eh ... dokter,” respon Deolinda cepat. “Tidak perlu sungkan, Bu. Berhubung status saya di sini juga seorang pegawai, pakai bahasa formal saja.” Senyum ramah kembali diterima Deolinda. “Baik, Pak. Saya terima laporannya dan mohon diperiksa kemudian ditandatangani lembar serah terima berkas ini.” Deolinda berkeinginan untuk secepatnya keluar dari ruang kerja Dimas. Sungguh sangat tidak nyaman berada di ruangan seorang manusia berhati iblis. “Ibu terlihat buru-buru, ya?” tanya Dimas. “Maaf, Pak. Saya ada pekerjaan lain.” Deo berusaha untuk bersikap tenang. Dimas tertawa, “Apa Ibu takut kalau Pak Affandra cemburu?” “Hah? Apa maksudnya, Pak?” Deolinda bingung. “Semua orang tahu kok hubungan Bu Deo dengan Pak Affandra. Saya ‘

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Maha Dimensi   Big Boss yang Kejam

    Kekhawatiran terbesar Maha, jika Deolinda nekad mencampuri urusan Dimas, masalah lain mungkin terjadi. Entah apa pun itu, firasat buruk Maha mengatakan dia harus melindungi Deolinda. “Mungkin ini tugas terakhirku. Perintahkan “ars verihtio” mencari gadis itu!” Maha menahan gelisah. “Jangan sampai kau salah memberikan instruksi kepada pasukan khusus itu. Suruh mereka mencari dari seluruh penjuru alam semesta. Jangan sampai luput.” “Baik, Maha,” balas Dewingga cepat. “Ingat! Jangan sampai rahasia tentang “mireco” milik Mafalda tercium oleh makhluk lain. Bukan hanya nyawa saja yang terancam. Kehidupan alam semesta akan menjadi berantakan.” Dewingga dan para pasukan khusus alam semesta memulai pencarian. Tak seperti biasanya, kesulitan demi kesulitan mereka hadapi hasil pun nihil. Ada yang menghalangi pencarian mereka, tak ada yang tahu siapa yang menghalangi mereka. “Maha, mungkin Nona Deolinda sudah berada di tangan mereka,” simpul Sarjan pengik

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Maha Dimensi   Gosip ... Sip ...

    Berita terbesar saat ini, tentang hubungan asmara seorang pria kaya raya dan gadis sederhana menjadi topik utama. Seluruh media cetak bahkan elektronik dalam dan luar negeri, siaran berita bisnis, politik bahkan infotainment pun menyiarkan berita mereka. Sang Cinderella abad ini, Deolinda Chalondra Anulika. “Pak, tolong bantah berita ini,” mohon Deolinda di ruang kerja Affandra. Maha duduk dengan santai, sedikit pun dia tidak terpengaruh. Hanya mengetuk-ngetuk meja kerja dengan pena yang bisa dipastikan, harga dua benda itu mencapai ratusan juta. “Caranya?” Pertanyaan Maha bukannya membuat Deolinda tenang, malah membuat gadis itu semakin menjadi marah. “Astaga, Pak. Hal kecil seperti saja masih ditanya,” geram Deolinda menahan kesal yang sudah ada di ubun-ubun. “Kalau kecil, lakukan saja sendiri,” imbuh Maha sambil mengangkat bahu. “Pak, hal kecil untuk Bapak. Kalau saya itu hal besar. Saya tidak memiliki kemampuan buat meluruskan beri

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Maha Dimensi   Berita Besar

    Berita terbesar saat ini, tentang hubungan asmara seorang pria kaya raya dan gadis sederhana menjadi topik utama. Seluruh media cetak bahkan elektronik dalam dan luar negeri, siaran berita bisnis, politik bahkan infotainment pun menyiarkan berita mereka. Sang Cinderella abad ini, Deolinda Chalondra Anulika. “Pak, tolong bantah berita ini,” mohon Deolinda di ruang kerja Affandra. Maha duduk dengan santai, sedikit pun dia tidak terpengaruh. Hanya mengetuk-ngetuk meja kerja dengan pena yang bisa dipastikan, harga dua benda itu mencapai ratusan juta. “Caranya?” Pertanyaan Maha bukannya membuat Deolinda tenang, malah membuat gadis itu semakin menjadi marah. “Astaga, Pak. Hal kecil seperti saja masih ditanya,” geram Deolinda menahan kesal yang sudah ada di ubun-ubun. “Kalau kecil, lakukan saja sendiri,” imbuh Maha sambil mengangkat bahu. “Pak, hal kecil untuk Bapak. Kalau saya itu hal besar. Saya tidak memiliki kemampuan buat meluruskan beri

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Maha Dimensi   Tabik, Pembaca

    Halo, Teman-Teman. Alen D. di sini. Sebelumnya, aku minta maaf untuk beberapa kendala teknis ya. Untuk BAB 14 dan seterusnya, dialog dalam hati akan memiliki tanda apostrop (') sebagai pembeda ucapan langsung dengan ucapan dalam hati. Sebenarnya, di BAB 1-13 ditulis dalam bentuk huruf miring, bagi Teman yang membaca via web akan terlihat jelas tulisan miring dan huruf tebal, tapi, untuk yang membaca dari aplikasi,tulisan miring tidak terlihat. Mohon maaf akan ketidaknyamanan Teman-Teman dalam membaca ya. Ke depannya, aku akan menyajikan tanda apostrop (') sebagai pembeda. Namun, jika nanti ada perubahan di aplikasi, aku akan usahakan untuk merevisi dengan baik. Terima kasih atas pengertiannya. Salam, Alen D.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Maha Dimensi   Tamu tak Diundang

    Deolinda menatap satu per satu wajah rekan kerjanya, mata yang menyelidik dan mencoba membaca apa yang ada di dalam pikiran para pegawai Bhaumik Grup itu, rekan se-departemennya.“Cuma pekerjaan?” gumam Deolinda bingung. “Di dalam pikiran mereka hanya pekerjaan saja? Tidak ada yang lain, ‘gitu?” Matanya tak lepas menatap satu per satu wajah rekan kerjanya.‘Mereka pun ‘gak mempermasalahkan berita pertunangan itu? Sekarang aku yang ribet!’ gerutu Deolinda dalam hati.“Nikmati saja,” balas Affandra melalui pikiran Deolinda.Suara berkharisma yang terdengar di dalam kepala Deolinda berhasil membuatnya tersentak dan spontan berdiri seraya berteriak, “Nikmati bagaimana?”Tanpa dikomando, pasangan mata serentak menatap satu-satunya calon nyonya besar Bhaumik.“Maaf,” ucap Deolinda dengan perasaan bersalah.Tak ada yang berani mencibir-seperti biasa-sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30

Bab terbaru

  • Maha Dimensi   Sesuatu dalam Diri

    Mata Deolinda membulat hampir keluar, seketika warna matanya pun berubah untuk se-detik ketika Affandra mengatakan sesuatu.“Jangan pernah melihat sosoknya, jika tidak ingin merindukan bentuk yang telah lama hilang. Sedikit lagi, dia akan menghilang. Bahkan, untuk berada dalam ingatan makhluk yang pernah menjadi pengikut setianya.”Setelah mengatakan itu, Maha menyunggingkan senyum licik.“Maksud ucapan Bapak tadi apa?” Deolinda benar-benar bingung dan tidak mengerti. “Memangnya apa yang akan terjadi kalau dia muncul?”“Raganya sudah lenyap ....”“Kalau sudah lenyap, kenapa harus takut?” Sambung Deolinda memotong.“Tidak dengan jiwanya,” lanjut Maha yang geram dengan kelakuan wanita ini. “Dan, jiwa sekarang bisa mengambil alih raga yang menjadi inangnya.”Deolinda paham. Sangat jelas maksud dari ucapan pria ini.“Artinya saya bisa mati?”“Tidak. Tentu saja tidak mati.” Affandra tersenyum. “Hanya saja, jiwa kalian akan tertukar. Mafalda akan mengendalikanmu, mengurung jiwamu yang seben

  • Maha Dimensi   Berita Viral

    Maha membawa Deolinda meninggalkan ruangan. Mereka yang tinggal di sana, menatap takjub, terpesona akan aksi gentle dari seorang Affandra Bhaumik. “Dimas benar-benar ‘gak punya kesempatan ya,” ujar Kirana sinis. Mata melirik dengan sorot mengejek. Yang sedang diomongi hanya mampu menatap pemilik suara dan hanya mampu menahan marah saja. Semua kembali ke meja masing-masing dan kembali bekerja. Di luar, Deolinda melepas tangan Affandra yang “entah kenapa” tadi disambut. Memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. “Semua sedang sibuk bekerja saat ini. Tak ada satu makhluk pun berada di tempat ini, jadi tidak perlu khawatir.” Maha menjelaskan lalu memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Lalu, kenapa Bapak datang ke ruangan saya?” Deolinda menyipitkan mata, seolah-olah menyelidiki. “Kepala dan telingaku.” Singkat, jelas dan padat jawaban Maha. Sayang sekali, Deolinda tidak paham maksudnya. “Memangnya kenapa dengan kepala dan telinga Bapak? Sakit?” tanya Deolinda terdenga

  • Maha Dimensi   Jangan Ikut Campur!

    Memang, manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Ingin lebih dan lebih lagi. Bukan hanya manusia, Mafalda pun sama. Ingin menguasai dunia melalui Affandra Bhaumik dan bermaksud menyingkirkan wanita-wanita di sekitarnya.“Hitan, kau sudah tahu bagaimana caranya menyingkirkan tunangan Affandra?” tanya Mafalda di tempat gelapnya.“Maafkan saya, Yang Mulia. Nona Deolinda tidak bisa saya dekati. Dia tinggal di paviliun utama rumah Bhaumik.” Hitan melaporkan dengan penuh rasa takut.Tanpa dipikirkan, sudah tahu sosok dengan wujud manusia berjenis kelamin wanita adalah satu-satunya yang dia takuti di alam raya ini. Hitan sudah bersiap untuk menerima hukuman.“Nanti saja, urusan manusia bernama Deolinda itu bisa belakangan. Sekarang—“ Mafalda menoleh dan menatap Hitan. “Cari manusia yang bisa kau jadikan penguntit untuk Mulan. Kumpulkan semua informasi tentang dia. Jika perlu, semua manusia yang menjadi pelayan di rumah Affandra.”“Baik, Yang Mulia,” jawab Hitan dengan s

  • Maha Dimensi   Anastasia VS Mulan

    Mulan tidak percaya kemudian menatap sekitar dengan mata penuh tanda tanya.“Kenapa aku ada di sini?” Baru saja dia menyadari sesuatu. “Aku ke sini jalan sendiri?” gumam Mulan tak mengerti.“Oh, iya. Aku melamun tadi, astaga ... aku sampai lupa.” Sebuah suara berbicara dalam pikirannya.“Hai, Mulan, maaf sudah membuat kamu menunggu lama,” sapa Anastasia dan langsung duduk di depan Mulan.“Tadi aku dihubungi oleh manejer model ini.” Lagi, suara dalam pikiran Mulan bicara.‘Bagus, kau kini sudah paham skenarioku,’ ucap Anastasia dalam hati. ‘Di jarak dekat begini, sangat mudah menggunakan Mireco yang terbatas ini.’Mafalda membawa Mulan ke hadapannya untuk mempelajari karakter perempuan yang sedang berlakon di rumah Bhaumik.Mulan hanya mengangguk saja. Namun, ada sesuatu yang salah dari cara menatap.“Yang Mulia,

  • Maha Dimensi   Mulan, si Wanita Iblis

    “Aku akan menyusun drama dengan judul “Anak Brokenhome”,” kata Mulan, “yang menderita dan sangat kesepian. Nanti, akan kuatur waktu dan tempat yang tepat untuk membuat Tuan Muda melihatku. Seolah-olah tanpa sengaja, aku akan menangis, bersedih. Bukankah para lelaki menyukai kondisi itu? Setelah aku menceritakan penderitaanku perlahan dan pasti, aku akan membuat adegan yang tanpa sengaja memeluknya, selanjutnya terbawa suasana, kami pun berciuman. Mesra, lembut dan hangat, lalu akan berakhir di atas ranjang panas. Kami akan bercinta penuh hasrat dan gairah.”Panjang lebar Mulan membisikkan rencana jahatnya ke Delon.“Kau gila?” beo Delon.‘Benar-benar wanita tak berhati. Kaya, cantik dan berpendidikan tinggi tak membuat seseorang memiliki hati dan perilaku baik. Benar-benar perempuan iblis,’ ucapnya dalam hati.Setelah mendengar rencana Mulan, Delon mengakui perempuan ini adalah iblis berbe

  • Maha Dimensi   Keserakahan Manusia

    Mulan duduk menunggu ditemani secangkir latte panas dan sepotong “red velvet”di kafe milik model ternama, Anastasia Roesandi.“Dasar lelet. Orang itu mau duit, ‘gak sih?” gerutu Mulan yang sudah menunggu lima menit.“Jangan menggerutu begitu, nanti cantiknya hilang, Manis.” Suara berat pria mengejutkannya.“Berengsek! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung,” gerutu Mulan dengan mata yang menatap tajam.Pria itu tertawa dengan kencang. “Kau terlalu berlebihan, Mulan. Jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh pasti sakit sekali.”“Tidak perlu berfilofosi, Delon. Kau bukan filsuf.”“Tapi ....”“Cukup, aku menyuruhmu datang untuk memberikan pekerjaan, bukan untuk menggurui, paham!” tegas Mulan.“Baiklah, Manisku.” Delon memanggil pelayan dan memesan secangkir espreso dengan “double shoot&rdqu

  • Maha Dimensi   Bukan Pelayan Asli

    Mulan Daniah, gadis berusia 23 tahun, putri bungsu pemilik konveksi terbesar di negara ini. Baru saja menyelesaikan kuliah Manajemen Bisnis setelah empat tahun lebih duduk di bangku kampus berbasis internasional.Tapi kini, dia sudah bekerja, bukan di perusahaan milik keluarganya. Dengan bangga mengatakan kepada keluarga kalau dia sudah bekerja sebagai pegawai level staf di Grup Bhaumik. Tentu saja seluruh keluarga besarnya menyambut gembira. Namun, mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi.“Kau pikir, untuk apa aku ada di tempat ini?" rutuknya pelan.Mulan masuk ke kamar pribadinya di rumah besar milik Keluarga Bhaumik. Di rumah Bhaumik, setiap pelayan memiliki kamar masing-masing.“Kenapa Affandra memilih dia? Apa perempuan itu memakai pelet? Mana dia dikasih paviliun utama dengan semua fasilitas yang bahkan keluargaku sendiri tidak bisa miliki!”Menghempaskan pantat di kursi meja rias dan mulai menghapus riasan make-up. Mulan

  • Maha Dimensi   Terlalu Banyak Rahasia

    Yang namanya manusia, lupa itu adalah sebuah kebiasaan. Begitu juga dengan Deolinda, dia lupa menutup kekuatannya ketika menyaksikan siaran langsung keangkuhan Affandra Bhaumik. Dan, tak dapat dihindari, apa yang ada di dalam pikirannya terbaca oleh Maha.“Dia pikir aku penyuka sesama jenis?” lirih Maha.Pria kharismatik itu tak jadi masuk ke mobil yang pintunya sudah terbuka. Dia tertahan karena apa yang dipikirkan oleh Deolinda terbaca oleh otaknya. Tanpa aba-aba, dia mengerakkan kepala mencari keberadaan Deolinda.“Di situ kau rupanya,” kata Maha pelan dan menahan senyum.Affandra ingin tertawa melihat gelagat tunangannya itu. Seperti seorang yang tertangkap basah sedang mencuri pandang saja. Namun, egonya sebagai sang Maha di hadapan para makhluk alam semesta dan para wibawanya sebagai pria berpengaruh di dunia manusia membuat dia harus menahan diri dan tidak bertindak sembarangan.Affandra berjalan dengan pasti dan penu

  • Maha Dimensi   Keangkuhan

    Suasana pagi yang menegangkan dengan berita penyerahan diri dr. Dimas Maheswara kepada yang berwajib.Tepat tengah malam pria itu mendatangi polsek terdekat dan membuat pengakuan, menceritakan kronologi kecelakaan maut.“Jadi, tersangka DM dengan sengaja menyabotase mobil artis YL dan terlihat seolah-olah kecelakaan. Pada saat kejadian, yang bersangkutan berada di belakang mobil YL. Keduanya terlibat pertengkaran. Saudara DM dengan sengaja menyalip dari arah kiri tanpa memberikan tanda sebelumnya. Sehingga, korban YL banting setir ke arah kanan dan menabrak pembatas jalan. Tersangka DM sempat berhenti dan keluar dari mobil untuk mengambil barang bukti, yaitu ponsel korban.” Kepala bagian HUMAS kepolisian menjelaskan dalam konferensi pers.“Pak, apa hubungan tersangka dan korban?” tanya seorang wartawan dengan tubuh bongsor.“Keduanya adalah pasangan kekasih,” jawab polisi tersebut.“Lalu, apa ada hubungan t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status