Chapter: Bab 16"Apa maksud Kakak memengaruhi Farah? Ini rumah tanggaku, Mbak. Jangan ikut campur," ujar Mas Rafli terlihat marah. Perubahan Mas Rafli begitu terlihat, aku tidak menduga kalau dia begitu takut ketika aku katakan cerai. Sejak awal, aku merasa Mas Rafli begitu menginginkan perpisahan ini karena dia tidak pernah peduli lagi padaku dan calon anak kami.Setelah aku keguguran, tampaknya Mas Rafli baru menyadari bila aku memiliki arti dalam hidupnya. Namun, ketakutan itu tetap ada. Takut bila Mas Rafli kembali mengacuhkan diriku dan memilih untuk bersama dengan Karina dan Alina. "Rafli, walaupun aku adalah kakakmu, aku mengerti perasaan Farah. Kamu bisa dengan mudah mengatakan maaf. Tapi, luka itu akan tetapi ada sampai kapan pun," balas Widya membuat Mas Rafli tampaknya gelisah.Aku sangat memahami perasaan kakak iparku itu. Dia dikhianati begitu dalam oleh suaminya, kemudian dituduh mandul karena memang sampai saat ini belum memiliki seorang anak. Namun, dengan mudah sang suami menduakan
Last Updated: 2025-04-23
Chapter: Bab 15Setelah kami mengetahui prosedur tes DNA yang dapat dilakukan pada masa kehamilan. Mas Rafli mengirimkan pesan singkat pada Karina. Dia melakukannya tepat di depanku. Entah mencegah agar aku tidak cemburu atau memang dia sudah niat untuk melakukannya."Lihat pesanku padanya selama ini. Tidak pernah satu kali pun aku mengatakan hal yang berlebihan pada Karina. Semua yang kulakukan hanya perasaan kasihan tidak lebih," ujar Mas Rafli menyodorkan ponselnya padaku.Selama ini, aku tidak pernah memeriksa ponsel Mas Rafli. Sejak berpacaran hingga menikah aku merasa ponsel adalah barang pribadi yang merupakan privasi dari suamiku. Namun, lambat laun itu menjadi bumerang bagi rumah tanggaku hingga terjadi kedekatan yang berlebihan antara suami dan sahabatnya ini."Ya, siapa tahu kamu telah menghapus percakapan kalian sebelumnya," ucapku skeptis.Aku hanya melirik sedikit ponselnya ketika dia mengirimkan pesan pada Karina. Kulihat memang tidak ada yang aneh dengan pesan yang diketik suamiku hany
Last Updated: 2025-04-21
Chapter: Bab 14Kedua orang tua Mas Rafli pulang setelah berhasil membujukku agar tetap membiarkan Mas Rafli tinggal bersama dengannya. Dengan gigih, ibu mertuaku membuatku luluh dengan semua ucapannya. Awalnya aku sangat kesal dan meminta Mas Rafli untuk pergi dari rumah ibuku. Akan tetapi, dia memohon dengan berlutut di depanku. "Jangan begini, Sayang. Tolong jangan mengusirku. Aku sangat mencintaimu, semua salahku yang khilaf terlalu kasihan pada Karina," ujar Mas Rafli berlutut di bawah kakiku."Sudahlah, Mas. Bukankah sudah terbukti kalau kalian saling mencintai. Untuk apa menahanku di sisimu bila pada kenyataannya kamu selalu membuat hatiku sakit," balasku. Jujur saja, bila mengingat malam-malam yang kulalui sendirian membuatku sangat sedih. Apalagi ketika Mas Rafli lebih memilih pergi ke rumah Karina dibandingkan tetap bersamaku. "Sayang, tolong berikan kesempatan pada putraku yang bodoh ini. Aku yakin dia tidak memiliki niatan untuk selingkuh. Pasti perempuan itu memperdaya Rafli dengan m
Last Updated: 2025-04-21
Chapter: Bab 13"Ya sesuai perkataanku. Bila kamu ingin mempertanggung jawabkan perbuatanmu dengan menikahi Karina silakan. Akan tetapi, aku akan meminta cerai darimu," ucapku dengan tenang.Sejak Karina mengatakan kalau dirinya hamil anak dari suamiku, perasaan cintaku sedikit demi sedikit sirna. Kalau memang mereka berbuat zina, aku tidak lagi dapat mempertahankan pernikahan ini.Janji suci pernikahan telah dirusak oleh Rafli. Untuk apa aku terus terpuruk hingga membuatku kehilangan segalanya. "Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Farah.""Seharusnya, kamu dapat mengetahui konsekuensinya ketika melakukan perbuatan melanggar batas dengan Karina," balasku dengan tegas. Selama ini, aku mengemis perhatiannya. Meminta Mas Rafli untuk menolak permintaan Karina. Akan tetapi, yang aku dapatkan hanyalah pengabaian dari suamiku. Bila memang anak dalam kandungan Karina adalah anak suamiku. Sudah sepantasnya dia bertanggung jawab dengan menikahi Karina."Sudahlah, Farah. Tanpa melakukan tes DNA sebenarnya k
Last Updated: 2025-04-20
Chapter: Bab 12“Tidak! Aku tidak melakukan apa pun padamu,” balas Mas Rafli dengan penuh keyakinan.“Bagaimana kalau kita lakukan tes DNA saja? Kalau memang yang ada dalam kandungan itu adalah anak dari Rafli,cucuku. Anakku harus bertanggung jawab dengan membiayai semua kebutuhannya,” ucap Pak Andika —Ayah mertuaku— dengan tenang.Di antara beberapa orang yang datang, memang ayah mertuaku itu yang paling tenang dibandingkan ibu mertua atau bahkan aku sendiri. Kulihat ada kegelisahan dalam diri Karina. Gelagat wanita itu menunjukkan bila dirinya tidak menyukai usulan dari Pak Andika. "Lalu, apa yang akan dilakukan Mas Rafli kalau anak yang ada dalam kandunganku adalah anaknya? Aku ingin status yang jelas. Tidak ingin memiliki anak tanpa seorang Ayah."Aku tidak bisa menghilangkan ekspresi jijik di wajahku. Di depanku, secara tidak langsung Karina meminta agar keluarga Rafli mengakui keberadaan anak dalam kandungannya. Baru saja aku kehilangan anakku, dengan berani dia mengaku sedang hamil anak dari
Last Updated: 2025-04-17
Chapter: Bab 11Darahku mendidih mendengar Karina mengaku hamil benih dari suamiku. Kulihat Mas Rafli dengan wajah yang memelas, memintaku untuk mendengarkan penjelasannya."Pergilah, aku sudah lelah dengan semua ini, Karina. Kita bicarakan ini, nanti. Di depan keluarga besar kami, kuharap kamu juga datang bersama orang tuamu," ucapku dengan kepala dingin."Baiklah, lusa aku akan datang ke rumah kalian. Sekali lagi aku katakan padamu, bertanggung jawablah layaknya seorang pria," balas Karina dengan angkuh.Kutatap Karina dengan sinis. "Rupanya, ini adalah wajah aslimu. Menggunakan Alia sebagai tameng, tetapi diam-diam menjebak suamiku," tukasku membuat wajah Karina merah padam. "Kamu sendiri yang tidak dapat menjaga suamimu dengan baik. Jangan salahkan aku jika dia berpaling darimu," ucap Karina penuh keyakinan."Hentikan omong kosongmu, Karina. Aku tidak pernah menyangka bila kamu bisa selicik ini," ucap Mas Rafli. Aku menghela napas, entah hanya akting atau memang Mas Rafli tidak simpati dengan u
Last Updated: 2025-04-16
Chapter: 152. Kebahagiaan Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Last Updated: 2024-05-17
Chapter: 152. KepanikanUsia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Last Updated: 2024-05-16
Chapter: 151. Perlengkapan BayiHari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Last Updated: 2024-05-15
Chapter: 150. Bertemu Claudia Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Last Updated: 2024-05-12
Chapter: 149. Keadaan Tania Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Last Updated: 2024-05-12
Chapter: 148. Ketegasan AlexPermohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Last Updated: 2024-05-12
Chapter: 74. Kebahagiaan "Jadi, Maya hamil?"Suara Hani bergema di ruang tamu yang sepi. Aris duduk di kursi, pandangannya lurus ke depan, namun hatinya seolah terguncang oleh kabar yang baru saja dia dengar. Dia tak bisa mempercayai bahwa Maya—wanita yang pernah ia cintai dan gagal dia pertahankan—sekarang sedang mengandung anak dari Gilang."Iya, Bu. Maya akan punya anak," Aris menjawab lirih, menundukkan kepalanya.Hani yang duduk di sampingnya terdiam sesaat, mencoba memahami perasaan anaknya. Ia tahu, kabar ini bukan hal yang mudah diterima oleh Aris. Bagaimanapun, meski mereka telah lama berpisah, Maya masih meninggalkan jejak yang mendalam di hati Aris. Kini, kenyataan bahwa Maya akan menjadi ibu dari anak pria lain mungkin terasa seperti pukulan telak bagi Aris."Aris," kata Hani lembut, "kamu harus kuat. Kita sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Maya sudah memilih jalan hidupnya, dan kita harus menghormatinya. Apapun yang terjadi, hidupmu harus terus berjalan."Aris mengangguk pelan, meskipun di dalam
Last Updated: 2024-10-07
Chapter: 73. Kejutan di Awal Kebahagian Pagi itu, udara terasa hangat dan tenang di rumah Gilang dan Nissa. Maya sedang sibuk di dapur, menyiapkan sarapan. Suara pisau yang bergerak cepat di atas talenan mengiringi aktivitas paginya. Dia tersenyum sambil memikirkan hari-harinya bersama Gilang, terutama bulan madu mereka yang penuh kebahagiaan dan tawa. Gilang, dengan segala cinta dan perhatian, selalu membuat Maya merasa seperti wanita paling beruntung di dunia.Namun, di balik kebahagiaan itu, ada satu perubahan besar yang Gilang inginkan. Suatu malam setelah mereka kembali dari bulan madu, di atas ranjang mereka yang nyaman, Gilang memeluk Maya erat dan berbisik, “Sayang, aku ingin kamu berhenti bekerja. Aku ingin kamu lebih fokus pada kita, keluarga yang akan kita bangun.”Maya tertegun sesaat, menatap Gilang. "Apa kamu benar-benar menginginkannya, Gilang?"“Iya,” jawab Gilang dengan penuh keyakinan. “Aku ingin kamu tidak perlu lagi pusing dengan pekerjaan. Biarkan aku yang menafkahi kita. Kamu bisa beristirahat dan meni
Last Updated: 2024-10-07
Chapter: 72. Hari Bahagia Sebulan kemudian, persiapan pernikahan berjalan dengan cepat. Maya dan Gilang sudah tidak sabar untuk menghalalkan hubungan mereka. Gilang memastikan segala sesuatu tertangani dengan baik, dari dekorasi hingga undangan. Ia ingin hari pernikahannya menjadi momen terbaik dalam hidup mereka.Maya sendiri sibuk dengan persiapan pribadi, memilih gaun dan merencanakan acara bersama sahabat-sahabatnya, termasuk Putri yang selalu setia mendampinginya. Dalam hati, Maya merasa bahagia, meskipun ada rasa takut yang kadang muncul. Bagaimana jika pernikahan ini tidak berjalan sesuai harapan? Bagaimana jika masa lalunya kembali menghantui?Namun, setiap kali rasa khawatir itu muncul, Gilang selalu ada untuk menenangkannya. “Percayalah, Maya. Kita akan bahagia. Ini adalah awal baru untuk kita.”Hari pernikahan semakin dekat, dan semua orang sibuk dengan persiapan. Maya sering kali tenggelam dalam tumpukan pekerjaan, baik di kantor maupun dalam persiapan acara, tetapi itu membuatnya merasa lebih tena
Last Updated: 2024-10-07
Chapter: 71. Mendapat RestuMatahari bersinar cerah ketika Maya tiba di rumah Nissa, perasaan gugup menghiasi langkahnya. Meski hubungan mereka sudah lebih baik, tetap saja, restu dari calon mertuanya adalah langkah besar yang harus ia lewati. Gilang, yang berjalan di sampingnya, meraih tangan Maya dengan lembut, seolah memberikan kekuatan. “Tenang saja, Maya,” bisik Gilang seraya tersenyum. “Ibu pasti akan merestui kita. Aku yakin.” Maya mengangguk perlahan, meskipun kegelisahan itu masih ada. Dia tahu, restu dari Nissa adalah kunci utama untuk melangkah ke tahap berikutnya dalam hubungannya dengan Gilang. Restu yang selama ini belum sepenuhnya ia dapatkan. Ketika mereka masuk, Nissa sudah menunggu di ruang tamu. Senyuman ramah terulas di wajahnya, namun Maya tetap bisa merasakan ketegangan. Ada sesuatu yang tak terucap di antara mereka. Nissa memang lebih bersikap terbuka belakangan ini, tetapi masalah masa lalu Maya sebagai seorang janda masih menyisakan sedikit kekhawatiran dalam benak ibu Gilang. “Du
Last Updated: 2024-10-07
Chapter: 70. Berharap Restu "Ibu akan memberitahukannya setelah waktunya tepat" ucap Nissa.Nissa meminta Maya dan Gilang untuk bersabar. Dia harus meyakinkan dirinya sendiri untuk menerima Maya. Oleh karena itu, Nissa masih meminta waktu untuk berpikir tentang restu untuk Maya dan Gilang. Akhirnya, Maya dan Gilang mencoba untuk bersabar. Hingga ada seseorang yang kembali mengusik ketenangan Maya.Langit senja terlihat suram ketika Aris berdiri di depan pintu kontrakan Maya. Dengan napas tertahan, dia menekan bel pintu, berharap Maya akan menerimanya kembali. Meski banyak hal yang telah terjadi, Aris masih merasa ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Dia tahu betul hubungannya dengan Wulan berakhir tragis, dan kini, pikirannya kembali teringat pada Maya—wanita yang pernah dia cintai dan biarkan pergi. Pintu terbuka perlahan, dan Maya berdiri di sana, terkejut melihat siapa yang berdiri di hadapannya. "Aris?" tanyanya, suaranya terdengar datar, meski matanya menunjukkan sedikit keraguan. Aris m
Last Updated: 2024-10-06
Chapter: 69. Keputusan Nissa Wulan duduk di atas ranjang rumah sakit, matanya kosong menatap keluar jendela. Hujan deras mengguyur kota, seolah mencerminkan kekosongan di dalam hatinya. Tidak ada lagi yang tersisa. Kandungannya yang dulu menjadi harapan kini telah tiada. Semua telah lenyap, meninggalkannya dalam kehampaan yang menyakitkan.Pintu kamar perlahan terbuka. Pandu melangkah masuk, wajahnya tampak tegang dan penuh dengan penyesalan. Wulan menoleh pelan, tatapannya bertemu dengan mata Pandu yang muram."Pandu..." suaranya bergetar, nyaris tidak terdengar.Pandu mendekat, berdiri di sisi ranjang, namun ia tidak segera bicara. Hanya keheningan yang terjalin di antara mereka. Tatapan penuh luka di mata Wulan membuat dada Pandu terasa sesak."Aku tidak tahu harus berkata apa," Pandu akhirnya memecah kesunyian, suaranya rendah dan berat. "Aku... sangat menyesal."Wulan menundukkan kepala, mencoba menahan tangis yang sudah tak terhitung jumlahnya. "Kita semua melakukan kesalahan, Pandu," katanya lirih. "Aku ta
Last Updated: 2024-10-05