"Kabulkan saja permohonannya yang menginginkan perpisahan. Bukan kamu yang menginginkannya, Aris! Ibu rasa sudah cukup jelas bila dia tidak lagi memiliki perasaan yang sama denganmu!" ucap Hani mulai mengompori Aris. "Mbak Maya yakin ingin bercerai dari Mas Aris?" tanya Wulan. Pertanyaan Wulan memang terdengar biasa, tetapi Maya tahu perempuan itu menginginkan jawaban yang pasti. Mungkin, inilah yang ditunggu-tunggu Wulan. Ucapan pisah dari Maya dengan penuh suka cita. Tidak menampik bila Wulan menunggu Maya menyerah dengan rumah tangganya dan Aris. Pun Maya telah bertahan selama ini merupakan sesuatu yang melebihi ekspektasi. Bahkan, Wulan awalnya yakin bila Maya tidak akan mengizinkan Aris berpoligami. Maya menatap Wulan dengan senyum di wajah. "Bukankah ini yang kamu inginkan? Bila aku bercerai dari Mas Aris, kamu akan menjadi istri satu-satunya. Belum lagi kamu dapat mengurus surat pernikahan kalian untuk memberikan status pada anakmu!" jawab Maya membuat Wulan tersentak. S
Maya menatap penuh permohonan pada pria yang sudah lima tahun membersamainya. Dia sudah tidak sanggup menahan semua perasaannya. Tidak ada lagi yang dapat membuatnya bertahan menjadi istri Aris. "Kamu yakin ingin berpisah denganku, Maya? Aku makan sangat mencintaimu. Tolong jangan memaksaku untuk melakukan hal ini," ucap Aris memandang sendu istri pertamanya itu. "Semua yang dikatakan Ibu benar, Mas. Tidak ada yang dapat kamu banggakan dariku. Bukankah aku tidak bisa memberikan anak? Tidak pula membantumu dalam keuangan rumah tangga. Hal itu dapat dilakukan oleh Wulan. Jadi, mungkin lebih baik kamu hanya memiliki seorang istri saja," ujar Maya dengan tenang. Cinta memang masih ada dalam hati Maya, tetapi semuanya telah terkikis dengan perilaku Aris. Lebih baik dia menjelaskan statusnya sebagai seorang janda. Dari pada hidup bersama dengan Aris sebagai istrinya, terapi diperlakukan layaknya janda. Tidak diberikan nafkah lahir maupun batin adalah salah satu alasan dari Maya u
Maya tidak merasa sebagai wanita paling merana karena telah diceraikan. Justru ada perasaan lega lepas dari belenggu pernikahan yang dihadirkan Aris. Selama menikah dengan Aris, dia memang bahagia. Namun, ada yang membuatnya tidak menerima kebahagiaan itu dengan semestinya. Kehadiran anak menjadi momok yang menakutkan untuk Maya. Budaya di Indonesia masih sangat memvalidasi kehadiran anak sebagai tolok ukur sebuah keluarga. Jadilah, Maya menerima poligami yang membuat hatinya kian terluka. "Selamat tinggal, Mas Aris," ucap Maya pada mantan suaminya itu. Tadinya, Aris bersikeras untuk mengantarkan Maya menuju rumahnya. Perjalanan menuju rumah Maya mamakan waktu tiga jam. Namun, Maya menolak, dia tidak ingin keteguhan hatinya goyah. "Ini sudah malam, Maya. Aku tidak tega membiarkanmu seorang diri pulang ke rumah," ujar Aris mencegah kepergian Maya. "Mas, kamu tenang saja. Aku duga memesan kendaraan online. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku," balas Maya dengan senyuman. Wanita
Kepergian Maya memberikan kesedihan pada Aris. Pria itu melihat Hani dan Wulan bersuka cita atas kepergian istri pertamanya itu. Lebih tepatnya telah menjadi mantan istri. "Jangan terlalu lama dalam mengurus perceraian. Maya tidak berhak mendapatkan apa pun karena dia tidak memiliki anak denganmu. Ibu bersyukur kamu lepas dari dirinya," ucap Hani. Wulan yang berada di samping Hani ikut tersenyum. Dia merasa sangat puas dan bangga menjadi istri satu-satunya bagi Aris. Tanpa campur tangannya, Maya menyerah hanya dalam kurun waktu beberapa bulan. Hal itu membuat Wulan di atas angin. Keberpihakan Hani juga merupakan yang sangat diinginkan oleh Wulan. Setiap menantu pasti ingin agar disukai oleh ibu mertua. Aris menatap Hani dengan sendu. Dia tidak habis pikir dengan sang ibu yang dapat mengucapkan hal tersebut dengan mudah. Ibunya itu seolah tidak memiliki hati dengan memintanya untuk segera mengurus perceraiannya dengan Maya. "Iya, Mas. Aku setuju dengan Ibu. Bila kalian telah
"Ke mana adikku? Mengapa ada wanita lain di rumah ini? Aku tahu dia bukan keluargamu. Jadi, jangan berbohong padaku!" ujar Rendra dengan mengepalkan tangan. "Maafkan aku, Mas. Wulan adalah istri keduaku, aku melakukan poligami dengan persetujuan Maya. Jadi, Mas jangan marah padaku. Aku melakukan pernikahan keduaku seizin Maya," ucap Aris melirik pada Rendra yang matanya dipenuhi kilat kemarahan. "Persetan dengan ucapanmu. Tidak mungkin Maya menyetujui begitu saja pernikahanmu! Pasti kamu yang menginginkan hal ini!" Rendra langsung memukul pipi Aris. Wulan berteriak ketika Rendra memukul suaminya. Baru saja dia terbebas dari Maya, ternyata Kakak dari mantan madunya itu datang dengan penuh amarah. "Hentikan! Kamu telah membuat suamiku terluka,," ucap Wulan yang terkejut. Rendra mengabaikan ucapan Wulan, tak lama datang Hani yang terkejut dengan kedatangan Rendra. Belum lagi, dia menghajar Aris dengan bertubi-tubi. "Tidak!!! Apa yang kamu lakukan pada anakku?" Kali ini, Rendr
Setelah menerima panggilan dari Maya, bergegas Rendra pulang ke rumah orang tuanya. Perjalanan melelahkan tidak dia hiraukan. Yang terpenting baginya adalah segera bertemu dengan Maya. Sang adik tidak pernah menceritakan tentang kelakuan suaminya. Rendra tidak pernah menyangka bila Maya dipoligami dan menjalani hari-hari beratnya seorang diri. Kesal karena sebagai seorang Kakak dia tidak dapat menjadi orang pertama yang membela Maya. Sesampainya di rumah orang tuanya, dia segera memasuki rumah. "Assalamualaikum, Maya. Kamu di mana, Dek?" Tanpa basa basi, dia memeluk Maya yang menghampiri Rendra. "Mengapa kamu tidak menceritakan pada Mas tentang kelakukan si brengsek itu? Seharusnya, kamu menceritakannya padaku!" ucap Rendra. Maya menggeleng, dia tidak bisa menahan tangisnya. Hal yang paling dia takutkan adalah Rendra mengetahui pernikahan Aris. Namun, semua itu tampaknya tidak perlu dia khawatirkan. Pernikahannya dengan Aris telah kandas. Dia tidak dapat mempertahankan pe
"Maya itu kemungkinan tidak bisa hamil. Dia bercerita padaku kalau sudah lima tahun dia belum juga hamil. Itu juga alasan Maya setuju dipoligami. Apa Kakak akan menerima kondisi Maya?" tanya Putri. Gilang terdiam, bagaimana pun dia memiliki perusahaan keluarga. Pasti orang tuanya menuntut agar dia memiliki seorang anak. Perasaannya senang yang tadinya dia rasakan jadi surut. Mampukah dia meyakinkan sang ibu untuk memberikan restu padanya untuk mendekati Maya. Belum tentu juga, Maya akan langsung menerimanya. Dia yakin, wanita itu sedang dilanda kesedihan akibat perceraiannya dengan Aris. Pria yang membuatnya kalah karena dipilih oleh Maya. Kini, dia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan yang diajukan oleh Putri. Dilema melanda Gilang, dia tidak bisa egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. "Aku bisa menerima kondisi Maya, tetapi Mama belum tentu menerimanya. Aku harus meyakinkan Mama terlebih dahulu. Kalau memang dia tidak merestui kami, mungkin aku akan mundur d
Maya dan Rendra memutuskan untuk pindah ke kontrakan yang dekat dengan kantor Maya. Wanita itu sudah izin dua hari untuk mengurus keperluannya. Tidak mungkin dia terus izin untuk keperluan pribadi. Walau Gilang dan Putri adalah temannya tidak mungkin dia memanfaatkan hal itu untuk mangkir dari pekerjaan yang baru saja dia dapatkan. "Aku pamit bekerja, ya, Mas!" ucap Maya pada Rendra ketika dia selesai sarapan. "Ya, hati-hati. Berikan kabar bila kamu mau dijemput. Aku akan menjemputmu," balas Rendra. "Tidak perlu, aku bisa memesan kendaraan online," tolak Maya kemudian bangkit dari tempat duduk lalu mencium tangan kakaknya. Rendra memandang Maya dengan sendu. Dia sangat prihatin dengan semua hal yang menimpa adiknya. Berharap akan ada kebahagiaan yang menghampiri sang adik. Pun Rendra kesal dengan semua tuduhan keluarga Maya yang mengatakan adiknya mandul. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Maya mengungkapkan bila adiknya itu tidak memiliki masalah dengan kandungannya. Jad