Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / Apakah Restu itu nyata ?

Share

Apakah Restu itu nyata ?

Author: Aisyah Ahmad
last update Last Updated: 2025-01-23 09:53:12

"Minggir mas, tolong jangan halangi jalanku." Zahra berucap sembari terus berjalan tanpa memperdulikan suaminya.

"Neng, tolong neng... Jangan gini, jangan pergi, neng mau kemana ? Ini sudah hampir sore,"

"Minggir, Mas. awas dulu !" Zahra berucap lagi. Ia pun berhenti sejenak, tapi hanya membenarkan gendongan Zahwa yang hampir melorot. Dimas masih berusaha merayu Zahra, sesekali juga dia mencoba mengajak bicara Rayyan dengan membujuknya. Sayang sekali, akibat perbuatannya siang tadi masih membuat Rayyan trauma.

"Kita selesaikan dulu masalahnya, Neng. Aku..."

"Nggak sekarang, mas." ucap Zahra sembari melihat ke arah kedua anaknya. Zahra berusaha memberi kode pada Dimas agar tak membahasnya di depan anak-anak. Sayang sekali Dimas tak paham akan hal itu.

"Tapi kenapa ?" Tanya Dimas. Zahra menggeleng.

"Mas, minggir, tolong jangan halangi jalanku. Ini sudah sore kan?."

"Iya mangkanya itu, ini sudah hampir sore. Kamu mau kemana ? Mau kamu bawa kemana anak-anak, neng ? Tolong, jangan pergi ya."

"Bunda... " Zahra merengek, ia menatap wajah bundanya dengan tatapan yang sulit di artikan. Jelas, dari wajahnya itu menyimpan banyak pertanyaan, tapi tentu saja ia tak mengerti apa yang terjadi pada kedua orangtuanya.

"Sebentar sayang. Kamu sama kak Ray masuk mobil dulu ya," ucap Zahra sembari mendudukkan Zahwa dan Rayan di jok belakang mobil grab yang ia pesan lima belas menit yang lalu. Beruntung mobil pesanannya datang tepat waktu hingga Zahra tak perlu menunggu terlalu lama.

"Neng, jangan pergi, ku mohon. Masih bisa kita bicarakan baik-baik kan,"

Zahra menggeleng pelan, "Tunggu aku di rumah, jam 8 malam." ucap Zahra, lantas ia segera menaiki mobil hitam itu bersama anak-anak.

"Neng, tunggu neng... Neng, kita bicarakan saja sekarang, kamu jangan pergi, neng !!!" Teriak Dimas saat mobil itu  sudah mulai berjalan perlahan meninggalkan halaman rumahnya.

"Ck. Arrrghhh !!!!" Dimas berteriak frustasi sembari memukulkan tangannya ke udara.

Berkali-kali terdengar suara dering ponsel dari Handphonenya, tapi ia masih mengabaikannya. Dari siapa lagi kalau bukan Nisa. Saat ini, pikirannya benar-benar runyam.

Banyak orang mengatakan bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk berpulang, dan orang tua akan selalu siap melebarkan tangan untuk merengkuh kita dengan sepenuh kasih. Terutama seorang ibu. Sayang sekali, kini Zahra tak punya tempat berpulang. Kedua orang tuanya sudah lebih dulu pulang ke pangkuan ilahi sejak ia masih menginjakkan kaki di bangku SMA. Dan dia adalah anak satu-satunya sehingga saat seperti ini Kemana lagi ia akan berpulang ?

"Bunda... Bunda menangis ?" tanya Rayyan dengan lembut. Ya, anak laki-lakinya ini selalu peka dengan nya. Kasih sayangnya pada bunda dan adiknya juga sangat luar biasa. Bocah seusianya, dia jauh lebih dewasa dari pada teman sebayanya.

"Tidak sayang, bunda tidak nangis kok." jawab Zahra berusaha memaksakan senyumnya.

"Tapi, pipi bunda kok basah. Mata bunda juga merah ?" tanyanya lagi sembari mengelus pipi bundanya. Zahra pun segera meraih tangan mungil anak tujuh tahun itu, lalu menggenggamnya.

"Enggak, ini tadi bunda cuma kelilipan, kak. Nggak apa kok."

"Memangnya di dalam mobil ini ada debu bunda ?" tanya Zahwa dengan polosnya. Zahra hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis kecilnya.

Jangan tanya soal hati, yang pasti hancur sehancur hancurnya. Kalau bukan karena dua malaikat ini entah seperti apa dan bagaimana Zahra bisa berdiri tegak menghadapi situasi sekarang.

"Bunda... Kita mau kemana ?" tanya Rayyan bingung. Zahra mengelus rambut Rayyan dengan lembut. "Ke rumah Nenek sayang," jawab Zahra asal.

Sebenarnya dia bingung mau kemana, tapi pada akhirnya, ia mengatakan akan ke rumah neneknya anak-anak.

"Yeeee, asik. Kita kerumah Nenek. Hore... Besok Ray mau ajak Nenek main ke bukit ah,"

"Zahwa juga, mau main boneka sama tante Dinda," ucap Zahra tak kalah girang.

Beruntungnya, Zahra masih punya mertua yang sangat baik, bahkan menganggapnya sama seperti anak anaknya yang lain, tanpa membedakan mana anak mana menantu. Terkadang malah ibunya Dimas lebih berpihak pada Zahra, ketika ada masalah.

"Sesuai aplikasi ya, mbak." ucap Sopir itu setelah mobil berhenti tepat dihalaman rumah orang tua Dimas. Rumah dengan halaman yang luas serta asri, di tumbuhi berbagai tanaman dan bunga-bunga. Biasanya, dua pekan sekali Zahra membawa anak-anaknya berkunjung kesini. Ini pun juga baru empat hari yang lalu Zahra pulang dari rumah ini di antar oleh Dani, adik laki-laki Dimas yang masih kuliah. Dimas tiga bersaudara, punya dua adik, Dani dan Dinda. Keduanya pun juga sangat akrab dengan Zahra.

Tak ada itu istilah ipar julid dalam kamus hidup Zahra. Hidupnya sangat sempurna bukan ? Tentunya Sebelum badai mulai menyerang bahtera dan Nahkodanya mulai membawa penumpang baru.

"Loh, mbak Zahra ?" ucap Dinda kaget. Dirinya yang baru saja duduk di teras sembari membaca buku itu terkejut melihat kakak iparnya datang tanpa memberi kabar. Apalagi dengan membawa koper besar, tak seperti biasanya saat Zahra bermalam disini.

Zahra berjalan perlahan sembari menggandeng Rayyan, sementara Zahwa sudah berlari lebih dulu mendekati tantenya. Zahwa ini memang paling akrab dengan adik perempuan Dimas.

"Buk... Ibuk... Ibuk... " Teriak Dinda.

"Apa sih, nduk teriak-teriak ? Loh, Zahra ? Sama siapa, nduk ?" tanya mertuaZahrar kaget dengan kedatangan menantunya.

"Yang ti... " Rayyan langsung berlari memeluk Neneknya dan langsung mendapat balasan pelukan dari neneknya juga.

"Duh, cucu cucu yang ti, ayo masuk masuk. Kebetulan nih, Yang ti masak rawon. Kesukaan kalian."

"Asik... " Mereka berdua langsung berlari masuk ke dalam rumah di ikuti oleh Dinda.

"Bu." Zahra meraih tangan mertuanya dan menciumnya dengan takdzim. Ia tak banyak bertanya walau heran. Tapi dengan kedatangannya, dia tahu pasti ada sesuatu. Apalagi Zahra datang sendiri tanpa Dimas, padahal dia tahu, Dimas sudah di rumah sejak bulan lalu.

"ndang masuk nduk... angin sore nggak apik... makan kalo belum makan? terus istirahat... arek2 cek main bareng Dinda."

"Buk... Tapi, Zahra kok tiba-tiba pengen rujak cingur bikinan ibuk, loh. Enak soalnya. Bikin nagih,"

"Hahaha, kamu itu. Gampang. Yo wes, ayo masuk dulu nanti bikin sama-sama."

"Ye, makasih ibuk. Sayang ibuk." ucap Zahra sembari memeluk ibu mertuanya. Begitu saja sudah menghangatkan kembali hati Zahra. Zahra nggak kebayang, bagaimana nanti jika Bu Sukma tahu, jika anaknya sudah menduakannya dengan wanita lain.

"Lho, ayo masuk kok malah melamun."

"Eh, i iya buk."

Suasana hangat itu terasa sekali di tengah keluarga Dimas. Canda, tawa, tak pernah ada batasan di antaranya. Lagi-lagi Zahra bersyukur, bisa memiliki mertua sebaik bu Sukma, di tengah banyaknya yang mengeluhkan konflik antar mertua dan menantu, Justru Zahra malah sangat akrab dengan keluarga Dimas.

"Buk... "

"Gimana, nduk ?"

"Zahra... Izin pulang dulu sebentar, boleh ? Tapi Zahra titip anak-anak dulu, biar disini sebentar" ucap Zahra hati-hati.

Bu Sukma yang tadi tengah mengupas kulit kacang itu menoleh ke arah Zahra. Pandangan matanya bertemu sehingga Bu Sukma dapat membaca, ada yang berbeda dari Zahra hari ini. Dia cukup diam sesaat sebelum menjawab, "yo wes tapi hati-hati yo. Biar di antar Dimas aja kalau gitu,"

"Eum, nggak usah buk. zahra sudah pesan grab."

"Oh, yo wes, hati-hati yo nduk." ucap Bu Sukma.

Mobil sudah berada di depan rumah. Bu Sukma hanya memandanginya dengan diam. dia tahu, pasti anak dan menantunya sedang ada masalah. Hanya saja Dia tak mau ikut campur sebelum benar-benar dilibatkan. Ia masih percaya, anak dan menantunya bisa menyelesaikan dengan bijak.

Tepat jam 8 malam, Zahra sampai lagi di rumahnya. Rumah berlantai dua itu tampak sepi dan gelap, Zahra melangkah perlahan menuju rumahnya.

Lantas ia menarik gagang pintu rumah yang ternyata tidak di kunci.

"Kemana Mas Dimas?" gumamnya. Ia melangkah hati-hati.

Dan ia kaget, saat tiba-tiba seorang memeluknya dari belakang,

"Hua ! Astagfirullah !"

"Zahra, akhirnya kamu pulang sayang. Hm ?" ucap Dimas sembari memeluk erat tubuh Zahra dari belakang. Sesekali tangannya juga meraba bagian tubuh sensitif Zahra.

"Mas ! Kamu apa-apa an sih, lepasin !" Sontak Zahra melepaskan pelukan Hakim, lalu berlari menuju saklar lampu dan menyalakannya.

"Astagfirullah, mas." ucap Zahra. Ia terkejut melihat Dimas, tampak terlihat kacau dengan penampilannya yang acak-acakan. Bajunya masih sama seperti sejak sebelum Zahra pergi. Tapi kini tampak lebih lusuh, kusut, kancingnya saja tak beraturan. Entah apa yang dilakukannya.

"Duduk mas,"

"Neng, tolong Neg, maafin Mas. Tolong, jangan pergi ya, Mas nggak bisa. Mas nggak bisa tanpa kamu, Mas Nggak bisa tanpa anak-anak."

"Nggak bisa tanpa dia juga ?" tanya Zahra tenang, tapi menusuk.

Dimas tampak diam tak menjawab. Zahra pun tersenyum menyeringai. "Siapa namanya mas ?"

Dimas akhirnya mendongakkan kembali kepalanya, "Namanya... Nisa." jawab Dimas.

Zahra pun mengangguk-angguk.

"Orang mana ?" Tanya Zahra. Kali ini dia lebih tenang dari sebelumnya. Tentunya dia sudah menata hatinya sejak kemarin.

"Bogor. Tapi orang tuanya asli Jawa tengah."

"Kamu, serius men,cintainya Mas ?" tanya Zahra lagi. Dimas masih diam, tak berani menjawab dan menatap mata Zahra.

"JAWAB !!! "

"I iya, Neng. Maaf," ucap Dimas pelan.

"Baik, kalau gitu. Bawa dia kemari segera." ucap Zahra.

"Neng, kamu serius ?"

"Tentu. Kenapa tidak ? Kamu takut aku labrak dia, terus aku jambak-jambak dia ? Hahaha. Basi mas ! Aku bukan anak putih abu-abu yang baru mengenal apa itu cinta."

"Neng... "

"Terserah. Itu kalau kamu mau aku menerimanya, mas." ucap Zahra lagi.

"Neng... Ini... Beneran Serius ?"

'Tentu. Tapi... '

Related chapters

  • Madu Suamiku   Murka Ibu Mertua

    "Assalamu'alaikum, bu... Ibuk... " ucap Zahra sembari mengetuk pintu rumah mertuanya dengan pelan. suaranya terdengar parau. Tiba-tiba saja, dia merasa tubuhnya panas. Pandanganya mulai buram setelah sebelumnya ia merasa sakit kepala dan kram di perutnya."Assalamu'alaikum... " Kali ini Zahra berteriak lebih keras. Beruntung Bu Sukma segera mendengarnya dan bergegas membuka pintu setelah menidurkan Zahwa ke kamar biasa. Kriiiieeek,"Astagfirullahal'adzim, ya Allah nduk !" Zahra langsung luruh ke lantai begitu Bu Sukma membuka pintu."Ya Allah Gusti. Daan... Dani! Dinda! Buruan kesini, mbak mu pingsan ini," teriak Bu Sukma. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Semua pintu rumah warga sudah terkunci rapat termasuk rumah Bu Sukma. Bu Sukma pikir Zahra tidak jadi menginap di rumahnya. jadi ia mengunci pintu rumahnya tanpa menunggu Zahra pulang.Dani dan Dinda yang baru saja memejamkan matanya itu langsung kaget saat mendengar teriakan Ibunya. Keduanya segera keluar kamar dan mencari sumber s

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Perempuan Itu ?

    Plakk !!!!Bu Sukma menampar Dimas dengan keras. Dimas terhuyung, saat tiba-tiba ibunya menyerang tanpa dia tahu apa alasannya. Tampaknya, Bu Sukma benar-benar murka dengan tindakan anak lelakinya."Kamu pikir, kamu itu siapa tanpa seorang wanita ? Kalau nggak ada ibuk kamu nggak bakalan lahir! lha ibuk mu iki ya wanita, Le. kamu nyakitin istrimu wi ya sama aja nyakitin ibuk ! Wes puas ntuk mu ngelarani ?"ucap Bu Sukma meneriaki anaknya. sedangkan Dimas tampak memandang sang istri yang hanya diam tanpa membelanya."Buk... Ibuk, Dimas bisa jelasin semuanya buk,""Hallah, kadaluarsa ! Ibuk Rak butuh penjelasanmu. Kecewa ibuk, Dim ! Kurang opo bojo mu wi ? Kurang opo Zahra kui ? Ayu, gemati. Anak ya wes ono. Opo meneh to sing mbuk karepne ?""Buk... Ibuk, sik.. Dimas tak matur," Dimas berusaha merayu Ibunya. Ia berusaha meraih tangan Bu Sukma, tapi terus saja di tepis.Zahra sebenarnya tak tega telah membuat pertikaian antara ibu dan Anak itu. Tapi ya, bagaimanapun juga Ibunya berhak ta

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Tante Ninja

    'Dia ? Dia kah wanita yang berhasil membuat lelakiku berpaling ? Dia ? Dia kah mentari yang berhasil menyaingi sinar rembulan ? Ah, ternyata dugaanku keliru. Dia bukan seorang pelac*r atau kupu kupu malam. Dia bukan wanita yang gemar berpakaian layaknya telanjang. Tapi... '"Mbak, perkenalkan saya... Nisa," ucap wanita bercadar itu membuyarkan lamunan Zahra tentangnya."Mbak, maaf jika kedatanganku ini mengganggu mbak, tapi Mas Dimas yang memintaku datang kesini," Dimas pun langsung berdiri dan memberikan kursi tempat duduknya untuk Nisa. Ia sengaja memberikan ruang bagi kedua wanitanya untuk berdekatan. Setelah Nisa duduk, Zahra memalingkan wajahnya dan menghadap ke sisi tembok, membelakangi Nisa. Tampak tak sopan memang kelihatannya. Tapi Zahra kini tengah berusaha menyembunyikan luka dalam hatinya serta air mata yang terus berdesakan ingin keluar."Mbak... Maaf, beribu kali maaf aku ucapkan. Aku rasa mbak sudah tahu siapa Nisa ini. Nisa tahu mbak sakit, Nisa juga sakit kok mbak...

    Last Updated : 2025-01-24
  • Madu Suamiku   Pertengkaran

    "Jadi, sudah berapa lama Mas ?" Zahra bertanya sembari memegangi ponselnya yang masih menampakkan foto dua manusia tanpa busana di atas ranjang sebuah hotel. Keduanya tersenyum merekah hingga senyuman mereka itu menciptakan sayatan luka yang amat dalam di hati Zahra. "Dua tahun, Neng." jawab Dimas menunduk. "Astaghfirullah, Astagfirullahal'adzim... Laaillahaillallah," ucap Zahra lagi sembari memegangi dadanya yang kian terasa sesak. Lagi-lagi bulir bening itu lolos dari matanya. mengingat perselingkuhan lelaki yang selama ini ia percaya. "Neng, aku bisa jelasin Neng. Aku bisa jelasin semuanya. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan." "Cukup mas ! Cukup ! Sudahi omong kosong mu itu ! Hah, kamu memang pantas dengannya mas. Cukup! aku sudah jijik denganmu !" ucap Zahra. Ia segera menepis tangan sang suami saat hendak membujuknya. "Neng... " "Aggrrrhhhh..... " Zahra melempar semua apapun yang berada di atas meja riasnya hingga hancur berantakan. Ia menangis pilu, "Tega kamu mas ! Jah

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Jangan Sentuh Anakku !

    Berbagai pilihan itu terus berputar-putar di kepala. Salah satu di antaranya telah ia pertimbangkan matang-matang dan tentunya itu tidak mudah. Memang perlu ada yang di korbankan untuk mengurai semuanya."Em, aku... Pamit dulu ya, Res. Nanti aku kabari lagi. Perasaanku nggak enak," ucap Zahra. Lantas ia segera memberesi barang-barangnya. Setelah 3 jam keluar dari rumah dan menumpahkan segala pikirannya dengan sang sahabat sudah cukup membuat perasaannya lebih tenang dari sebelumnya."Oh ya, tapi kamu tidak apa-apa kan, Za ? Aku antar pulang, ya ?""Nggak perlu, Resti. Terimakasih ya, Aku bisa sendiri kok. lagian aku sudah pesan grab tadi," ucap Zahra. lantas ia segera beranjak karena mobil pesanannya sudah datang. Oa sengaja pulang dengan memesan taxi online agar segera sampai rumah. Entah mengapa, perasaannya mulai tak tenang. Ini juga pertama kali, ia pergi tanpa anak-anak selain kegiatan sekolah. Mendung tanpa hujan kini menghiasi langit kota Malang. Ya, sejak tiga hari lalu, lang

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Madu Suamiku   Tante Ninja

    'Dia ? Dia kah wanita yang berhasil membuat lelakiku berpaling ? Dia ? Dia kah mentari yang berhasil menyaingi sinar rembulan ? Ah, ternyata dugaanku keliru. Dia bukan seorang pelac*r atau kupu kupu malam. Dia bukan wanita yang gemar berpakaian layaknya telanjang. Tapi... '"Mbak, perkenalkan saya... Nisa," ucap wanita bercadar itu membuyarkan lamunan Zahra tentangnya."Mbak, maaf jika kedatanganku ini mengganggu mbak, tapi Mas Dimas yang memintaku datang kesini," Dimas pun langsung berdiri dan memberikan kursi tempat duduknya untuk Nisa. Ia sengaja memberikan ruang bagi kedua wanitanya untuk berdekatan. Setelah Nisa duduk, Zahra memalingkan wajahnya dan menghadap ke sisi tembok, membelakangi Nisa. Tampak tak sopan memang kelihatannya. Tapi Zahra kini tengah berusaha menyembunyikan luka dalam hatinya serta air mata yang terus berdesakan ingin keluar."Mbak... Maaf, beribu kali maaf aku ucapkan. Aku rasa mbak sudah tahu siapa Nisa ini. Nisa tahu mbak sakit, Nisa juga sakit kok mbak...

  • Madu Suamiku   Perempuan Itu ?

    Plakk !!!!Bu Sukma menampar Dimas dengan keras. Dimas terhuyung, saat tiba-tiba ibunya menyerang tanpa dia tahu apa alasannya. Tampaknya, Bu Sukma benar-benar murka dengan tindakan anak lelakinya."Kamu pikir, kamu itu siapa tanpa seorang wanita ? Kalau nggak ada ibuk kamu nggak bakalan lahir! lha ibuk mu iki ya wanita, Le. kamu nyakitin istrimu wi ya sama aja nyakitin ibuk ! Wes puas ntuk mu ngelarani ?"ucap Bu Sukma meneriaki anaknya. sedangkan Dimas tampak memandang sang istri yang hanya diam tanpa membelanya."Buk... Ibuk, Dimas bisa jelasin semuanya buk,""Hallah, kadaluarsa ! Ibuk Rak butuh penjelasanmu. Kecewa ibuk, Dim ! Kurang opo bojo mu wi ? Kurang opo Zahra kui ? Ayu, gemati. Anak ya wes ono. Opo meneh to sing mbuk karepne ?""Buk... Ibuk, sik.. Dimas tak matur," Dimas berusaha merayu Ibunya. Ia berusaha meraih tangan Bu Sukma, tapi terus saja di tepis.Zahra sebenarnya tak tega telah membuat pertikaian antara ibu dan Anak itu. Tapi ya, bagaimanapun juga Ibunya berhak ta

  • Madu Suamiku   Murka Ibu Mertua

    "Assalamu'alaikum, bu... Ibuk... " ucap Zahra sembari mengetuk pintu rumah mertuanya dengan pelan. suaranya terdengar parau. Tiba-tiba saja, dia merasa tubuhnya panas. Pandanganya mulai buram setelah sebelumnya ia merasa sakit kepala dan kram di perutnya."Assalamu'alaikum... " Kali ini Zahra berteriak lebih keras. Beruntung Bu Sukma segera mendengarnya dan bergegas membuka pintu setelah menidurkan Zahwa ke kamar biasa. Kriiiieeek,"Astagfirullahal'adzim, ya Allah nduk !" Zahra langsung luruh ke lantai begitu Bu Sukma membuka pintu."Ya Allah Gusti. Daan... Dani! Dinda! Buruan kesini, mbak mu pingsan ini," teriak Bu Sukma. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Semua pintu rumah warga sudah terkunci rapat termasuk rumah Bu Sukma. Bu Sukma pikir Zahra tidak jadi menginap di rumahnya. jadi ia mengunci pintu rumahnya tanpa menunggu Zahra pulang.Dani dan Dinda yang baru saja memejamkan matanya itu langsung kaget saat mendengar teriakan Ibunya. Keduanya segera keluar kamar dan mencari sumber s

  • Madu Suamiku   Apakah Restu itu nyata ?

    "Minggir mas, tolong jangan halangi jalanku." Zahra berucap sembari terus berjalan tanpa memperdulikan suaminya."Neng, tolong neng... Jangan gini, jangan pergi, neng mau kemana ? Ini sudah hampir sore,""Minggir, Mas. awas dulu !" Zahra berucap lagi. Ia pun berhenti sejenak, tapi hanya membenarkan gendongan Zahwa yang hampir melorot. Dimas masih berusaha merayu Zahra, sesekali juga dia mencoba mengajak bicara Rayyan dengan membujuknya. Sayang sekali, akibat perbuatannya siang tadi masih membuat Rayyan trauma."Kita selesaikan dulu masalahnya, Neng. Aku...""Nggak sekarang, mas." ucap Zahra sembari melihat ke arah kedua anaknya. Zahra berusaha memberi kode pada Dimas agar tak membahasnya di depan anak-anak. Sayang sekali Dimas tak paham akan hal itu."Tapi kenapa ?" Tanya Dimas. Zahra menggeleng."Mas, minggir, tolong jangan halangi jalanku. Ini sudah sore kan?.""Iya mangkanya itu, ini sudah hampir sore. Kamu mau kemana ? Mau kamu bawa kemana anak-anak, neng ? Tolong, jangan pergi ya

  • Madu Suamiku   Jangan Sentuh Anakku !

    Berbagai pilihan itu terus berputar-putar di kepala. Salah satu di antaranya telah ia pertimbangkan matang-matang dan tentunya itu tidak mudah. Memang perlu ada yang di korbankan untuk mengurai semuanya."Em, aku... Pamit dulu ya, Res. Nanti aku kabari lagi. Perasaanku nggak enak," ucap Zahra. Lantas ia segera memberesi barang-barangnya. Setelah 3 jam keluar dari rumah dan menumpahkan segala pikirannya dengan sang sahabat sudah cukup membuat perasaannya lebih tenang dari sebelumnya."Oh ya, tapi kamu tidak apa-apa kan, Za ? Aku antar pulang, ya ?""Nggak perlu, Resti. Terimakasih ya, Aku bisa sendiri kok. lagian aku sudah pesan grab tadi," ucap Zahra. lantas ia segera beranjak karena mobil pesanannya sudah datang. Oa sengaja pulang dengan memesan taxi online agar segera sampai rumah. Entah mengapa, perasaannya mulai tak tenang. Ini juga pertama kali, ia pergi tanpa anak-anak selain kegiatan sekolah. Mendung tanpa hujan kini menghiasi langit kota Malang. Ya, sejak tiga hari lalu, lang

  • Madu Suamiku   Pertengkaran

    "Jadi, sudah berapa lama Mas ?" Zahra bertanya sembari memegangi ponselnya yang masih menampakkan foto dua manusia tanpa busana di atas ranjang sebuah hotel. Keduanya tersenyum merekah hingga senyuman mereka itu menciptakan sayatan luka yang amat dalam di hati Zahra. "Dua tahun, Neng." jawab Dimas menunduk. "Astaghfirullah, Astagfirullahal'adzim... Laaillahaillallah," ucap Zahra lagi sembari memegangi dadanya yang kian terasa sesak. Lagi-lagi bulir bening itu lolos dari matanya. mengingat perselingkuhan lelaki yang selama ini ia percaya. "Neng, aku bisa jelasin Neng. Aku bisa jelasin semuanya. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan." "Cukup mas ! Cukup ! Sudahi omong kosong mu itu ! Hah, kamu memang pantas dengannya mas. Cukup! aku sudah jijik denganmu !" ucap Zahra. Ia segera menepis tangan sang suami saat hendak membujuknya. "Neng... " "Aggrrrhhhh..... " Zahra melempar semua apapun yang berada di atas meja riasnya hingga hancur berantakan. Ia menangis pilu, "Tega kamu mas ! Jah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status