Mafalda kembali tanpa ada yang menyadari. Bahkan, Maha pun tak tahu bagian lain dari makhluk gelap itu sudah muncul, perlahan dan pasti. Yang dia tahu, hanya Deolinda saja dan karena itu dia menyusun skenario pertunangan palsu.
“Pak, saya semakin yakin kalau ini situasi sekarang ini sangat berlebihan,” kritik Deolinda.
“Untukmu berlebihan, tidak untuk kami dan semua yang mengenal alam semesta ini.” Maha terlihat tidak peduli kekhawatiran dalam diri pegawai sekaligus pemilik “mireco” itu.
“Negara ini jelas sekali melarang wanita dan pria untuk tinggal seatap dan serumah, Pak,” terang Deolinda. Dia masih ingin keluar dari kondisi sekarang. “Jelas sekali ini melanggar norma dan adat istiadat.”
Mata tajam Maha menatap lekat Deolinda, mencoba masuk ke alam bawah sadar manusia pemilik bagian terbesar “mireco”.
‘Masih tidur,’ batin Maha berkata.
“Ada apa, Pak?
Langkah kaki wanita terdengar sangat anggun, layaknya berjalan di atas panggung peragaan busana. Anastasia Roesandi melangkah dengan senyum ramah mengembang di wajah cantik bak Dewi. “Halo, Mbak Anastasia. Perkenalkan, saya Geraldi William dari Departemen Advertising.” Sambutan ramah dari pegawai FasLo, perusahaan busana milik Bhaumik Grup. “Hai, saya Anastasia. Senang berkenalan dengan Anda, Pak Geraldi,” balas Anastasia ramah. “Mari, Bu, silakan masuk.” Geraldi memberikan jalan untuk model cantik itu masuk ke ruang rapat. “Terima kasih.” Senyum bak Dewi tak penah dari bibir merah terang. Di dalam sudah menunggu Affandra Bhaumik, pria yang baru saja dinobatkan menjadi pria terkaya di dunia. Total kekayaan yang sanggup membuat siapa pun bertekuk lutut dengan mudah. Bahkan, bersedia menjadi anjing peliharaan. Anastasia terpesona memandang pria paling berpengaruh saat ini, duduk dengan anggun sambil mendengarkan penjelasan materi rapat y
Ruangan itu gelap dengan cahaya berwarna ungu tua, ditopang pilar-pilar tinggi tanpa terlihat ujung di langit-langit. Lantai berwarna emas yang berkilauan dan mampu menghipnotis siapapun, tempat yang bernama Hypandar.Terlihat tak memiliki pintu dan jendela, tak ada jalan masuk. Bahkan, angin atau udara tak ada di sana. Manusia yang masuk ke dalam pasti akan kehilangan nyawa.“Di mana? Siapa anak kecil itu?” Suaranya terdengar sangat lembut. Namun, nadanya sanggup membunuh lawan bicara.Mata dari sosok yang dibalut tubuh wanita itu mencari-cari dengan amarah yang tak sanggup ditahan. Tatapan yang terlihat lembut itu milik sosok menakutkan. Dia, Mafalda Ofelia, pemilik Mireco sebenarnya.“Kau di mana, Manusia? Makhluk bodoh yang seharusnya menjadi budakku. Tunjukkan dirimu!” murka Mafalda.Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan benda yang menyerupai cermin raksasa itu. Dari sana, Mafalda mengamati semu
“Tahan!” Dengan suara yang agak tinggi, Mafalda menahan Hitan.“Ada apa, Yang Mulia?”Hitan tiba-tiba merasakan ketakutan, merasa akan mendapat hukuman tambahan untuk kesalahan yang tidak dilakukan.“Tunggu di situ dan jangan bergerak!” perintah Mafalda cepat.Ada perasaan lain yang tak dimengerti oleh Hitan dan cara Mafalda berbicara, sudah sangat mirip dengan manusia.Aku harus mengaku, batin Dimas.Namun, pikiran itu bukan dari diri dokter itu. Ada pihak lain yang mengendalikan dr. Dimas, Deolinda. Wanita yang tiba-tiba saja mendadak viral karena status sebagai tunangan dari pria berpengaruh di dunia, Affandra Bhaumik, sedang duduk dengan tenang di lobi utama apertemen tempat tinggal Dimas.“Benar, Deo. Ini yang harus kamu lakukan,” gumam Deolinda bermonolog, “tidak perlu takut, ya, demi kebaikan kok. Dengan infra ke-6, kamu harus bisa membantu orang lain.”
“Menghilang?” Mafalda mulai bingung. “Tidak mungkin secepat itu.”Sesaat sebelumnya, saat perhatian Hitan teralihkan dengan kehadiran Dimas, sesuatu terjadi. Waktu tiba-tiba berhenti, udara tak berputar. Dimas tak bergerak dan Hitan juga sama. Alam semesta tak begerak.Tetapi, tidak dengan Deolinda. Dia tersentak begitu menyadari keadaan sekitar sedang tidak bergerak. Lalu, dia menatap ke arah jam dinding dengan ukuran besar di bagian meja resepsionis.“Kenapa ini?” tanya Deolinda bingung dan ketakutan.Kemudian dia berdiri dan mendekati Dimas yang tiba-tiba berhenti ketika kakinya masih posisi melangkah. Melambaikan tangan kedua tangan di depan wajah Dimas untuk memeriksa kesadaran pria itu.“Tidak bergerak? Apa ini?” Deolinda mulai merasa takut.Kakinya spontan mundur beberapa langkah dan menubruk sesuatu tepat di belakang punggungnya. Dia terdiam dan membeku dengan jantung yang tak bisa berd
Suasana pagi yang menegangkan dengan berita penyerahan diri dr. Dimas Maheswara kepada yang berwajib.Tepat tengah malam pria itu mendatangi polsek terdekat dan membuat pengakuan, menceritakan kronologi kecelakaan maut.“Jadi, tersangka DM dengan sengaja menyabotase mobil artis YL dan terlihat seolah-olah kecelakaan. Pada saat kejadian, yang bersangkutan berada di belakang mobil YL. Keduanya terlibat pertengkaran. Saudara DM dengan sengaja menyalip dari arah kiri tanpa memberikan tanda sebelumnya. Sehingga, korban YL banting setir ke arah kanan dan menabrak pembatas jalan. Tersangka DM sempat berhenti dan keluar dari mobil untuk mengambil barang bukti, yaitu ponsel korban.” Kepala bagian HUMAS kepolisian menjelaskan dalam konferensi pers.“Pak, apa hubungan tersangka dan korban?” tanya seorang wartawan dengan tubuh bongsor.“Keduanya adalah pasangan kekasih,” jawab polisi tersebut.“Lalu, apa ada hubungan t
Yang namanya manusia, lupa itu adalah sebuah kebiasaan. Begitu juga dengan Deolinda, dia lupa menutup kekuatannya ketika menyaksikan siaran langsung keangkuhan Affandra Bhaumik. Dan, tak dapat dihindari, apa yang ada di dalam pikirannya terbaca oleh Maha.“Dia pikir aku penyuka sesama jenis?” lirih Maha.Pria kharismatik itu tak jadi masuk ke mobil yang pintunya sudah terbuka. Dia tertahan karena apa yang dipikirkan oleh Deolinda terbaca oleh otaknya. Tanpa aba-aba, dia mengerakkan kepala mencari keberadaan Deolinda.“Di situ kau rupanya,” kata Maha pelan dan menahan senyum.Affandra ingin tertawa melihat gelagat tunangannya itu. Seperti seorang yang tertangkap basah sedang mencuri pandang saja. Namun, egonya sebagai sang Maha di hadapan para makhluk alam semesta dan para wibawanya sebagai pria berpengaruh di dunia manusia membuat dia harus menahan diri dan tidak bertindak sembarangan.Affandra berjalan dengan pasti dan penu
Mulan Daniah, gadis berusia 23 tahun, putri bungsu pemilik konveksi terbesar di negara ini. Baru saja menyelesaikan kuliah Manajemen Bisnis setelah empat tahun lebih duduk di bangku kampus berbasis internasional.Tapi kini, dia sudah bekerja, bukan di perusahaan milik keluarganya. Dengan bangga mengatakan kepada keluarga kalau dia sudah bekerja sebagai pegawai level staf di Grup Bhaumik. Tentu saja seluruh keluarga besarnya menyambut gembira. Namun, mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi.“Kau pikir, untuk apa aku ada di tempat ini?" rutuknya pelan.Mulan masuk ke kamar pribadinya di rumah besar milik Keluarga Bhaumik. Di rumah Bhaumik, setiap pelayan memiliki kamar masing-masing.“Kenapa Affandra memilih dia? Apa perempuan itu memakai pelet? Mana dia dikasih paviliun utama dengan semua fasilitas yang bahkan keluargaku sendiri tidak bisa miliki!”Menghempaskan pantat di kursi meja rias dan mulai menghapus riasan make-up. Mulan
Mulan duduk menunggu ditemani secangkir latte panas dan sepotong “red velvet”di kafe milik model ternama, Anastasia Roesandi.“Dasar lelet. Orang itu mau duit, ‘gak sih?” gerutu Mulan yang sudah menunggu lima menit.“Jangan menggerutu begitu, nanti cantiknya hilang, Manis.” Suara berat pria mengejutkannya.“Berengsek! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung,” gerutu Mulan dengan mata yang menatap tajam.Pria itu tertawa dengan kencang. “Kau terlalu berlebihan, Mulan. Jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh pasti sakit sekali.”“Tidak perlu berfilofosi, Delon. Kau bukan filsuf.”“Tapi ....”“Cukup, aku menyuruhmu datang untuk memberikan pekerjaan, bukan untuk menggurui, paham!” tegas Mulan.“Baiklah, Manisku.” Delon memanggil pelayan dan memesan secangkir espreso dengan “double shoot&rdqu