Share

Meminta Restu

Penulis: Aisyah Ahmad
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 20:40:13

"Duduk yuk bu."

"Ah ya... Ayo, ndek mana? Ndek kursi teras aja? Apa di sini?"

"Disini aja buk,"

Mereka berdua pun duduk. Zahra mulai mengatur posisi dan mengatur jantungnya yang mulai berdegub tak beraturan.

"Ibuk?"

"Iya?"

"Zahra sudah mengijinkan jika Mas Dimas mau menikah dengan Nisa." ucap Zahra setelah menghela nafas.

Bu Sukma kaget, dan mendongak menatap wajah Zahra dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Tapi ibuk jangan khawatir, Zahra masih tetap jadi menantu ibuk kok."

"Nduk?"

"Njih buk. Insyaallah Zahra mengijinkan atas kemauan Zahra sendiri dan Zahra juga masih mempertahankan pernikahan Zahra dengan Mas Dimas. Demi anak-anak. Demi ibu juga,"

"Masyaallah, subahanallah, hatimu nduk... Ibuk isin tenan, ibuk malu. Ibuk malu Dimas sudah menyakiti wanita sebaik kamu. Ibuk malu nduk."

"Ssst, sampun bu. Ndak apa. Dan Zahra harap, Ibuk juga bisa merestui Mas Dimas ya. Karena restu ibu juga penting. Zahra juga tak mau, karena masalah ini Mas Dimas menjadi durhaka, menjadi berdosa ka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Madu Suamiku   Sesakit inikah Rasanya ?

    "waktu itu Bunda kena serangan jantung waktu mendengar bahwa Nisa telah menjadi Istri kedua dari Dimas.""Astagfirullah," ucap Zahra dan Bu Sukma berbarengan. "Mbak, mohon maaf ya mbak. Semua jadi kacau begini," ucap Zahra merasa tak enak. "Nggak nggak, harusnya kami yang minta maaf mbak. Terutama sama kamu, ya. Sebagai istri Sahnya Dimas," ucap Nina. Zahra mengangguk. "Eum... Sepertinya kalian mending pulang dulu aja gimana? Situasinya masih gini. Timmingnya kurang tepat. Dan kamu Sa, kamu jangan keluar dari rumah ini kalau nggak mau suasana makin kacau."Nisa menghela nafas, "tapi... Ya udahlah" Akhirnya ia setuju dengan apa yang di katakan Nina. Sebab dia sendiri tahu jika Ayahnya marah seperti apa. Dimas juga setuju untuk saat ini. Malam itu juga Dimas kembali membawa keluarganya pulang ke Malang. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Hanya suara suara kecil dari bibir mungil Rayyan dan Zahwa yang saling bersahu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Madu Suamiku   Ya, sesakit itu, Mas !

    "Bisa nggak Neng? Sini biar Mas aja." ucap Hakim saat melihat Nadia tampak kesusahan memasang lampunya. "Enggak usah. Ini udah bisa kok," ucapnya sembari terus memutar putar bohlam lampunya. "Nah, sudah selesai." ucapnya lalu turun. Zahra tampak berjalan menuju saklar lampu dan mencoba menyalakannya. "Alhamdulillah," Kemudian ia mengambil kembali tangganya mau di bawa turun di kembalikan ke tempatnya. "Sini aja aja yang kembaliin," Ucap Dimas tapi Zahra tak mengindahkan tawaran Dimas. "Bund...""Ah, iya sayang, sebentar."Setelah selesai membenarkan lampu, Zahra menemani anak anak bermain di kolam renang belakang. Dimas masih terus berusaha membersamai Zahra. tapi keberadaan Dimas seolah tak di anggap oleh Zahra. Ntahlah, Hati Zahra sudah terlanjur beku. Mau tahu Wanita yang bertahan hanya demi anak? Zahra lah orangnya. Zahra memang sudah kembali ke rumah tapi tidak dengan jiwanya. Sakit hatinya membuat dia enggan untuk bersuara lebih banyak. Kini ia memang lebih banyak diamnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Madu Suamiku   Akad Kedua

    "Saya terima Nikahnya Anisa Rahma Dengan mas Kawin Tersebut di bayar tunai!!! ""Sah? " "Sah!!!"Suasana haru bercampur sedih itu terganbar dalam sebuah masjid tempat dimana Dimas dan Nisa melangsungkan akad Nikahnya yang kedua. Kali ini, pernikahan keduanya di hadiri oleh banyak orang yang kenal dengan mereka. Dari keluarga Pihak perempuan maupun pihak laki laki. Termasuk juga Zahra. Ia tampak tegar, menyaksikan sang suami menyebut wanita lain dalam ikrar janji suci itu. Bahkan posisinya sebagai saksi. Bahkan juga dia sendiri yang merangkai Mahar dan seserahan nya untuk istri muda suaminya. Di samping kiri Zahra ada Dinda dan Resti, Sahabat Zahra. di samping kanannya ada Bu Sukma yang tampak mengelus punggung Zahra berkali-kali Menenangkannya. Tak ada sedikitpun air mata yang lolos darinya, bahkan dengan senyuman ia menghantarkan sang suami menikah dengan wanita lain. "Neng... " ucap Dimas saat usai melangsungkan akad keduanya. Entah mengapa kali ini justru malah Dimas yang teras

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Madu Suamiku   Malam yang panjang

    Tok tok tokZahra segera meraih hijab dan memasang seadanya, lalu dia lari keluar untuk membukakan pintu. Di depan pintu itu sudah ada pria nya dan seorang wanita bercadar hitam. Siapa lagi kalau bukan madunya. "Neng... Eum... Malam ini dan untuk sementara, kami akan tinggal disini. Ayahnya Nisa tidak mengizinkan kami tinggal di rumahnya lagi,"Zahra masih terdiam. Tapi dia tidak bisa menolak. Yang dia pikirkan bukan mereka berdua ini, tapi janin yang ada di kandungan Nisa. Kasihan kalau ibunya lontang lantung di jalanan. Batin ZahraZahra menggeser tubuhnya. Tanpa bicara, Dimas paham kalau Zahra mengizinkan. Walau kelihatanya berat. "Terimakasih ya Neng. Kamu memang istri dan wanita yang baik. Sholihah. Ini, Nisa biar tidur di kamar tamu saja.""Nggak perlu. Kalian di kamar atas saja. Kamar tamu aku pakai." ucap Zahra sebelum akhirnya meninggalkan mereka. "Oh ya, jangan lupa spreinya di pasang. Ada di dalam lemari. AC nya baru aku benahi tadi siang jadi aman. Bisa pasang seprei ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Madu Suamiku   madu satu atap

    ucapnya pada diri sendiri saat menghadapi ke cermin. Lalu ia segera menyudahi ritual mandinya bersamaan dengan air mata yang ia halus dengan kasar. Usai melaksanakan kewajibannya, dia mulai keluar kamar. Mulai hari ini dia harus bisa berdamai dengan kenyataan. "Mbak... ""Astagfirullah,""Eh, maaf mbak. Kaget ya... Maaf maaf. Soalnya kamar mandi atas nggak bisa di pakai," ucap Nisa saat baru keluar dari kamar mandi dapur, ketika Zahra tengah membuat roti bakar. Zahra menoleh ke arah Nisa, melihatnya dari ujung rambut dan ujung kaki, baru pertama kali ini dia melihat Nisa dengan pakaian kimono dan rambut terurai basah. Ah, pantas saja Dimas sulit untuk meninggalkannya. Bodynya saja aduhai dan kulitnya sangat putih, berbeda dengannya yang agak sawo matang. Batin Zahra sembari menggelengkan kepala. "Kenapa mbak?""Oh eng enggak... Nggak apa... ""Kenapa Sa?" ucap Dimas saat keluar kamar mandi. Ternyata Nisa tak sendiri di kamar mandi,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Madu Suamiku   Ke Rumah Ibu

    Belum sempat Dimas melanjutkan ucapannya, Zahra sudah pergi ke kamarnya. Nisa di dapur kebingungan mencari bahan bahan masaknya. Ia juga agak sedikit kesal. Tubuhnya lelah sebenarnya setelah lolos tiga ronde sejak semalam. Tapi juga ia lapar. Beli di luar juga sepertinya tidak mungkin, dia harus berhemat karena suaminya juga sudah berjanji pada istri sahnya untuk menanggalkan hartanya saat menikahinya. Jadi keduanya kini mulai dari nol. Hanya beruntungnya Zahra mau menampung mereka disini, jadi tak perlu pusing lagi membayar uang kontrakan. "Astaga... Dimana sih dia naruh bumbu bumbunya." Ia membuka semua rak dapur tapi tak ada. "Apa aku tanya aja ya," "Ya udah deh tanya aja," Nisa memberanikan diri untuk menemui Zahra di kamarnya. Beberapa kali Nisa mengetuk pintu kamar Zahra, baru Zahra keluar. Sejenak Nisa terkagum melihat penampilan Zahra tanpa Hijab. Rambutnya panjang lurus dan tebal. Kulitnya kuning langsat, tapi mulus tanpa cacat. Wajahnya j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Madu Suamiku   Mertuaku, bukan mertua kita !

    "Oh, ini adik saya, pak.""Loh... Adiknya, tak pikir mbak Zahra ini anak tunggal. Ternyata masih ada adiknya tah,""Hehe, iya saya memang anak tunggal, pak.""Oh, berarti ini adik sepupu tah, atau adik adik an ini, adik ketemu gede, kayak anak saya dulu... Punya temen, dekat banget sudah seperti keluarga, jadi sudah di anggap adik." ucap bapak sopir itu. "Hehe bukan adik sepupuku dan adik adik an juga sih pak, tapi adik madu.""Hah? Gimana maksudnya adik madu?""Iya ini istri kedua suami saya, pak.""Maasyaallah, bisa ya akur begitu mbak. Bagi tips dong. Hahaha,""Bapak kan ndak tahu, bisa aja kan kita lempar lemparan piring kalau di rumah. Atau jambak jambakan kalau di rumah, kan bapak ndak tahu." ucap Zahra sembari tertawa. "Ah, mbak Zahraa itu lo, bisa aja kalau bercanda.""Ya iya to pak, masak iya kita berantemnya di depan umum. Malu maluin. Itu cukup jadi rahasia dapur pak,""Hehe iya iya deh, mbak Zahra."Sepanjang perjalanan isinya bercanda terus dari rumah hingga hampir sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Madu Suamiku   Jangan Sentuh Anakku lagi !!!

    "Uhuk uhuk.. Ekhem... Gimana gimana Za? Dia tanya gimana caranya biar di sayang sama mertua kamu? Hahahaha, dasar bener bener udah putus itu urat malunya kali ya, bisa bisanya itu lo tanya sama Istri sah nya dong. Halo... Dia itu apa nggak nyadar ya, kehadirannya aja itu sudah tidak di harapkan ya, sama Bu Sukma. Dia aja masuknya dengan cara yang salah, kok minta di sayang. Di rumahmu ada kaca yang gede nggak sih, Za. Coba deh suruh ngaca dia itu. Aku kok gedek ya lama lama." ucap Resti sembari meletakan kembali gelasnya. Kedua wanita itu kini tengah menikmati secangkir Vietnam Coffe di sebuah restoran kecil di pinggir jalan menuju rumahnya. Tadi Zahra memang sengaja meminta turun di sini saat perjalanan pulang dari rumah bu Sukma. sementara anak anak ikut pulang bersama Dara karena posisinya juga sedang tidur."Entah lah, Res. Aku sampai nggak bisa berkata kata.""Terus kamu jawab gimana tadi?""Ya aku katakan aja sebenarnya gimana. Dia pikir aku sama ibuk bisa langsung kayak gini,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Madu Suamiku   Lembar baru Zahraa

    Selain menjadi ibu, kini tugas Zahra rangkap menjadi seorang Ayah juga. Tugasnya merawat anak-anak, sekaligus mencari nafkah. Zahra memang menutup semua akses untuk Dimas. Yang terakhir tadi pagi ia sempat membaca inbok masuk dari akun seorang yang baru dia tahu itu akun Nisa. Dia juga langsung blok akun tersebut. Kemudian memprivate kembali akunnya."Mbak, ada soto?" tanya seorang pelanggan yang baru datang."Eh, Maaf belum ada ibu, besok deh Zahra bikin sotonya. Soalnya warungnya baru buka hari ini bu, belum berani masak banyak-banyak. Besok ya, Zahra Redy kan.""Oh ya udah. Kalau gitu, ada menu apa aja ini mbak?""Ini ada pecel, ada rawon, rujak cingur, sama Sego Tumpang.""Ya wis mbak. Sego tumpang we ya. 2 porsi.""Minumnya?""Es teh aja deh, seger.""Baik bu, sebentar ya, zahra siapkan dulu."Tak berapa lama Zahra sudah datang dengan membawa dua porsi sego tumpang."Heeem, baunya uenak ini kayaknya," ucap pelanggan Zahra. "Alhamdulillah, semoga cocok sama Masakan Zahra ya buk.

  • Madu Suamiku   lihat aku, mas !

    Tok tok tok."Mas, di suruh ibuk sarapan." ucap Dinda dari balik pintu.. "Ya, bentar lagi,""Ya udah ayo sarapan aja dulu. Kasihan dia kalau Uminya nggak makan." ucap Dimas sembari memegang perut Nisa yang masih rata. "Nggak lah. Kamu aja, kan kamu yang di panggil mas. Aku siapa?""Astaga... Sa. Udah deh jangan kayak anak kecil. Ibuk itu udah baik mau nampung kita, masih mau masakin kita juga. Kalau sikap ibuk masih seperti itu ya wajar, ibuk masih kecewa pastinya." ucap Dimas. "Bela aja terus ibumu.""Ck." Dimas mengusap kasar kepalanya."Ya udah terserah. Nanti kalau lapar makanan udah habis jangan nyalahin orang. Kamu sendiri yang nggak mau makan.""Hm"Setelah Dimas keluar, Nisa hanya duduk diam di depan meja rias sembari memandang dirinya dari pantulan cermin."Apakah ini aku?? " gumamnya."Apa aku sejahat itu?""Arrrtgh!!! " umpatnya frustasi. Kemudian ia meraih benda pipih yang sempat ia lemparkan di atas ranjang. Ia pun merebahkan tubuhnya sembari membuka aplikasi biru berga

  • Madu Suamiku   Masih Dia pemenangnya

    "Lho ya iya mbak. Ngapain juga laki model kayak gitu di piara. Rugi. Malah bikin penyakit aja tiap hari makan ati. Udah bener itu mendingan kasihin aja sama pelakornya. Laki laki yang baik dan tulus masih buanyaak. Ngapain nyiksa diri.""Bener banget, mbak. Aku lo udah ngalamin juga mbak. Sekali ketahuan selingkuh. Buang langsung aja, biar di pungut pelakor. Dah lah... Wanita mandiri kayak mbak Zahra itu nggak butuh laki-laki. Apalagi kok yang begitu.""Iya mbak Zahra. Sudalah biarin. Mbak Zahra pasti bisa sukses tanpa dia. Jauh lebih baik tanpa Dia.""Amiin. Hehe, iya bu. Oh ya, maaf Zahra tinggal dulu antar anak-anak sekolah ya. Nanti kalau mau nambah lagi ambil sendiri dulu nggak apa ya bu ibu.""Loh loh loh... Ini di tinggal mbak Zahra? Kalau ada apa-apa yang hilang gimana, hayo??? Kami ndak mau di salahin lho ya, tutup aja deh mending mbak... Lebih aman.""Iya mbak Zahra, tutup aja biar kita-kita juga pulang.""Lho... Mau tutup? Saya kan baru mau makan?" ucap salah seorang bapak-

  • Madu Suamiku   Kalau tidak di ambil Tuhan ya di Ambil Pelakor !

    "Mas, kata ibuk boleh tidur disini. Tapi tidak boleh tidur di kamar mbak Zahra. Ada kamar kosong di belakang boleh ditempati. Kamar... Pembantu sih," ucap Dinda pelan.Dimas dan Nisa saling pandang, kemudian keduanya mengangguk.Iya, bu Sukma memang orangnya tidak tegaan. Walaupun dia galak, tapi atas dasar kemanusiaan, dia masih bisa menolong orang, walaupun kadang dia harus berperang dengan hatinya sendiri."Kamar ini mas, nggak boleh ke kamar atas. Kata ibuk itu hanya boleh di tempati mbak Zahra""Ya udah, nggak apa-apa Din. Makasih ya. Mas bersihkan dulu kamarnya."Akhirnya bu Sukma mengizinkan mereka tinggal sementara. Walaupun di kamar yang lebih sempit dari semua kamar di rumah ini. Tapi paling tidak, mereka kini punya tempat untuk berteduh."Maaf ya Sa, jika sikap ibu masih belum baik di hati kamu.""Nggak apa mas. Aku ngerti kok. Posisiku ini memang banyak di benci orang. Udah resiko." ucap Nisa sembari menepuk-nepuk bantal yang lumayan berdebu itu. Kamar ini dulunya kamar pe

  • Madu Suamiku   Terpaksa Pulang ke rumah ibu

    Akhirnya dengan berat hati, mereka berdua keluar dari kontrakan itu. Keduanya kini kembali luntang-lantung ber jam-jam di jalan tanpa tujuan. Berbeda dengan sebelumnya, kini Nisa lebih banyak diam. Tanpa tanya mau kemana. "Kita pulang kerumah ibuku dulu aja ya Sa,""Terserah," jawab Nisa singkat. Dimas kini mencari angkutan umum yang akan membawanya ke rumah bu Sukma. Dimas tahu, pasti ibunya akan marah besar dan ada kemungkinan mereka tidak diterima. tapi Dimas akan mencobanya dulu. Sebab tak ada lagi temapt yang bisa ia harapkan sekarang untuk tinggal. "Ke Jalan XX ya pak." ucap Dimas pada sopir itu. Di dalam mobil taxi juga Nisa masih terdiam. Ia hanya memandang keluar jendela mobil itu. Menatap gemerlapnya lampu jalanan menuju rumah yang selama ini ia hindari. Terus terang hatinya juga sakit dengan perkataan perkataan yang selalu Bu Sukma utarakan walaupun banyak benarnya. "Sa. Tumben kamu diam aja? Kamu kenapa? Ada yang sakit? Kamu capek ya?" tanya Dimas. Tampaknya Dimas s

  • Madu Suamiku   Di usir dari kontrakan

    'anakku kena imbas atas tindakan bo dohmu!' tulis pesan itu. Lalu foto profil kembali tak terlihat karena Zahra langsung memblokir kembali nomor Dimas. "Aaaarrrghhh. Zahra, mana bisa begitu!" umpatnya kesal."Sa... Kamu mau kemana? Kok bawa tas?""Keluar lah, cari kerja. Mas... Duit kita sudah habis. Keperluan semakin banyak. Belum lagi buat periksa ini itu. Sementara kamu aja hanya diem dirumah setiap hari cuma mandangin foto mbak Zahra. Emangnya foto mbak Zahra doang bisa di makan? Dah lah... Terserahmu mas, capek aku lihat hidupmu!" ucap Nisa. "Sa? Emangnya kamu mau kerja dimana? Kamu lupa, ijazahmu masih di tahan di kampus!" Seketika Nisa menghentikan langkahnya mengingat hal itu. Lalu ia berbalik badan dan membanting tasnya di lantai. "Aaaargh, kenapa sih hidupku gini banget!?" Umpatnya kesal. Kemudian ia kembali ke kamarnya. Dan di ikuti oleh Dimas. "Sa... Sabar ya, kamu tenang dulu. Mulai besok aku akan cari kerja lagi.""Ya gimana aku harus tenang mas, aku dari siang mint

  • Madu Suamiku   Mencoba sekali lagi

    "Bundaaaaaa, ini Zahwa nangi pula pula," ucap Zahwa dengan lucunya. "Oooh gitu... Iya terus kenapa pula pula menangis segala? Hem?""Ini puti istananya lagi nangis.”" Kenapa nangis?? ""Kalena pangelannya bawa tante ninja yang jahat. Jahatin putrinya sampai putrinya nangis.""Oooh, gitu... Hihihi," ucap Zahra sembari mengusap kepala keduanya. Rasanya ngilu mendengar penuturan anaknya yang menurutnya dia terinspirasi dari apa yang terjadi belakangan ini. "Tenang saja putri, pahlawan akan segera datang dengan menyelamatkanmu." ucao Rayyan sembari memperagakan nya. Keduanya kembali melanjutkan permainannya. Kali ini di temani oleh sang bunda. "Sayaaang. Tapi ini sudah sore loh, pulang yuk besok main lagi, kan dekat.""Yaaah Bunda. Ini belum sore bund. Masih agak sore. Belum sore beneran. Dikit lagi ya. Dikiiit tok ya?" ucap Rayyan. "Oke, lima belas menit." ucap Zahra, dan keduanya kegirangan. Tak pernah Zahra lihat sebelumnya, anak anak segirang dan sebahagia ini. "Bunda... Kenapa

  • Madu Suamiku   Dia Suamiku, Bukan Suami kita !

    Di tepi pantai itu Rayyan dan Zahwa tengah asik bermain mobil pasir yang baru Zahra belikan di penjual mainan yang berjejeran di pinggir jalan sebelum mereka tiba di sini. debut ombak itu menjadi pemandangan indah dan memanjakan mata Zahra saat ini, dan membuat hati serta pikirannya jauh lebih baik. Ia memandang lurus kedepan, menikmati suasana yang lama tak ia rasakan. "Kamu yakin mau tinggal di Lumajang, Za? Lumayan jauh loh kalau dari rumah Neneknya anak anak.""Ya biar jauh, Res.""Loh, jadi mereka belum tahu kalau kamu sekarang tinggal di sini?""Belum. Eum. Tapi mungkin sudah tahu kalau aku sudah pergi dari rumah. Kemarin ibuk sempat telfon-telfon tapi aku abaikan.""Lah... Kenapa? Bukannya dengan mereka kamu tidak ada masalah? Baik baik saja kan hubunganmu dengan mertua?""Ya... Baik baik saja. Cuma aku belum siap saja jika di tanya ini itu. Aku sedang ingin sendiri. Aku ingin menikmati dulu hidup tenang tanpa ribut-ribut atau apapun itu lah. Kau lihat mereka?" ucap Zahra semb

  • Madu Suamiku   Dimana kamu, Neng... !!!!???

    Pov AuthorKini Dimas tampak kebingungan. Harapannya kembali sirna. Kemana lagi dia harus mencari Zahra sekarang. Jika benar di rumah Orang tuanya, apa yang harus ia katakan untuk membujuknya kembali. Semuanya semakin rumit sekarang. Dimas pikir akan berjalan dengan mudah, lurus tanpa hambatan. "Aggrrrhhh !!! " umpatnya kesal. Pintu rumah berbahan kayu jati itu kini juga sudah di tutup kembali oleh pemilik barunya. "Shiiiit!!!" Lantas ia berjalan menjauh dari rumah yang kini bukan miliknya lagi. "Apa aku cari ke rumah ibu dulu sekarang. Aku yakin Zahra di sana. Iya lah, mau kemana lagi dia kalau tidak kesana. Dia tak punya keluarga." gumam Dimas. Kemudian dia berjalan ke tepi jalanan, Mencari ojek yang sekiranya bisa mengantarnya ke rumah Bu Sukma. Sebab kalau Naik taksi lagi ia khawatir uangnya akan segera habis. Sementara ini dia belum bekerja lagi. terakhir dia di pecat karena ketahuan memiliki dua istri. Di kantornya memang ada peraturan tidak bisa berpoligami, tapi dia tidak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status