Deolinda menatap satu per satu wajah rekan kerjanya, mata yang menyelidik dan mencoba membaca apa yang ada di dalam pikiran para pegawai Bhaumik Grup itu, rekan se-departemennya.
“Cuma pekerjaan?” gumam Deolinda bingung. “Di dalam pikiran mereka hanya pekerjaan saja? Tidak ada yang lain, ‘gitu?” Matanya tak lepas menatap satu per satu wajah rekan kerjanya.
‘Mereka pun ‘gak mempermasalahkan berita pertunangan itu? Sekarang aku yang ribet!’ gerutu Deolinda dalam hati.
“Nikmati saja,” balas Affandra melalui pikiran Deolinda.
Suara berkharisma yang terdengar di dalam kepala Deolinda berhasil membuatnya tersentak dan spontan berdiri seraya berteriak, “Nikmati bagaimana?”
Tanpa dikomando, pasangan mata serentak menatap satu-satunya calon nyonya besar Bhaumik.
“Maaf,” ucap Deolinda dengan perasaan bersalah.
Tak ada yang berani mencibir-seperti biasa-sem
“Ada apa ini?”Suara berat dengan tegas menginterupsi dua wanita bersaudara itu. Serentak mereka menoleh ke asal suara dan sama-sama terkejut dengan pria yang menjadi sasaran imajinasi liar para wanita di luar sana.Aeera tentu saja dengan tatapan penuh kagum, sedangkan Deolinda tersentak karena tidak menyadari keberadaan satu-satunya pria yang ingin dia hindari.“Kamu siapa?” Maha menatap Aeera tanpa ada emosi sedikit pun.Aeera terbatuk kecil, sesaat imajinasinya melayang dengan liar. Baik Maha maupun Deolinda tahu apa isi kepala Aeera.“Oh, halo, Calon Kakak Ipar.” Aeera menyapa dengan nada menggoda.Tangan dengan jari-jemari lentik gadis itu mengulur untuk berjabat tangan. Namun, tak ada respon dari Affandra Bhaumik. Hasilnya, tangan kurus dan kecil seperti tak makan itu hanya menggantung di udara.Bukan hanya Deolinda saja, mereka yang sejak tadi menonton aksi dua gadis bersaudara itu tercengan
Mafalda kembali tanpa ada yang menyadari. Bahkan, Maha pun tak tahu bagian lain dari makhluk gelap itu sudah muncul, perlahan dan pasti. Yang dia tahu, hanya Deolinda saja dan karena itu dia menyusun skenario pertunangan palsu.“Pak, saya semakin yakin kalau ini situasi sekarang ini sangat berlebihan,” kritik Deolinda.“Untukmu berlebihan, tidak untuk kami dan semua yang mengenal alam semesta ini.” Maha terlihat tidak peduli kekhawatiran dalam diri pegawai sekaligus pemilik “mireco” itu.“Negara ini jelas sekali melarang wanita dan pria untuk tinggal seatap dan serumah, Pak,” terang Deolinda. Dia masih ingin keluar dari kondisi sekarang. “Jelas sekali ini melanggar norma dan adat istiadat.”Mata tajam Maha menatap lekat Deolinda, mencoba masuk ke alam bawah sadar manusia pemilik bagian terbesar “mireco”.‘Masih tidur,’ batin Maha berkata.“Ada apa, Pak?
Langkah kaki wanita terdengar sangat anggun, layaknya berjalan di atas panggung peragaan busana. Anastasia Roesandi melangkah dengan senyum ramah mengembang di wajah cantik bak Dewi. “Halo, Mbak Anastasia. Perkenalkan, saya Geraldi William dari Departemen Advertising.” Sambutan ramah dari pegawai FasLo, perusahaan busana milik Bhaumik Grup. “Hai, saya Anastasia. Senang berkenalan dengan Anda, Pak Geraldi,” balas Anastasia ramah. “Mari, Bu, silakan masuk.” Geraldi memberikan jalan untuk model cantik itu masuk ke ruang rapat. “Terima kasih.” Senyum bak Dewi tak penah dari bibir merah terang. Di dalam sudah menunggu Affandra Bhaumik, pria yang baru saja dinobatkan menjadi pria terkaya di dunia. Total kekayaan yang sanggup membuat siapa pun bertekuk lutut dengan mudah. Bahkan, bersedia menjadi anjing peliharaan. Anastasia terpesona memandang pria paling berpengaruh saat ini, duduk dengan anggun sambil mendengarkan penjelasan materi rapat y
Ruangan itu gelap dengan cahaya berwarna ungu tua, ditopang pilar-pilar tinggi tanpa terlihat ujung di langit-langit. Lantai berwarna emas yang berkilauan dan mampu menghipnotis siapapun, tempat yang bernama Hypandar.Terlihat tak memiliki pintu dan jendela, tak ada jalan masuk. Bahkan, angin atau udara tak ada di sana. Manusia yang masuk ke dalam pasti akan kehilangan nyawa.“Di mana? Siapa anak kecil itu?” Suaranya terdengar sangat lembut. Namun, nadanya sanggup membunuh lawan bicara.Mata dari sosok yang dibalut tubuh wanita itu mencari-cari dengan amarah yang tak sanggup ditahan. Tatapan yang terlihat lembut itu milik sosok menakutkan. Dia, Mafalda Ofelia, pemilik Mireco sebenarnya.“Kau di mana, Manusia? Makhluk bodoh yang seharusnya menjadi budakku. Tunjukkan dirimu!” murka Mafalda.Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan benda yang menyerupai cermin raksasa itu. Dari sana, Mafalda mengamati semu
“Tahan!” Dengan suara yang agak tinggi, Mafalda menahan Hitan.“Ada apa, Yang Mulia?”Hitan tiba-tiba merasakan ketakutan, merasa akan mendapat hukuman tambahan untuk kesalahan yang tidak dilakukan.“Tunggu di situ dan jangan bergerak!” perintah Mafalda cepat.Ada perasaan lain yang tak dimengerti oleh Hitan dan cara Mafalda berbicara, sudah sangat mirip dengan manusia.Aku harus mengaku, batin Dimas.Namun, pikiran itu bukan dari diri dokter itu. Ada pihak lain yang mengendalikan dr. Dimas, Deolinda. Wanita yang tiba-tiba saja mendadak viral karena status sebagai tunangan dari pria berpengaruh di dunia, Affandra Bhaumik, sedang duduk dengan tenang di lobi utama apertemen tempat tinggal Dimas.“Benar, Deo. Ini yang harus kamu lakukan,” gumam Deolinda bermonolog, “tidak perlu takut, ya, demi kebaikan kok. Dengan infra ke-6, kamu harus bisa membantu orang lain.”
“Menghilang?” Mafalda mulai bingung. “Tidak mungkin secepat itu.”Sesaat sebelumnya, saat perhatian Hitan teralihkan dengan kehadiran Dimas, sesuatu terjadi. Waktu tiba-tiba berhenti, udara tak berputar. Dimas tak bergerak dan Hitan juga sama. Alam semesta tak begerak.Tetapi, tidak dengan Deolinda. Dia tersentak begitu menyadari keadaan sekitar sedang tidak bergerak. Lalu, dia menatap ke arah jam dinding dengan ukuran besar di bagian meja resepsionis.“Kenapa ini?” tanya Deolinda bingung dan ketakutan.Kemudian dia berdiri dan mendekati Dimas yang tiba-tiba berhenti ketika kakinya masih posisi melangkah. Melambaikan tangan kedua tangan di depan wajah Dimas untuk memeriksa kesadaran pria itu.“Tidak bergerak? Apa ini?” Deolinda mulai merasa takut.Kakinya spontan mundur beberapa langkah dan menubruk sesuatu tepat di belakang punggungnya. Dia terdiam dan membeku dengan jantung yang tak bisa berd
Suasana pagi yang menegangkan dengan berita penyerahan diri dr. Dimas Maheswara kepada yang berwajib.Tepat tengah malam pria itu mendatangi polsek terdekat dan membuat pengakuan, menceritakan kronologi kecelakaan maut.“Jadi, tersangka DM dengan sengaja menyabotase mobil artis YL dan terlihat seolah-olah kecelakaan. Pada saat kejadian, yang bersangkutan berada di belakang mobil YL. Keduanya terlibat pertengkaran. Saudara DM dengan sengaja menyalip dari arah kiri tanpa memberikan tanda sebelumnya. Sehingga, korban YL banting setir ke arah kanan dan menabrak pembatas jalan. Tersangka DM sempat berhenti dan keluar dari mobil untuk mengambil barang bukti, yaitu ponsel korban.” Kepala bagian HUMAS kepolisian menjelaskan dalam konferensi pers.“Pak, apa hubungan tersangka dan korban?” tanya seorang wartawan dengan tubuh bongsor.“Keduanya adalah pasangan kekasih,” jawab polisi tersebut.“Lalu, apa ada hubungan t
Yang namanya manusia, lupa itu adalah sebuah kebiasaan. Begitu juga dengan Deolinda, dia lupa menutup kekuatannya ketika menyaksikan siaran langsung keangkuhan Affandra Bhaumik. Dan, tak dapat dihindari, apa yang ada di dalam pikirannya terbaca oleh Maha.“Dia pikir aku penyuka sesama jenis?” lirih Maha.Pria kharismatik itu tak jadi masuk ke mobil yang pintunya sudah terbuka. Dia tertahan karena apa yang dipikirkan oleh Deolinda terbaca oleh otaknya. Tanpa aba-aba, dia mengerakkan kepala mencari keberadaan Deolinda.“Di situ kau rupanya,” kata Maha pelan dan menahan senyum.Affandra ingin tertawa melihat gelagat tunangannya itu. Seperti seorang yang tertangkap basah sedang mencuri pandang saja. Namun, egonya sebagai sang Maha di hadapan para makhluk alam semesta dan para wibawanya sebagai pria berpengaruh di dunia manusia membuat dia harus menahan diri dan tidak bertindak sembarangan.Affandra berjalan dengan pasti dan penu