Beranda / Pernikahan / Madu Pilihan Mertua / 05. Seatap dengan Madu

Share

05. Seatap dengan Madu

'Kenapa hatiku tetap sakit setiap melihat Aris dan Wulan?' ucap Maya dalam hati.

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, Maya terus berusaha untuk menerima pernikahan kedua. Bagaimana pun juga itu adalah risiko yang harus dia tanggung karena mengizinkan Aris menikah lagi.

Saat ini, Maya dan Hani akan pulang ke rumah mereka. Keluarga Wulan menginap di hotel tempat Aris mengadakan resepsi. Begitu pun dengan Aris dan Wulan yang akan melakukan malam pertama di hotel tersebut.

Aris menghampiri Maya yang menunggu mobil untuk mengantarkannya ke rumah. "Maya, aku harap kamu dapat ikhlas menerima Wulan sebagai madumu. Ini semua aku lakukan bukan karena aku mencintainya. Aku menikahi Wulan semata untuk mewujudkan keinginan Ibu," ucap Aris.

"Bagaimana bila Wulan tidak kunjung hamil sepertiku? Apa kamu akan menikah lagi?" tanya Maya dengan wajah sendu.

"Tentu tidak! Aku tidak mungkin akan menikah lagi. Cukup sekali aku menduakanmu. Berdoa saja aku segera memiliki keturunan dengan Wulan," jawab Aris.

"Aku berharap akulah yang hamil, Mas. Akan tetapi, kalian tidak sabar," ucap Maya pelan.

Ketika masih berbicara dengan Maya, ada suara mendayu yang memanggil Aris. "Mas! Ayo kita ke kamar!" panggil Wulan menghampiri sang suami.

Perempuan cantik itu melirik Maya dengan senyum meremehkan. Dia merasa sangat puas karena semua keinginannya tercapai. Walau hanya dinikahi secara siri, wanita itu yakin bila statusnya akan menjadi sah bila anak hadir dalam pernikahannya.

"Sebentar, Wulan. Aku masih harus ingin berbicara dengan Maya," ujar Aris.

"Sudahlah, Mas. Tidak apa-apa, kamu bisa meninggalkanku. Aku akan pulang bersama Ibu," ucap Maya.

"Maya benar Aris, sudah sana kalian buatkan cucu untuk Ibu. Sudah tidak sabar rasanya mendengar tangisan bayi di rumah kita," balas Hani.

"Rumah kita? Maksud Ibu, aku akan tinggal bersama kalian?" Kini, Wulan yang terkejut mendengar ucapan Hani.

"Tentu saja, kita akan tinggal bersama. Memangnya mau di mana lagi?" tanya Hani dengan dahi yang berkerut.

"Aku pikir, Ibu dan Mas Aris sudah menyiapkan rumah untukku. Aku tidak mungkin tinggal di bawah atap yang sama dengan Mbak Maya," jawab Wulan.

Hani dan Aris saling berpandangan, mereka tidak menyangka Wulan berpikir sejauh itu. Biaya resepsi saja belum mereka lunasi, Wulan ingin tinggal di rumah yang berbeda dengan Maya.

"Memangnya kamu pikir Mas Aris itu pengusaha? Dengan mudah membeli rumah untukmu? Aku saja yang sudah menikah lima tahun belum keluar dari rumah Ibu," ucap Maya yang tersenyum melihat wajah Wulan.

Aris menggaruk kepala, dari dulu Maya memang ingin pindah dari rumah sang ibu. Namun, pria itu selalu beralasan kasihan dengan Hani bila tinggal sendiri. Hani butuh seorang teman untuk menemaninya.

Pada kenyataannya, Maya diminta berhenti bekerja karena tidak kunjung memiliki anak. Setiap hari, Maya harus melakukan pekerjaan rumah tangga. Semua itu dia lakukan tanpa protes sedikit pun.

"Ya, tapi aku 'kan istri muda, Mas Aris. Sudah sewajarnya aku mendapatkan rumah yang layak. Tidak harus tinggal bersama ibu mertua dan kakak maduku," ujar Wulan membanggakan statusnya sebagai istri muda.

Hani yang sejak tadi diam saja angkat bicara. "Sudahlah, Wulan. Nanti, kita akan pikirkan lagi. Setelah ini, kalian akan tinggal di rumah Ibu. Suka atau tidak suka kamu harus seatap dengan Maya," tukas Hani yang membuat Wulan bungkam.

"Baiklah, kalau begitu kami pamit, Bu, Mbak. Ayo kita ke kamar, Mas!" ucap Wulan menggandeng tangan Aris.

"Kamu harus ingat, aku hanya mencintaimu, Maya!" ujar Aris sebelum mengikuti Wulan.

Maya hanya terpaku menatap kepergian Aris dan Wulan. Jujur saja, dia tidak merasakan apa pun ketika Aris mengatakan cinta. Semua itu bagi Maya hanya omong kosong.

Bila Aris memang mencintai Maya, pria itu dapat menolak permintaan Hani untuk menikah lagi. Namun, sang suami tidak dapat berlaku tegas dan hanya mengatakan kalau itu semua demi mewujudkan keinginan Hani.

"Maya, apa kamu yang menyebarkan berita kalau Ibu meminta Aris menikah lagi? Tadi, Bu Hindun mengatakan itu pada Ibu," tanya Hani pada sang menantu.

Dahi Maya berkerut, dia merasa tidak pernah membicarakan tentang pernikahan kedua Aris. Sebagai seorang istri, Maya berusaha untuk menutupi masalah yang ada dalam rumah tangganya.

"Aku tidak mengatakan apa pun, Bu. Mungkin Bu Hindun mendengar orang mengatakan hal itu atau dia menarik kesimpulan sendiri," jawab Maya.

"Jangan bohong pada Ibu, Maya. Ibu tahu kamu belum ikhlas Aris menikahi Wulan. Ini semua Ibu lakukan juga demi kalian. Aris membutuhkan anak untuk menambah kebahagiaan kalian, tetapi kamu sendiri belum bisa memberikannya," tukas Hani.

Selalu saja anak yang menjadi alasan Hani. Padahal, Aris tidak pernah menekan Maya untuk segera memiliki momongan. Dari awal mereka menikah, Hani memang tidak begitu menyukai Maya.

"Walau aku belum ikhlas, tapi aku sudah mengizinkan Mas Aris untuk menikah lagi, kan, Bu? Jadi, aku harap Ibu tidak terus menerus menekanku untuk memberikan anak. Sekarang, sudah ada Wulan yang bertugas untuk melahirkan anak Mas Aris."

Hani ingin membalas perkataan Maya. Akan tetapi, mobil yang akan mengantarkan mereka ke rumah sudah tiba. Maya segera saja memasuki mobil, tidak ingin beradu mulut dengan sang mertua.

Dengan sengaja, Maya duduk di depan dekat sopir. Hani kesal setengah mati karena sikap Maya. Perubahan sikap Maya padanya sangat signifikan, biasanya Maya tidak membalas ucapannya dan hanya menerima ucapan sang mertua. Berbeda dengan saat ini, Maya sudah berani menjawab semua ucapannya. Menantunya itu, mulai berani mengungkapkan isi hatinya.

Hati Maya yang hancur tidak dapat dirangkai kembali. Ingin rasanya dia menggugat cerai Aris. Akan tetapi, dia tidak memiliki kekuatan bila melakukan hal tersebut. Saat ini, Maya sudah berhenti dari pekerjaannya dan tidak memiliki penghasilan.

'Apa yang harus aku lakukan? Mungkinkah Mas Aris mengizinkanku untuk bekerja lagi? Aku takut jika suatu saat nanti Wulan akan mendepakku dari rumah. Ibu juga semakin tidak menyukaiku semenjak kehadiran Wulan,' batin Maya sambil merilik Hani di kursi belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status