Mulan Daniah, gadis berusia 23 tahun, putri bungsu pemilik konveksi terbesar di negara ini. Baru saja menyelesaikan kuliah Manajemen Bisnis setelah empat tahun lebih duduk di bangku kampus berbasis internasional.
Tapi kini, dia sudah bekerja, bukan di perusahaan milik keluarganya. Dengan bangga mengatakan kepada keluarga kalau dia sudah bekerja sebagai pegawai level staf di Grup Bhaumik. Tentu saja seluruh keluarga besarnya menyambut gembira. Namun, mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi.
“Kau pikir, untuk apa aku ada di tempat ini?" rutuknya pelan.
Mulan masuk ke kamar pribadinya di rumah besar milik Keluarga Bhaumik. Di rumah Bhaumik, setiap pelayan memiliki kamar masing-masing.
“Kenapa Affandra memilih dia? Apa perempuan itu memakai pelet? Mana dia dikasih paviliun utama dengan semua fasilitas yang bahkan keluargaku sendiri tidak bisa miliki!”
Menghempaskan pantat di kursi meja rias dan mulai menghapus riasan make-up. Mulan
Mulan duduk menunggu ditemani secangkir latte panas dan sepotong “red velvet”di kafe milik model ternama, Anastasia Roesandi.“Dasar lelet. Orang itu mau duit, ‘gak sih?” gerutu Mulan yang sudah menunggu lima menit.“Jangan menggerutu begitu, nanti cantiknya hilang, Manis.” Suara berat pria mengejutkannya.“Berengsek! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung,” gerutu Mulan dengan mata yang menatap tajam.Pria itu tertawa dengan kencang. “Kau terlalu berlebihan, Mulan. Jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh pasti sakit sekali.”“Tidak perlu berfilofosi, Delon. Kau bukan filsuf.”“Tapi ....”“Cukup, aku menyuruhmu datang untuk memberikan pekerjaan, bukan untuk menggurui, paham!” tegas Mulan.“Baiklah, Manisku.” Delon memanggil pelayan dan memesan secangkir espreso dengan “double shoot&rdqu
“Aku akan menyusun drama dengan judul “Anak Brokenhome”,” kata Mulan, “yang menderita dan sangat kesepian. Nanti, akan kuatur waktu dan tempat yang tepat untuk membuat Tuan Muda melihatku. Seolah-olah tanpa sengaja, aku akan menangis, bersedih. Bukankah para lelaki menyukai kondisi itu? Setelah aku menceritakan penderitaanku perlahan dan pasti, aku akan membuat adegan yang tanpa sengaja memeluknya, selanjutnya terbawa suasana, kami pun berciuman. Mesra, lembut dan hangat, lalu akan berakhir di atas ranjang panas. Kami akan bercinta penuh hasrat dan gairah.”Panjang lebar Mulan membisikkan rencana jahatnya ke Delon.“Kau gila?” beo Delon.‘Benar-benar wanita tak berhati. Kaya, cantik dan berpendidikan tinggi tak membuat seseorang memiliki hati dan perilaku baik. Benar-benar perempuan iblis,’ ucapnya dalam hati.Setelah mendengar rencana Mulan, Delon mengakui perempuan ini adalah iblis berbe
Mulan tidak percaya kemudian menatap sekitar dengan mata penuh tanda tanya.“Kenapa aku ada di sini?” Baru saja dia menyadari sesuatu. “Aku ke sini jalan sendiri?” gumam Mulan tak mengerti.“Oh, iya. Aku melamun tadi, astaga ... aku sampai lupa.” Sebuah suara berbicara dalam pikirannya.“Hai, Mulan, maaf sudah membuat kamu menunggu lama,” sapa Anastasia dan langsung duduk di depan Mulan.“Tadi aku dihubungi oleh manejer model ini.” Lagi, suara dalam pikiran Mulan bicara.‘Bagus, kau kini sudah paham skenarioku,’ ucap Anastasia dalam hati. ‘Di jarak dekat begini, sangat mudah menggunakan Mireco yang terbatas ini.’Mafalda membawa Mulan ke hadapannya untuk mempelajari karakter perempuan yang sedang berlakon di rumah Bhaumik.Mulan hanya mengangguk saja. Namun, ada sesuatu yang salah dari cara menatap.“Yang Mulia,
Memang, manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Ingin lebih dan lebih lagi. Bukan hanya manusia, Mafalda pun sama. Ingin menguasai dunia melalui Affandra Bhaumik dan bermaksud menyingkirkan wanita-wanita di sekitarnya.“Hitan, kau sudah tahu bagaimana caranya menyingkirkan tunangan Affandra?” tanya Mafalda di tempat gelapnya.“Maafkan saya, Yang Mulia. Nona Deolinda tidak bisa saya dekati. Dia tinggal di paviliun utama rumah Bhaumik.” Hitan melaporkan dengan penuh rasa takut.Tanpa dipikirkan, sudah tahu sosok dengan wujud manusia berjenis kelamin wanita adalah satu-satunya yang dia takuti di alam raya ini. Hitan sudah bersiap untuk menerima hukuman.“Nanti saja, urusan manusia bernama Deolinda itu bisa belakangan. Sekarang—“ Mafalda menoleh dan menatap Hitan. “Cari manusia yang bisa kau jadikan penguntit untuk Mulan. Kumpulkan semua informasi tentang dia. Jika perlu, semua manusia yang menjadi pelayan di rumah Affandra.”“Baik, Yang Mulia,” jawab Hitan dengan s
Maha membawa Deolinda meninggalkan ruangan. Mereka yang tinggal di sana, menatap takjub, terpesona akan aksi gentle dari seorang Affandra Bhaumik. “Dimas benar-benar ‘gak punya kesempatan ya,” ujar Kirana sinis. Mata melirik dengan sorot mengejek. Yang sedang diomongi hanya mampu menatap pemilik suara dan hanya mampu menahan marah saja. Semua kembali ke meja masing-masing dan kembali bekerja. Di luar, Deolinda melepas tangan Affandra yang “entah kenapa” tadi disambut. Memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. “Semua sedang sibuk bekerja saat ini. Tak ada satu makhluk pun berada di tempat ini, jadi tidak perlu khawatir.” Maha menjelaskan lalu memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Lalu, kenapa Bapak datang ke ruangan saya?” Deolinda menyipitkan mata, seolah-olah menyelidiki. “Kepala dan telingaku.” Singkat, jelas dan padat jawaban Maha. Sayang sekali, Deolinda tidak paham maksudnya. “Memangnya kenapa dengan kepala dan telinga Bapak? Sakit?” tanya Deolinda terdenga
Mata Deolinda membulat hampir keluar, seketika warna matanya pun berubah untuk se-detik ketika Affandra mengatakan sesuatu.“Jangan pernah melihat sosoknya, jika tidak ingin merindukan bentuk yang telah lama hilang. Sedikit lagi, dia akan menghilang. Bahkan, untuk berada dalam ingatan makhluk yang pernah menjadi pengikut setianya.”Setelah mengatakan itu, Maha menyunggingkan senyum licik.“Maksud ucapan Bapak tadi apa?” Deolinda benar-benar bingung dan tidak mengerti. “Memangnya apa yang akan terjadi kalau dia muncul?”“Raganya sudah lenyap ....”“Kalau sudah lenyap, kenapa harus takut?” Sambung Deolinda memotong.“Tidak dengan jiwanya,” lanjut Maha yang geram dengan kelakuan wanita ini. “Dan, jiwa sekarang bisa mengambil alih raga yang menjadi inangnya.”Deolinda paham. Sangat jelas maksud dari ucapan pria ini.“Artinya saya bisa mati?”“Tidak. Tentu saja tidak mati.” Affandra tersenyum. “Hanya saja, jiwa kalian akan tertukar. Mafalda akan mengendalikanmu, mengurung jiwamu yang seben
“Kembali kau, Makhluk Gelap. Tempatmu bukan di sini. Hanya manusia dan “mereka” saja yang kuizinkan untuk tinggal di tempat ini! Kau tahu ini bukan tempatmu. Berani sekali kau lari dari hukuman dan memasuki daerah terlarang untukmu dan kaummu!”Suara itu terdengar memekakkan telinga. Ditengah-tengah pengejaran, suara penuh amarah membuat Mafalda Ofelia mulai ketakutan. Namun, tak ditunjukkan sedikit pun rasa takut itu. Berlari dan terus belari, napas tersengal dan lelah mulai mendera. Deru napas yang berkejaran serta memikirkan cara untuk melarikan diri membuat Mafalda semakin lelah.“Nam!” Mafalda mengumpat dengan bahasa dari asalnya, Dimensi Gelap.“Kau mengucapkan kata sial untuk siapa? Mengumpat dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh duniamu saja.” Suara itu kembali mengejek Mafalda, serta tawa mengerikan yang semakin membuat makhluk mana pun ketakutan.“Diam kau, Sang Maha! Kalau berani
“Aaa … sakit ….” Gadis kecil itu berteriak kesakitan.Tak dapat menahan rasa sakit di seluruh tubuh hingga ke tulang-tulang. Entah apa penyebabnya, dia membuka mata dan menatap wajah indah yang berdiri tepat di hadapannya. Wajah mereka sejajar dan saling menatap.“Kenapa wajahmu kecil sekali?” tanya Mafalda dengan suara lemah. “Dan, kau ….”“Mafalda Ofelia, apa yang kau lakukan?” Belum selesai Mafalda dengan rasa ingin tahunya, Maha kembali berteriak dengan garang.Mafalda mengedarkan pandangan, mencari-cari asal suara itu. Nihil, tak ada seorang pun di sana. Sedetik kemudian, pendengaran pun ditajamkan. Dia membelalak ketakutan begitu menyadari siapa yang datang menghampiri mereka.“Sakit,” rintih kecil suara seorang anak perempuan yang kesakitan dengan kepala yang masih dalam cengkeraman kuat sosok asing di hadapannya. “Lepaskan. Maafkan aku. Aku tidak bersalah