"Begitukah menurutmu?" tanya Putri gemas sekali pada ucapan Wulan. "Ya, memang seperti itulah seharusnya. Akan tetapi, kita lihat saja nanti apakah Mas Aris dapat menjalani kehidupan poligami ini dengan baik. Yang pasti, aku akan melakukan semua cara untuk mempertahankan pernikahanku. Tidak mungkin aku menyerah begitu saja pada wanita yang baru saja datang di kehidupan kami," jawab Maya masih berharap Aris bersikap adil pada dirinya. "Bila dia dapat bersikap adil aku dapat memaklumi sikapmu yang masih ingin mempertahankannya. Akan tetapi, bila kamu terus mengalami hal yang membuatmu kembali kecewa. Aku rasa, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan," balas Putri. "Yah begitulah, terkadang aku hanya tidak tahan dengan tajamnya mulut orang lain. Apa lagi, jika orang itu adalah mertuaku sendiri. Rasanya begitu sakit mendengar semua ucapan Aris," ujar Maya mengungkapkan kegelisahannya. "Aku tahu benar Bu Hani. Sangat disayangkan dia menjadi mertuamu, tetapi ya sudahla. Kamu harus me
Maya bertekad untuk memberitahukan hal yang dilihat pada Hani. Entah reaksi apabyang akan diberikan oleh mertuanya. Maya tidak ingin Aris semakin terjerat dengan Wulan. Perempuan yang ternyata tidak dapat menjaga dirinya sama sekali.Tidak mungkin pria yang bepergian bersama Wulan merupakan rekan kerja atau client Wulan. Tentu saja, Maya tidak bodoh dengan tetap diam atas ketidaksetiaan Wulan. Dia ingin Hani membuka mata kalau madu pilihannya adalah seorang wanita yang tidak pantas bersanding dengan Aris. Ketika sampai di rumah, Maya disambut oleh Hani yang memasang wajah menyebalkan. Wanita paruh baya itu kesal dengan Maya yang keluar dari rumah seharian.“Dari mana saja, kamu?” tanya Hani melipat tangan di depan dadanya.“Maafkan aku karena pergi terlalu lama, Bu. Akan tetapi, aku ingin menenangkan diriku dengan bertemu dengan sahabatku,” jawab Maya mulai berani menjawab pertanyaan Hani.Bila hal ini terjadi di masa lampau ketika tidak ada Wulan dalam rumah tangganya. Maya tidak a
"Terserah, Tante saja. Aku yakin, Mas Aris tidak akan menceraikanku. Walaupun ada seribu Wulan pun, aku tahu suamiku hanya mencintaiku. Mas Aris melakukannya poligami untuk berbakti pada Ibu," ujar Maya menatap Hani sendu. "Ya, kita akan tahu semuanya ketika Aris datang nanti!" balas Utami tidak ingin kalah dengan Maya. Maya lelah berdebat dengan Utami dan sang ibu mertua. Perempuan itu memilih pergi dari hadapan kedua wanita paruh baya yang selalu memojokkannya. "Eh, kamu mau ke mana? Masak dulu untuk makan malam kita," perintah Hani pada sang menantu. "Memangnya Ibu sudah membeli bahan masakan? Kalau belum, lebih baik minta menantu kesayangan Ibu untuk memasak." Tanpa menunggu jawaban dari Hani, Maya melangkahkan kakinya pergi menuju kamar. Enggan rasanya membahas tentang kelakuan Wulan di luar sana. Pasti, Hani ataupun Utami tidak akan mempercayai perkataan Maya. Perempuan itu memutuskan untuk merebahkan tubuh dan menunggu kepulangan Aris. Terngiang ucapan sahabatnya tent
Aris mendesah mendengar ucapan Utami. Selalu saja, Utami meminta bantuannya. Memang, kejadian yang dialami oleh tantenya itu di luar kehendak mereka semua. Utami ditinggalkan oleh suaminya karena pria itu mengkhianatinya. "Berapa uang yang diperlukan untuk biaya kuliah Elsa?" tanya Aris. "Sepuluh juta, Ris," jawab Utami sumringah. Keponakannya itu memang selalu dapat diandalkan. Semenjak suaminya memutuskan untuk pergi dengan wanita lain. Utama banting tulang untuk membiayai Elsa. Namun, tentu saja biaya yang semakin mahal membuatnya kewalahan. "Nanti, aku akan transfer untuk uang kuliah Elsa. Tante harus lebih baik lagi dalam mengatur keuangan," ujar Aris. "Ris, memangnya kamu ada uang? Bukannya, uang gajimu saja tidak cukup untuk memberikan nafkah untuk Maya?" Hani keheranan dengan Aris yang dengan mudah akan memberikan uang pada Utami. Memang Utami adalah adiknya, dulu ketika bekerja untuk menghidupi dirinya dan Aris. Hani selalu membawa Aris agar menunggu di rumah Utami. Ol
Mata Aris menyipit mendengar ucapan Maya. Tersirat sesuatu ketika sang istri mengatakan pengandaian yagn menurutnya tidak masuk akal. Tentu saja Maya tidak mungkin mengatakan sesuatu tanpa membuktikan kebenarannya."Tadi, saat aku pergi bersama Putri, tidak sengaja aku melihat Wulan bersama seorang pria. Mereka menonton dan makan siang bersama. Aku merasa ada hubungan antara Wulan dengan pria itu," ucap Maya dengan hati-hati."Itu adalah bosnya Wulan, May. Dia sudah memberitahu pada Mas, kalau ingin menemani bosnya itu makan siang. Kamu tidak usah mengkhawatirkan keadaan Wulan. Hal itu sudah biasa terjadi, karyawan menemani bosnya makan siang. Mungkin berbeda dengan dirimu yang tidak mengetahui kebiasaan itu karena dulunya kamu adalah seorang guru," balas Aris berusaha untuk tetap tenang.Maya sudah menduga bahwa Aris tidak akan mempercayai perkataannya. Perempuan itu mengambil ponsel yang berada di tasnya. Dia memperlihatkan foto saat Wulan dicium oleh pria yang dikatakan oleh Aris a
"Apa yang kamu katakan pada Mas Aris, Mbak?" tanya Wulan ketika Maya sedang memasak sarapan pagi. "Aku tidak mengerti maksudmu, Wulan," jawab Maya sambil terus melanjukan acara memasaknya. Wulan menghentikan Maya yang masih tidak mempedulikannya. Dia membalik tubuh Maya, kemudian mendorongnya hingga mengenai dinding. Matanya menatap nyalang kakak madu yang tampak tidak mengerti dengan semua yang dilakukan perempuan di hadapannya. "Apa maumu, Wulan? Aku sedang memasak sarapan untuk kita, apa kamu ingin menggantikanku memasak?" balas Maya yang kesal dengan tingkah laku Wulan yang aneh. "Apa fitnah yang kamu katakan pada Mas Aris?" "Aku tidak pernah memfitnahmu, Wulan. Jangan bicara sembarangan, ya." "Kamu benar-benar perempuan tidak tahu diri ya, Mbak. Aku sudah dengan senang hati menjadi istri kedua dari Mas Aris. Berharap dapat diterima dengan baik oleh istri pertama seperti keluarga mereka menerimaku. Akan tetapi, kamu malah memfitnahku yang tidak-tidak!" ucap Wulan deng
Wulan yang wajahnya telah babak belur terdiam mendengar pertanyaan Hani. Dia takut Maya akan memberikan video ketika dia bermesraan dengan bosnya diperlihatkan pada Hani. Selama ini yang menjadi pegangan untuk dirinya adalah kebaikan Hani. Aris mungkin dapat mengabaikannya dan memilih bersikap tidak adil dengan tidur di kamar Maya terus menerus. Akan tetapi, dia tidak ingin kehilangan Hani yang sangat menyayanginya. Dari awal, dia telah menetapkan hati untuk tetap berada dalam keluarga ini apa pun yang terjadi. "Itu semua fitnah, Bu! Pasti Mbak Maya telah mengedit video sedemikian rupa hingga menyerupaiku. Jadi, did dapat mengatakan yang tidak-tidak pada Mas Aris! Aku tidak tahu apa kesalahanku pada Mbak Maya. Akan tetapi, dia berusaha mengusik rumah tangga yang baru saja ingin aku bina! Apa salahku, Bu?" Wulan memulai dramanya dengan bersikap seolah korban. "Jangan playing victim! Berani berbuat berarti kamu harus berani bertanggung jawab. Aku tidak ingin memiliki madu yang ti
"Mas! Aku memiliki kabar yang sangat mengembirakan untuk kita semua!" ujar Wulan dengan wajah penuh sumringah.Aris yang sedang menikmati sarapan ditemani oleh Maya sontak menoleh melihat istri keduanya. Wanita itu menyodorkan sebuah benda pipih yang sangat familiar. Mata Maya melebar ketika melihat benda telah berada di tangan Aris. Dua bulan setelah pertengkaran Maya dan Wulan, keduanya sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Tidak ada adu mulut atau lirikan sinis dari keduanya. Namun, tetap saja terjadi perang dingin merebut perhatian sang suami.Maya menunjukkan kebolehannya dengan memasak makanan yang disukai oleh Aris. Berbeda dengan Wulan yang mengandalkan kecantikannya. Wanita itu memang sudah janda, tetapi soal kecantikan tentunya sebanding dengan Maya. Belum lagi umur Wulan yang terbilang lebih muda dibandingkan dengan Maya."Ada apa Wulan?" ucap Hani ikut penasaran dengan hal yang ingin diberitahukan oleh Wulan."Kamu hamil?" tanya Aris yang bangkit dari tempat duduknya,