Share

02. Syarat Maya

"Pernikahan Mas Aris harus dilakukan secara siri!"

Semua orang yang ada dalam ruangan terkejut mendengar persyaratan yang diucapkan Maya. Pasalnya, tidak terpikirkan Maya meminta hal tersebut.

Hani berpikir keras dengan syarat yang diajukan oleh Maya. Bila Wulan hanya dinikahi secara siri, tentu saja sang cucu tidak akan mudah mendapatkan warisan. Walaupun belum ada harta benda yang dimiliki Aris, Hani ingin masa depan cucunya terjamin.

"Tidak bisa seperti itu, Maya. Pernikahan mereka harus sah dan tercatat di negara. Oleh karena itu, Aris meminta izin untuk menikah lagi! Bagaimana nasib cucuku bila Wulan memiliki anak nanti?" ujar Hani.

"Walaupun menikah secara siri, Mas Aris harus meminta izin dariku, Bu. Lagi pula, belum tentu Wulan akan langsung hamil, bukan?" balas Maya yang mulai berani membantah perkatan sang mertua.

Selama ini, Maya selalu diam dan menuruti perkataan Hani. Wanita itu menghormati Hani sebagai ibu dari sang suami, hingga tidak ingin membuat masalah dengan Hani. Akan tetapi, semua itu tidak berpengaruh banyak, Hani tetap menghadirkan madu dalam hidupnya.

"Pasti Wulan akan langsung hamil! Percaya pada Ibu, Wulan memiliki rahim yang subur. Jangan kamu meragukan keyakinan Ibu, Maya. Belum cukupkah kesempatan yang Ibu berikan? Kau sudah berusaha selama lima tahun! Sudah cukup kesabaran Ibu. Jadi, tolong jangan membuat syarat yang memberatkan Wulan nantinya!" pinta Hani.

"Kita lihat saja nanti, Bu. Di setiap pemeriksaan, dokter mengatakan tidak ada masalah dengan rahimku. Memang belum waktunya kami diberikan kesempatan untuk memiliki momongan. Kalau Ibu tidak setuju dengan syarat dariku, maka aku tidak akan pernah mengizinkan Mas Aris untuk menikah lagi!"

"Kamu benar-benar menantu tidak tahu diuntung. Masih bagus aku menerimamu sebagai menantu. Anak yatim piatu sepertimu sungguh beruntung mendapatkan suami seperti Aris!" Perkatan Hani bagai menancapkan pisau di dalam hati Maya.

Statusnya sebagai anak yatim piatu tidak pernah disinggung oleh Hani selama ini. Rupanya, keinginan sang mertua yang sangat besar menyebabkan Hani lupa menahan lisannya.

"Hentikan, Bu. Jangan menyakiti, Maya!" Aris mulai bersuara untuk membela Maya.

Hani kembali terkejut dengan ucapan Aris yang selalu membela Maya. Dia kesal dengan putra satu-satunya yang selalu membela istrinya itu. Wulan yang berada di sampingnya menggenggam tangan Hani untuk menenangkan hatinya.

"Baiklah, tidak apa-apa bila Mbak Maya ingin pernikahanku dengan Mas Aris hanya dilakukan secara siri. Pernikahan siri juga merupakan pernikahan yang sah. Akan tetapi, aku juga memiliki syarat untuk Mas Aris bila tetap ingin menikahiku sesuai permintaan Ibu," ujar Wulan.

Maya baru menyadari satu hal, Wulan sudah memanggil sang mertua dengan sebutan Ibu. Kedekatan Wulan dan Hani sedikit mengkhawatirkan. Maya takut nantinya sang suami akan bertindak tidak adil pada dirinya.

"Apa syarat yang kau inginkan, Wulan?" tanya Aris.

"Aku ingin pernikahan kita diadakan secara meriah. Kalau perlu diadakan di hotel, walaupun menikah secara siri. Semua orang harus tahu kalau aku adalah istri keduamu," jawab Wulan.

Tangan Maya mengepal mendengar ucapan Wulan. Pernikahannya dengan Aris dahulu dilakukan dengan sangat sederhana. Aris dan Hani beralasan mereka tidak memiliki cukup uang untuk membantu mengadakan resepsi.

"Kamu tenang saja, Wulan. Hal itu sudah Ibu bicarakan dengan ibumu. Pesta pernikahan kalian tentu harus diadakan secara meriah. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut!" balas Hani dengan penuh keyakinan.

Hati Maya berdenyut mendengar ucapan sang mertua. Hani dengan mudah mengabulkan permintaan Wulan. Padahal, kondisi keuangan Aris belum cukup stabil. Tabungan yang mereka miliki sudah dipakai untuk program hamil. Itu pun merogoh tabungan pribadi Maya.

"Terima kasih, Bu. Meskipun hanya dinikahi siri, aku ingin mengadakan resepsi yang meriah agar tidak ada yang meremehkanku sebagai istri kedua." Wulan tersenyum pada Hani.

"Jadi, kapan Ibu dan Mas Aris akan melamarku?" tanya Wulan memandang malu ke arah Aris.

"Secepatnya kami akan datang ke rumahmu untuk melamar. Ibu tidak sabar kamu menjadi menantu di rumah ini," jawab Ibu.

Maya tidak dapat lagi membantah keinginan Hani. Syarat yang dia inginkan sudah diterima oleh Wulan. Dia harus menerima nasibnya di poligami oleh Aris.

Setelah berbincang sebentar, Wulan berpamitan dari rumah. Maya masih bersikap tak acuh pada calon madunya itu.

"Aku harap kita bisa akur dalam melayani Mas Aris, ya Mbak," ujar Wulan ketika berpamitan pada Maya.

"Hmm..." Hanya itu yang keluar dari bibir Maya.

Hani mengantarkan Wulan ke depan gerbang, berbeda dengan Maya yang kini memegang dadanya. Sakit sekali rasanya. Aris yang duduk di sampingnya menggenggam tangannya erat.

"Maafkan aku, Maya. Aku berjanji akan bersikap adil padamu. Tak akan pernah aku melupakan semua pengorbananmu dalam mendampingiku," ucap Aris.

"Tidak akan ada suami yang berpoligami berlaku adil, Mas. Belum menjadi istrimu saja, kau sudah melihat Wulan dengan penuh minat," balas Maya.

Sepanjang Wulan berada di ruang yang sama dengan mereka, Aris memang menatapnya dengan tertarik. Penampilan Wulan bukan seperti Maya yang tertutup dengan hijab. Rambut panjangnya tergerai dengan indah.

"Aku memang bukan nabi, tapi aku akan mencoba untuk adil. Percayalah padaku, Maya. Ini aku lakukan sebagai bukti baktiku pada Ibu. Beliau sangat menginginkan kehadiran seorang anak!" Aris meminta Maya mengerti kondisi yang dialaminya.

"Betul itu. Aris harus berbakti pada Ibu, kamu tidak boleh menghalanginya, Maya! Jadilah menantu yang baik!" sahut Hani sambil masuk ke dalam rumah.

"Aku tidak pernah menghalangi Mas Aris untuk berbakti pada Ibu. Bahkan, aku diam saat Mas Aris memberikan jatah bulanan lebih pada Ibu. Apakah harus dengan menerima poligami ini baru aku bisa dikatakan menantu yang baik?"

Jatah bulanan yang diberikan pada Hani memang lebih besar dibandingkan Maya. Hani beralasan Maya belum memiliki anak, maka tidak memerlukan biaya yang besar untuk keperluan rumah tangga.

"Kamu sudah menerima Wulan sebagai madumu. Syarat yang kau inginkan sudah diterima oleh Wulan. Jadi, jangan kembali mengungkit tentang hal ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, Aris akan menikah dengan Wulan!" tegas Hani.

Ingin sekali Maya membantah perkataan Hani. Namun, yang dikatakan mertuanya itu benar. Secara tidak langsung dia telah menyetujui Aris menikah lagi.

"Sekarang, ada hal yang lebih penting dari pada terus membicarakan itu, Maya. Ibu ingin meminta sesuatu padamu," ucap Hani dengan wajah memelas.

"Apa itu, Ibu?" tanya Wulan

"Ibu minta kau menjual sawah peninggalan kedua orang tuamu di kampung untuk biaya pernikahan Aris dan Wulan. Kamu sendiri tahu kalau Ibu tidak memiliki harta lain selain rumah yang kita tempati ini. Jadi, Ibu mohon agar kamu menjual sawah tersebut," jawab Hani.

Netra Maya melebar mendengar ucapan Hani. Betapa tega sang mertua ingin Maya membiayai pernikahan kedua suaminya.

"Maksud ibu? Aku membiayai pernikahan Mas Aris?" balas Maya dengan mengepalkan tangan menahan emosi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status