Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / Perempuan Itu ?

Share

Perempuan Itu ?

Author: Aisyah Ahmad
last update Last Updated: 2025-01-23 09:54:46

Plakk !!!!

Bu Sukma menampar Dimas dengan keras. Dimas terhuyung, saat tiba-tiba ibunya menyerang tanpa dia tahu apa alasannya. Tampaknya, Bu Sukma benar-benar murka dengan tindakan anak lelakinya.

"Kamu pikir, kamu itu siapa tanpa seorang wanita ? Kalau nggak ada ibuk kamu nggak bakalan lahir! lha ibuk mu iki ya wanita, Le. kamu nyakitin istrimu wi ya sama aja nyakitin ibuk ! Wes puas ntuk mu ngelarani ?"

ucap Bu Sukma meneriaki anaknya. sedangkan Dimas tampak memandang sang istri yang hanya diam tanpa membelanya.

"Buk... Ibuk, Dimas bisa jelasin semuanya buk,"

"Hallah, kadaluarsa ! Ibuk Rak butuh penjelasanmu. Kecewa ibuk, Dim ! Kurang opo bojo mu wi ? Kurang opo Zahra kui ? Ayu, gemati. Anak ya wes ono. Opo meneh to sing mbuk karepne ?"

"Buk... Ibuk, sik.. Dimas tak matur," Dimas berusaha merayu Ibunya. Ia berusaha meraih tangan Bu Sukma, tapi terus saja di tepis.

Zahra sebenarnya tak tega telah membuat pertikaian antara ibu dan Anak itu. Tapi ya, bagaimanapun juga Ibunya berhak tahu itu. Tentang bagaimana reaksi bu Sukma ya Resiko penumpang.

"Buk... "

"Opo awakmu rak kelingan, Dimas ?"

"Kamu itu bisa kuliah, bisa sukses itu karena siapa ? Nek nggak karena pengorbanan istrimu. Kelingan nggak, sing mok nggo kuliah wi duit e sopo ? Zahra rela jual rumah warisan demi awakmu berangkat kuliah luar negri. Kebangeten banget walesanmu !"

"Buk... "

"Kelingan rak ? Jaman e awak dewe susah, bojomu wi rela jualan donat muter pasar kondisi hamil gede. Kelingan rak awakmu ?"

"Ibuk... " Dimas di buat tak berdaya di hadapan dua wanita yang di cintainya itu,

"Sopo sing ngancani awakmu naliko susah ? Yo Zahra iki. Anak-anakmu sakit, pas awak dewe ra nde duit. Sabar banget Zahra, telaten ngurusi keluarga. Kelingan rak ? Lain Zahra opo sanggup ? Wes bubar pisahan. Wes, pokok ibuk nggak sudi ndue mantu liane Zahra ! Nggak Ridho ibuk. Lillahita'ala nggak Ridho!"

"Buk... Ibuk, Nisa kan juga Istri Dimas, buk... Dimas nggak selingkuh lho, Dimas menikahinya sah, walau secara agama."

"Helleh, istri istri opo, ta*k ! Wes, Nek kamu masih mau tak anggap anak, pegat en wi gendakan mu, Talak. rak sudi ibuk, blas rak sudi !"

"Buk... Dimas rasa, ibuk itu wanita yang bijak, paham juga agama, ibuk tidak bisa seenaknya saja mengharamkan poligami. Padahal poligami itu sunnah, buk. Sunnah Nabi, harusnya ibuk bisa dukung Dimas, dukung Dimas dalam hal kebaikan." ucap Dimas membela diri.

Dalam hati, Zahra merasa sakit banget atas ucapan Dimas. Beruntung mertuanya lebih membelanya dari pada anaknya sendiri.

"Pie, pie ? Pisan kas, jal ? Sekali lagi ? Dah merasa pinter ya, nyeramahi ibuk ? Nek trimo dapuranmu ae iso tak kilani ! Siapa yang ngusap ingusmu waktu bayi kalau bukan ibuk ?. Gaya ngomong sunnah, sunnah. Kapan ibuk bilang poligami haram ? Nggak, nggak Haram, tapi nggak gitu cara mu !"

"Ayo, kalau kamu pengen dapet sunahnya poligami tak antar ke rumahnya mbak Nur. Janda tua miskin sebelah rumah. Ayo, kebetulan sebelah kakinya juga baru di amputasi jadi nggak bisa kerja. Anaknya ada 4 yang harus di hidupi. Ayo tak antar kalau mau dapat sunahnya poligami. Ikhlas to nduk ?" ucap Bu Sukma sembari memandang ke arah Zahra. Dimas tampak diam, sudah kalah telak dia bingung mau menjawab apalagi atas ucapan ibunya itu. Sementara Zahra tertawa puas dalam hati. Puas sekali rasanya, kesalnya sudah terwakilkan oleh ucapan mertuanya.

Poligami dengan alasan sunah, masih ada jaman sekarang ? Kebanyakan yang di cari hanya kesenangan semata.

Dimas berjalan mendekati bed dimana Nadia terbaring,

"Nyapo ? Arep opo?" tanya Bu Sukma lagi masih dengan nada tingginya,

"Nemenin Zahra lah buk, kan Zahra istrinya Dimas."

"Lho, iya ta ? Masih istrimu ? Memangnya masih mau Zahra jadi Istrimu ?"

"Ibuk, jangan gitu dong, Dimas nggak bisa buk, nggak mau. Dimas sayang sama Nadia."

"Hahahaha, sayang, sayang kok dilarani. Kalau sampai Zahra minta cerai, jangan harap kamu masih tak anggap anak. Wes ra sudi ! Ibuk lebih milih Zahra aja dari pada kamu,"

"Nggak buk, nggak. Zahra nggak akan gitu kan sayang ?" Dimas mendekati Zahra sementara Zahra hanya diam saja. Enggan untuk menjawab ucapan Dimas walaupun Dimas berusaha untuk memulai percakapan dengannya.

Malam itu, menjadi malam yang dingin di antara mereka. Satu ruangan tapi tak saling tegur sapa. Bu Sukma sesekali masih mengajak Zahra bicara, walau sekedar menanyakan kondisi Zahra. Tidak dengan Dimas. Justru cenderung di anggap tidak ada oleh keduanya.

Hingga pagi menjelang, bu Sukma masih telaten mengurus menantunya. sementara Dimas malah tertidur pulas di sofa.

"Ibuk... Ibuk istirahat saja, Zahra nggak apa kok buk,"

"Iya nduk, nanti. kamu makan dulu yuk, biar cepat sembuh." ucap Bu Sukma sembari menyodorkan sesuap bubur ke mulut Zahra.

"Ibuk, Zahra bisa sendiri kok, ibuk istirahat ya, semalaman ibuk ndak tidur, ibuk kalau mau pulang dulu nggak apa. Bersih-bersih diri dulu, Zahra di tinggal nggak apa,"

"Yo wes, kalau gitu... Ibuk pulang dulu yo nduk, sekalian ibuk masak sama ngurus yang di rumah, ngurus anak-anakmu. Adik-adikmu kan juga pada sekolah nanti."

"Iya buk, nggak apa. Maaf ya buk, Zahra malah ngerepotin ibuk."

"Halah, wes ora popo, penting kamu ndang sehat. Nggak usah di pikirkan itu si Dimas. Nanti kalau masih macem-macem, wes urusan e ibuk."

"Nggeh, Buk."

Sepi, sunyi kini yang di rasakan Zahra walau ada sang suami di sudut sana. Dimas masih tertidur dan dia enggan untuk membangunkannya.

Suatu hal yang tak pernah ia sangka juga, kisah Novel yang sering ia baca kini menimpa juga padanya. Di madu oleh suami? Ah, rasanya masih seperti mimpi.

Zahra membenahi posisi bednya hingga menjadi posisi rebahan, kemudian ia meraih ponselnya dan membuka sebuah aplikasi novel online yang belakangan ini menjadi hiburannya. sesekali juga ia mencoba menulis beberapa kisah hidupnya di sana.

"Neng... Kamu, sudah enakan ?" tanya Dimas tiba-tiba setelah ia bangun dari tidurnya.

Zahra tak menjawab. Ia masih sibuk dengan ponselnya.

"Neng... Kamu masih marah sama, mas ?" tanya Dimas. Lantas ia menarik kursi di sebelah Zahra dan duduk di dekatnya.

"Neng... " ucapnya lagi. Kini ia tampak meraih tangan sang istri. Kali ini, Zahra tak menepisnya. Walau hatinya kembali teriris ketika mengingat Foto telanjang suami dan perempuan itu di ponsel Dimas.

"Mas... Kamu tahu nggak... Betapa bahagianya seorang wanita ketika ada seorang pria yang gentle datang meminta wanita itu pada walinya untuk di pinang ? Ya, sebahagia itu aku Mas. Waktu Mas Dimas bilang ke Bapak mau menikahi Zahra. Waktu itu... Zahra bilang sama bapak, bahwa Mas Dimas adalah orang yang baik, bertanggung jawab dan pandai beragama. Bapak pun setuju aku menerima pinangan Mas Dimas. Sejak saat itu, hidupku semakin berwarna. Mas Dimas juga selalu bisa membuat Zahra semakin cinta setiap hari. Apalagi setelah kehadiran Rayyan. Kasih sayang serta perhatian Mas Dimas tak pernah berubah, bahkan semakin membuat hatiku tergila-gila mas. Mas Dimas juga selalu meratukan ku. Saat itu, aku merasa... Ya, akulah wanita paling beruntung. Tak pernah ku rasakan kisah kisah di novel novel online yang mana mereka selalu mengeluhkan suami yang dzolim, yang pelit, punya mertua jahat dan ipar yang julid. Aku bahagia, aku bersyukur dan aku merasa, akulah Khadijah-mu di bumi ini, akulah Fatimah-mu di bumi ini. Seperti mana impianku, Menjadi Khadijah yang selalu di ratukan Muhammad, dan tak pernah di duakan sepanjang hidupnya. Seperti Fatimah yang di muliakan Ali, pun tak pernah di duakan sepanjang hidupnya. Nyatanya, aku salah. aku keliru... Aku bukan Khadijah itu, akulah Saudah yang harus rela berbagi ranjang pada madunya. Bedanya, Muhamad tak pernah bohong. Dan Nabiku yang mulia tak pernah bersembunyi di balik sunah demi menuruti nafsunya. Beliau murni karena ingin menolong janda dan para budak. Nabiku yang mulia berpoligami karena tujuan dakwahnya. Kamu ? "

"Neng... A... "

Krieeek....

Tiba-tiba pintu itu terbuka, dan tampaklah seorang wanita dengan pakaian serba hitam, syar'i lengkap dengan cadarnya. Zahra tampak memandangnya dengan penuh tanya,

"Neng... Itu... Nisa."

"Perempuan itu?"

Related chapters

  • Madu Suamiku   Tante Ninja

    'Dia ? Dia kah wanita yang berhasil membuat lelakiku berpaling ? Dia ? Dia kah mentari yang berhasil menyaingi sinar rembulan ? Ah, ternyata dugaanku keliru. Dia bukan seorang pelac*r atau kupu kupu malam. Dia bukan wanita yang gemar berpakaian layaknya telanjang. Tapi... '"Mbak, perkenalkan saya... Nisa," ucap wanita bercadar itu membuyarkan lamunan Zahra tentangnya."Mbak, maaf jika kedatanganku ini mengganggu mbak, tapi Mas Dimas yang memintaku datang kesini," Dimas pun langsung berdiri dan memberikan kursi tempat duduknya untuk Nisa. Ia sengaja memberikan ruang bagi kedua wanitanya untuk berdekatan. Setelah Nisa duduk, Zahra memalingkan wajahnya dan menghadap ke sisi tembok, membelakangi Nisa. Tampak tak sopan memang kelihatannya. Tapi Zahra kini tengah berusaha menyembunyikan luka dalam hatinya serta air mata yang terus berdesakan ingin keluar."Mbak... Maaf, beribu kali maaf aku ucapkan. Aku rasa mbak sudah tahu siapa Nisa ini. Nisa tahu mbak sakit, Nisa juga sakit kok mbak...

    Last Updated : 2025-01-24
  • Madu Suamiku   Pertengkaran

    "Jadi, sudah berapa lama Mas ?" Zahra bertanya sembari memegangi ponselnya yang masih menampakkan foto dua manusia tanpa busana di atas ranjang sebuah hotel. Keduanya tersenyum merekah hingga senyuman mereka itu menciptakan sayatan luka yang amat dalam di hati Zahra. "Dua tahun, Neng." jawab Dimas menunduk. "Astaghfirullah, Astagfirullahal'adzim... Laaillahaillallah," ucap Zahra lagi sembari memegangi dadanya yang kian terasa sesak. Lagi-lagi bulir bening itu lolos dari matanya. mengingat perselingkuhan lelaki yang selama ini ia percaya. "Neng, aku bisa jelasin Neng. Aku bisa jelasin semuanya. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan." "Cukup mas ! Cukup ! Sudahi omong kosong mu itu ! Hah, kamu memang pantas dengannya mas. Cukup! aku sudah jijik denganmu !" ucap Zahra. Ia segera menepis tangan sang suami saat hendak membujuknya. "Neng... " "Aggrrrhhhh..... " Zahra melempar semua apapun yang berada di atas meja riasnya hingga hancur berantakan. Ia menangis pilu, "Tega kamu mas ! Jah

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Jangan Sentuh Anakku !

    Berbagai pilihan itu terus berputar-putar di kepala. Salah satu di antaranya telah ia pertimbangkan matang-matang dan tentunya itu tidak mudah. Memang perlu ada yang di korbankan untuk mengurai semuanya."Em, aku... Pamit dulu ya, Res. Nanti aku kabari lagi. Perasaanku nggak enak," ucap Zahra. Lantas ia segera memberesi barang-barangnya. Setelah 3 jam keluar dari rumah dan menumpahkan segala pikirannya dengan sang sahabat sudah cukup membuat perasaannya lebih tenang dari sebelumnya."Oh ya, tapi kamu tidak apa-apa kan, Za ? Aku antar pulang, ya ?""Nggak perlu, Resti. Terimakasih ya, Aku bisa sendiri kok. lagian aku sudah pesan grab tadi," ucap Zahra. lantas ia segera beranjak karena mobil pesanannya sudah datang. Oa sengaja pulang dengan memesan taxi online agar segera sampai rumah. Entah mengapa, perasaannya mulai tak tenang. Ini juga pertama kali, ia pergi tanpa anak-anak selain kegiatan sekolah. Mendung tanpa hujan kini menghiasi langit kota Malang. Ya, sejak tiga hari lalu, lang

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Apakah Restu itu nyata ?

    "Minggir mas, tolong jangan halangi jalanku." Zahra berucap sembari terus berjalan tanpa memperdulikan suaminya."Neng, tolong neng... Jangan gini, jangan pergi, neng mau kemana ? Ini sudah hampir sore,""Minggir, Mas. awas dulu !" Zahra berucap lagi. Ia pun berhenti sejenak, tapi hanya membenarkan gendongan Zahwa yang hampir melorot. Dimas masih berusaha merayu Zahra, sesekali juga dia mencoba mengajak bicara Rayyan dengan membujuknya. Sayang sekali, akibat perbuatannya siang tadi masih membuat Rayyan trauma."Kita selesaikan dulu masalahnya, Neng. Aku...""Nggak sekarang, mas." ucap Zahra sembari melihat ke arah kedua anaknya. Zahra berusaha memberi kode pada Dimas agar tak membahasnya di depan anak-anak. Sayang sekali Dimas tak paham akan hal itu."Tapi kenapa ?" Tanya Dimas. Zahra menggeleng."Mas, minggir, tolong jangan halangi jalanku. Ini sudah sore kan?.""Iya mangkanya itu, ini sudah hampir sore. Kamu mau kemana ? Mau kamu bawa kemana anak-anak, neng ? Tolong, jangan pergi ya

    Last Updated : 2025-01-23
  • Madu Suamiku   Murka Ibu Mertua

    "Assalamu'alaikum, bu... Ibuk... " ucap Zahra sembari mengetuk pintu rumah mertuanya dengan pelan. suaranya terdengar parau. Tiba-tiba saja, dia merasa tubuhnya panas. Pandanganya mulai buram setelah sebelumnya ia merasa sakit kepala dan kram di perutnya."Assalamu'alaikum... " Kali ini Zahra berteriak lebih keras. Beruntung Bu Sukma segera mendengarnya dan bergegas membuka pintu setelah menidurkan Zahwa ke kamar biasa. Kriiiieeek,"Astagfirullahal'adzim, ya Allah nduk !" Zahra langsung luruh ke lantai begitu Bu Sukma membuka pintu."Ya Allah Gusti. Daan... Dani! Dinda! Buruan kesini, mbak mu pingsan ini," teriak Bu Sukma. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Semua pintu rumah warga sudah terkunci rapat termasuk rumah Bu Sukma. Bu Sukma pikir Zahra tidak jadi menginap di rumahnya. jadi ia mengunci pintu rumahnya tanpa menunggu Zahra pulang.Dani dan Dinda yang baru saja memejamkan matanya itu langsung kaget saat mendengar teriakan Ibunya. Keduanya segera keluar kamar dan mencari sumber s

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Madu Suamiku   Tante Ninja

    'Dia ? Dia kah wanita yang berhasil membuat lelakiku berpaling ? Dia ? Dia kah mentari yang berhasil menyaingi sinar rembulan ? Ah, ternyata dugaanku keliru. Dia bukan seorang pelac*r atau kupu kupu malam. Dia bukan wanita yang gemar berpakaian layaknya telanjang. Tapi... '"Mbak, perkenalkan saya... Nisa," ucap wanita bercadar itu membuyarkan lamunan Zahra tentangnya."Mbak, maaf jika kedatanganku ini mengganggu mbak, tapi Mas Dimas yang memintaku datang kesini," Dimas pun langsung berdiri dan memberikan kursi tempat duduknya untuk Nisa. Ia sengaja memberikan ruang bagi kedua wanitanya untuk berdekatan. Setelah Nisa duduk, Zahra memalingkan wajahnya dan menghadap ke sisi tembok, membelakangi Nisa. Tampak tak sopan memang kelihatannya. Tapi Zahra kini tengah berusaha menyembunyikan luka dalam hatinya serta air mata yang terus berdesakan ingin keluar."Mbak... Maaf, beribu kali maaf aku ucapkan. Aku rasa mbak sudah tahu siapa Nisa ini. Nisa tahu mbak sakit, Nisa juga sakit kok mbak...

  • Madu Suamiku   Perempuan Itu ?

    Plakk !!!!Bu Sukma menampar Dimas dengan keras. Dimas terhuyung, saat tiba-tiba ibunya menyerang tanpa dia tahu apa alasannya. Tampaknya, Bu Sukma benar-benar murka dengan tindakan anak lelakinya."Kamu pikir, kamu itu siapa tanpa seorang wanita ? Kalau nggak ada ibuk kamu nggak bakalan lahir! lha ibuk mu iki ya wanita, Le. kamu nyakitin istrimu wi ya sama aja nyakitin ibuk ! Wes puas ntuk mu ngelarani ?"ucap Bu Sukma meneriaki anaknya. sedangkan Dimas tampak memandang sang istri yang hanya diam tanpa membelanya."Buk... Ibuk, Dimas bisa jelasin semuanya buk,""Hallah, kadaluarsa ! Ibuk Rak butuh penjelasanmu. Kecewa ibuk, Dim ! Kurang opo bojo mu wi ? Kurang opo Zahra kui ? Ayu, gemati. Anak ya wes ono. Opo meneh to sing mbuk karepne ?""Buk... Ibuk, sik.. Dimas tak matur," Dimas berusaha merayu Ibunya. Ia berusaha meraih tangan Bu Sukma, tapi terus saja di tepis.Zahra sebenarnya tak tega telah membuat pertikaian antara ibu dan Anak itu. Tapi ya, bagaimanapun juga Ibunya berhak ta

  • Madu Suamiku   Murka Ibu Mertua

    "Assalamu'alaikum, bu... Ibuk... " ucap Zahra sembari mengetuk pintu rumah mertuanya dengan pelan. suaranya terdengar parau. Tiba-tiba saja, dia merasa tubuhnya panas. Pandanganya mulai buram setelah sebelumnya ia merasa sakit kepala dan kram di perutnya."Assalamu'alaikum... " Kali ini Zahra berteriak lebih keras. Beruntung Bu Sukma segera mendengarnya dan bergegas membuka pintu setelah menidurkan Zahwa ke kamar biasa. Kriiiieeek,"Astagfirullahal'adzim, ya Allah nduk !" Zahra langsung luruh ke lantai begitu Bu Sukma membuka pintu."Ya Allah Gusti. Daan... Dani! Dinda! Buruan kesini, mbak mu pingsan ini," teriak Bu Sukma. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Semua pintu rumah warga sudah terkunci rapat termasuk rumah Bu Sukma. Bu Sukma pikir Zahra tidak jadi menginap di rumahnya. jadi ia mengunci pintu rumahnya tanpa menunggu Zahra pulang.Dani dan Dinda yang baru saja memejamkan matanya itu langsung kaget saat mendengar teriakan Ibunya. Keduanya segera keluar kamar dan mencari sumber s

  • Madu Suamiku   Apakah Restu itu nyata ?

    "Minggir mas, tolong jangan halangi jalanku." Zahra berucap sembari terus berjalan tanpa memperdulikan suaminya."Neng, tolong neng... Jangan gini, jangan pergi, neng mau kemana ? Ini sudah hampir sore,""Minggir, Mas. awas dulu !" Zahra berucap lagi. Ia pun berhenti sejenak, tapi hanya membenarkan gendongan Zahwa yang hampir melorot. Dimas masih berusaha merayu Zahra, sesekali juga dia mencoba mengajak bicara Rayyan dengan membujuknya. Sayang sekali, akibat perbuatannya siang tadi masih membuat Rayyan trauma."Kita selesaikan dulu masalahnya, Neng. Aku...""Nggak sekarang, mas." ucap Zahra sembari melihat ke arah kedua anaknya. Zahra berusaha memberi kode pada Dimas agar tak membahasnya di depan anak-anak. Sayang sekali Dimas tak paham akan hal itu."Tapi kenapa ?" Tanya Dimas. Zahra menggeleng."Mas, minggir, tolong jangan halangi jalanku. Ini sudah sore kan?.""Iya mangkanya itu, ini sudah hampir sore. Kamu mau kemana ? Mau kamu bawa kemana anak-anak, neng ? Tolong, jangan pergi ya

  • Madu Suamiku   Jangan Sentuh Anakku !

    Berbagai pilihan itu terus berputar-putar di kepala. Salah satu di antaranya telah ia pertimbangkan matang-matang dan tentunya itu tidak mudah. Memang perlu ada yang di korbankan untuk mengurai semuanya."Em, aku... Pamit dulu ya, Res. Nanti aku kabari lagi. Perasaanku nggak enak," ucap Zahra. Lantas ia segera memberesi barang-barangnya. Setelah 3 jam keluar dari rumah dan menumpahkan segala pikirannya dengan sang sahabat sudah cukup membuat perasaannya lebih tenang dari sebelumnya."Oh ya, tapi kamu tidak apa-apa kan, Za ? Aku antar pulang, ya ?""Nggak perlu, Resti. Terimakasih ya, Aku bisa sendiri kok. lagian aku sudah pesan grab tadi," ucap Zahra. lantas ia segera beranjak karena mobil pesanannya sudah datang. Oa sengaja pulang dengan memesan taxi online agar segera sampai rumah. Entah mengapa, perasaannya mulai tak tenang. Ini juga pertama kali, ia pergi tanpa anak-anak selain kegiatan sekolah. Mendung tanpa hujan kini menghiasi langit kota Malang. Ya, sejak tiga hari lalu, lang

  • Madu Suamiku   Pertengkaran

    "Jadi, sudah berapa lama Mas ?" Zahra bertanya sembari memegangi ponselnya yang masih menampakkan foto dua manusia tanpa busana di atas ranjang sebuah hotel. Keduanya tersenyum merekah hingga senyuman mereka itu menciptakan sayatan luka yang amat dalam di hati Zahra. "Dua tahun, Neng." jawab Dimas menunduk. "Astaghfirullah, Astagfirullahal'adzim... Laaillahaillallah," ucap Zahra lagi sembari memegangi dadanya yang kian terasa sesak. Lagi-lagi bulir bening itu lolos dari matanya. mengingat perselingkuhan lelaki yang selama ini ia percaya. "Neng, aku bisa jelasin Neng. Aku bisa jelasin semuanya. Ini nggak seperti yang kamu pikirkan." "Cukup mas ! Cukup ! Sudahi omong kosong mu itu ! Hah, kamu memang pantas dengannya mas. Cukup! aku sudah jijik denganmu !" ucap Zahra. Ia segera menepis tangan sang suami saat hendak membujuknya. "Neng... " "Aggrrrhhhh..... " Zahra melempar semua apapun yang berada di atas meja riasnya hingga hancur berantakan. Ia menangis pilu, "Tega kamu mas ! Jah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status