Kekhawatiran terbesar Maha, jika Deolinda nekad mencampuri urusan Dimas, masalah lain mungkin terjadi. Entah apa pun itu, firasat buruk Maha mengatakan dia harus melindungi Deolinda.
“Mungkin ini tugas terakhirku. Perintahkan “ars verihtio” mencari gadis itu!” Maha menahan gelisah. “Jangan sampai kau salah memberikan instruksi kepada pasukan khusus itu. Suruh mereka mencari dari seluruh penjuru alam semesta. Jangan sampai luput.”
“Baik, Maha,” balas Dewingga cepat.
“Ingat! Jangan sampai rahasia tentang “mireco” milik Mafalda tercium oleh makhluk lain. Bukan hanya nyawa saja yang terancam. Kehidupan alam semesta akan menjadi berantakan.”
Dewingga dan para pasukan khusus alam semesta memulai pencarian. Tak seperti biasanya, kesulitan demi kesulitan mereka hadapi hasil pun nihil. Ada yang menghalangi pencarian mereka, tak ada yang tahu siapa yang menghalangi mereka.
“Maha, mungkin Nona Deolinda sudah berada di tangan mereka,” simpul Sarjan pengik
Hi, semua. Empusa adalah makhluk mitologi Yunani. Kalian bisa cek di Mbah Goog, ya. Main ke i_nsta_grm-ku yuks @alend1100. Mohon dukungannya ya. Supaya aku bisa mengadakan giveaway. Berikan juga kritikan yang membangun ya. Terima kasih. Salam, Alen D.
Berita terbesar saat ini, tentang hubungan asmara seorang pria kaya raya dan gadis sederhana menjadi topik utama. Seluruh media cetak bahkan elektronik dalam dan luar negeri, siaran berita bisnis, politik bahkan infotainment pun menyiarkan berita mereka. Sang Cinderella abad ini, Deolinda Chalondra Anulika. “Pak, tolong bantah berita ini,” mohon Deolinda di ruang kerja Affandra. Maha duduk dengan santai, sedikit pun dia tidak terpengaruh. Hanya mengetuk-ngetuk meja kerja dengan pena yang bisa dipastikan, harga dua benda itu mencapai ratusan juta. “Caranya?” Pertanyaan Maha bukannya membuat Deolinda tenang, malah membuat gadis itu semakin menjadi marah. “Astaga, Pak. Hal kecil seperti saja masih ditanya,” geram Deolinda menahan kesal yang sudah ada di ubun-ubun. “Kalau kecil, lakukan saja sendiri,” imbuh Maha sambil mengangkat bahu. “Pak, hal kecil untuk Bapak. Kalau saya itu hal besar. Saya tidak memiliki kemampuan buat meluruskan beri
Berita terbesar saat ini, tentang hubungan asmara seorang pria kaya raya dan gadis sederhana menjadi topik utama. Seluruh media cetak bahkan elektronik dalam dan luar negeri, siaran berita bisnis, politik bahkan infotainment pun menyiarkan berita mereka. Sang Cinderella abad ini, Deolinda Chalondra Anulika. “Pak, tolong bantah berita ini,” mohon Deolinda di ruang kerja Affandra. Maha duduk dengan santai, sedikit pun dia tidak terpengaruh. Hanya mengetuk-ngetuk meja kerja dengan pena yang bisa dipastikan, harga dua benda itu mencapai ratusan juta. “Caranya?” Pertanyaan Maha bukannya membuat Deolinda tenang, malah membuat gadis itu semakin menjadi marah. “Astaga, Pak. Hal kecil seperti saja masih ditanya,” geram Deolinda menahan kesal yang sudah ada di ubun-ubun. “Kalau kecil, lakukan saja sendiri,” imbuh Maha sambil mengangkat bahu. “Pak, hal kecil untuk Bapak. Kalau saya itu hal besar. Saya tidak memiliki kemampuan buat meluruskan beri
Halo, Teman-Teman. Alen D. di sini. Sebelumnya, aku minta maaf untuk beberapa kendala teknis ya. Untuk BAB 14 dan seterusnya, dialog dalam hati akan memiliki tanda apostrop (') sebagai pembeda ucapan langsung dengan ucapan dalam hati. Sebenarnya, di BAB 1-13 ditulis dalam bentuk huruf miring, bagi Teman yang membaca via web akan terlihat jelas tulisan miring dan huruf tebal, tapi, untuk yang membaca dari aplikasi,tulisan miring tidak terlihat. Mohon maaf akan ketidaknyamanan Teman-Teman dalam membaca ya. Ke depannya, aku akan menyajikan tanda apostrop (') sebagai pembeda. Namun, jika nanti ada perubahan di aplikasi, aku akan usahakan untuk merevisi dengan baik. Terima kasih atas pengertiannya. Salam, Alen D.
Deolinda menatap satu per satu wajah rekan kerjanya, mata yang menyelidik dan mencoba membaca apa yang ada di dalam pikiran para pegawai Bhaumik Grup itu, rekan se-departemennya.“Cuma pekerjaan?” gumam Deolinda bingung. “Di dalam pikiran mereka hanya pekerjaan saja? Tidak ada yang lain, ‘gitu?” Matanya tak lepas menatap satu per satu wajah rekan kerjanya.‘Mereka pun ‘gak mempermasalahkan berita pertunangan itu? Sekarang aku yang ribet!’ gerutu Deolinda dalam hati.“Nikmati saja,” balas Affandra melalui pikiran Deolinda.Suara berkharisma yang terdengar di dalam kepala Deolinda berhasil membuatnya tersentak dan spontan berdiri seraya berteriak, “Nikmati bagaimana?”Tanpa dikomando, pasangan mata serentak menatap satu-satunya calon nyonya besar Bhaumik.“Maaf,” ucap Deolinda dengan perasaan bersalah.Tak ada yang berani mencibir-seperti biasa-sem
“Ada apa ini?”Suara berat dengan tegas menginterupsi dua wanita bersaudara itu. Serentak mereka menoleh ke asal suara dan sama-sama terkejut dengan pria yang menjadi sasaran imajinasi liar para wanita di luar sana.Aeera tentu saja dengan tatapan penuh kagum, sedangkan Deolinda tersentak karena tidak menyadari keberadaan satu-satunya pria yang ingin dia hindari.“Kamu siapa?” Maha menatap Aeera tanpa ada emosi sedikit pun.Aeera terbatuk kecil, sesaat imajinasinya melayang dengan liar. Baik Maha maupun Deolinda tahu apa isi kepala Aeera.“Oh, halo, Calon Kakak Ipar.” Aeera menyapa dengan nada menggoda.Tangan dengan jari-jemari lentik gadis itu mengulur untuk berjabat tangan. Namun, tak ada respon dari Affandra Bhaumik. Hasilnya, tangan kurus dan kecil seperti tak makan itu hanya menggantung di udara.Bukan hanya Deolinda saja, mereka yang sejak tadi menonton aksi dua gadis bersaudara itu tercengan
Mafalda kembali tanpa ada yang menyadari. Bahkan, Maha pun tak tahu bagian lain dari makhluk gelap itu sudah muncul, perlahan dan pasti. Yang dia tahu, hanya Deolinda saja dan karena itu dia menyusun skenario pertunangan palsu.“Pak, saya semakin yakin kalau ini situasi sekarang ini sangat berlebihan,” kritik Deolinda.“Untukmu berlebihan, tidak untuk kami dan semua yang mengenal alam semesta ini.” Maha terlihat tidak peduli kekhawatiran dalam diri pegawai sekaligus pemilik “mireco” itu.“Negara ini jelas sekali melarang wanita dan pria untuk tinggal seatap dan serumah, Pak,” terang Deolinda. Dia masih ingin keluar dari kondisi sekarang. “Jelas sekali ini melanggar norma dan adat istiadat.”Mata tajam Maha menatap lekat Deolinda, mencoba masuk ke alam bawah sadar manusia pemilik bagian terbesar “mireco”.‘Masih tidur,’ batin Maha berkata.“Ada apa, Pak?
Langkah kaki wanita terdengar sangat anggun, layaknya berjalan di atas panggung peragaan busana. Anastasia Roesandi melangkah dengan senyum ramah mengembang di wajah cantik bak Dewi. “Halo, Mbak Anastasia. Perkenalkan, saya Geraldi William dari Departemen Advertising.” Sambutan ramah dari pegawai FasLo, perusahaan busana milik Bhaumik Grup. “Hai, saya Anastasia. Senang berkenalan dengan Anda, Pak Geraldi,” balas Anastasia ramah. “Mari, Bu, silakan masuk.” Geraldi memberikan jalan untuk model cantik itu masuk ke ruang rapat. “Terima kasih.” Senyum bak Dewi tak penah dari bibir merah terang. Di dalam sudah menunggu Affandra Bhaumik, pria yang baru saja dinobatkan menjadi pria terkaya di dunia. Total kekayaan yang sanggup membuat siapa pun bertekuk lutut dengan mudah. Bahkan, bersedia menjadi anjing peliharaan. Anastasia terpesona memandang pria paling berpengaruh saat ini, duduk dengan anggun sambil mendengarkan penjelasan materi rapat y
Ruangan itu gelap dengan cahaya berwarna ungu tua, ditopang pilar-pilar tinggi tanpa terlihat ujung di langit-langit. Lantai berwarna emas yang berkilauan dan mampu menghipnotis siapapun, tempat yang bernama Hypandar.Terlihat tak memiliki pintu dan jendela, tak ada jalan masuk. Bahkan, angin atau udara tak ada di sana. Manusia yang masuk ke dalam pasti akan kehilangan nyawa.“Di mana? Siapa anak kecil itu?” Suaranya terdengar sangat lembut. Namun, nadanya sanggup membunuh lawan bicara.Mata dari sosok yang dibalut tubuh wanita itu mencari-cari dengan amarah yang tak sanggup ditahan. Tatapan yang terlihat lembut itu milik sosok menakutkan. Dia, Mafalda Ofelia, pemilik Mireco sebenarnya.“Kau di mana, Manusia? Makhluk bodoh yang seharusnya menjadi budakku. Tunjukkan dirimu!” murka Mafalda.Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan benda yang menyerupai cermin raksasa itu. Dari sana, Mafalda mengamati semu