Beranda / Romansa / Maduku Sayang / 113. Terjebak Adik Ipar

Share

113. Terjebak Adik Ipar

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-27 12:26:22

Pukul empat sore aku baru sampai di rumah, Vidia belum juga datang. Jenuh menghampiri akhirnya aku menonton televisi sambil rebahan hingga terbuai di alam mimpi.

"Ardina!" Suara lembut menyapa hingga aku terjaga dari tidur. Saat melirik jam rupanya sudah hampir pukul enam sore dan pemilik suara itu adalah Ferdila. Gegas aku bangkit dari tidur.

"Udah pulang?" 

"Tentu saja. Vidia mana?"

"Aku gak tahu, sejak pagi tadi dia keluar." Aku mengucek mata. "Aku sendirian di rumah, rada bete jadi nonton tv malah ketiduran."

Ferdila mengangguk, dia mengusap pucuk kepalaku. Ingin sekali menepis kasar, tetapi dia bisa curiga. Huh, andai dia tahu aku bukan Ardina, entah bagaimana tanggapannya.

Lelaki itu kini ikut menatap layar televisi yang masih menyala. Senyum mulai terkuro di wajahnya yang sudah segar kembali setelah mandi, kemudian di menit berikutnya dia meminta maaf karena merasa tidak mampu berlaku adil.

Aku hanya bisa mengangguk. Adik

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maduku Sayang   114. Bingkai Foto

    POV ARNILAPukul lima pagi aku sudah berdiri di depan rumah Ardina sebelum mereka semua terjaga agar tidak ketahuan kalau sedang bertukar peran. Angin berembus syahdu menyibak rambut menggelitik telinga. Aku hanya bisa memeluk diri sendiri yang hanya mengenakan piyama tidur.Suara pintu terbuka, Ardina menyembul keluar dengan memakai jaket. Kami hanya saling memberi kode dengan mata, setelah itu aku langsung masuk rumah sementara dia melangkah ke mobil di mana Naren berada.Naren, lelaki yang berperan penting membantuku dan Ardina menyelesaikan misi. Aku beruntung memiliki sahabat sepertinya. Jika saja lelaki itu sudah menikah, maka tetap tidak ada yang bisa menghalangi kami untuk bertemu.Lupakan masalah aku karena misi ini tentang Ardina, suami dan adik madunya. Tidak sabar sekali melihat mereka merasakan luka karena telah salah dalam melangkah. Vidia erlalu meremehkan Ardina dan itu membuatku tersinggung."Dari luar?" Ferdila ternyata berdiri di

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Maduku Sayang   115. Ungkapan

    115. UngkapanSuasana semakin tegang ketika air mata Vidia mengalir tiada henti. Ferdila diam dengan rahang mengeras sementara matahari semakin menyilaukan mata. Mungkin adik iparku tidak akan pergi bekerja karena masalah rumah tangga.Ya, dia memang harus tahu semuanya sekarang agar tidak ada lagi drama rumah tangga atau kisah tentang pelakor. Aku muak dengan kehidupan mereka yang terlalu bertele-tele padahal sebenarnya banyak kesempatan agar bisa menyatukan kembali adikku dengan suaminya."Apa kamu tahu kalau Ardina memiliki saudari kembar?" Suara Vidia memekakkan telinga dan cukup membuatku sedikit tegang, tetapi tidak takut sama sekali. Lagi pula tidak ada bukti yang bisa dia tunjukkan."Saudari kembar?" tanya Ferdila sambil menatapku. "Aku tidak tahu."Vidia berdecih, lalu melangkahkam kaki mendekatiku. "Ya, Ardina punya saudari kembar. Mereka mirip sekali hanya beda sikap. Perempuan itu bernama Arnila, kasar dan tomboi. Aku jadi curiga, perem

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Maduku Sayang   116. Sisi Lain Vidia

    WARNING!!! 18+ 116. Sisi Lain Vidia "Diam kamu, Vid. Jangan rusak otak tetangga kita, cukup otakmu yang rusak," balasku tidak kalah ketus. "Siapa nama kamu?" tanya Vidia pada ibu tadi tanpa mengindahkan kalimatku. "Hana. Kenapa?" "Eh, Bu Hama, kalau ngomong yang bener! Ngatain aku pelakor? Asal Ibu tahu aja kalau Ferdila yang jatuh cinta mati padaku!" ketus Vidia lagi sambil menunjuk sekilas. Bu Hana tersenyum ketus. Dia menggulung lengan dasternya sampai sikut, kemudian rambut sebahu itu dijepit. Tidak lama kemudian berdiri sambil melotot tajam. "Bu Hama? Kamu pikir aku ini hama apa? Kalau budeg jangan jadi pelakor, malu di pengadilan nanti kalau salah jawab! Percuma cantik kalau hati busuk ngerebut suami orang kayak gak laku aja, mau tak promo di marketplace?" Karena suara Bu Hana yang menggelengar, para tetangga lain berdatangan dengan penampilan sama. Ada pula yang sambil membawa spatula. Sungguh, waktu seperti ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Maduku Sayang   117. Tamu Istimewaku

    117. Tamu Istimewaku "Iya, kalau bukan kamu yang ngerjain aku lantas siapa lagi. Waktu aku buka baju aja kamu yang ngintip, kan?" Vidia mengeraskan suaranya. "Vid! Kamu pikir aku ini ganda apa? Tadi aja aku di luar bicara sama Bu Hana, kamu nyusul dan datang tetangga lainnya. Terus mana ada kesempatan masuk kamarmu, sedangkan kamu masuk lebih dulu. Lagi pula aku memang mengintip karena penasaran saja." "Bisa jadi itu saudari kembarmu!" bela Vidia pada dirinya. Aku bersidekap, kemudian memutar bola mata malas. Jujur saja malas berdebat karena tidak akan berujung kecuali memang sudah pada waktunya. Ferdila hanya diam, mungkin menanti kami saling membongkar kedok satu sama lain. Vidia terus membuat cerita palsu. Dengan terpaksa aku menunjukkan video tadi pada Ferdila yang membuatnya terperanjat. "Asal kamu tahu, Fer kalau Vidia yang memaksaku menyusu bahkan menggigit payud4ranya. Bahkan sebenarnya ada sesuatu yang dia sembunyikan, aku tidak membe

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Maduku Sayang   118. Menghindari Adik Ipar

    Ketika malam telah tiba, kami sudah berada dalam kamar Naren. Beruntung ranjangnya besar, jadi bisa menjaga jarak dengan adik ipar. Dia memakai piyama tidur lengan pendek karena cuaca sedikit membuat gerah, sementara aku memaksa diri untuk tidak buka baju.Ferdila sudah membaringkan tubuhnya, aku sendiri duduk seraya menyandarkan kepala di headboard. Sekalipun sudah mengantuk, sebenarnya aku menunggu seseorang untuk menghindari Ferdila."Kenapa belum tidur? Gak gerah?" Ferdila akhirnya membuka suara."Gak, ini malah dingin. Entah kenapa belum ngantuk, Fer." Aku mengucapkan kalimat itu sambil menahan mulut agar tidak sampai menguap."Kangen," lirih Ferdila. Aku membulatkan mata sambil terus berharap sesuatu yang lain.Tok, tok, tok!Ketukan di pintu itu pastilah karena ibu. Aku mengambangkan senyum, lalu beranjak mendekati pintu. Ketika sudah terbuka lebar, benar sekali karena kita sudah janjian sore tadi."Ada apa, Bu?""Ibu ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Maduku Sayang   119. Barang Hilang

    POV ARDINASetelah mematikan sambungan telepon, aku menatap ibu penuh kerinduan. Wajahnya tidak lagi muda, bahkan ada beberapa kerutan di bawah mata dan sudut bibir. Akan tetapi, tutur katanya selalu lembut."Bagaimana bisa kamu rahasiakan pada ibu, Din?""Aku merasa bisa menyelesaikan masalah ini sebelum akhirnya bertemu dengan ibu dan ayah. Akan tetapi, ternyata semua terjadi di luar dugaan."Sekali pun menyakiti, aku tetap harus menjaga kehormatan suami sendiri apalagi cinta itu masih ada. Ferdila juga tidak seberubah dulu ketika Vidia baru saja menginjakkan kaki di rumah ini."Di luar dugaan bagaimana yang kamu bicarakan, Nak?"Aku menghela napas berat. Sulit menceritakan masalah ketika Vidia keluar dari penjara, maka aku memulai dari awal tepat ketika perempuan itu berdiri di hadapanku dengan angkuhnya. Banyak yang aku sembunyikan dari ibu agar beliau tidak terlalu merasa sedih.Biarlah yang disalahkan fokus pada Vidia saja karen

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Maduku Sayang   120. Status F******k

    POV ARNILADetik demi detik waktu berlalu begitu cepat, sekarang ibu tidak lagi di rumah karena kemarin mendadak pulang diantar Ferdila. Sebenarnya aku enggan melepas begitu saja, tetapi kekhawatiran ibu jika ketahuan ayah semakin menjadi.Aku tidak ingin masalah semakin rumit dan memisahkan Ardina dari suaminya. Untuk itu aku mengiyakan, sekarang sudah bertukar peran lagi. Vidia bersikap seperti biasa, begitupun Ferdila bahkan mereka tidur bersama tadi malam."Ferdila!" panggil Vidia membuatku tersentak. Pasalnya sejak tadi mengaduk minuman di dapur sampai lupa membawanya ke luar. "Kamu lihat Ferdila, Din?" tanya perempuan itu ketika mata kami saling beradu."Tadi dia duduk di teras rumah baca koran.""Itu minuman buat Ferdila?"Aku mengangguk. Dengan gerak cepat Vidia merebut secangkir kopi itu dan membawanya keluar dengan senyum semringah. Aku memutar bola mata malas bukan karena cemburu. Jika Ardina yang berada di posisi ini, mungkin hat

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Maduku Sayang   121. Vidia Mengamuk

    "Maksud, Bu Hana?" Aku memperjelas arah pembiacaraannya takut salah kaprah."Tadi aku lihat Vidia dimarahi suamimu gara-gara gak bisa ngebedain gula sama garam. Bilang sama dia, kalau mau jadi perebut suami orang itu harus belajar banyak hal. Jangan sampai cibiran kamu sangka pujian," jawab Bu Hana.Aku mengangguk paham, rupanya dia sempat melihat kejadian memalukan itu. Untung bukan aku yang membawa kopi tadi ke Ferdila karena darah bisa mendidih kalau disiram apalagi aku bukan istrinya.Bu Hana meminta izin untuk ikut duduk katanya jenuh di rumah sendirian. Perempuan tua itu memang selalu sendiri karena suaminya sibuk bekerja serta dua anak lainnya. Mereka pun telah berkeluarga."Ngomong-ngomong, Vidia viral di sosial media ya?" bisik Bu Hana begitu Ferdila tidak ada di sisi kami lagi. Perutnya tiba-tiba sakit dan jika sudah berada di toilet, bisa menghabiskan waktu hampir satu jam."Viral kenapa, Bu?""Ada seseakun yang posting cerita ten

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-03

Bab terbaru

  • Maduku Sayang   144. Kasih Untuk Kekasih

    POV AUTHOR 💚 "Jangan pergi atau akan semakin menyakitimu." "Tapi, Ferdila–" "Dia khawatir bukan karena cinta, melainkan rasa bersalah karena telah merobek mulut Vidia. Kamu di sini, tunggu kabar di telepon saja," potong Arnila. Dia tidak ingin adik kembarnya khawatir. Masalah Ferdila salah peluk kemarin biar menjadi rahasiaku sendiri selama Naren tidak tahu juga Vidia maka akan baik-baik saja. Adikku harus bahagia, batin Arnila sedih. Ponsel berdering, ada pesan masuk ke aplikasi hijau. Perempuan tempramental itu mengurangi cahaya layar agar tidak ketahuan kalau ada pesan masuk apalagi jika kabar buruk. Benar saja, Naren mengabari bahwa Vidia meninggal. "Mereka kok lama ya? Gak ada kabar lagi," keluh Ardina. Dia memikirkan suaminya. "Gini, Din ...." Arnila menggigit bibirnya, dia menunduk dalam. Sementara di rumah sakit sedang gaduh. Naren mengurus banyak hal termasuk meminta mereka semua tutup mulut. Pasalnya

  • Maduku Sayang   143. Terungkap Semua

    POV ARDINA💚Selesai makan malam, terdengar deru mobil dari luar. Aku dan Arnila saling berpandangan. Jantung berdegup cepat tak ubahnya pacuan kuda. Beberapa kali aku menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan."Tenang, Ardina. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan menjelaskan semua ini. Kamu diam dan hanya menyahut ketika kutanya. Oke?"Enak sekali menjadi Arnila karena dia terlihat seperti tidak memiliki beban hidup. Lagi pula jika ada yang mengusik tentu kalah dengan satu pukulan telak. Aku memaksa senyum.Pintu rumah terbuka lebar. Naren dan Ferdila melangkah beriringan. Begitu sampai di hadapan kami, keduanya bungkam. Aku bisa menangkap raut wajah suamiku menyiratkan kebingungan."Ardina yang mana?" tanyanya setelah hening beberapa saat."Fer, biar aku jelaskan semuanya. Aku Arnila saudari kembar istrimu. Kita berpisah sudah lama bahkan ketika kamu menikah, tidak sempat hadir." Arnila menjeda kalimatnya.D

  • Maduku Sayang   142. Wajah Baru

    POV AUTHOR💚Satu minggu pasca operasi, Vidia sudah merasa sehat sekalipun disibukkan dengan mengganti perban. Perawat menyarankan untuk tidak memakai cermin hingga masa penyembuhan selesai, tetapi dia bersikeras."Baiklah," jawab seorang perawat. Dia keluar mengambil cermin.Sementara Vidia dia begitu penasaran dengan bentuk wajahnya setelah digunting Ferdila. Rasa untuk balas dendam semakin membuncah. Dia merasa tidak bisa hidup tenang sampai Ardina merasakan luka yang sama atau bahkan lebih perih.Rambut indahnya pun sudah hilang. Dia memakai rambut palsu sejak kemarin. Tidak ada yang diizinkan masuk menjenguk walau orang itu mengaku sebagai sahabat dekatnya.Orangtua Vidia tidak tahu kabar ini karena Naren menutup mulut semua orang bahkan memalsukan data agar tidak ada yang bisa mengecek keberadaannya.Beberapa menit menunggu, seorang perawat datang dan menyerahkan sebuah cermin. Namun, sebelum itu dia berpesan agar V

  • Maduku Sayang   141. Rumah Sakit

    "Gimana keadaan Vidia, Ren? Ada yang tahu perkara ini?" tanyaku khawatir.Kami sudah berada di rumah sakit sejak sepuluh menit lalu. Ferdila terus diam menangisi kebodohannya. Aku terus menghibur dengan dalih Vidia yang salah."Dia ditangani dokter. Tenang saja, aku bisa membungkam mulut mereka semua. Sekarang kamu fokus pada diri sendiri. Beruntung di outlet tadi lagi sepi," jelas Naren."Terimakasih, Ren. Kami berhutang budi padamu," ucapku tulus, lalu kembali duduk di samping Ferdila.Suamiku benar-benar menyesali perbuatannya. Sekali lagi aku menghibur dengan mengalihkan pikiran. Alhamdulillah, dia bisa tersenyum ketika kukatakan akan pergi dari sini jika terus murung.Tangan kekar itu sekarang mengelus perutku yang rata. Dia menasihati calon anak kami agar tidak pernah selingkuh jika sudah lahir. Ferdila sadar, yang mendua kelak akan diduakan dan rasanya seratus kali lipat lebih sakit."Anak kita harus jadi salihah, tidak boleh se

  • Maduku Sayang   140. Mulut yang Robek

    Dua hari sejak kejadian itu Vidia belum juga pulang. Mungkin dia tahu kalau Falen meninggal di hari yang sama jadi ada rasa galau. Entah, ini hanya praduga.Naren pun tidak pernah datang, hanya ada aku dan Ferdila di sini. Outlet warna merah muda sudah terpasang rapi di halaman rumah. Senin lalu mulai buka. Beruntung banyak pelanggan sampai Ferdila sedikit kewalahan."Jualan bakso?" tanya Vidia tiba-tiba ketika Naren sedang sibuk meladeni satu pelanggan terakhir. "Makanya aku malu balik ke sini karena gak mau punya suami tukang bakso. Mana jualnya di depan rumah, ogah banget!""Kalau begitu silakan pergi dari sini!" geram Ferdila."Iya, walau tidak kamu minta aku akan pergi! Dasar lelaki miskin!" makinya sambil melangkah masuk rumah.Dia memang tidak punya malu. Sudah mengatai suami sendiri, tapi dengan santainya melangkah masuk rumah. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vidia.Sebenarnya Ferdila ingin membahas masalah abo

  • Maduku Sayang   139. Klinik Aborsi

    "Kamu menang kali ini, Din!" gumam Vidia, tetapi aku masih mampu mendengarnya.Dia berdiri, memungut ponsel itu dan melangkah masuk kamar. Pintu dibanting kasar. Aku sampai mengelus dada berulang kali sambil membaca istigfar. Semoga saja janin dalam kandungan ini kuat dan dilindungi sama Allah.Naren meminta kami istirahat saja dulu kbawatir pikiran semakin kacau. Ferdila setuju, lalu menuntunku masuk kamar. Sabtu besok dia harus ke tukang kayu untuk mengambil outlet karena memang tidak melakukan pengiriman khusus weekend."Besok, kamu jangan keluar kamar. Nanti bisa dikerjain Vidia. Kalau bisa pas lagi makan aja. Oke?" Ferdila mengingatkan."Iya, Sayang."Aku menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ada firasat hal buruk akan terjadi. Namun, suamiku selalu mengingatkan bahwa kita harus berprasangka baik agar jika ada petaka, dia akan pergi.***Pagi menyapa, dua jam lalu Ferdila pergi bersama Naren. Jarak rumah tukang kayu itu lumay

  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

DMCA.com Protection Status